Sword Art Online Bahasa Indonesia:ME 11

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Terjemahan dari Sword Art Online ME 11, Sword Art Online 16.7.

Bagian 1[edit]

Asuna mendesah ketika mendekatkan telinganya keatas dadaku.

“Denyutan ini… apakah suara asli yang dibuat jantung milik Kirito?”

“Er……”

Aku membalas setelah sedikit berpikir.

“Bukan, aku juga ingin tahu… denyutan ini mungkin sama dengan denyutan yang dimiliki tubuh asli, tetapi suaranya sendiri adalah efek suara yang dibuat oleh sistem, benar kan…?”

Asuna mengangkat wajahnya setengah marah dan merengut.

“Bukankah itu sama jika suaranya seirama? Jika kamu ingin mengatakan seperti itu, lalu suara yang didengar ketika kamu menelpon seseorang melalui telepon di dunia nyata itu tidak nyata, tetapi hanyalah efek suara dari telepon, benar begitu?”

“…Benar.”

Aku mengangguk dan senyuman kembali ke istriku yang mana meletakkan telinganya kembali ke atas dadaku, mood-nya telah kembali. Dengan kelopak mataku tertutup, pikiranku juga, berlahan meredup ketika aku mendengarkan bisikan lemah dari detak jantungku.

Karena kau kepikiran, aku belum pernah mendengarkan detak jantung seseorang di dunia nyata.

Tentu saja, aku pernah mendengar suara detak jantung beberapa kali, akan tetapi hanyalah efek suara didalam drama televisi ataupun film, tetapi yang lebih penting, bukankah itu mungkin untuk mendengar detak jantung orang lain tanpa menggunakan stethoscope? Mungkinkah suara detakan jantung bisa didengar jika seseorang meletakkan telinganya ke dada orang lain seperti yang sedang dilakukan Asuna sekarang ini?

Lebih tepatnya, apa sih sebenarnya detak jantung itu? Suara otot yang saling berkontraksi? Suara katup jantung yang membuka dan menutup? Suara aliran darah…?

…sambil memikirkan pertanyaan-pertanyaan seperti itu, aku berkeinginan untuk mendengarkan suara itu juga—meskipun hanya sebuah efek suara—lalu menempelkan kedua tanganku dibawah lengan Asuna.

“Kyaa, appaaa?”

Dan aku mengangkat Asuna, sosok pendekar pedang wanita ini kebingungan dan menggerutu. Seprei yang menutupi tubuh Asuna kini terjatuh dan kulit telanjangnya, dalam mode Remove All Equipment, sungguh cantik dibawah cahaya sinar bulan; namun untuk menyelesaikan tujuanku, aku membenamkan wajahku diantara dadanya.

“Tidak, tunggu… e-erm…”

Aku memeluk kedua tanganku lebih kencang melawan tubuhnya yang bergerak-gerak.

“Aku meminta untuk mendengarkan detak jantungmukan sebelumnya kan Asuna? Sekarang giliranku!”

Begitulah yang aku katakan sebelumnya—

“lalu seharusnya kamu meletakkan wajahmu kesamping, bukannya lurus!”

Setelah berkata seperti itu, kedua tangan Asuna menggenggam erat kepalaku dan memutarnya Sembilan puluh derajat ke kanan.


Hari telah berganti, kini tanggal 25 Oktober 2024, lima belas menit setelah tengah malam.

Tujuh jam telah berlalu dengan cepat setelah Asuna dan aku menikah. Malam suram telah melekat pada rumah kayu yang kita beli di daerah pinggir lantai ke duapuluh dua Aincrad serta suara yang bisa didengar disini adalah suara serangga dan suara ratapan dari serigala yang terdengar jauh diluar sana (suara tersebut berasal dari suara monster yang tak aktif, «Maroon Wolf», untuk lebih jelasnya).

Jalanan masih ramai bahkan ditengah malam pada kota Algade, dimana kami tinggal belum lama ini, jadi keheningan sama sekalii tak bisa ditemukan—Aku mempertimbangkannya jika sebelum membeli sebuah rumah, tetapi tampaknya kekhawatiranku sungguh tak berdasar. Lebih-lebih, berbaring di kasur ini akan memberikanku sensasi nyaman, sensasi yang jarang ada di dunia nyata. Meskipun itu mungkin jika memiliki seseorang yang mau berbagi kehangatan bersamaku.

Dengan pikiran seperti itu didalam kepalaku, aku memfokuskan telinga kananku, bersentuhan dengan kulit Asuna yang dingin, lembut, putih, lalu terdengar suara dari balik dada Asuna.

Thump, thump, thump.

Suaranya kadang lemah, kadang tinggi; kadang dalam, kadang melengking.

Tinggal dalam Aincrad, tubuh kita sebenarnya adalah sebuah avatar, jadi kehangatan, sentuhan, rasa, dan semacamnya adalah sensasi palsu yang diciptakan oleh Nerve Gears. Akan tetapi, ada dua sensasi sebenarnya yang sama dengan tubuh kita yang sedang terbaring di rumah sakit dalam dunia nyata. Nafas dan detak jantung.

Seperti yang dikatakan Asuna sebelumnya, detak jantung Asuna yang aku rasakan sekarang ini adalah sama dengan detak jantung asli miliknya. Detak jantung tersebut sedikit cepat… mungkin sekitar delapan puluh detakan per menit?

“…Apa kamu merasa gugup?”

Aku bertanya lembut padanya dan Asuna membalas dengan suara agak sedikit malu karena kepalaku masih berada di dadanya.

“Te-tentu saja. Ini… pertama kalinya buatku.”

“Eh…? Pertama… tetapi kemarin… bukan, sebelum kemarin juga, di kamarmu di kota Selmburg, kita…”

Krak.

Dan leherku diputar seratus delapan puluh derajat ke kiri kali ini

“B-Bukan itu yang aku maksud! Aku sungguh-sungguh berkata jika ini kali pertamaku saat aku mengijinkan seseorang mendengar detak jantungku!”

Detak jantung Asuna naik menjadi 100 BPM ketika ia berteriak kencang, jadi aku cepat-cepat mengangguk dalam kepanikan. Tampaknya tindakanku tersebut telah mengakibatkan goncangan yang tak terduga pada sebagian tubuh Asuna.

“Hyan.”

Si pengguna rapier membeku setelah berteriak aneh.

Mungkinkah seorang pemuda yang baru saja menginjak umur enambelas tahun tetap tenang terhadap respon semacam itu ketika bersentuhan langsung dengan tubuh dalam mode Remove All Equipment? Jawabannya adalah ”tidak”.

Aku perlahan membalikkan kepalaku sembilan puluh derajat, lalu aku mengumpulkan kekuatan ke kedua tanganku yang memeluk tubuh Asuna.

Aku tak bisa mendengar detak jantungnya lagi, tetapi detak tersebut tersampaikan padaku. Meletakkan bibirku ke kulit yang tepat berada diatasnya, aku dengan berani menyentuhnya dengan lidahku.

“Aah… tidak, tunggu, ayolah, aku…”

Asuna menolakku, akan tetapi aku benar-benar mendengar perkataannya “kamu bisa melakukan apapun yang kamu mau” beberapa jam lalu.

Karena itu, aku melanjutkan apa yang sedang aku lakukan.

Bagian 2[edit]

Ketika aku tinggal di penginapan, ataupun tempat untuk tidur di Algade, aku berusaha untuk bangun setiap hari dengan bunyi alarm yang diatur berdasarkan jendela waktu.

Bukannya aku buruk ketika bangun tidur—aku pernah sedikit saja terlambat untuk berangkat sekolah ketika memasuki umur delapan tahun hingga limabelas tahun, pre-SAO—tetapi sebelum aku menyadarinya, aku telah kembali pada aktivitas malam hariku seperti biasa sejak aku sampai kesini. Alasannya tentu saja, yaitu kerja kerasku untuk menaikkan level di tengah malam ketika area berburu sepi.

Jadwal harianku selama beberapa bulan seperti ini.

Pertama, aku bangun pada jam sepuluh pagi. Aku menghabiskan waktu pagiku untuk mengatur equipment-ku, mengisi item-item yang bisa digunakan, dan mengumpulkan informasi, lalu sedikit makan dan akhirnya menuju ke field.

Area pertempuran utama di siang hari berada di garis depan lantai ini. Aku menjelajahi area yang belum dipetakan dan mengumpulkan informasi jika menara labirin masih belum dicapai, lalu dengan tekun menjelajahi peta labirin tersebut. Aku tak bisa sediikit tenang jika waktu kali ini sangat efektif. Musuh-musuhnya sungguh kuat dan item dropnya berkualitas bagus, tetapi aku masih menjaga jarak akan makhluk-makhluk yang tak dikenal dari area tersebut.

Aku terus berburu hingga jam enam atau pada malam hari sebelum kembali ke pusat kota. Aku berjalan pulang—biasanya, tanpa menggunakan kristal teleport yang mahal untuk rute biasa—sambil mempertimbangkan apa yang akan dilakukan untuk kesenangan hari ini, yakni makan malam; mengurangi rasa lelah adalah hal yang sungguh menyenangkan.

Setelah bermain solo sepenuh hati didalam area, aku langsung menuju penginapan untuk beristirahat. Melakukan hal semacam itu didunia nyata akan mengakibatkan pengubahan langsung dari AGI ke VIT (VIT tampaknya tidak ada dalam SAO), tetapi untungnya, meskipun menelan kentang goreng dalam sehari penuh didunia ini tak akan mengakibatkan perubahan avatar seseorang… mungkin.

Setelah bangun dari tidur selama satu setengah jam, aku memulai kehidupan malamku dimana aku mulai «serius». Ada waktunya ketika aku kembali ke labirin jika proses penyelesaian lantai sudah agak menurun, tetapi dasarnya, aku bertarung untuk menguatkan diriku disana. Aku menyelesaikan quest jika aku mengambilnya jika tidak aku mencari titik untuk berburu. Langkah selanjutnya seperti yang aku harapkan, dengan aku yang berburu langsung dari jam sepuluh malam hingga jam empat pagi di titik latihan yang «memiliki musuh kuat, tetapi tidak pada level monster yang berada di garis depan, yang mana membuatnya sedikit berbahaya, sebelum sampai ke titik aku hampir rubuh.

Menggunakan sedikit konsentrasi yang hampir tidak tersisa pada tempat cadanganku, aku kembali ke pusat kota dan menuju Algade dari gerbang teleport kali ini. Setelah mundur ke tempat tidurku, aku mematikan cahaya lampu terang dari jendela dan tidur seperti batang kayu dari jam lima hingga jam sepuluh pagi.

Melakukan itu semua secara bersamaan, setiap harinya akan terbagi menjadi enam setengah jam tidur, duabelas jam berlatih dan melakukan penaklukan lantai, serta lima jam untuk berjalan, makan, dan istirahat.

Ada orang-orang yang kuat bertahan dalam MMO yang pernah aku mainkan di dunia nyata yang mana bermain selama duapuluh jam setiap hari. Aku juga telah berusaha keras untuk menaikkan level secara tak masuk akal setelah aku terjebak dalam permainan kematian ini ataupun setelah guild pertama yang aku masuki binasa.

Tetapi aku merasa seperti ini ketika aku bertarung dimasa lalu. Jika aku mempertahankan rutinitas latihan yang melelahkan pikiranku, aku akan secepatnya menarik kartu As.

Tetapi siapa yang peduli—atau begitulah yang aku pikirkan, khususnya ketika guildku disapu bersih. Tetapi ada orang-orang yang mengulurkan tangannya dan berbicara padaku bahkan setelah mengetahui kondisiku.

Aku berterima kasih pada mereka karena aku bisa bertarung untuk hidup sekali lagi dan menemukan tempat untuk melangkah yang cocok untukku… serta……


Aku terbangun karena suara elektronik dari alarm yang ada di pikiranku—tidak, suara itu seperti suara sesuatu yang mendidih.

Aku melihat waktu yang ditampilkan dipojok kanan penglihatanku dengan mata yang masih mengantuk. Angka digitalnya masih menunjukkan 08:12, dua jam sebelum alarm akan berbunyi. Aku menarik selimut yang berada di kepalaku, sambil mengantuk aku menyadari sesuatu, dan kali ini, semacam bau yang enak menyerang lubang hidungku.

Wangi, kaya rasa, dan berlimpah akan rasa manis; ini adalah aroma dari…

“Cream soup!”

Aku bangun dengan berteriak dan daya gerak yang berlebihan mendorongku dari tempat tidur ketika seseorang menatapku dengan ekspresi tatapan bodoh dari ruang makan dibalik pintu: pastinya, itu adalah Asuna-san, «The Flash», tidak, «The Young Wife».

“…Selamat pagi, Kirito-kun. Itu sambutan yang tak biasa untuk pagi ini.”

Dengan kakiku yang masih ada di kasur dan punggungku menghadap lantai, aku mengucapkan sapaan yang pantas akan hari pernikahanku yang kedua.

“S-Selamat pagi, Asuna. Erm, tadi, aku bermimpi… tentang semua crean soup yang bisa aku habiskan…”

Kebingungan Asuna muncul ketika ia berbicara.

“Itu bakan mimpi. Sepertinya tak cukup banyak cream soup-nya, kupikir.”

“…Apa katamu.”

Aku cukup yakin kalau aku sedang berkomat-kamit karena hidungku gatal, karena aroma harum tersebut belum hilang. Dengan kata lain, suara mendidih yang membangunkanku dari tidurku tak lain dan tak bukan adalah suara penutup panci yang sedang merebus sesuatu?

Meskipun ini telah satu jam limabelas menit lebih awal dari sebelumnya—walaupun aku tidur pukul dua tadi malam—Aku merasa benar-benar terbangun dan menggunakan seluruh AGI yang aku miliki untuk bangun dan menuju ruang makan.

Karena sekarang aku telah melihatnya secara langsung, aku melihat panci hitam dengan uap air mengepul dari atas kompor kayu yang berada di pojok ruangan. Untuk tambahan saja, ada salad sayur serta roti bundar yang ada di atas meja dimana Asuna membaca surat kabar, membaca disana?

Meletakkan surat kabar dan berdiri, Asuna, yang mengenakan apron akhirnya menunjukkan senyuman lalu berbicara.

“Ayo makan setelah kamu selesai membasuh muka. Aku akan menggoreng telur ketika kamu melakukannya. Telurmu mau dimasak apa?”

Sejujurnya, aku tidak terbiasa membasuh wajahku dan memilih telur goreng di dunia nyata, tetapi jika mengaku seperti itu akan membuat istri mudaku terkejut, jadi aku menjawab setelah sedikit berpikir.

“Setengah matang dan digoreng dikedua sisi.”

“Oke, itu mudah kok.”

…Nada itu terdengar baru bagiku, tetapi jika si ahli masak berkata seperti itu, maka ia pasti bisa.

“Nah.”

Aku mengangguk dan menuju ke kamar mandi yang menyatu dengan toilet.

Aku memfokuskan tiga hal ketika membeli rumah baru. ①, tempatnya jarang dikunjungi pemain; ②, sedikit aktivitas monster disekitarnya; ③ memiliki kamar mandi besar.

Pengaturan rumah kayu ini nyaman karena memiliki: ruang tamu dan ruang makan x 1; dapur x 1; kamar tidur x 1; melebihi tiga hal tersebut, kamar mandinya relatif besar dengan kayu putih pada bagian toilet yang berukuran panjang dua meter. Biaya air dan gas mungkin mengerikan di dunia nyata, tetapi di dunia VR yang berbahaya dan tidak berbahaya, air panas selalu mengalir dari dalam pipa yang terpasang di dinding, sehingga mengisi kamar mandi.

Aku sungguh terpesona dengan kamar mandi ini, tetapi meskipun aku ingin mencelupkan kepalaku, bukannya wajahku, setelah melihat uap air naik dari balik bak mandi. Tetapi tampaknya akan berubah dari cukup mudah menjadi cukup sulit jika aku mencelupkan kepalaku, jadi aku menghilangkan ide akan mandi pagi dan memutar keran berwarna keperakan.

Kekurangan dari kamar mandi ini adalah bagaimana bak mandinya memiliki air panas yang melimpah, tetapi keran untuk mencuci hanya memiliki air yang begitu dingin sehingga akan membuatmu menggigil. “Uhii!”, aku menjerit ketika membasuh wajahku, sisa kantuk yang kumiliki segera pergi, sebelum aku menerjang menuju ruang makan.

“Dingin dingin dingin….”

Aku menggigil seperti itu ketika menghangatkan muka dan tanganku pada kompor sebelum menunjukkan kelegaan karena rasa dingin virtual tersebut menghilang.

Asuna yang sedang berdiri di dapur memandangiku, berbalik dan menunjukkan ekspresi kebingungan.

“Bukannya menyenangkan jika membasuh wajahmu dengan air dingin ya?”

“Memang… Memang benar, tetapi yang ada disini itu air es, jadi…”

“Kamu itu laki-laki, bertahanlah!”

Lalu Asuna berbicara seperti seorang kakak perempuan sebelum mengangkat bahunya ringan.

“…Well, Aku ingin pergi ke kamar mandi.”

“Ap…… itu curang! Atau lebih baik, kamu bisa membangunkanku, dan…”

“…Membangunkanmu, dan?”

Tangan kanan Asuna menggenggam spatula, berkilauan penuh cahaya karena ia tersenyum hebat.

“Ah, t-tidak, bukan apa-apa… terlebih lagi, hei, telurnya tak akan menjadi matang.”

“Masih ada sekitar tiga detik…Jadi, tadi apa yang ingin kamu bilang?”

—Coba kupikirkan lagi, aku yakin jika aku bisa memblokir ataupun menghindari serangan milik Asuna sejak kejadian “Berikan. Aku. Setengah!” di depan toko milik Agil. Tetapi aku tak bisa menerima seluruh serangan sepanjang waktu sebagai «The Black Swordsman». Hal itu hanya berlangsung ketika aku menyadari, tetapi Asuna yang tampaknya selalu tenang, bisa menjadi lemah karena serangan frontal.

Aku mengeringkan tenggorokanku lalu tersenyum setenang mungkin selama menahan kekejanganku—

“Kamu mungkin bisa membangunkanku dan kita bisa mandi bersama.”

Aku melebarkan kaki kananku menjauh, sedikit demi sedikit, untuk persiapan pelarianku ketika spatula tersebut memancarkan efek cahaya «Linear» (meskipun aku tidak tahu jika ia akan mengaktifkan skill itu), dan setelah agak lama, wajah Asuna menjadi merah padam dari dagunya hingga ke dahi, dengan sedikit asap keluar dari telinga yang tertutup rambut miliknya. Ini bukanlah kiasan, kejadian tersebut benar-benar terjadi.

Wow, jadi ternyata ada emosi seperti itu.

Aku menahan keterkejutanku dari wajahku lalu Asuna berbalik menuju kompor dengan sangat terburu-buru, menyodok telur goreng di penggorengan dengan spatula sambul berbicara pelan.

“W-Well… Jika kamu memaksa… melakukannya……”

Sreng, Sreng, Sreng.

“…Tetapi kita akan masuk bersama, benar kan? …A-aku setidaknya bisa membasuh punggungmu, tetapi…”

Sreng, sreng, sreng, sreng.

“…E-Erm, aku tak akan melakukan hal mesum, oke? Maksudku, ini kan masih pagi… dan kita harus ke toko untuk keperluan makan siang…… tunggu, ah, kya——!”

Tangan kirinya tergoncang bersamaan teriakan lalu melemparkan penggorengan dengan kekuatan semacam itu membuat hal tersebut agak kurang terlihat olehku.

Telur goreng yang seharusnya setengah matang kini menjadi terlalu matang dengan cepat terbang dan berputar didekat langit-langit, mendarat lagi di dalam penggorengan. Masih memegang penggorengan tersebut, Asuna berbalik sekali lagi.

“Ya ampun! Ini gara-gara kamu berkata yang aneh-aneh akhirnya telur ini menjadi sangat sulit deh, Kirito-kun!”

…Nah, itu tidaklah sulit kan.

Itulah yang terlintah dalam pikiranku ketika aku meminta maaf dengan patuh. Meskipun caranya mengomeliku entak kenapa rasanya tak masuk akal, semuanya memudar ketika persetujuan «Mandi OK» keluar dari mulutnya.

“Maaf, aku benar-benar minta maaf, tapi aku yakin telurnya akan lezat meskipun itu sulit karena kamu menggorengnya langsung untukku.”

Itu adalah apa yang aku pikirkan sejujurnya. Tampaknya Asuna memahaminya juga, karena wajah pengantin wanita-ku ini berubah merah lagi sebelum akhirnya memberikan senyuman seperti biasanya.


Dengan perut terisi penuh, aku berterima kasih pada Asuna atas makan pagi yang sempurna dari pada hari lainnya, membuat telur goreng yang tergoreng matang pada kedua sisi, salad sayur, roti bundar yang lembut, serta cream soup yang harum yang mana aku habiskan dengan sepenuh hati.

“Terima kasih untuk makanannya, rasanya sungguh enak. Ini bukan lagi makan pagi, ini breakfast… bukan, sebuah morning dinner, huh…”

“Kamu meragukan dirimu lho.”

Tawa kecil keluar dari mulut Asuna sebelum ia membalas “Sama-sama”.

Setelah terpukau oleh istri anggunku yang sedang merapikan peralatan makan diatas meja untuk sesaat, sebuah pikiran melintas di kepalaku. Aku telah dibangunkan Asuna serta dibuatkan makan pagi olehnya, tetapi bukankah itu sikap yang tidak boleh dilakukan pada umur dan waktu sekarang ini kan?

Di dunia nyata, aku dengan tak mau membangun tembok antara aku dengan kedua orang tuaku serta adikku, tak mau membantu pekerjaan rumah. Tak peduli bagaimana aku memikirkannya, ibuku, dengan pekerjaannya sebagai editor majalah, serta adik perempuanku, yang senang di klub kendo, seharusnya memiliki sedikit waktu daripadaku yang tenggelam pada permainan online tanpa bergabung pada salah satu klub.

Jika permainan ini diselesaikan dan aku bisa kembali ke dunia nyata, aku harus bekerja keras untuk membantu pekerjaan rumah. Atau seharusnya bisa aku mulai sekarang.

Bertekad seperti itu dalam hati, aku berdiri dan membawa peralatan makan ke dapur.

“Erm, Aku akan mencuci piringnya.”

Aku berkata seperti itu, tetapi asuna berbalik dan menggelengkan kepalanya dengan senyuman.

“Tak apa, ini akan memerlukan waktu singkat kok.”

“…sekejap?”

“Iya.”

Mengangguk dan membawa piring dariku, ia meletakkan piring tersebut ke dalam aliran air dari keran meskipun piring-piring tersebut masih bertumpuk satu sama lain. Hanya seperti itu, kotoran dari piring hilang sepenuhnya dan bahkan piring tersebut langsung kering, jadi aku terkagum dan berucap “Ooh!”.mata Asuna dengan sekejap berubah menatapku dengan tajam.

“Ooh, katamu… Kirito-kun, apa sih yang sebenarnya kamu lakukan dirumah selama ini?”

“Erm… biasanya aku memakan makanan yang tak memerlukan peralatan makan seperti roti lapis, atau roti, atau…”

“Ooh.”

“……Aku minta maaf…”

“Well, kamu ini kan laki-laki. Pastikan kamu mandi.”

Setelah berkomentar dengan senyuman kecil, Asuna tampaknya menyadari maksud lain dalam perkataan yang baru saja ia katakan dan wajahnya berubah merah dengan sekejap sekali lagi.

“Ah, itulah yang aku pikirkan tadi…”

Senyum malu-malu Asuna benar-benar menenangkan dan aku tak bisa berbuat apa-apa selain menggenggam tangan kirinya.

“Yeah, akan kulakukan.”

Tak ada yang bisa kuperbuat.

(Tamat)

Catatan Pengarang[edit]

Selamat pagi, disini Kunori. Terima kasih telah membaca “ME11″. Cerita kali ini adalah sekuel langsung dari cerita sebelumnya “ME10″. Cerita ini berakhir pada titik yang agak aneh karena kurangnya waktu, aku meminta maaf … Kehidupan baru Kirito-san dan Asuna-san yang baru saja menikah masih akan dimulai, jadi aku berharap untuk menulis lanjutannya suatu hari jika ada kesempatan! Dan suatu hari, aku berharap bisa memperbaiki cerita ini kedalam bentuk buku setelah isinya mencukupi dan cerita ini mencapai akhir yang layak … meskipun aku tak memiliki ide kapan itu akan terjadi dengan kecepatan menulisku saat ini …