Tate no Yuusha Jilid 3 LN Bab Extra (Indonesia)

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Chapter Ekstra - Sebelum Aku Bertemu Sahabatku[edit]

Namaku Melty Melromarc. Aku adalah putri kedua dari Melromarc, dan aku adalah garis penerus utama.


Untuk melihat dunia lebih luas lagi, aku bepergian bersama bunda.


Pekerjaan bunda adalah bepergian ke seluruh dunia untuk bertemu dengan orang-orang unyul memastikan bahwa Melromarc nggak sampai mengalami perang.


Aku diharuskan untuk mempelajari bagaimana mengerjakan pekerjaan itu, jadi itu sebabnya aku ikut bersama beliau.


Suatu hari aku benar-benar gembira karena bunda akan mengajari aku sesuatu yang baru tentang pekerjaannya.


Sebuah surat datang dari ayah, dan saat bunda membukanya, aku sepertinya tau pekerjaan seperti apa yang akan beliau berikan padaku.


Sejujurnya, aku nggak membenci ayahku—tapi kurasa dia agak dungu. Aku sudah mendengar segala macam legenda tentang seberapa kuatnya dia sebagai seorang pejuang, tapi menyaksikan dia tunduk pada kakakku. Dia memberi apapun yang kakak inginkan, dan sangat sulit untuk menghormati dia setelah itu.


Sangat sulit untuk mempercayai jadi orang seperti apa dia sekarang.


Tetap saja, dia punya pola pikir militer yang habat. Kau bisa tau itu saat dia bermain game strategi dengan bunda. Bunda akan kalang kabut memikirkan strategi untuk melawan, dan ayah cuma menguap—dan menang. Bunda bukanlah pemain yang lemah. Aku nggak pernah melihat bunda kalah pada siapapun selain ayah. Nggak peduli seberapa keras aku belajar, aku nggak akan bisa mencapai tingkatan skill yang dimiliki bunda. Namun ayah mengalahkan bunda dengan mudah.


Aku mencintai ayah. Dia peduli pada keluarganya—tapi aku cuma nggak bisa mengerti kenapa dia selalu tunduk dan memberi apapun yang kakak inginkan.


Berbicara soal game strategi—kakak yang paling bego diantara kami. Ayah akan menahan diri untuk membiarkan dia menang, yang mana itu nggak masalah. Tapi saat kakak bermain melawan orang lain, dia akan bohong, curang, dan melakukan apapun agar menang.


Game-game strategi memiliki nama-nama yang berbeda diseluruh dunia. Game yang kami mainkan sebenarnya dibawa ke Melromarc dimasa lalu oleh seorang Pahlawan dari dunia lain. Bunda bilang pahlawan itu menyebutnya "catur".


Aku nggak ahli dalam menggunakan tekanan atau kecurangan. Jadi apa yang dilakukan kakak padaku?


"Kapanpun bidak ini dalam masalah, ada sebuah aturan yang memungkinkan aku menukar posisi dari bidak lain di papan."


Lalu dia mengulurkan tangan dan memindahkan semua bidak ke posisi yang lebih menguntungkan.


Setelah itu, aku menang. Dia membalikkan papan itu dalam kemarahan.


"Itu adalah sebuah gerakan khusus! Semua bidak bisa berpindah! Dan gerakan khusus yang sama membuatnya giliranku!"


Aku membiarkan dia melakukannya. Tapi kemudian adalah giliranku dan aku menggerakkan sebuah bidak....


"Bidak ini bisa melewati semua bidak lain dan langsung meluncur ke raja!"


Kata dia, menjatuhkan sebuah bidak sembarangan dimana rajaku berada.


"Baiklah, lalu sekarang giliranku menggunakan gerakan khusus."


Apa dia pikir bahwa aku tidak akam mengikuti peraturan miliknya sendiri?


"Yah....."


"Giliranku, kan? Kalau begitu...."


Aku mengambil sebuah bidak yang dia bilang punya kekuasaan itu, menyatakan bahwa aku menggunakan kekuasaan tersebut, dan kemudian mengeluarkan bidak itu dari papan.


"....."


Dia melotot padaku dipenuhi kebencian yang membara. Apa dia pikir aku akan mengabaikan peraturan-peraturan yang dia buat?


"Cuma aku satu-satunya yang bisa melakukannya! Aku akan mengembalikan bidak itu."


"Kalau begitu permainan ini gak adil. Kalau kau mau bermain dengan cara itu, bermainlah dengan ayah."


Aku berdiri lalu pergi, dan dia mengambil papan itu dan melemparnya di ruangan. Apa yang dia pikirkan? Pemikiran negeri jatuh ke tangannya sudah cukup untuk membuat siapapun menjadi gugup.


Oke, kembali ke kisahku.


Sekitar dua bulan yang lalu dunia kami didatangi oleh fenomena aneh yang disebut Gelombang Kehancuran. Pertama kali gelombang itu terjadi aku sedang bepergian bersama bunda. Sebelum kami bisa pulang, pertama-tama kami harus menghadiri konferensi internasional tentang gelombang tersebut. Kami menuju ke sebuah negeri yang bernama Faubrey, untuk menghadiri konferensi tersebut. Kami harus menghadiri sebuah panel tentang mempertahankan negara.


Kemampuan kami untuk memanggil para Pahlawan memberi kami wewenang, dan itu sangat berguna dalam hal diplomasi. Jadi kami mendiskusikan upacara pemanggilan para Pahlawan.


Untuk melihat bagaimana upacara itu diselenggarakan di berbagai tempat, perwakilan masing-masing negara berkumpul dan menyaksikan.


Pemanggilan pertama dilakukan di Faubrey. Tapi berakhir gagal. Para Pahlawan tidak muncul.


"Bunda, kenapa mereka tidak mengadakan konferensi setelah para Pahlawan tiba?"


"Beberapa hal sangat sulit untuk diputuskan secara realistis, entah itu antar orang atau antar negara."


Semua negara akan mengadakan upacara, dan kami harus ikut serta, meski cuma sedikit.


Pada akhirnya itu menjadi jelas bahwa negara kami, Melromarc, melakukan upacara tersebut tanpa memberitahu negara-negara lain.


Dunia ini cukup rumit dan banyak permusuhan sebelum hal ini terjadi. Saat Melromarc memanggil para Pahlawan, itu memulai kekacauan internasional yang serius.


Segalanya menjadi susah setelah itu. Para pembunuh di kirim untuk mengincar bunda, dan konferensi menjadi kacau.


Kupikir sudah jelas kalau ayah dan beberapa gereja yang berkaitan di salahkan, tapi mungkin kakak ikut campur tangan juga dalam hal itu.


"Dasar tikus Melromarc! Kalian ingin mengendalikan para Pahlawan sendirian, kan?!"


Seseorang mengarahkan tuduhan pada bunda. Beliau tidak mundur, namun menutupi mulutnya dengan kipas yang terlipat. Aku terkejut saat beliau menanggapinya dengan tenang.


"Apakah kau ingin mengatakan bahwa kami ingin menguasai dunia?"


"Apa begitu?"


"Mungkin kau bermaksud mendeklarasikan perang pada negara kami, yang mana memiliki ke-Empat Pejuang Suci? Pikirkanlah secara hati-hati tentang itu."


"Ugh...."


Aku tau beliau cukup paham kalau beliau sebenarnya sangat gelisah.


Setelah itu, beliau merasa sakit. Beliau demam, dan sulit bagi beliau untuk menelan. Tapi beliau menyembunyikan ketidaknyamanan beliau. Beliau berpartisipasi dalam pertemuan dan bilang bahwa kami memanggil para Pahlawan untuk perlindungan kami sendiri. Bunda punya kehendak yang kuat tidak seperti orang lain. Aku sangat menghormati beliau.


"Akan tetapi, bergantung pada kondisi tujuan kalian. Kami tidak keberatan berbagi para Pahlawan. Tentunya, bergantung pada syarat."


"Kami tidak bisa mempercayaimu!"


"Begitukah? Dunia berada dalam krisis yang gawat, dan kalian menuduh negaraku cuma melindungi dirinya sendiri? Apa tidak ada negara lain disini yang ingin bertindak lebih didepan daripada yang lainnya?"


Si penuduh tak mampu memberi tanggapan.


Bunda mengeluarkan sebuah laporan yang dikumpulkan secara rahasia oleh mata-mata beliau.


"Raja Faubrey? Bagimana menurut anda?"


Bunda mengarahkan percakapannya pada sang raja.


Sejujurnya, Raja Faubrey adalah seorang pria yang menjengkelkan.


Dia seperti gumpalan daging yang menggeliat. Dia seperti seekor monster babi yang mana kau tak ingin berada disekitarnya.


"Ahahahaha.... Ratu Melromarc, anda sangat tau apa yang aku inginkan."


"Ya. Yang perlu kulakukan adalah menyetujui persyaratan anda?"


Para delegasi semuanya terkejut oleh persyaratan yang diusulkan.


Aku tau bahwa bunda harus membuat keputusan yang sangat sulit untuk memuaskan tuntutan itu. Dia menapaki jalan yang sangat sulit untuk memenangkan negosiasi ini.


"Baiklah kalau begitu. Semua negara akan mengirim utusan ke Melromarc. Mereka akan bertemu dengan para Pahlawan, menghormati keinginan para Pahlawan, dan para Pahlawan akan mendampingi mereka kembali ke negeri kalian."


Semua delegasi mengangguk bersama bunda.


Semua ini terjadi beberapa hari setelah Melromarc memanggil para Pahlawan.


Seminggu kemudian, hasilnya mengejutkan kami semua, termasuk aku. Keempat Pahlawan menolak bertemu dengan para utusan.


"Bukan ini yang kita setujui!"


Berbagai negara telah membuat persiapan untuk kunjungan para Pahlawan. Sekarang mereka marah dan mengalahkan bunda.


Sepertinya masalah utamanya adalah bahwa perlakuan yang diberikan pada Pahlawan Perisai sangatlah buruk.


Saat bunda tidak ada, sepertinya Melromarc telah memfitnah dan mengecam Pahlawan Perisai, dan melakukan segala sesuatu yang mereka bisa untuk menindas dia. Mereka bahkan sampai mendiskriminasi dia.


"Sepertinya para Pahlawan telah menemukan suatu wabah di kerajaan kami, dan mereka saat ini sedang berupaya untuk menuntaskannya. Mereka butuh waktu lebih banyak lagi."


"Pembohong!"


Seorang perwakilan dari Siltvelt berdiri dari mejanya penuh kemarahan. Para demi-human dari Siltvelt memuja Pahlawan Perisai.


"Benarkah? Apa kau pernah mendengar bahwa sang Pahlawan Perisai dikucilkan?"


"Mmmmm......"


"Ahaha.... Baiklah kalau begitu. Biarkan mereka melakukan apa yang mereka mau. Sepertinya mereka masih mencurahkan upaya mereka untuk mendapatkan kekuatan."


Raja Faubrey tertawa dan berbicara untuk mendukung bunda.


"Untuk perwakilan dari Siltvelt—apa menurutmu tidak ada catatan tentang seberapa lama waktu yang dihabiskan sang Pahlawan Perisai di wilayah kalian?"


Delegasi Siltvelt mengepalkan tangannya.


Para Pahlawan harus diperlakukan dengan hormat—seperti itulah biasanya.


Tapi terakhir kali para Pahlawan dipanggil, Pahlawan Perisai berada di Siltvelt selama beberapa bulan sebelum meninggal secara misterius.


Entah itu suatu kecelakaan, atau suatu konspirasi, atau apakah Pahlawan Perisai sendiri yang lemah—tak seorangpun yang tau, tapi itu adalah suatu insiden yang sulit diabaikan oleh Siltvelt.


"Yang bisa kita lakukan adalah menunggu sampai saat yang tepat. Jika kalian ingin bersiap, maka yang bisa kukatakan adalah bahwa itu akan terjadi setelah wabah di tuntaskan dari kerajaan."


"Ugh...."


Para delegasi kelihatan kesal, mereka melotot pada kami saat kami duduk.


Dan dengan begitu Melromarc mendapatkan kecurigaan dari negeri-negeri tetangganya—itu terasa seperti perang bisa saja terjadi setiap saat.


Bunda berargumen dengan sabar dan telaten dalam upaya mencegah terjadinya perang.


Dua bulan berlalu.


Aku gak tau kenapa Pahlawan Perisai menolak bertemu dengan para utusan, padahal persyaratannya sangat menguntungkan.


Terutama mengingat seberapa buruknya dia diperlakukan di Melromarc....


Saat bunda mendengar penolakan dari dia, beliau sangat kuatir.


"Melty, aku punya tugas untukmu."


"Baik! Apakah itu?"


"Aku ingin kamu menyelinap diam-diam ke Melromarc, dan meyakinkan Aultcray untuk menghentikan perlakukan tidak adil terhadap Pahlawan Perisai."


Aku sudah mendengar sedikit tentang apa yang terjadi di kerajaan.


Aku mendengar bahwa Ayah dan Kakak melakukan konspirasi terhadap Pahlawan Perisai. Bahwa mereka memiliki banyak rencana untuk mengucilkan dia.


Hal yang mereka lakukan untuk mencegah dia melakukan sesuatu jumlahnya sudah mendekati tak terhitung.


Bunda sudah mengirim sejumlah prajurit untuk berbicara dengan ayah, tapi mereka semua diabaikan. Ayah mendengar aku dan menghormati pendapatku, oleh karena itu bunda ingin mengirim aku untuk melunakkan ayah.


Di suatu malam, bunda menemukan beberapa lukisan ayah dan membakarnya dengan sihir.


Kalau semua terus seperti ini, dengan ayah yang bertindak gila di rumah, hubungan mereka tidak akan bisa dipertahankan. Bunda akan kehabisan kesabaran.


Aku nggak bisa membiarkan itu terjadi.


"Serahkan padaku!"


Aku berdiri dan menyatakan bahwa aku akan melakukannya.


"Terimakasih, Melty."


"Ya, Bunda!"


Lalu aku menaiki kereta menuju ke Melromarc.


* * * * *


Kami sering berhenti untuk beristirahat.


Kami harus mengistirahatkan para Filolial, dan itu memberiku kesempatan untuk mengirim laporan pada bunda.


"Sekarang saya akan menyampaikan laporan ini. Itu butuh beberapa saat, disaat saya pergi, anda jangan melanjutkan perjalanan, Putri Melty."


"Dimengerti."


Seorang bayangan telah diutus untuk melindungi aku.


Bayangan itu berasal dari organisasi rahasia, dan mereka dipercayakan mengemban tugas seperti perlindungan.


Biasanya sekelompok dari mereka akan di tugaskan dalam pengawasan, tapi begitu banyak yang terjadi belakangan ini hingga cuma tersedia satu orang saja.


Jadi aku ditinggalkan sendirian di kereta saat bayangan itu mengirim laporanku.


Haaaa.


Bukannya aku nggak suka bepergian menggunakan kereta, tapi ini jadi agak membosankan.


Gak ada sesuatu yang bisa kukerjakan saat dia pergi. Aku jadi ngantuk.


Aku bosen dan menatap keluar jendela, lalu aku melihat seekor mahluk yang menarik.


"Ah!"


"A...Ada apa?"


Aku mengejutkan tamuku saat aku berteriak.


Aku melompat keluar dari kereta dan berjalan ke area sekitar, menerobos rerumputan.


"Gah, Gah!"


Disana ada Filolial liar, menarik kereta kosong.


Filolial adalah monster yang seperti burung besar yang menarik kereta. Mereka terkenal karena menarik kereta milik para Pahlawan, dan dianggao sebagai mahluk sakral. Mereka masih bisa ditemukan tinggal di alam liar seperti ini.


Aku mendengar segala legenda tentang para Pahlawan dari bunda, tapi aku selalu tertarik pada karakter Filolial. Aku menyukai mereka!


Sepertinya semua Filolial memiliki keinginan menarik kereta. Aku nggak betul-betul memahaminya, tapi sepertinya mereka merasa gelisah tanpa sesuatu yang berat untuk ditarik.


Disepanjang perjalanan kereta kembali ke Melromatc, aku mulai betul-betul menikmati bermain dengan para Filolial. Saat itulah aku menyadari bahwa aku betul-betul menyukai mahluk ini.


"Jenis apa yang satu itu? Aku belum pernah melihat yang seperti itu."


Aku bersembunyi di semak-semak dan menatap seekor Filolial yang kelihatan aneh. Sayapnya berwarna biru seperti langit.


Sekilas, kau bisa bilang itu adalah seekor Filolial, tapi aku belum pernah melihat Filolial yang berwarna seperti itu.


Sayapnya juga kelihatan berbeda, dan bentuk tubuhnya aneh.


Perbedaan yang paling jelas adalah ada sehelai bulu yang berdiri di atas kepalanya, seperti sebuah mahkota.


Bisakah aku berteman dengan dia? Itu pasti jenis yang sangat langka.


Aku ingin naik di punggung seekor Filolial langka!


Para Filolial liar cukup penakut di sekitar manusia. Tapi mereka juga mahluk yang selalu lapar, dan kau bisa meluluhkan mereka dengan dendeng atau rumput.


Itu sebabnya aku selalu membawa dendeng di tasku.


Aku mengeluarkan beberapa dendeng dari saku, dan Filolial itu keluar dari semak belukar.


"Gah?"


Filolial itu menyadarinya.


Aku nggak mau menakuti dia, jadi aku mengulurkan dendeng itu ke depan dan mendekat perlahan-lahan.


"Sini, Filolial."


Burung itu jelas-jelas masih waspada, tapi dia mulai mendekat kearahku.


Aku bisa bilang dia mengendus udara untuk mencium dendeng itu.


Tapi.....


"Gah!"


Tidak tidak tidak tidak! Filolial itu lari melewati semak-semak.


"Tunggu!"


Aku benar-benar ingin berteman dengan seekor mahluk selangka itu.


Aku juga tau bahwa ada jenis Filolial yang hanya akan menghormatimu jika kau mengejar mereka (karena para Filolial senang berlarian).


Aku kembali ke kereta dan segera mengatakan pada pengawalku apa yang yang harus dilakukan.


"Ikuti Filolial itu!"


"T....Tapi!"


"Kumohon!"


Pengawal itu ragu-ragu sesaat, lalu mengangguk dan memegang tali kendali.


Kereta kami juga ditarik oleh seekor Filolial.


"Gah!"


Dengan susah payah, kami mengejar Filolial biru yang aneh itu.


"Tunggu!"


Kami masih mengejar Filolial biru itu.


Jalannya semakin curam didalam hutan, dan itu adalah awal dari masuknya ke kedalaman pegunungan.


"Tunggu! Kumohon tunggu!"


Filolial biru itu berlari dengan semangat. Sepertinya dia bersenang-senang.


Filolial itu sungguh cepat. Filolial kami kelelahan.


"Berhenti."


"Huh? Um... Baik!"


"Gah.... Gah...."


Aku turun dari kereta dan membiarkan Filolial kami minum air, dan kemudian aku mengeluarkan sihir air pada dia untuk mendinginkan dia.


"Apa kamu baik-baik saja?"


"Gah!"


Aku sudah memaksa dia begitu keras. Aku mungkin harus menyerah dalam pengejaran ini.


Aku memikirkan itu sambil melihat Filolial biru itu lari menjauh.


Tapi kemudian Filolial itu berhenti dan menatap kami, seolah dia ingin kami mengejarnya.


Aku nggak tau apakah ini adalah sebuah permainan, tapi kelihatannya dia bersenang-senang.


"Kamu mau lanjut?"


"Gah!"


Dia terlihat penuh semangat.


"Kalau begitu, ayo lanjutkan!"


Aku naik lagi ke kereta, dan pengejaran dimulai lagi.


Filolial biru itu berlari dan tampaknya sangat menikmati.


Sulit untuk menyusul. Sangat menakjubkan bahwa seekor burung selangka itu bisa secepat itu.


"Oh tidak!"


Aku teringat sesuatu yang aku kelupaan. Kami berlari di jalan setapak sekarang. Masing-masing lekukan mengarah pada jurang yang curam.


Filolial biru itu berlari didekat kaki gunung. Tapi dia menuju ke sebuah tempat yang seharusnya dihindari manusia. Tempat itu dihuni oleh monster-monster berbahaya dan para naga.


Para Filolial dan naga tak pernah bisa akur. Dan Filolial biru itu berlari lurus kearah wilayah para naga. Filolial itu begitu fokus pasa pengejaran hingga dia pasti nggak sadar.


"Kita harus menghentikan dia!"


Itu semacam kecurangan, tapi aku melompat turun dari kereta, pergi ke tebing yang mengarah pada jurang, dan melimpat turun ke arah Filolial itu yang berada dibawah.


Itu berbahaya, tapi aku bisa menggunakan sihir untuk membuat diriku tetap aman.


"Nona Melty!"


Aku mendengar si pengawal berteriak padaku, tapi sudah terlambat.


Aku jatuh ke arah Filolial biru itu.


"Gah?!"


"Maaf! Tapi kamu hampir masuk ke wilayah naga!"


"Gah!"


Filolial itu dengan gelisah mengepakkan sayapnya.


Tapi aku terlambat.


"GROOOAAAAAR!"


Seekor naga meluncur turun ke arah kami dari atas.


Naga itu jauh lebih besar daripada keretaku.


Hutan ini dipenuhi dengan raungan naga dan teriakan Filolial.


Filolial itu siap untuk bertahan.


Para naga adalah monster ganas, besar dan memiliki sisik yang keras. Mereka bisa terbang, dan sulit untuk melukai mereka menggunakan pedang. Mereka memiliki cakar dan taring yang panjang.


Mereka bisa menggunakan sihir, tapi itu adalah sihir yang berbeda dari yang digunakan manusia.


Salah satu naga yang sangat kuat sekarang ini ada dihadapan kami.


Apa yang harus kulakukan? Aku nggak ingin Filolial ini terluka. Aku melangkah maju.


"Aku... Aku akan melawanmu."


Aku baru berlevel 18, tapi aku bisa menggunakan sihir air yang kuat.


Kalau aku menggunakan sihir terkuat milikku, aku mungkin bisa mengusir naga itu.


Si pengawal ada didekat sini juga, dan ada alat di kereta untuk saat-saat seperti ini.


Kalau aku tidak menyesuaikan waktu seranganku, aku akan membuat diriku sendiri rentan terhadap serangan balik dari naga itu. Aku harus tenang lalu mengurus naga itu.


"Wa....Wahhhh!"


Si pengawal melarikan diri.


Mengerikan. Tanpa adanya dia disini, siapa yang akan membantuku mengeluarkan alat itu dari kereta?


"Gah!"


Filolial yang dari kereta berlari mendekat untuk melindungi aku dari naga itu.


Aku menjadi teman yang akrab dengan Filolial itu selama perjalanan kami kembali ke Melromarc. Aku senang mengetahui bahwa persahabatan kami bukanlah imajinasi saja.


Nggak disangka bahwa Filolial itu akan melindungi aku....


"Gah...a..."


Naga itu menusukkan taringnya pada Filolial milikku.... tidak... Filolial-ku!


"Hentikan!"


Butuh upaya yang besar untuk mengendalikan diriku sendiri, tapi aku bisa menenangkan nafas dan merapal mantra.


"Aku adalah sumber dari segala kekuatan. Dengarkan kata-kataku dan patuhilah! Serang dia dengan pedang air! Zweite Aqua Slash!"


Pedang air itu terbang dari tanganku dan menyerang naga itu.


Pedang air itu menebas si naga tapi tidak menghasilkan luka fatal.


Seranganku cuma bisa menggores sisiknya.


Apa aku sungguh tak berdaya?


"Gah!"


Filolial biru itu menendang naga tersebut. Tapi karena naga itu mengunci rahangnya pada Filolial penarik keretaku, Filolial biru itu harus menahan diri.


Aku berpaling pada naga itu dan mulai merapal mantra lainm


"Aku adalah sumber dari segala kekuatan....."


"GRAOOOOAAARR!"


"AH!"


Naga itu mengibaskan ekornya dan menjatuhkan aku.


"Ah!"


Itu cuma terasa seperti sentuhan yang ringan saja, tapi sebelum aku menyadarinya, aku terlempar ke belakang dan menghantam tanah. Luka memar berwarna biru yang besar muncul di bagian ekor yang memukulku.


"Ugh...U...."


Aku berusaha berdiri, tapi sangat sulit untuk tetap berdiri.


"Gah...."


Filolial biru itu menendang si naga lagi, dan kali ini cukup kuat hingga membuat naga itu terhuyung-huyung, melepaskan gigitannya pada Filolial yang sejak tadi dia gigit.


"GRAOOOOAR!"


Naga itu begitu fokus mengejar Filolial biru hingga dia nampaknya telah lupa padaku. Aku berlari kearah Filolial yang telah tergigit naga itu. Filolial itu terkapar di tanah. Lukanya begitu dalam dan serius—Filolial malang itu bisa tewas setiap saat.


Kami harus kembali ke kereta....


"GRAOOOAR!"


Naga yang lain muncul fan mencoba mencakar Filolial yang terkapar.


Kalau terus berlanjut, burung malang itu pasti akan mati.


Yang bisa kupikirkan cuma menyelamatkan Filolial itu. Aku berfokus pada merapal mantra.


"Tidak akan kubiarkan!"


Aku berlari kedepan untuk melindungi Filolial itu, tapi si naga mengepakkan sayapnya, menghasilkan hembusan angin yang kuat hingga aku terhempas kebelakang.


"Ahhh!"


Aku menghantam sebuah pohon dan merasa kesadaranku memudar. Angin itu menghempaskan kereta, dan kereta itu terlempar ke udara dan hancur. Kalau aku tetap diam aku mungkin bisa menghindari pertempuran. Kalau mereka mengabaikan aku, aku bisa kabur nanti. Tapi aku nggak bisa mengabaikan para Filolial itu.


Sejak aku masih kecil, aku bepergian bersama bunda yang sibuk, dan aku menghabiskan sepanjang waktu itu bersama para Filolial ini dan berteman dengan mereka. Aku nggak bisa meninggalkan mereka.


"Ug... Uh...."


Tubuhku yang mati rasa dan kesadaranku yang kabur tengah berjuang mati-matian. Aku mengulurkan tanganku.


"Aku adalah... sumber dari segala... kekuatan. Dengarkan kata-kataku dan.... patuhilah. Serang dia dengan... pedang air. Zweite Aqua Slash!"


Aku memfokuskan semua kekuatan sihirku pada serangan tersebut dan menembakkan pedang air pada naga itu.


Aku menggunakan semua kekuatanku yang tersisa, dan jatuh kedepan, kelelahan.


"Groaaaaaar....."


Dari suatu tempat di kejauhan, aku mendengar naga itu menjerit.


Kuharap... Kuharap bahwa serangan terakhirku itu berhasil mengusirnya.


"Terimakasih telah melindungi aku."


Aku mendengar suara, tapi aku nggak tau siapa itu.


Aku merasakan sesuatu seperti hembusan angin yang kuat... hembusan kebaikan.... dan kemudian aku tenggelam dalam kegelapan.


"Gah!"


"Oh... Ah?"


Saat aku membuka mataku, aku melihat Filolial biru itu berdiri didepanku.


Filolial yang terluka sedang beristirahat didalam kereta. Burung itu masih hidup.


Aku melihat sekeliling, tapi kami nggak berasa di pegunungan lagi. Kami berada di padang rumput.


"Apa kamu menyelamatkan aku?"


"Gah!"


Filolial biru itu mengangguk.


Aku nggak tau bagaimana caranya burung itu melakukannya, tapi Filolial biru itu sepertinya menyelamatkan aku dan Filolialku dari para naga dan berhasil membawa kami ke tempat yang jauh demi keamanan.


"Terimakasih."


"Gah!"


Filolial biru itu berkicau senang, lalu menjilat aku.


Sebagai balasan, aku mengusap kepala burung itu.


Aku menatap badanku untuk melihat apakah aku mengalami luka.


Filolial itu menyipitkan matanya, dan kelihatan sangat nyaman.


Aku nggak mengalami luka yang parah. Pakaianku juga baik-baik saja. Aku agak kuatir kalau aku mengalami memar... Tapi nampaknya aku baik-baik saja. Aku melihat Filolial biru itu menutupi luka Filolial lain dengan sayapnya dan menyembuhkan luka itu.


Jadi dia bisa menggunakan sihir penyembuh juga? Menakjubkan.


Sebagai rasa terimakasih, aku memberi semua dendeng punyaku pada kedua Filolial itu.


Lalu, Filolial biru itu membiarkan aku menunggangi dia sebentar. Saat itulah aku menyadari....


"Oh ya.... Aku...."


Bayangan itu menyuruhku untuk menunggu dia di tempat dia meninggalkan aku.


Apa yang harus kulakukan? Keretanya rusak. Dan Filolial juga terluka hingga tak mampu menarik kereta itu. Aku tidak memasang segel pengendali monster, dan aku juga nggak mau menyuruh dia bekerja saat dia terluka.


"Gah?"


"Aku minta maaf. Aku harus segera pergi."


Aku mengambil jalan memutar, tapi aku harus bertemu dengan bayangan itu dan segera melanjutkan perjalanan menuju ke Melromarc.


"Gaaaah!"


Filolial punyaku berteriak pada Filolial biru.


"Gaaaah!"


Setelah mengangguk beberapa kali, si Filolial biru berteriak.


Lalu, secara tiba-tiba, kami dikelilingi oleh sekelompok Filolial.


Jumlahnya begitu banyak—aku belum pernah melihat sesuatu yang seperti ini.


Tiga Filolial berjalan mendekat pada Filolial biru.


Sepertinya mereka mematuhi dia, dan aku tau aku tidak cuma membayangkannya. Filolial biru itu seperti ibu mereka, dan jelas-jelas merupakan pemimpin dari kelompok itu.


"Gah!"


"Gah!"


Filolial biru itu mengangkat sayapnya dan memberi isyarat padaku untuk mendekati ketiga Filolial itu.


"Um....."


Aku turun dari Filolial biru itu dan berjalan kearah ketiga Filolial itu.


Saat aku mendekat, mereka bertiga berlutut di tanah yang mana aku asumsikan merupakan sebuah tanda untuk naik.


"Kalian akan membawaku kesana?"


"Gah!"


Mereka bertiga mengangguk.


"Gah!"


Si Filolial biru melambaikan sayapnya padaku.


"Terimakasih!"


Aku mengucapkan terimakasih, dan ketiga Filolial mulai berlari.


Aku punya pengalaman misterius dengan para Filolial pada hari itu. Aku nggak akan pernah melupakannya seumur hidupku.


Ketiga Filolial menemukan jalan yang kulewati sebelumnya dan kemudian membawaku melintasi perbatasan ke Melromarc.


Dalam perjalanan, kami lelah dan beristirahat. Aku sangat yakin kami berada di dekat sebuah desa di bagian timur Melromarc.


"Gah?!"


Seseorang mendekati kami, dan ketiga Filolial itu berteriak terkejut.


Lalu, seolah mereka tiba-tiba menyadari sesuatu, mereka semua lari.


"Ah...."


Kurasa itu adalah akhir dari hubungan kami? Ini bukanlah sebuah tempat yang sangat nyaman untuk di turunkan. Tapi kurasa aku nggak terlalu jauh dari Melromarc. Aku bisa numpang sebuah kereta atau semacamnya.


"Burung itu kelihatan lezat! Setiap kali aku bertemu dengan burung itu, aku gak bisa membayangkan seberapa lezatnya mereka."


"Kau itu salah satu dari burung-burung itu."


Aku mendengar seseorang berbicara.


"Kalau kau mengejar mereka, kau masih bisa menangkap mereka, Master!"


Aku berjalan kearah suara itu.


Ada seekor Filolial disana, tapi dia berbeda dari Filolial manapun yang pernah ku jumpai sebelumnya. Dia lebih besar dari Filolial normal, dengan bulu lembut berwarna putih dan merah muda. Dan dia benar-benar besar.


Dia memiliki mata biru yang jernih, dan wajah yang sangat ceria dan gembira. Dia kelihatan seperti Filolial yang sangat polos dan bahagia.


Filolial biru tadi nggak diragukan memang langka, tapi aku nggak pernah melihat yang seperti Filolial ini sebelumnya.


Aku begitu terpesona sampai-sampai aku berjalan lurus kearah dia.


"Wow.... Apa kamu seekor Filolial?"


"Maksudmu aku?"


"Kamu bisa bicara?"


Bertemu dengan seekor Filolial yang bisa bicara seperti manusia, itu seperti mimpi! Semua ini merupakan hal misterius yang terjadi sebelum aku dan Filo bertemu.


Setelah kami bertemu, tidak butuh waktu lama untuk menjadi sahabat. Pada saat itu, segala macam hal terjadi—tapi itu adalah suatu kisah untuk lain kali.


The Rising of the Shield Hero Vol 03

(c) Aneko Yusagi 2013

Pertama dipublikasikan oleh KADOKAWA tahun 2013 di Jepang.

Hak penerjemahan bahasa Inggris disusun oleh One Peace Books dibawah lisensi dari KADOKAWA CORPORATION, Jepang.


Tidak boleh di produksi ulang atau ditransmisikan dalam bentuk apapun atau dengan cara apapun, eletronik atau mekanis, termasuk fotocopy, pencatatan, atau dengan sistem penyimpanan dan pengambilan tanpa ijin tertulis dari penerbit. Untuk kontak informasi One Peace Books. Setiap upaya telah dibuat untuk secara akurat menyajikan karya ini. Penerbit dan penulis menyesalkan atas ketidak-akuratan atau kelalaian yang tidak disengaja, dan jangan membebankan tanggung jawab atas akurasi dari penerjemahan buku ini. Baik itu penerbit maupun seniman dan penulis dari informasi yang disajikan disini harus bertanggung jawab atas kerugian atau kerusakan komersial lainnya, termasuk tidak terbatas pada kerusakan khusus, secara tidak sengaja, konsekuensial atau kerusakan yang lainnya. Perbaikan pada buku ini harus diteruskan kepada penerbit untuk pertimbangan percetakan selanjutnya.


Tate no Yuusha Volume 3 Image 25.jpg


Tate no Yuusha Volume 3 Image 23.jpg


Tate no Yuusha Volume 3 Image 18.jpg


Tate no Yuusha Volume 3 Image 19.jpg


Tate no Yuusha Volume 3 Image 20.jpg


Ditulis oleh Aneko Yusagi

Desain Karakter oleh Seira Minami

Desain Sampul oleh Yusuke Koyama

Publikasi Edisi Bahasa Inggris oleh One Peace Books 2016

Publikasi Edisi Bahasa Indonesia oleh Baka-Tsuki 2018


One Peace Books

43-32 22nd Street STE 204 Long Island City New York 11101

www.onepeacebooks.com


Sebelumnya Halaman Utama