Tate no Yuusha Jilid 2 Bab 16 (Indonesia)

From Baka-Tsuki
Revision as of 19:21, 22 July 2017 by Ddn Master Lich (talk | contribs) (Created page with "==Bab 41 : Yang Mulia Shogun== ===Bagian 1=== Dalam perjalanan kami ke wilayah utara, kami tiba di sebuah kota. “Apa? Di sini ada pajak jalan?” Saat kami akan memasu...")
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)
Jump to navigation Jump to search

Bab 41 : Yang Mulia Shogun

Bagian 1

Dalam perjalanan kami ke wilayah utara, kami tiba di sebuah kota.


“Apa? Di sini ada pajak jalan?”


Saat kami akan memasuki kota, beberapa prajurit penjaga menghentikan kami, dan meminta uang pajak. Karena itu, aku tunjukkan surat Pengecualian Pajak dari pimpinan wilayah desa Riyuuto pada mereka...


“Benda seperti ini tidak berlaku di sini! Cepat bayar!”

“Tapi-”


Penjaga itu menolak saat Raphtalia ingin bernegosiasi, dan tetap meminta uang kami. Meski kami sudah mencoba berunding, penjaga itu tetap tidak bergeming.


“Dasar bajingan keras kepala!”


Meski penjaga itu seakan hendak menyerang kami, dia tetap berdiri di sana, dan memelototiku dengan galak. Hmm... Pasti ada sesuatu yang terjadi di sini.

Aku mempelajari beberapa hal setelah mulai berdagang di dunia ini. Tidak ada yang berani melakukan pungutan uang seperti ini, kecuali mereka mempunyai rekan yang kuat.

Sepertinya siapapun yang orang ini patuhi, adalah tokoh yang berpengaruh. Nampaknya kita harus berunding dengan orang yang “mempekerjakan” penjaga ini. Meski rencana itu bisa berhasil, kalau orang tersebut bisa diajak kerjasama.

Karena sosok yang dibahas tidak ada di sini, berarti ada alasan lain...


“Penguasa kota ini pasti seorang bajingan yang tidak bermoral.”


Aku bergumam sambil memandangi kota itu. Setelah mendengarnya, ekspresi wajah penjaga itu langsung berubah.


“Jangan sekali-kali kau berbuat lancang dengan menghina sang penguasa! Atau akan kuhukum kau!”


Ah, aku mengerti. Jadi masalahnya ada pada atasan mereka. Kalau begini, perundingan maupun ancaman tetap tidak akan berguna.

Jalan ke kota telah ditutup hingga aku tidak bisa lewat. Kalau berani menyusup atau menerobos, akan ada hukuman yang menanti. Mungkin aku bisa membuat keributan, agar pimpinan kota ini muncul. Meski begitu, resiko-nya terlalu besar...


“Aku mengerti. Kalian pasti terbebani juga...”


Aku berikan uang sebanyak yang diminta si penjaga. Penjaga itu terlihat sedikit terkejut.


“Yah... Ini cukup.”


Penjaga itu berbisik padaku.


“Maafkan aku...”

“Lagipula tidak ada pilihan lain.”


Apa ini termasuk daerah kekuasaan si raja sampah itu? Atau pimpinan kota ini memang busuk juga. Aku berniat menjual makanan yang diangkut di ketiga gerobakku, tapi kuurungkan niatku itu, mengingat pungutan pajak yang berlaku di sini.



Di kota ini kelihatannya terdapat penginapan yang berkelas, setidaknya jika dibandingkan dengan penginapan di tempat lain. Segala sesuatu di kota ini akan dipungut pajak: mulai dari kebutuhan sehari-hari, makanan, senjata dan zirah, hasil kerajinan, bahkan biaya penginapan juga. Semuanya serba mahal. Pasti sulit bagi mereka yang tinggal di kota ini.

Kondisi perdagangan di kota ini juga terlihat lesu, dan keadaan semua pasar yang ada pun tidak begitu ramai. Pajak tinggi yang tidak beralasan ini, pasti sudah mencapai puncak keparahannya.


“Kumpulkan informasi tentang pedesaan yang kekurangan makanan.”

“Baik.”

“Baik~! Tuan, belikan aku oleh-oleh~”

“Kau sudah makan banyak, dan masih ingin dibelikan oleh-oleh?”


Filo ini, meminta dibelikan oleh-oleh, di tempat yang harganya serba tinggi begini...



Kami pun pergi ke bar dengan Filo, yang sudah berubah ke wujud manusianya, dan aku sudah merubah bentuk perisaiku menjadi Perisai Buku.

Di dalam bar, aku melihat seseorang, yang aku sendiri tidak ingin bertemu dengannya.


“Sepertinya begitu...”


Meski dia membawa sebuah busur, ada juga pedang yang diikat di pinggangnya, dan perlengkapan pria itu juga terlihat berkualitas rendah. Mirip Perisai Buku yang kupakai untuk menyamar, ukuran busur pria itu pun kecil dan terlihat biasa.

Kalau ini adalah pertemuan pertama kami, ditambah kalau dia memakai sarung tangan, aku takkan bisa mengenalinya. Tapi, warna pakaian semua rekan petualangnya itu terlihat mencolok. Sepertinya pria itu sengaja menyembunyikan identitas-nya... Mungkin.

Itu benar, Pahlawan Busur sedang merundingkan sesuatu di pojok ruangan bar. Sepertinya dia belum melihatku.

Apa yang mereka bicarakan? Aku pun mencoba mendekat, dan menguping pembicaraan mereka...


“Penguasa di kota ini...”


Nampaknya, rombongan Pahlawan Busur sedang mengumpulkan informasi, tentang reputasi penguasa kota ini.

Menurut penjelasan seorang penduduk kota yang ditanyainya, penguasa kota ini mengambil uang pajak untuk kekayaannya sendiri, lalu menerima uang suap dari para saudagar, dan merekrut pengawal untuk menghukum siapapun yang menentang keputusannya.

Sepertinya penguasa kota ini sama brengseknya dengan raja sampah itu.


“Itu sungguh keterlaluan, aku harus menghukumnya.”


*Whooa!*

Aku hampir terjatuh dari kursiku, saat kudengar ucapan Itsuki yang menyeramkan tadi.

Pertama-tama, apa yang harus kulakukan untuk merespon tindakannya itu...? Kenapa kau mencoba menyamar segala, delusi Shogun[1] macam apa yang kau derita ini? Apa kau akan langsung pergi, tepat setelah perjuangan revolusi[2] kalian sukses?

Tapi, bukankah aku pernah mendengar rumor tentang Pahlawan Busur, yang mirip dengan kejadian sekarang? Kalau dipikirkan lagi, rumor memang tidak selalu bisa diandalkan, contohnya aku sendiri, yang sekarang dikenal sebagai Pendeta Mistik dengan Burung Suci-nya. Di samping itu, aku juga dikenal sebagai Pahlawan Perisai yang terkenal jahat. Karena tak ada seorangpun yang tahu siapa aku sebenarnya, aku masih bisa berpura-pura menjadi seorang Pendeta.

Dan aku tidak tahu, kenapa Itsuki sampai menyembunyikan identitas-nya seperti ini. Mungkin... Mungkinkah negeri ini memintanya untuk bersembunyi? Aku tidak bisa menebaknya karena kekurangan informasi tentang Itsuki, ditambah minim-nya rumor tentang Pahlawan Busur.

Apa kau ini memang sengaja menyamar?


“Semuanya, ayo kita pergi.”


Setelah mengakhiri perbincangannya, Itsuki meninggalkan bar, dan pergi menuju gelapnya malam.

Bagian 2

Di pagi berikutnya, penguasa kota ini sudah diganti...

Setelah mengobrak-abrik rumah besar si penguasa itu, semua rekan Itsuki menunjukkan siapa diri mereka sebenarnya, dan mulai mengancam penguasa itu. Kabar kejadian di kota ini pun sampai pada raja sampah di ibukota, dan akhirnya, jabatan penguasa kota ini diserahkan pada orang lain. Aku jadi ingat dengan beberapa drama tentang kejadian di masa lalu, dan perjalanan revolusi yang mereka tempuh dan perjuangkan.

Terlalu merepotkan kalau aku sampai terlibat dengan mereka.

Setelah mencari hal yang menjadi tujuanku datang ke sini, yaitu informasi tentang desa yang ingin membeli makanan, aku pun kembali ke penginapan. Oleh-oleh untuk Filo? Tidak mungkin kubelikan di tempat yang harga barangnya mahal seperti ini.

Aku tetap membaca buku sihirku dan mengabaikan Filo, yang terdengar sedang mengeluhkan sesuatu padaku.

Akhirnya aku berhasil mempelajari sihir yang lain. Sepertinya ucapan bibi pemilik toko sihir, tentang kecocokan Pahlawan Perisai dalam menggunakan sihir pendukung dan penyembuhan, ternyata benar adanya...



Di pagi berikutnya.

Seperti yang kukira, banyak petualang yang disewa oleh pihak istana, mereka diam-diam menyelidiki rumor tentang penguasa kota ini, yang sekarang kehilangan kewenangannya. Di pusat kota, aku melihat Itsuki sedang berbincang dengan seorang gadis yang cantik.


“Sungguh, terima kasih banyak.”

“Sebenarnya tidak ada hal yang seperti itu. Kau tahu? Karena ini adalah rahasia.”


Rahasia dari mananya??

Yah, kecurigaanku akhirnya terbukti sudah. Sekarang aku tahu, kenapa sampai tidak ada rumor yang menyebutkan tentang Itsuki. Orang ini berpura-pura menyembunyikan diri, dan membuat kesan seolah dia itu seorang yang rendah hati, dan gembira saat orang lain mendatanginya karena tahu identitas asli dirinya. Sungguh hobi yang menjijikan. Pikiran orang itu pasti bermasalah.

Menyembunyikan jati diri untuk memuaskan hasrat “pahlawan super yang membaur dengan masyarakat”, benar-benar kebiasaan yang buruk. Kalau memang maumu begitu, harusnya kau tidak mengobrol di tempat mencolok seperti ini.

Setidaknya aku mengerti, kenapa gadis itu merasa berhutang budi pada orang seperti Itsuki. Sepertinya gadis itu hampir dipenjarakan karena tidak mampu membayar pajak, ditambah gadis itu juga harus merawat seorang pria tua yang sakit-sakitan di tempat tidur.

Ini aneh. Kami pun bergegas meninggalkan kota.



Setelah melakukan perjalanan selama setengah hari, kami sampai di desa dekat perbatasan menuju negeri Melromarc. Sepertinya makanan yang kami angkut dan tidak terjual kemarin, di sini menjadi barang yang sangat dicari. Nampaknya seluruh wilayah ini sedang diserang hama.

Meski begitu, sepertinya ada banyak orang yang bukan penduduk asli desa sini. Pakaian mereka terlihat seperti pakaian dari negeri lain.


“Hei, kau yang di sana...”


Sepertinya mereka dari negeri tetangga, negeri di mana raja diktator mereka sudah digulingkan. Apa mereka datang ke sini untuk berdagang?

Setelah melihat isi gerobakku, mereka pun menghampiriku untuk membicarakan bisnis. Kelihatannya mereka tidak punya uang, jadi mereka ingin melakukan barter. Tanaman obat yang mereka tawarkan pun bagus juga, dan mungkin kayu bakar yang mereka tawarkan, bisa dipakai untuk membuat kerajinan kayu...

Aku pun turun dari kereta, dan menanyakan keadaan di desa ini.


“Terima kasih sudah membolehkan kami membarter denganmu.”


Walau mereka menukar makanan daganganku dengan benang atau batubara, selama aku mendapatkan jumlah yang cukup, tentu nantinya semua itu akan berguna. Meski alasan aku mau melakukan barter, dikarenakan mereka punya tanaman obat dalam jumlah banyak.


“Maafkan aku. Untuk sekarang, hanya sedikit yang bisa kami pakai untuk barter...”


Saat kuperhatikan lebih jelas, tubuh pria yang berbicara padaku ini sangat kurus, seakan dia bisa mati kapanpun.


“...Akan kusiapkan sedikit hadiah untuk kalian. Walau tidak banyak, bagikan dengan merata pada setiap warga desa dan makanlah nanti.”


Karena tidak ada pilihan lain, aku pun meminjam panci besar milik sekelompok penduduk desa itu.

Semua warga yang menderita karena kelaparan, mau membantu menyiapkan masakannya. Ada banyak bahan makanan yang hampir membusuk. Kira-kira 4 hari lagi, sebelum bahan makanan itu tidak lagi layak dimakan.

Padahal keterampilan Pencegahan Pembusukan sudah memperlambat pembusukannya.


“Terima kasih banyak!”


Mereka pun langsung menyantap masakan yang kubuat di panci itu dengan lahap. Di saat itu, aku juga bertanya-tanya, kenapa serangan hama ini bisa terjadi.

Kelihatannya, meskipun raja mereka adalah diktator atau bukan, kehidupan di daerah ini tetap tidak menjadi lebih baik. Pajak yang ditetapkan masih terlalu tinggi, dan bahkan masih ada beberapa orang yang memanfaatkan kenaikan pajak itu. Tapi, sepertinya semua itu akan segera berakhir.

Nampaknya kubu yang sering disebut kelompok Perlawanan dan sudah mengambil alih pemerintahan, tetap saja menaikkan pajaknya.


“Apa? Bukannya kalian sudah melengserkan raja jahat yang sebelumnya?”

“...... Butuh uang dalam jumlah banyak untuk mengurus administrasi negara dengan semestinya, karena itulah pajaknya dinaikkan, hingga anggaran militer pun dipotong untuk memenuhi segala pengeluarannya.”


Tentu saja, selain raja yang memerintah dengan buruk, tidak memenuhi anggaran minimum militer untuk mempertahankan negeri, adalah tindakan yang bodoh.

Ada pepatah mengatakan ‘suatu negeri tidak akan ada tanpa rakyatnya’ , tapi apa yang terjadi kalau sebuah negara tidak bisa melindungi rakyatnya sendiri? Sepertinya hanya rumor buruk raja sebelumnya saja yang menyebar luas.

Aku tidak tahu apa yang raja sekarang pikirkan, tapi sosok raja yang telah dicap sebagai diktator itu sepertinya tidak asing. Seharusnya ada cara lain seperti mengajukan perundingan dengannya, daripada langsung melengserkannya.

Dan untuk raja di ibukota, dia jelas sudah jahat sedari awal.


“Hanya tokoh pimpinannya saja yang berubah, dan sekarang semakin mustahil bagi kami untuk membiayai hidup kami. Jadi kami membawa harta kami yang tersisa, ke negeri Melromarc untuk menjalani hidup yang baru.”


“Filo ikut berduka karena kalian dipimpin raja seperti itu~! Ngomong-ngomong, siapa yang harus disalahkan karena Filo dibiarkan kelaparan begini?”

“Diam kau burung! Wibawaku sebagai pemilik kereta bisa diragukan nanti!”

“Baik~”


Aku marahi Filo, karena dia sudah membuka luka lamaku. Rasanya, akhir-akhir ini dia semakin tidak bisa membaca situasi, dan sering berbicara seenaknya.


“Aku penasaran, dari mana Filo belajar berkata seperti itu...”


Raphtalia bergumam, sambil memandangiku yang sedang menegur Filo.


“Kau bilang apa tadi?”

“Tidak, bukan apa-apa...”


Sepertinya Itsuki juga ikut ambil bagian dalam perjuangan kubu Perlawanan. Sejak awal, mungkin dia sendiri yang menjadi dalang dibalik semua ini. Disamping itu, apa semua orang ini menyelinap demi membeli makanan, dari pasar gelap di negeri ini? Sepertinya harga pangan telah melambung tinggi di wilayah ini. Dan bisa saja aku manfaatkan itu.

Kalau tidak salah, Itsuki... atau “Yang Mulia Shogun” , telah melakukan beberapa perombakan di wilayah ini. Meski tindakan mulia orang itu akhirnya tetap berujung pahit... Karena rasa keadilannya sudah terpuaskan, Itsuki pun segera pergi meninggalkan kota.


“Meski negeri Melromarc ini bisa menyerang negeri asal kami yang semakin melemah, tetap saja sulit menjalani hidup di bawah ancaman hama...”

“Hmm, aku mengerti...”


Gelombang Bencana juga mungkin telah mempengaruhi aktivitas hama.


“Apa ini?”

“Ini adalah bibit tanaman yang sebelumnya menjadi penyebab masalah, jauh di wilayah selatan negeri ini. Aku sudah mengubahnya dengan teknik khusus, jadi saat ditanam, bibit ini bisa tumbuh dengan cepat. Mungkin tidak akan terjadi masalah besar setelah bibitnya tumbuh, tapi kalian harus terus awasi pertumbuhan. Kalau kalian tidak mengawasinya dengan baik, tanaman ini bisa menjadi berbahaya.”

“B-Baik......”

“Aku akan melewati daerah ini lagi nanti. Kita akan bertemu lagi nanti.”


Karena semua makanan yang diangkut ketiga gerobak kami sudah habis terjual, aku berikan dua bibit pada mereka untuk bonus-nya. Dan apa yang nanti terjadi pada desa itu? Itu adalah kisah yang berbeda... Sepertinya identitas-ku yang sebenarnya sudah terbongkar, tapi karena desa di negeri tetangga sudah selamat dari serangan hama, para penduduk sepertinya tidak terlalu mempermasalahkan itu.

Ditambah lagi, karena banyaknya tanaman obat yang kudapat di desa ini, wabah penyakit di wilayah timur bisa disingkirkan dengan ramuan obat dagangan kami.

Referensi :

  1. Shogun adalah diktator militer di Jepang pada periode tahun 1185-1868. Dalam periode tersebut, para Shogun lebih sering menjadi penguasa de facto di seluruh negeri, walaupun secara formal-nya, mereka ditunjuk oleh Kaisar dalam upacara resmi. Dengan pengaruh militer-nya, Shogun memegang kekuatan mutlak atas semua wilayah dalam negeri. (dikutip dari Wikipedia)
  2. Revolusi adalah perubahan mendasar dalam kekuatan politik atau badan organisasi dalam waktu singkat, di saat rakyat memberontak melawan pemerintahan yang masih berlaku. (dikutip dari Wikipedia)