Tate no Yuusha Jilid 1 Bab 22 (Indonesia)

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Bab 21 : Apa yang Ingin Kudengar

Bagian 1

“ ‘Menang’ apanya?! Dasar pengecut!!!”


Pertarungan satu-lawan-satu kita telah terganggu, kan!?


“Kau ini bicara apa? Kau kalah karena tidak mampu menandingi kekuatanku.”


... Kau bajingan, beraninya kau bicara seperti itu. Omong kosong macam apa yang kau katakan sebelumnya? Tentang Pahlawan yang tidak boleh memiliki budak! Dasar sampah, bertingkah sok-Pahlawan dengan merencanakan duel ini demi kepuasanmu sendiri.


“Rekanmu sudah ikut campur dan mengganggu pertarungan kita! Karena itulah aku tidak bisa bergerak!”

“Hah! Apa yang kudengar ini, alasan palsu yang selalu pecundang katakan saat dia kalah?”

“Bukan begitu, kau bajingan!”


Si pecundang Motoyasu mengarahkan tatapan merendahkannya padaku, mengabaikanku yang memprotesnya, dan tetap merasa menjadi pemenangnya. Padahal benar-benar ada yang ikut campur dalam pertarungan ini... si jalang bajingan itu!


“Ternyata memang benar.”


Para penonton mengalihkan perhatian mereka ke arah Motoyasu. Apa mereka tidak lihat apa yang terjadi tadi..? Mereka pun menjadi membisu.


“Tidak ada gunanya mempercayai perkataan seorang Pahlawan Penjahat. Pahlawan Tombak! Kau lah yang memenangkan pertandingan ini!”


Bajingan itu! Hanya karena aku dianggap penjahat, sang raja langsung mengumumkan hasil pertandingannya. Walau begitu, sebagian orang dari kerumunan penonton tetap terlihat tidak setuju.

Mereka melihat ke sekeliling seakan ingin mengatakan sesuatu. Namun, tidak ada yang cukup bernyali untuk menentang keputusan sang raja.

Dengan begini, sang raja telah membungkam semua suara rakyatnya. Ini benar-benar tindakan seorang diktator!


“Sesuai harapanku akan kehebatan Tuan Motoyasu!”


Si jalang yang merencanakan semua kejadian ini, tanpa rasa bersalah segera menghampiri, dan berada di sisi Motoyasu. Lebih parah lagi, para penyihir kerajaan hanya merapalkan sihir penyembuhannya pada Motoyasu saja. Kelihatannya mereka tidak berniat membantuku sedikitpun.

“Hmm... Seperti yang diharapkan dari pilihan puteriku, Malty.”


Sang raja berkata sembari meletakkan tangannya di pundak Mine.


“A-apa..!?”


Mine adalah puteri sang raja!?


“Ah... Aku juga kaget saat mendengar kalau Mine itu seorang puteri. Dia menggunakan nama palsu untuk berbaur dengan kita.”


“Ya... aku juga ingin membantu, demi mewujudkan perdamaian di dunia kita~”


... Aku mengerti. Jadi begitu ceritanya.


Memang terasa aneh, melihat betapa mudahnya aku dijadikan tersangka kejahatan, hanya bermodal pengakuan si korban saja. Jadi itu yang sebenarnya terjadi.

... Sang raja mengabaikan keegoisan bodoh puterinya, dan memberi tuduhan palsu padaku, dengan bukti palsu pula. Demi Pahlawan yang telah puterinya pilih, dia mengorbankanku dan “merampas” kembali uangku, karena aku adalah yang terlemah dari keempat Pahlawan.

Dan karena Motoyasu telah “menyelamatkan” sang puteri dariku, Mine jadi lebih dekat dengannya dibanding gadis-gadis pengagum lain dalam grup-nya.

Ini juga menjelaskan kenapa dari awal aku mendapat uang yang lebih banyak. Dengan kata lain, sekalian dia bisa mendapat perlengkapan bagus dariku, agar bisa terus membantu Pahlawan pilihannya, Motoyasu.

Jika Motoyasu yang mendapatkan perlengkapan lebih bagus dari keempat Pahlawan yang lain, orang seperti dia sekalipun akan merasa curiga dan lebih waspada.

Dengan perencanaan seteliti itu, semua orang di negeri ini takkan tahu yang sebenarnya terjadi, kecuali si pelaku itu sendiri. Pada akhirnya mereka menganggap Pahlawan Perisai adalah penjahat yang tidak berguna, dan Pahlawan Tombak adalah sang penyelamat tuan puteri.

Sedikit demi sedikit, semuanya jadi terasa semakin masuk akal. Tidak ada bukti kalau aku telah terkena serangan dari rekan Motoyasu karena aku tidak terkena damage, walau sudah terhantam hingga tak bisa bergerak. Tidak ada bukti jelas kalau sang puteri telah berbuat curang.

Semua orang yang ingin memprotes di sini, pasti terpaksa untuk tetap diam. Agar Mine bisa mengganggu pertarungan kami, dan membantu Pahlawan pilihannya, Motoyasu. Kalau begini, pasti sudah direncanakan sejak awal, agar aku dan Motoyasu bertarung dalam duel.

...Oh, sederhana saja. Yang perlu dia lakukan adalah membisiki Motoyasu seperti:


“Gadis itu dipaksa menjadi budak untuk Pahlawan Perisai. Kumohon, tolong selamatkan dia.”


Ini adalah kesempatan bagus untuk menguji calon suaminya, dan agar dia sendiri mendapat citra baik di mata semua orang. Untuk seseorang yang licik sepertinya, kesempatan seperti ini tidak mungkin dia sia-siakan.

Dan jika mereka berdua akhirnya menikah, ini akan menjadi suatu kisah kepahlawanan, tentang mereka yang telah menyelamatkan seorang budak dari genggaman seorang penjahat. Dan jauh di masa depan, namanya akan terus dikenang sebagai istri dari Pahlawan terhormat yang mengalahkan Pahlawan yang jahat.

Sial! Raja sampah dan puteri pelacur ini!.

Tidak, tunggu... sang puteri... seperti seorang pelacur..? Kalimat ini, di mana aku pernah mendengarnya? Dari mana? Dari mana aku tahu kalimat seperti ini?

... Aku ingat sekarang. Saat masih di duniaku, aku sedang membaca buku “Empat Senjata Suci”. Dalam buku itu, sang puteri mirip seperti pelacur, yang merayu kesemua Pahlawan dalam cerita.

Jika buku yang kubaca di duniaku berhubungan dengan dunia ini, bukanlah hal aneh kalau sang puteri di sini mirip seorang pelacur. Dan kejadian yang sama juga berlaku pada kesemua Pahlawan brengsek itu.

Suatu amarah yang membara dalam diriku, mulai menyelimuti tubuhku.

Rangkaian Kutukan
Syarat untuk membuka bentuk perisai ini telah terpenuhi.

Pandanganku menjadi kabur, bersamaan perisaiku tertutupi emosi gelap yang menyeruak dari dalam hatiku.


“Baiklah, Tuan Motoyasu, gadis yang telah diperbudak oleh Pahlawan Perisai, sedang menunggumu.”


Kerumunan penonton mulai mundur menjauh, saat para penyihir kerajaan mulai mencabut kutukan budak dalam tubuh Raphtalia. Mereka membawa sebuah wadah yang dipenuhi suatu cairan, dan mengoleskan cairan itu ke lambang kutukan yang tergambar di dada Raphtalia.

Tidak lama, kulihat stigma kutukan Raphtalia itu telah menghilang. Sekarang Raphtalia telah terbebas dari kontrak perbudakannya denganku.

Tubuhku terasa bergejolak, seiring ditelannya hatiku oleh kegelapan. Rasanya seluruh penghuni dunia ini sedang mengejek, mencemooh, dan menertawakan semua perjuanganku selama ini.

Yang bisa kulihat... hanyalah tawa menyeringai dari siluet gelap mereka di sekitarku.


“Raphtalia!”


Motoyasu segera menghampirinya. Raphtalia, yang sekarang terbebas dari sumpalan kain di mulutnya, berderai air mata....

PLAK!!!

...dan menampar pipi Motoyasu.


“Kau... pengecut!”

“... Eh?”


Tampang Motoyasu terlihat kebingungan setelah Raphtalia menampar pipinya.


“Aku tidak pernah minta diselamatkan dengan cara pengecutmu itu!”

“T-tapi Raphtalia telah dimanfaatkan olehnya, kan?”

“Tuan Naofumi tidak pernah memaksakan kehendak apapun padaku! Dia hanya sekali saja mengaktifkan kutukannya, karena aku terlalu takut untuk bertarung!”


Karena kesadaranku yang hampir lenyap, aku tidak bisa mendengar apa yang Raphtalia katakan. Tidak, sebenarnya aku bisa mendengarnya. Tapi aku tidak ingin mendengar siapapun. Aku hanya ingin segera pergi dari sini. Aku ingin kembali saja ke dunia asalku.


“Dia harusnya tidak menyiksamu seperti itu!”

“Tuan Naofumi tidak mampu mengalahkan monster sendirian. Karena itulah dia terpaksa mengandalkan orang lain!”

“Kau tidak seharusnya melakukan itu! Dia akan terus memperalatmu sampai kau hancur!”

“Tuan Naofumi tidak pernah membiarkan monster manapun menyakitiku! Dan kalau aku kelelahan pun, dia selalu mengizinkanku untuk beristirahat!”

“T-tidak mungkin... dia bukanlah seorang yang pengertian seperti itu...”

“Akankah kau mengulurkan tanganmu, pada seekor budak yang kotor dan sakit-sakitan?”

“Eh?”

Bagian 2

“Tuan Naofumi telah melakukan banyak hal demi diriku. Dia memberiku makanan apapun yang kumau. Dia juga telah memberikan obat yang berharga saat penyakitku kambuh. Apa kau bisa melakukan semua itu?!”

“T-tentu aku juga bisa!!”

“Kalau begitu harusnya ada seorang budak diantara semua rekanmu itu!!”

“!?”


Untuk alasan tertentu... Raphtalia berlari ke arahku.


“P-pergi!”


Ini... memuakkan. Dunia ini sangat memuakkan. Semua wanita... tidak... semua orang di dunia ini, mencemoohku seakan ingin menyiksaku. Kalau gadis ini menyentuhku, aku akan teringat pada kenangan buruk itu lagi. Raphtalia menyadari keadaanku yang tertekan, dan kembali memelototi Motoyasu.


“Aku sudah mendengar semua rumornya... bahwa Tuan Naofumi telah memaksakan kehendaknya pada seorang rekannya, dan bahwa dia adalah seorang Pahlawan yang jahat.”

“I-itu benar. Dia itu pemerkosa terkutuk! Sebagai seorang budak wanita, kau harusnya paham tentang itu , kan!?”

“Kenapa aku harus mempercayai semua rumor itu!? Tuan Naofumi tidak pernah sekalipun, melakukan hal yang tidak pantas pada tubuhku!”


Kemudian Raphtalia menggenggam tanganku.


“L-lepaskan aku!”

“Tuan Naofumi... Apa yang harus kulakukan, agar kau bisa percaya padaku?”

“Lepaskan tanganku sekarang juga!!”


Di dunia ini, semua orang menuduhkan kejahatan, yang bahkan tak pernah kulakukan.


“Aku tidak bersalah!”

*Wuuushhh*

Diriku yang terbutakan oleh rasa dendam, merasa dirangkul oleh seseorang.


“Apapun yang terjadi, aku akan selalu mempercayai Tuan Naofumi.”

“Diam!! Kalian pasti akan terus menuduhkan kejahatan lain padaku!!”

“... Aku tidak mempercayai rumor itu. Karena kau adalah seorang yang takkan pernah, melakukan hal semacam itu.”


Perkataan itulah yang ingin kudengar sejak tiba di dunia ini. Perlahan, bayangan yang mengaburkan pandanganku mulai lenyap. Dan aku pun merasakan kehangatan lembut dari seseorang.

Tate no Yuusha Volume 1 Image 10.jpg

“Meskipun seluruh dunia ini akan menyalahkan Tuan Naofumi, aku tidak akan melakukan hal itu... Walau harus berulang kali pun, aku akan terus menentang tuduhan mereka semua.”


Ketika aku menengadahkan kepalaku, bukanlah seorang gadis kecil yang ada di hadapanku, melainkan seorang gadis remaja yang berumur sekitar tujuh belas tahun. Dengan penampilannya yang mirip dengan Raphtalia, tidak kusangka dia terlihat manis. Wajah dan kulitnya, yang harusnya kering dan terdapat beberapa bekas luka, sekarang terlihat lebih sehat dan indah, dengan rambut menawannya yang sedikit berdebu. Tubuh yang seharusnya kurus kering itu, sekarang sudah menjadi lebih berisi dan berbentuk menarik. Dan yang jelas, tatapan matanya yang dulu dipenuhi keputus-asaan, sekarang bersinar dengan tekad yang kuat. Aku tidak ingat pernah mengenal seorang gadis seperti dia.


“Tuan Naofumi, ayo kita pergi, dan tolong tanamkan lagi kutukan itu pada tubuhku.”

“S-siapa kau?”

“Eh? Apa yang kau katakan? Ini aku, Raphtalia.”

“Tidak-tidak-tidak, bukankah Raphtalia itu gadis yang masih kecil?”


Gadis itu mengakui dirinya sebagai Raphtalia. Dengan kebingungan, dia memiringkan kepalanya, dan terus mencoba meyakinkanku.


“Duuh, Tuan Naofumi selalu saja memperlakukanku seperti anak kecil.”


Kata-kata itu... adalah kata-kata yang kuingat, pernah diucapkan Raphtalia padaku. Tapi, walaupun suara gadis ini sama dengan suara Raphtalia, bentuk tubuhnya benar-benar berbeda. Tidak-tidak-tidak, kalaupun gadis ini memang Raphtalia, tetap saja ada yang aneh.


“Tuan Naofumi, kalau begitu aku akan menjelaskannya.”

“Menjelaskan apa?”

“Saat level anak Demi-human naik, tubuh mereka juga ikut menjadi dewasa, untuk mengimbangi level pertumbuhannya.”

“Eh?”

Tersipu malu, gadis yang mengaku sebagai Raphtalia itu lanjut berbicara.


“Walaupun pi-... pikiranku masih seperti anak kecil, tapi tubuhku sudah berubah mirip seperti wanita dewasa.”


Saat mengatakan ini, sekali lagi Raphtalia membenamkan wajahku ke dadanya yang telah membesar.


“Kumohon, percayalah padaku. Aku yakin Tuan Naofumi tidak pernah sekalipun melakukan kejahatan. Kau adalah Pahlawan Perisai terhormat yang telah menyelamatkan hidupku, memberiku obat yang berharga, dan mengajariku cara bertarung dan bertahan hidup. Aku adalah pedang milikmu, dan aku akan terus mendampingimu, sesulit apapun rintangan yang akan kita hadapi.”


Perkataan itu... kata-kata itulah yang ingin kudengar. Kata-kata yang akhirnya diucapkan, sejak Raphtalia berikrar untuk bertarung bersamaku.


“Kalau kau belum bisa mempercayaiku, jadikanlah aku sebagai budakmu lagi, atau lakukanlah apapun yang kau mau padaku. Aku akan terus berada di sampingmu.”

“Hu...hu....huu....”


Setelah mendengar ucapan lembut itu, ucapan pertama yang tidak memusuhiku sejak aku tiba di dunia ini, tanpa sadar air mataku mulai mengalir. Walau aku merasa tidak boleh menangis apapun yang terjadi, tapi tetap saja aku tidak bisa menahan air mataku yang berjatuhan ini.


“Huu..... huuuuuuuu...”


“Duel tadi itu... Motoyasu, kalian telah melanggar peraturan.”

“Haah!?”


Ren dan Itsuki muncul dari arah kerumunan penonton dan berkata.


“Kami melihat semuanya dengan jelas dari tempat penonton di atas sana, rekanmu telah menembakkan sihir angin kepada Naofumi.”

“Tidak, tapi... Tidak mungkin.”

“Walaupun begitu, sang raja tidak mempermasalahkannya. Kau pasti mengerti apa maksudnya, kan?”

“...Itukah yang terjadi tadi?”


Motoyasu pun menoleh, dan melihat sekeliling ke arah penonton.


“Tapi dia juga menyerangku dengan semua monster-nya!”

“Semua monster itu tidak memberimu damage sedikitpun. Kau bisa periksa sendiri.”


Sekarang dengan berlagak sok-adil, Ren menegur Motoyasu.


“Tapi... Dia! Dia mengincar wajah dan selangkanganku!”

“Menggunakan siasat kotor karena dia dipaksa untuk bertarung, yang bisa dipastikan nantinya dia akan kalah. Kita harusnya bisa memaklumi perbuatan seperti itu.”


Setelah mendengar perkataan Itsuki, Motoyasu menghentikan bantahannya dengan ekspresi yang tidak senang.


“Kali ini adalah salahmu yang telah merencanakan pertarungan ini, karena itu biarkan saja dia.”

“Hmph... akhir pertandingan yang parah. Aku masih yakin kalau Raphtalia itu, sudah dicuci otak olehnya.”

“Bisa-bisanya kau berkata begitu, setelah melihat pengakuan mereka berdua di sana..?”

“Itu benar.”


Karena suasana tempat pertandingan yang mulai menjadi canggung, ketiga Pahlawan itu mulai pergi, diikuti kerumunan penonton yang kembali ke istana.


“... Hmph! Sangat membosankan.”

“Iya... keputusan pertandingannya sangat mengecewakan.”


Mereka berdua yang tidak puas dengan hasil pertandingan, dengan kesal meninggalkan tempat. Hanya aku dan Raphtalia yang masih berada di taman istana.


“Pasti berat bagimu untuk menanggung semua itu sendirian. Maaf, aku tidak menyadarinya. Mulai sekarang, aku akan ikut menanggung bebanmu juga.”


Kesadaranku menghilang setelah kudengar suara lembutnya.

Setelah itu, aku tetap tertidur dalam pelukan Raphtalia sekitar satu jam lamanya. Aku begitu terkejut. Aku tidak sadar kalau Raphtalia sudah tumbuh sebesar ini. Kenapa aku sampai tidak menyadarinya?

... Mungkin itu karena aku terlalu tertekan.

Aku tidak sempat memperhatikan pertumbuhan fisik Raphtalia. Yang kulihat hanyalah atribut yang terus naik, di tampilan jendela status-nya. Acara jamuan makan itu telah lama berakhir. Dan aku tertidur dengan lelap di suatu ruangan berdebu yang tidak terpakai, yang biasanya digunakan untuk ruangan tidur pelayan.

Seseorang telah mempercayaiku. Mengetahui itu saja, rasanya beban di hatiku telah menghilang.

Dan dampak dari pulihnya hatiku, semakin jelas terasa saat sarapan di keesokan harinya. Untuk pertama kalinya sejak aku dikhianati oleh Mine, indera pengecapku sekarang berfungsi seperti biasanya.

Referensi :