Tate no Yuusha Jilid 5 LN Bab 8 (Indonesia)

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search
The printable version is no longer supported and may have rendering errors. Please update your browser bookmarks and please use the default browser print function instead.

Chapter 8 - Karma

Keesokan harinya, kami pergi leveling setelah matahari terbit.


Kami setuju pergi berburu bersama L'Arc dan Therese besok.


Ini gak seperti aku merasa kami harus bersiap untuk leveling sama mereka, aku cuma ingin leveling aja—selagi kami punya waktu.


Selain itu, leveling sangat menyenangkan.


Oh ya, itu benar. Saat kami mencoba sistem penyalinan senjata di toko senjata milik pak tua itu, aku mempelajari sebuah skill yang bagus.


Skill itu namanya Hate Reaction.


"Hate Reaction!"


Sepertinya gak ada yang terjadi. Aku memiringkan kepalaku kebingunan. Filo berkedip-kedip.


"Master! Ada sesuatu yang buruk berasal darimu. Itu menyebar ke segala arah."


Itulah penilaian Filo. Awalnya aku gak paham apa yang terjadi, tapi sekarang aku mulai mengerti.


Semua monster di area ini memperhatikan aku dan merayap kearahku.


Bahkan monster-monster yang sedang dilawan oleh para petualang lain juga ikut mendekat.


Skill itu sepertinya mempengaruhi area seluas 15 meter.


Bahkan para monster yang kemarin menjauhi kami sekarang ini mendekat kearahku.


Itu adalah sebuah skill yang akan merepotkan semua orang kalau aku menggunakannya di area yang ramai. Tapi gimana kalau kami berada di pedalaman...?


Kalau kami pergi ke suatu area yang dipenuhi para petualang handal, aku mungkin bisa memanfaatkan skill ini lebih baik lagi.


Aku ragu para petualang normal mau masuk lebih dalam ke kedalaman pulau.


Orang biasa memiliki batas level sampai 40. Kalau kau bukan seorang pahlawan, area-area seperti itu kemungkinan sangat berbahaya.


Itu gak seperti kami yakin kami sendirian berada di kedalaman pulau, tapi kurasa semakin dalam pergi, kemungkinannya semakin kecil kami bertemu orang lain.


Aku menemukan sesuatu seperti... seperti kulit yang melekat pada tulang-tulang, mengering sampai kaku. Semakin dalam kami pergi, semakin terasa seberapa kentalnya hukum rimba disini. Aku bertanya-tanya berapa banyak petualang yang menemui ajal mereka disini.


Gak disangka L'Arc dan Therese pergi mencari kami di lingkungan seperti ini. Itu pasti sangat beresiko bagi seorang petualang biasa.


Jadi kami pergi ke hutan sampai kami berada sangat dalam di pusat pulau, lalu kami bertemu dengan seekor monster baru, Karma Dog Familia. Itu adalah seekor anjing hitam yang sangat besar.


Itu mengingatkan aku pada anjing besar berkepala dua yang pernah kulawan bersama Raphtalia sebelumnya. Anjing itu tampak seperti seekor Doberman.


Anjing ini cuma punya satu kepala, tapi bulunya kasar dan cukup mengintimidasi. Sudah kuduga, Raphtalia terlihat agak gak nyaman.


"Apa kamu baik-baik saja?"


"Ya. Gakpapa."


Dia memegang gagang pedangnya erat-erat, bersiap bertarung.


Perlahan, sedikit demi sedikit, Filo bergerak mendekati Karma Dog Familia.


Gak ada yang bisa dilakukan selain bertarung.


Aku berdiri di barisan depan, menyiapkan perisaiku, dan berlari kearah anjing itu.


"Gah!"


Anjing itu membuka mulutnya lebar-lebar dan menggigit bahuku.


Tapi aku sudah memperkuat diri belakangan ini, dan statistikku terlalu tinggi bagi anjing itu untuk menimbulkan damage.


Aku menunduk dan membebankan berat badanku ke depan, mendorong mundur anjing itu.


"Ha!"


"Rasakan ini!"


Raphtalia dan Filo nggak melewatkan kesempatan ini. Mereka menyerbu.


"Monster ini tangguh!"


Raphtalia menikamkan pedangnya pada perut anjing itu, dan Filo mengeluarkan tendangan brutal, mematahkan kaki belakangnya.


"......?!"


Anjing itu mengeluarkan pekikan memekakan telinga.


Tapi anjing itu gak menyerah. Dia terus menyerang kami—menyerangku. Berteriak sampai nafas terakhirnya, dia menggigitku.


Aku kagum dengan kegigihannya. Dia bertarung seolah gak peduli dengan nyawanya sendiri.


Monster itu kuat, tapi mungkin itu diperlukan untuk bertahan hidup di kedalam pulau.


"Sungguh anjing yang gigih."


"Ya, itu benar."


"Dan gigitannya betul-betul kuat."


Filo berjalan mendekati mayatnya dan mulai memakannya.


"Hentikan."


"Baiiiiiik."


Burung geblek... Aku jongkok disamping anjing itu dan menyerapnya ke dalam perisaiku.


Karma Dog Shield persyaratan terpenuhi

Karma Dog Shield
Kemampuan belum terbuka
Bonus Equip: indera penciuman meningkat (rendah), penyesuaian status inult (kecil)


Ada sejumlah item lain yang muncul di menu, tapi aku lebih tertarik pada persyaratan pembukaan dan bonus equipnya.


Peningkatan indera penciuman sudah cukup jelas maksudnya.


Kalau aku terus meningkatkan statistik inderaku seperti ini, aku penasaran apakah aku akan berubah menjadi mahluk liar seperti Filo.


Inult... Bukankah itu nama dari monster yang merintis peradaban di kepulauan ini? Dimana aku bisa menemukan monster itu?!


Item dropnya sebenarnya gak ada sama sekali.


Kalau aku ketemu monster itu lagi, aku akan memotong-motongnya sebelum menyerap bagian-bagiannya.


Adapun untuk exp poinnya, kami mendapatkan cukup banyak saat kami menang. Kurasa sekitar 800 poin.


Para monster di pinggiran pulau memberi kami exp poin sekitar 90, jadi ini merupakan sebuah kemajuan besar.


"Gah!"


Huh? Muncul yang lain lagi. Kami mengalahkannya, lalu bertemu dengan yang lainnya. Kami terus masuk lebih dalam ke kedalaman pulau.


"Apa ini bagian tengahnya?"


"Siapa yang tau?"


Kami terus berjalan kearah yang sama, dan kekuatan para monster, serta exp poin yang kami dapatkan terus meningkat.


Level kami juga naik dengan cepat.


Aku mencapai level 57, Raphtalia level 59, dan Filo level 61.


Kami leveling secepat yang kami bisa sampai terasa seperti buang-buang waktu. Statistik Raphtalia dan Filo juga meningkat dengan sangat cepat.


"Ugh...."


Raphtalia memperhatikan pedangnya dengan cermat. Lalu dia mulai mengerang.


"Ada apa?"


"Bukan apa-apa. Rasanya pedangku sudah kehilangan intinya...."


Raphtalia secara paksa mengayunkan pedangnya beberapa kali untuk memeriksanya. Aku gak sepenuhnya paham, tapi kayaknya bilahnya melengkung. Pedangnya sendiri belum terlalu tua. Apa maksudnya ini?


"Mungkin sudah waktunya kamu ganti pedang."


Kalau dia terus menggunakannya seperti biasanya, pedang itu mungkin akan bengkok atau patah.


Aku menatap Filo, dan melihat cakar logamnya juga retak-retak—hampir hancur.


"Apa yang terjadi master?"


"Aku gak tau."


Aku punya firasat bahwa tingkat kekuatan Raphtalia dan Filo sudah jauh melampaui daya tahan equipment mereka.


Kalau kami bersiap untuk gelombang selanjutnya, aku harus memprioritaskan senjata mereka. Kalau tidak kami mungkin akan berada dalam masalah besar.


Untuk saat ini, aku punya beberapa pedang besi yang merupakan item drop, jadi kami bisa menggunakannya kalau terjadi keadaan darurat—pedang-pedang itu gak akan banyak berguna sih.


Mungkin sudah saatnya bagi kami untuk mulai mengandalkan equipment modifikasi. Kami akan membutuhkan senjata-senjata yang kuat mulai dari sekarang.


"Haruskah aku berganti memakai pedang sihir?"


Raphtalia menyarungkan pedangnya dan berganti memakai pedang sihir.


Pedang itu efektif terhadap musuh-musuh tanpa tubuh fisik, tapi terhadap musuh normal pedang itu cuma akan memotong kekuatan sihir mereka. Pedang itu gak bisa membunuh musuh normal, tapi bisa menyebabkan mereka tak sadarkan diri.


Dan ada peluang kecil pedang itu hancur. Raphtalia mengeluarkan bilah sihirnya, dan bilah itu muncul dari gagangnya.


Kayaknya mengeluarkan lebih banyak kekuatan dari yang sebelumnya. Bilahnya besar dan memancarkan energi.


"Ah...."


Raphtalia buru-buru mematikannya.


"Ada apa?"


"Aku nggak bisa menggunakannya. Kekuatannya terlalu besar. Gagangnya terlalu panas untuk dipegang."


"Kalau kamu gak hati-hati, kamu mungkin akan merusaknya."


"Aku mengerti."


Kami terus berjalan, ke kedalaman hutan. Saat kami akhirnya sampai pada apa yang nampaknya merupakan pusatnya, kami menemukan sebuah bangunan besar disana, sebuah bangunan semacam kuil. Itu mengingatkan aku pada Stonehenge[1]. Sepertinya itu adalah sebuah reruntuhan.


Di pusat lingkaran itu terdapat semacam bola. Itu seperti sebuah kristal sihir.


"Apa ini?"


"Siapa yang tau?"


Itu mengingatkan aku pada retakan yang muncul di langit saat terjadi gelombang. Aku tau itu bukanlah hal yang sama.


"Filo, mau kah kau mencoba menyerangnya?"


"Oke!"


Dia melompat ke depan dan menendang bola hitam itu.


Sesaat, bola itu terlihat melengkung dan penyok—tapi segera setelahnya kembali ke bentuk aslinya.


Apa maksudnya itu? Kalau itu memiliki fungsi seperti objek dalam game yang kumainkan, itu mungkin hanya berfungsi kalau suatu kondisi terpenuhi.


Tiba-tiba, seekor anjing yang sangat besar muncul—dan monster itu dipenuhi bulu hitam. Sangat besar, mungkin panjangnya lima meter dari kepala sampai ekor.


Bentuknya seperti seekor golden retriever*. Anjing itu besar dan terlihat kikuk, tapi itu tetaplah seekor monster ganas.
(T/N: *jenis anjing, aku gak tau gimana jelasinnya, cek aja goggle)


Aku memeriksa nama monster itu. Monster itu bernama Karma Dog.


Apa itu monster bos pulau ini?


Kayaknya itu adalah asumsi yang masuk akal. Para Karma Dog Familia yang kami temui sampai sekarang mungkin adalah para bawahannya.


"Raphtalia, Filo, ayo maju! First Aura!"


Aku mengeluarkan sihir pendukung pada mereka dan pertempuran dimulai secara sungguh-sungguh.


Anjing besar itu melompat ke arahku, menunjukkan taringnya.


"Hya!"


Anjing itu membuka mulutnya lebar-lebar untuk menggigitku, tapi aku mengulurkan tanganku dan menangkap taringnya, mendorong mundur anjing itu.


Ada suara dentuman keras, tapi aku berhasil menghentikan monster itu.


Perlahan-lahan, taringnya menancap ke kulitku, dan rasa sakit terasa di lenganku.


Monster ini jelas-jelas jauh lebih kuat daripada anjing lain. Kalau anjing ini bisa menembus pertahananku maka pastinya dia amat sangat kuat.


Aku masih belum selesai melakukan peningkatan. Tetap saja, kurasa statistikku sudah meningkat pesat—namun itu masih belum cukup.

"Hya!"


"Whoop!"


Pedang Raphtalia dan cakar Filo menyerang perut anjing itu. Namun masih belum cukup untuk menghentikannya. Aku gak bisa mengendalikan cakarnya, dan anjing itu mengarahkan cakarnya pada Raphtalia dan Filo.


"Jangan harap kau bisa menyerangku semudah itu!"


"Ha!"


Aku memang gak bisa menghentikan monster itu, tapi sepertinya aku bisa memperlambatnya. Mereka menghindari serangan itu dengan mudah.


"WAOOOOOOOOOOO!"


Anjing itu melolong. Saat suara anjing itu berhenti, dua Karma Dog Familia tiba-tiba muncul dari bola misterius itu!


Sialan. Ini buruk.


"Raphtalia, Filo! Bisakah kalian menangani ini?!"


"Ya!"


"Gak masalah!"


"Bagus! Ayo gunakan skill kombinasi. Filo, perhatikan aku!"


"Oke!"


Aku sudah melihat Motoyasu dan yang lainnya menggunakan skill-skill kombinasi sebelumya. Itu adalah saat kau menggabungkan sihir dan skill untuk membentuk sebuah serangan yang lebih kuat.


Biasanya skill kombinasi memiliki efek tambahan yang lebih baik daripada skill-skill lain.


"Filo, apa kau memperhatikan? Aku akan menggunakan Air Strike Shield, jadi kau harus menggunakan sihir serangan angin disaat yang bersamaan!"


"Oke!"


Filo memejamkan matanya dan mulai berkonsentrasi.


"Aku adalah sumber dari segala macam. Dengarkan kata-kataku dan patuhilah! Serang mereka dengan tornado ganas! Zweite Tornado!"


Saat dia mengeluarkan sihir itu, sebuah daftar dari skill yang sesuai muncul di depanku.


"Tornado Shield!"


Satu Karma Dog Familia berlari menyerbu kami, tapi sebelum monster itu bisa menyerang kami, sebuah perisai besar terbentuk dari angin muncul di udara didepan monster itu.


Anjing itu menabrak perisai tersebut dan dihentikan secara paksa. Saat anjing itu menabrak perisai, sebuah tornado besar, lebih besar daripada sihir yang biasanya dihasilkan oleh Filo keluar dari pusat perisai dan menghempaskan kedua Karma Dog Familia ke udara.


Itu adalah kombinasi yang sangat berguna! Kalau kami bisa mengkoordinasikan serangan-serangan kami seperti ini, kami bisa lebih kuat dari yang kupikirkan.


Adapun untuk Raphtalia, sihirnya biasanya berbasis ilusi, jadi itu gak cukup bagus sebagai serangan.


Kami gak bisa melakukan hal yang sama, tapi kami mungkin bisa menipu monster. Itu akan bergantung pada bagaimana kombinasi skill itu bekerja.


"Raphtalia!"


"Aku mengerti!"


"Aku adalah sumber dari segala kekuatan. Dengarkan kata-kataku dan patuhilah! Bingungkan musuh! First Mirage!"


"Mirage Shield!"


Aku menggunakan Second Shield dan bisa menggunakan skill lain seraya skill pertama masih aktif.


Tornadonya menghilang, dan kedua anjing itu jatuh ke tanah. Sebelum mereka menghantam tanah, perisai lain muncul di bawah mereka, dan mereka menghantam perisai tersebut.


Perisai ini fleksibel. Saat mereka menabrak perisai itu, perisainya menyebar dan membungkus mereka.


"Kyan!"


Perisainya menghilang, dan kedua anjing itu jatuh ke tanah, tapi kali ini mereka jatuh secara terbalik, dan mendarat dengan punggung mereka. Mereka terhuyung-huyung, tak mampu memulihkan postur mereka.


Dan kemudian....


"Gah!"


Mereka berdua menggonggong dan menggeram dan mulai bertarung satu sama lain!


Mereka berdua mungkin jadi bingung siapa yang musuh siapa yang bukan, jadi mereka menyerang mahluk apapun yang paling dekat dengan mereka.


Nampaknya Mirage Shiled memilik efek yang menarik pada musuh.


"Bagus! Sekarang adalah kesempatan kita! Habisi mereka!"


"Dimengerti!"


Kami mempererat pegangan kami pada senjata kami dan menghadapi Karma Dog.


"Whew."


Kami mengalahkan monster itu. Dia terus memanggil bala bantuan, yang mana menyebabkan pertempuran jadi lebih lama.


Untungnya kami berhasil membuat bala bantuan yang datang saling bertarung diantara mereka sendiri. Raphtalia dan Filo telah menjadi sangat kuat dalam beberapa hari terakhir, jadi pada akhirnya kami bisa memenangkan pertarungan tanpa banyak masalah.


Saat monster utama tewas, kami mengurus bala bantuan yang tersisa. Setelah aku yakin bahwa mereka telah habis, aku menyerap Karma Dog ke perisaku dan menerima item dropnya.


Aku dulu memang seorang gamer akut, dan naluri-naluri gamer itu masih ada dan bergejolak dalam diriku. Aku menyadari bahwa Karma Dog memang seekor monster bos, dan monster-monster bos memberi item-item drop yang sangat bagus.


Bagi para gamer, ada beberapa hal lebih didambakan daripada item-item drop dari bos. Ada peluang bos akan menjatuhkan sebuah senjata unik, langka, atau sangat kuat. Jadi aku memeriksa drop dari Karma Dog penuh harapan.


Oreikul Ore? Aku mengasumsikan itu adalah sesuatu yang bisa kau gunakan untuk power up. Aku merasa seperti aku pernah melihatnya disuatu tempat sebelumya.


Huh?


"Karma Dog Claw?"


Menilai dari namanya, mungkin itu adalah suatu senjata? Aku segera membuka menunya untuk memeriksanya.


Ada dentuman keras, dan dua cakar hitam keluar dari perisaiku.


"Apa itu?"


"Aku sudah menjelaskannya, ingat? Ini adalah sesuatu yang bisa dilakukan perisai legendaris."


"Aku mengerti itu, tapi aku gak pernah melihat perisai yang ada cakarnya seperti itu. Aku hanya terkejut."


Aku gak bisa menyalahkan dia sih.


Aku memeriksa cakar tersebut dengan cermat. Besarnya hampir seukuran telapak tanganku, jadi kurasa cakar itu gak akan pas dikaki Filo. Lagi, aku membuka menu dan membawa keterangan soal item itu.


Karma Dog Claw
Kualitas: excellent
Efek Tambahan: agility up, magic down, attack up, defense down


Peningkatan statistiknya bukanlah sesuatu yang bisa kau abaikan.


Tapi sayangnya cakar ini kayaknya gak punya lapisan Blood Clean. Jadi kalau kami menggunakan cakar ini, kami harus merawat ketajamannya.


Selain itu, aku juga kuatir dengan penurunan statistiknya.


"Cakar?"


Filo memiringkan kepalanya ke samping. Dia penasaran.


"Sepertinya begitu, tapi..."


Cakar ini gak akan cocok dengan kaki Filo.


"Aku mau mencobanya!"


"Kurasa kau harus dalam wujud manusia."


Filo selalu berada dalam wujud Filolial saat kami melawan monster. Fitoria memberitahu dia bahwa pertempuran akan berjalan mulus saat kau menyesuaikan ukuran dari musuhmu.


"Oke! Kalau begitu aku akan mencoba bertarung dengan wujud manusia!"


Dia berubah ke wujud manusianya dan memasang cakar tersebut di tangannya.


"Yah, kalau itu maumu, aku ikut saja. Ayo jalan dan cari monster untuk menguji cakarnya."


Jadi kami berjalan-jalan di hutan selama beberapa saat sampai kami menemukan monster untuk dilawan.


"Tornado Claw!"


Saat kami melihat seekor monster, Filo meneriakkan serangan itu dan mulai berputar-putar cepat kearah Karma Dog Familia.


"Gah?!"


Saat serangan Filo menyentuh anjing itu, si anjing terlempar ke udara. Lalu jatuh ke tanah, tercabik-cabik.


"Wow master! Cakar ini sangat tajam!"


Tapi monster yang tercabik itu nggak cuma tergeletak begitu saja. Luka-luka besar muncul di tubuhnya, semacam kutukan hitam.


Mayatnya mulai mengeluarkan bau, dan Filo mengerutkan hidungnya.


"Kalau membunuh monster dengan cakar ini, maka aku gak bisa memakannya."


"Kau benar."


Cakar itu pasti merupakan senjata dark-element. Bisa begitu, atau bisa juga cakar itu dikutuk.


"Filo? Bisakah kau melepas cakar itu? Apa cakar itu terasa normal?"


"Huh? Apa maksudmu?"


Dia melepas cakar itu dari tangannya seperti senjata lain. Kayaknya itu gak dikutuk.


Dan penurunan statistiknya kayaknya gak menganggu Filo.


Cakar tersebut sepertinya cukup aman untuk digunakan, setidaknya sampai kami bisa bertemu pak tua pemilik toko senjata itu lagi.


"Haruskah kita menjadikan Filo sebagai penyerang utama mulai sekarang?"


"Tentu, kenapa tidak?"


Kami menyelesaikan pembicaraan kami soal cakar itu dan menghabiskan dua jam di area itu. Bola misterius yang ada di pusat reruntuhan batu itu terus memunculkan para Karma Dog.


Kayaknya para monster dikeluarkan dari bola itu pada interval tertentu. Mereka muncul sekitar setiap 30 menit.


Tapi karena Filo sekarang punya senjata yang kuat, pertarungannya bahkan lebih mudah dari yang sebelumnya. Kami mengalahkan para anjing tanpa kesulitan.


Kami juga mendapatkan banyak exp poin, jadi bisa kubilang leveling kami cukup suskes.


Ngomong-ngomong, saat kami terus melawan para Karma Dog, aku menyadari bahwa mereka menjatuhkan cakar dengan ukuran yang bermacam-macam. Dengan crafting sederhana, aku bisa membuat sepasang cakar yang cukup besar untuk dipakai Filo saat dia dalam wujud Filolial.


Sekarang dia bisa menggunakan Karma Dog Glove dalam wujud apapun.


Matahari sudah hampir terbenam saat kami kembali ke pulau utama.


Aku mencapai level 63. Raphtalia level 65, dan Filo level 67.


Sampai berapa banyak kami bisa leveling di kepulauan ini?


Bukan berarti kau bisa melampaui batas level...


"Hei! Gimana kabar kalian?"


Aku sedang merenung atas perkembangan leveling kami, lalu L'Arc dan Therese berjalan mendekat.


"Baik-baik saja. Levelingnya sangat cepat. Gimana dengan kalian berdua?"


"Sama. Aku merasa seperti kami betul-betul larut dalam perburuan monster diluar sana."


"Baguslah."


"Coba tebak apa yang kudengar? Aku mendengar bahwa keempat pahlawan ada di kepulauan ini sekarang ini! Semua orang membicarakan soal itu."


"......"


Aku gak ngerasa aku perlu mengulanginya lagi. Aku gak mau menegaskan lagi bahwa dia saat ini berdiri tepat didepan salah satu dari para pahlawan itu.


Selain itu, L'Arc meyakini kalau aku berpura-pura menjadi seorang pahlawan. Dia gak akan mempercayai apapun yang kukatakan.


"Oh sungguh?"


Aku betul-betul ingin dia mengubah topik, jadi aku berusaha menunjukkan kalau aku gak betul-betul mendengarkan.


"Gosip macam apa itu?"


Raphtalia bertanya. Aku gak terlalu tertarik membicarakan soal itu dengan dia, jadi aku memutuskan biar Raphtalia yang bicara.


"Yah kudengar Pahlawan Pedang leveling sendirian, dan Pahlawan Tombak berjalan-jalan di area pasar, merayu para cewek di jalan."


Yah setidaknya dia membicarakan orang yang sama dengan yang ku kenal.


"Gimana dengan Pahlawan Busur?"


Raphtalia menimpali, tapi L'Arc dan Therese tiba-tiba terlihat gak nyaman. Mereka mengalihkan mata mereka saat mereka menjawab.


"Semua orang jengkel, karena kayaknya dia mengklaim kepemilikan dari beberapa area berburu."


Aku tau itu. Sudah kuduga dia gak akan mendengarkan kami. Semuanya berujung sama seperti yang kubayangkan.


Meski begitu, gak satupun dari gosip itu yang positif. Aku penasaran apa yang dipikirkan petualang normal saat mereka mendengarnya.


Kami membicarakannya, lalu—orang-orang yang dibicarakan— para pahlawan lain berjalan mendekat.


"Baiklah! Ayo kembali ke kamar."


"Oke."


"Ya! Ayo istirahat dan bersiap untuk besok!"


Mereka bertiga berjalan bersama kearah penginapan.


"Aku penasaran dimana para pahlawan berada?"


"Sama. Kalau mereka segila yang dikatakan orang-orang, aku ingin menemui mereka setidaknya sekali."


Apa dia gak sadar kalau mereka sedang berjalan didepan hidungnya saat ini? Aku gak tau nyebut mereka berdua ini apaan—mereka dungunya gak ketulungan.


Tetap saja, mereka cukup bersahabat dan juga santai. Aku bisa mengabaikan kesalahan mereka mempertimbangkan kekuatan mereka. Kayaknya aku mulai menyukai mereka.


Meski mereka sangat geblek juga sih.


"Begitukah? Dan gosip seperti apa yang kau dengar tentang Pahlawan Perisai?"


"Kudengar dia pemabuk."


"Seperti dia nyentrik?"


"Bukan, dia maniak minum, Therese. Jangan ketinggalan berita lah."


"Salah satu dari kita perlu tau lebih lanjut. Tapi siapa?"


"Oh ayolah...."


Aku, seorang pemabuk? Apa itu karena buah kecil yang kumakan?


"Selain itu, Pahlawan Perisai gak tau tata krama di kepulauan ini. Mereka membicarakan tentang dia dimana-mana!"


"Apa yang mereka katakan?"


"Kurasa kita udah membicarakan soal itu saat dikapal dalam perjalanan kesini, kan? Bahwa dia adalah seorang pembohong, pencuri, licik, penjahat kelamin, iblis... Kudengar dia akan membunuh siapapun yang menghalangi dia."


Apa kayak gitu diriku dimata dunia?


Yah, kurasa aku gak bisa mengatakan mereka salah.


Tetap saja, setidaknya setengah dari gosip itu adalah kebohongan tentang aku yang disebarkan gereja. Sisanya mungkin dari Lonte dan Sampah.


Raphtalia menepuk keningnya dan menghela nafas.


"Sangat memalukan kita gak bisa menghentikan rumor-rumor itu."


"Raphtalia, kamu mendukungku kan? Aku belum menyerah menambah reputasi burukku!"


"Apa yang kamu bicarakan?!"


"Haha!"


"Ini bukan lelucon. Yang kita bicarakan ini reputasimu."


Orang-orang membicarakan tentang aku sejak aku melangkahkan kaki di dunia ini. Aku sudah terbiasa dengan itu.


Tetap saja, sedikit demi sedikit rumornya mulai mereda. Pada akhirnya rumor-rumor itu akan hilang.


Baru sekitar seminggu sejak pertarungan kami melawan high priest. Aku gak bisa mengharapkan seluruh negeri berubah pandangan secepat itu.


"Ha! Bocah, kau masih saja berpura-pura jadi Pahlawan Perisai? Lebih baik hentikan saja."


"Oh, benar. Tentu."


Mereka berdua ini adalah orang yang optimis, bukankah begitu?


"Jadi apa yang akan kalian lakukan selanjutnya?"


"Aku cuma bisa bilang kami gak akan leveling malam hari kali ini. Kami akan ke penginapan dan beristirahat. Aku mempertimbangkan untuk mengerjakan item permintaan Therese kalau aku punya waktu."


"Benarkah?"


"Baguslah, bocah. Jadi apa kau mau berkumpul di dermaga besok pagi?"


"Kedengarannya bagus. Sampai besok."


"Oke. Sampai jumpa."


Raphtalia dan Filo melambaikan tangan pada mereka saat kami berpisah.


"Baiklah, ayo istirahat. Kalian berdua pergilah ke kota dan bersenang-senanglah."


"Gimana dengan kamu?"


"Aku mau istirahat di kamar. Gimanapun juga masih ada kutukan yang harus kusembuhkan."


"Oh? Kalau begini aku akan ikut bersamamu."


"Aku mau renang!"


"Ide bagus. Bersenang-senanglah. Raphtalia, apa kamu yakin? Ini adalah liburan terakhir yang kita miliki untuk saat ini."


"Aku agak kecapekan karena pertarungan yang kita lakukan hari ini."


Itu masuk akal. Kami bertarung selama dua hari berturut-turut. Sangat penting untuk beristirahat.


Filo pergi berenang di laut dan gak kembali sampai malam. Saat dia kembali, dia sangat bersemangat. Kata dia, lautan sangat cantik.


"Jadi kurasa ini adalah hari kita berburu bersama L'Arc."


Aku harus mempertimbangkan tentang pulau apa yang harus kami datangi— aku gak mau kumpul dengan salah satu pahlawan lain.


Aku gak tau apakah itu semacam strategi atau bukan, tapi kayaknya mereka pergi ke pulau-pulau secara berurutan. Sepertinya para shadow dan utusan dari Melromarc mengikuti mereka dan memberi saran kapan harus bertindak.


Itu lebih baik bagi mereka—mereka mungkin akan naik level lebih cepat karena melawan berbagai monster.


Kami berjalan ke dermaga dan bertemu L'Arc dan Therese yang menunggu kami disana.


"Yo, bocah! Gimana kabarmu hari ini?"


"Yah kayak biasanya. Oh, Therese—semalam aku punya sedikit waktu luang, jadi aku membuat item yang kau minta."


Aku mengeluarkan item itu dan menyerahkannya pada Therese.


Ada sebuah permata kasar yang misterius di kantong yang mereka berikan padaku. Permata itu bernama starfire, dan aku gak bisa menekan rasa penasaranku.


Aku memoles material mentah itu dan meresapinya dengan sihir, tapi butuh waktu agak lama untuk memikirkan ore seperti apa yang harus aku tambahkan pada permata itu.


Pada akhirnya aku memilih ore yang kudapatkan kemarin, Oreikul ore. Aku membawanya ke pandai besi di pulau dan menyuruh dia membuat gelang polos.


Jadi meski aku harus menyatukan beberapa material, pada akhirnya itu menjadi sebuah karya yang cukup mengesankan.


Oreikul Starfire Bracelet
Magic power up (max)
Kualitas: Sangat bagus


"Ini...."


Therese menatap item itu dan kelihatan gak bisa berkata apa-apa.


"Wow! Batunya dipenuhi kegembiraan. Aku gak pernah menduga sampai sejauh ini."


Air mata memenuhi matanya.


Aku gak paham apa yang heboh—tentunya itu bukanlah sesuatu yang perlu di tangisi.


Mungkin Therese sedikit over-emosional.


"H..Hei!"


"Ini luar biasa... Aku... Aku gak pernah menyangka..."


"Therese! Tenangkan dirimu!"


"L'Arc, apa kau gak paham? Permata ini dipenuhi kegembiraan. Bertaburan! Ini seperti pintu menuju ke dunia baru."


"Kau berlebihan."


"Ini adalah sebuah karya yang sangat menakjubkan, Tuan Naofumi. Kamu gak boleh menyembunyikan bakatmu! Harap lanjutkan pekerjaan kerajinanmu."


Dia gak menyadari kalau aku sudah punya pekerjaan sebagai Pahlawan Perisai. Sudah pasti aku bukan pembuat item.


"Jadi... tentang bayaran yang dijanjikan..."


Sebelum aku bisa menyelesaikan perkataanku, Therese mengeluarkan emas batangan dan memberikannya padaku.


"Hei! Therese! Jangan..."


"Itu bahkan belum bisa melunasinya. L'Arc, berikan dompetmu padaku."


"Therese! Tenangkan dirimu!"


Tapi dia gak bisa dihentikan. Dia mulai menggeledah L'Arc untuk mencari dompetnya.


Para pejalan kaki mulai berhenti dan memperhatikan.


"Tenang! Kau boleh membayarku untuk pemasangannya saja."


"Baik."


Therese menjauh dari L'Arc dan mengangguk.


Aku benci wanita yang begitu saja mengambil apa yang mereka inginkan dari pria.


Tetap saja, kalau Therese sampai segitunya terkesan dengan apa yang kubuat, aku jadi agak bangga. Sekali lagi, aku mulai paham gimana yang dirasakan pak tua pemilik toko senjata.


"Haruskah kita pergi ke tempat berburu?"


"Kau tau, Therese sampai segitu senangnya, bocah, kau pasti seorang pembuat item yang sangat mengesankan."


"Aku gak tau semua itu."


Kurasa aku cuma kebetulan dapat material bagus.


"Baiklah, ayo pergi'."


"Oh hei, aku hampir lupa mengatakannya—coba tebak. Kami telah menemukan Pahlawan Perisai."


"Masa?"


L'Arc mengangguk beberapa kali dan melanjutkan.


"Ya, aku menyadarinya saat aku melihat dia. Kupikir itu sangat jelas. Dia terlihat seperti semacam orang yang akan melakukan apapun, kau paham kan apa maksudku."


"Serius? Dimana dia?"


Orang macam apa yang sesuai dengan gosip yang menyebar? Bergantung pada siapa orangnya, aku mungkin harus memberi dia pelajaran.


"Lihat, dia di sebelah sana."


L'Arc menunjuk ke arah beberapa orang yang sedang bersiap pergi berburu. Itu adalah party Itsuki dan L'Arc menunjuk pada orang yang memakai Armor.


"Paham apa yang aku maksudkan, bocah? Nggak salah lagi itu pasti dia. Lihatlah seberapa besar ke-songong-an yang memancar dari dia? Wajahnya menunjukkan dia gak masalah membunuh siapapun yang menghalangi dia. Itu adalah wajah yang gak pernah meragukan dirinya sendiri."


Yang betul saja! Memang disana ada seorang pahlawan, tapi dia salah orang.


"Orang itu akan menyebabkan masalah demi masalah. Waspadalah terhadap sekitarmu."


"Aku setuju denganmu soal itu."


Kalau dipikir-pikir, Itsuki dan partynya menyebabkan cukup banyak masalah sejak kami meninggalkan pelabuhan di Melromarc.


Para shadow dan prajurit yang ikut bersama kami dari istana terlihat sangat kelelahan mengurus semua masalah itu.


"Gak disangka kau kebingungan dengan seseorang seperti itu..."


Raphtalia tampak muak pada perkataan itu.


Aku ingin mengatakan seberapa keberatannya aku disamakan dengan si Armor itu, tapi aku cukup yakin L'Arc gak akan bisa diyakinkan semudah itu.


"Yah udah cukup kan basa-basinya? Mau berangkat sekarang?"


"Boleh."


Aku mengirim undangan party pada mereka, dan mereka menerimanya.


"Kami sudah memutuskan mau ke pulau mana, tapi apa kau punya saran lain sebelum kita pergi?"


Aku betul-betul berharap mereka setuju dengan pilihanku—kalau tidak, kami mungkin akan berujung ketemu pahlawan lain.


"Gak masalah, Bocah Perisai. Kalau kau sudah memilih tempat yang mau didatangi, maka itu gak masalah. Kita mungkin bisa berburu dimana saja."


"Ya, aku setuju. Item yang kamu buatkan untukku udah gak sabar masuk kedalam pertarungan."


Item itu ingin bertarung? Uh... Oke.


Aku agak gelisah pada seberapa bersemangatnya Therese terhadap gelang itu, tapi aku gak mengatakan apa-apa tentang itu. Aku cuma menujuk pulau yang kupilih.


"Btw, L'Arc, kalian level berapa?"


Kalau mereka sudah diatas 40, maka harusnya gak ada masalah. Sebenarnya kami sudah leveling cukup jauh, jadi meski mereka lebih rendah dari level kami, kami semua harusnya bisa terus berburu tanpa halangan.


Tapi tetap aja, gak peduli gimana kau melihatnya, kalau dia adalah seorang petualang normal, maka besar kemungkinannya mereka sudah diatas level 40.


"Aku level 56 dan doi level 52."


Huh? Kurasa mereka sudah melewati upacara peningkatan kelas. Jika demikian, harusnya gak akan ada masalah.


Tapi mereka berlevel cukup tinggi. Entah kenapa aku merasa kayak aku udah dihianati. Tapi itu adalah jenis penghianatan yang dengan senang hati aku terima.


"Gimana dengan kalian?"


"Aku level 63, Raphtalia 65, dan Filo 67."


"Ha! Kalian gak bercanda kan?"


"Yah, kami naik level cukup banyak selama dua hari ini."


Filo telah naik 27 level dalam waktu dua hari ini.


Levelingnya begitu cepat hingga membuat kepalaku puyeng. Memang, perisai lku membantu menyudutkan musuh—tapi tetap saja.


"Mari bicarakan soal strateginya. Gaya bertarung seperti apa yang kalian gunakan, bocah?"


"Seorang pengguna perisai cuma handal dalam satu hal. Aku berdiri didepan dan memblokir serangan-serangan monster. Menyudutkan mereka. Lalu rekan-rekanku menyerang saat para monster menunjukkan titik lemah mereka."


"Ha! Kau betul-betul meniru gayanya Pahlawan Perisai, kan? Tapi gak masalah, aku suka orang yang sederhana."


"Gimana dengan kalian?"


Dia punya sabit yang besarnya keterlaluan menggantung di pinggangnya, tapi apa dia betul bertarung pake senjata itu?


Sebuah senjata yang aneh. Aku melihat sabit-sabit di game-game sebelumnya. Biasanya sabit-sabit itu digunakan oleh karakter tipe death. Aku gak begitu paham alasannya sih. Di dunia nyata, senjata seperti itu digunakan untuk memotong rumput dan sebagainya.


"Siapa, aku? Aku menggunakan ini," kata dia sambil menyentuh sabit tersebut. "Therese lebih sering menggunakan sihir."


"Itu benar. Aku benar-benar tertarik melihat bagaimana performa item baru ini dalam pertarungan."


Jadi kurasa L'Arc adalah player penyerang sedangkan Therese mensupport dia dengan sihir. Kami bisa bekerja sama dengan baik—partyku condong pada penyerangan, jadi aku bisa memberi bantuan dengan mensupport anggota lain.


Kayaknya terlalu banyak orang di barisan depan. Mungkin kami butuh lebih banyak support di bagian tengah.


Bagian tengah pada dasarnya adalah ruang diantara barisan dengan dan kelompok support. Bagian itu ditempati oleh karakter-karakter yang bisa menyerang dan bertahan saat diperlukan.


Bagian belakang juga bisa ditempati oleh orang yang memakai senjata jarak jauh, jadi mereka bisa tetap di belakang dan tetap menimbulkan damage.


Diantara keempat pahlawan, Motoyasu mungkin cocok di posisi tengah.


Kalau kami berempat bertarung bersama, maka Ren dan aku ada di barisan depan, Motoyasu di tengah, dan Itsuki di barisan belakang.


Bagian tengah pada dasarnya adalah untuk melindungi barisan belakang dari musuh yang berhasil lolos dari baris pertahanan pertama. Bisa juga untuk membantu mendukung barisan depan saat barisan belakang tak mampu melakukannya.


Mereka betul-betul bisa melakukan apapun, baik itu buff atau debuff. Akan tetapi, kepribadian Motoyasu membuat dia selalu berada didepan.


"Baiklah. Aku akan berdiri di barisan depan untuk menghentikan serangan musuh, L'Arc dan Therese, kalian membantu Raphtalia dan Filo."


Itu menyimpulkan semuanya.


Kalau mereka menyerangku dengan senjata atau sihir, itu gak akan sulit.


"Kedengarannya bagus!"


L'Arc nampaknya setuju.


Kami turun dari perahu dan berjalan di pantai sebelum menuju ke bagian dalam pulau.


Monster-monster yang kami temui di perjalanan tidaklah sangat kuat, jadi pada dasarnya Filo mengalahkan mereka dengan satu tendangan ketika kami bertemu mereka.


Saat ini, Filo bertarung dalam wujud manusia.


Aku merasa bahwa dia sedang melatih taktik bertarung manusianya secara sengaja, untuk memastikan bahwa dia selalu siap.


"Bagus..."


"Apa yang harus kita lakukan pada monster ini?"


L'Arc menunjuk mayat monster yang tergeletak di depan kami.


"Huh? Kita bisa menggunakannya sebagai material."


Sejujurnya, kebanyakan monster yang kami lawan di kepulauan ini tidaklah terlalu bagus untuk material. Dan juga berlaku untuk semua monster lemah yang kami hadapi dalam perjalanan menuju bagian terdalam pulau.


"Sebenarnya aku penasaran apakah aku bisa mengambilnya."


"Hmm...."


Item dropnya biasanya potion tertentu yang bisa digunakan, yang mana kurasa mungkin agak berguna.


Aku sedang mempertimbangkan hal itu, lalu L'Arc merendahkan senjatanya dan mengarahkannya pada mayat itu.


"Kalau begitu kita bagi saja."


Lalu, sama seperti yang kulakukan dengan perisaiku, dia menyerap mayat itu kedalam sabit miliknya.


"Apa?"


"Ada apa, bocah?"


Dia menyerap mayat itu begitu saja—aku gak bisa berkata apa-apa selama beberapa saat.


Apa yang terjadi? Aku sangat yakin bahwa itu adalah kemampuan yang hanya memungkinkan untuk dilakukan oleh senjata legendaris milik para pahlawan.


Tapi L'Arc bukanlah seorang pahlawan. Aku tau dia bukan pahlawan karena saat kami membunuh monster itu, aku mendapatkan exp poin dari monster tersebut.


Apa yang terjadi sebenarnya?


"Baiklah, selanjutnya aku."


Aku mengulurkan perisaiku dan menyerap monster itu.


Aku hampir gak bisa mempercayainya. Ratu juga gak mengatakan apa-apa tentang ini. Dunia ini penuh dengan misteri.


L'Arc punya senjata yang memiliki kemampuan yang kupikir cuma dimiliki para pahlawan dan senjata legendaris mereka.


Sebenarnya, kalau aku pikir-pikir lagi, aku gak betul-betul tau banyak soal para petualang normal.


Kayaknya ada kemampuan perubahan. Aku gak tau banyak soal itu. Melty mengatakan sesuatu tentang itu sebelumya, sesuatu tentang kemunculan kembali dari skill-skill para pahlawan atau semacamnya...


Aku akan mencoba membicarakannya dengan pak tua pemilik toko senjata saat aku ketemu dia lagi.


Kalau ada senjata yang bisa melakukan itu, kenapa dia gak menjualnya padaku?


Yang jelas, sudah pasti aku gak punya informasi yang cukup untuk memahami apa yang sedang terjadi.


"Kurasa kita bertemu dengan seseorang yang sangat menarik, gimana menurutmu?"


"Sepertinya begitu...."


Aku dan Raphtalia berbisik. Dia menujuk L'Arc dengan isyarat mata.


"Filo, kau memang cewek yang tangguh!"


"Hehe! Memang!"


L'Arc dan Therese berbicara dengan Filo yang membusungkan dadanya penuh kebanggaan atas kemenangannya.


Aku ingin tau seberapa kuat mereka berdua sebenarnya.


Kami terus masuk lebih dalam dan bertemu seekor monster bernama Karma Rabbit Familia. Pada dasarnya itu adalah seekor kelinci hitam yang besar. Kalau pulau ini sama kayak pulau yang sebelumnya, maka mungkin ada bos monster yang menunggu di tengah pulau, Karma Rabbit.


Haruskah kami membawa L'Arc dan Therese kesana?


Terlepas dari itu, aku harus fokus pada pertarungan-pertarungan yang terjadi disepanjang perjalanan.


Aku gak boleh tertipu oleh penampilan lucu dari kelinci.


Monster jenis kelinci selalu muncul di game-game yang rumit—mereka selalu berkebalikan dengan dugaanmu terhadap mereka.


Pertama kali kau bertemu mereka, mereka adalah salah satu monster level rendah yang kau temui di awal game—seperti para Usapil di Melromarc.


Tapi saat kau sudah cukup jauh, monster-monster tipe kelinci akan muncul lagi, tapi mereka biasanya lebih kuat daripada yang akan kau duga dari pengalamanmu sebelumnya.


Aku pernah mengalaminya di game-game sebelumnya. Mereka menipumu dengan penampilan lucu, dan saat kau lengah, mereka akan menyerbu menggunakan teknik mematikan.


Kalau kau lengah, mereka akan menendang kepalamu sampai lepas dari bahumu.


Kelinci itu menegangkan kaki belakangnya yang kuat dan melesat kearah kami.


Aku sudah menduga serangan itu dan mengangkat perisaiku untuk melindungi leherku. Serangan kelinci itu mendarat dan menghasilkan percikan api yang banyak.


Aku sudah menebak bahwa kelinci itu akan melakukan sesuatu seperti itu.


Aku melompat mundur dan menangkap Karma Rabbit Familia saat dia mencoba kabur.


"Semuanya waspada! Monster ini lebih kuat daripada kelihatannya! Mereka juga cepat!"


"Baik!"


"Dimengerti!"


L'Arc dan Raphtalia memberi tanda bahwa mereka paham.


"Aku akan menyerang!"


Filo melesat maju ke arah kelinci itu.


Therese tetap dibelakang. Apa yang dia lakukan?


"Semua kekuatan yang meliputi permata, dengarkan permohonanku dan tunjukkan dirimu. Namaku Therese Alexanderite. Aku adalah temanmu. Pinjami aku kekuatan untuk menghancurkan mereka!"


Dia merapal sebuah mantra.


Tapi itu adalah sebuah kalimat yang belum pernah kudengar sebelumnya. Saat dia merapal, rambutnya mulau berubah menjadi merah.


Gelang yang ada di pergelangan tangannya mulai bersinar, lalu sebuah bola api raksasa muncul, melayang didepan dia.


Tate no Yuusha no Nariagari Vol 5 (10).jpg


"Shining stone, ball of flame!"


Dari semua serangan sihir yang pernah kulihat sebelumnya, ini adalah yang paling indah. Bola api itu ditembakkan kearah Karma Rabbit Familia.


Tapi sihir itu mengarah lurus kearahku.


"Tuan Naofumi!"


Woi! Aku ada disini! Kenapa dia menyerangku dengan sihirnya?


Begitulah yang kupikirkan, namun sesuatu yang misterius terjadi.


Sihir itu gak melukai aku. Sihir itu cuma berpengaruh pada si kelinci, yang terbakar dahsyat.


Dan saat sihir itu melintasi aku, aku mendengar suara.


Itu adalah suara yang belum pernah kudengar sebelumnya. Rasanya itu mengatakan "terimakasih."


Saat aku menyadari apa yang terjadi, si kelinci tertelan kobaran api.


Aku sama sekali gak merasakan panas. Dan itu bukanlah karena tingkat defenseku. Api itu nampaknya sama sekali gak berpengaruh padaku.


Rasanya itu seperti seolah api itu melindungi aku. Bagian-bagian tubuhku yang terasa loyo karena kutukan, tiba-tiba terasa lebih ringan, seolah telah dimurnikan.


Mantra yang aneh.


Kobaran api itu akhirnya padam, lalu L'Arc mengangkat sabitnya tinggi-tinggi lalu mengayunkannya kebawah.


"Flying Circle!"


Sabit miliknya berubah menjadi energi dan berputar cepat, menghasilkan lingkaran cahaya lalu mengarah pada si kelinci, memotongnya menjadi dua.


Kali ini si Karma Rabbit Familia sudah pasti mati.


"Apa kau baik-baik saja?"


"Mantra apa yang kau gunakan barusan?"


"Sihir milik Therese gak melukai sekutunya!"


"Ya... Aku menyadari hal itu."


Itu adalah suatu bentuk sihir yang belum pernah kulihat sebelumnya.


"Gelang yang kamu buatkan untukku sangat kuat, tuan Naofumi."


"Dia benar. Aku bisa tau saat mantra itu diaktifkan. Kami bisa saja memberimu semua uang yang kami miliki, namun itu tidaklah cukup. Terimakasih banyak, bocah."


"Bukan itu yang kumaksudkan."


L'Arc akhirnya terlihat mengerti apa yang aku tanyakan. Dia mengusap dagunya dan menjawab.


"Sihir milik Therese dilakukan dengan menggabungkan sihir miliknya dengan kekuatan dari permata yang dia pakai."


"Hm...."


"Aku belum pernah mendengar hal semacam itu."


"Oh yah, itu adalah sebuah tipe sihir yang sangat umum dari tempat asalku."


"Apa yang kau katakan Therese? Sihirmu adalah..."


Tapi sebelum dia bisa menyelesaikan perkataannya, Therese mendekat dan menutup mulut L'Arc dengan tangannya. Lalu dia membisikkan sesuatu di telinga L'Arc, dan dia mengangguk.


Apa yang mereka bicarakan?


"Oh....."


Sejujurnya, kurasa kami juga gak sepenuhnya jujur pada mereka, jadi aku gak bisa menyalahkan mereka.


Selain itu, kami cuma akan bersama selama event aktivasi. Tapi kalau mereka sekuat ini, kayaknya layak untuk mempertahankan mereka.


"Para kelinci ini memberi exp yang sangat banyak!"


"Ya, memang."


Untuk ukuran pertarungan sesingkat ini, hadiahnya sangat besar. Setiap kali kami mengalahkan seekor monster, aku dan L'Arc membagi item drop dan mayatnya.


Aku membuka beberapa skill baru, tapi cuma satu yang kelihatan menarik.


Karma Rabbit Familia Shield
Kemampuan belum terbuka
Bonus Equip: jangkauan kewaspaan (kecil), penyesuaian status Usauni (kecil)


Alert range (kecil), huh? Itu mungkin sesuatu yang mirip dengan kemampuan yang kudapat dari para anjing, peningkatkan indera penciuman (kecil). Mungkinkah kemampuan ini lebih baik lagi?


"Kalian memang kuat."


"Yah..."


Kalau Pahlawan Perisai gak bisa memblokir serangan dari musuh, maka dia betul-betul gak berguna, kan?


"Sebenarnya, L'Arc, aku cukup terkejut dengan seberapa kuatnya kalian."


L'Arc tampaknya hampir sekuat Raphtalia. Dia mengalahkan monster-monster dengan satu serangan.


Sepertinya sabit itu portable saat keadaan normal, tapi sabit itu menjadi sangat besar saat dipakai bertarung.


Itu bukanlah senjata pahlawan. Dan bukan sebuah replika dari senjata legendaris seperti yang digunakan high priest. Itu pasti sesuatu yang belum pernah kudengar, tapi apa?


Aku teringat sesuatu yang dikatakan sang ratu. Beliau mengatakan bahwa para pahlawan lebih lemah daripada yang beliau duga.


Mungkinkah memang seperti itu para petualang yang kuat? Jika demikian, maka apa yang beliau katakan masuk akal.


Yang jelas aku gak akan mendapatkan jawaban untuk pertanyaan-pertanyaanku, dan kami terus bergerak menuju kedalaman pulau.


Seperti yang kuduga, kami menemukan sebuah struktur yang mirip Stonehenge, dan di bagian tengahnya terdapat bola misterius, sama seperti bola yang kami lihat sebelumnya yang dilindungi oleh Karma Dog.


Kami mendekatinya, dan tiba-tiba bola itu penyok—sama seperti yang sebelumnya—dan seekor monster muncul. Kali ini yang muncul adalah seekor Karma Rabbit.


Telinganya sangat panjang, dan bergerak seolah itu adalah tangan.


Dari penampilannya, aku bisa menebak gimana pertempurannya akan berlangsung. Sama seperti yang kami lakukan saat melawan para bawahannya, aku harus memblokir serangan kejutan yang dimilikinya—hanya saja kali ini aku juga harus mencari cara untuk menangani telinga yang seperti tangan itu.


"Boo!"


Di dunia asalku, para kelinci tak diketahui suara mereka. Tapi Karma Rabbit membuka mulutnya dan menarik nafas kuat-kuat, dan berteriak pada kami.


Disaat yang sama, duri-duri besar muncul dari tanah disekitar Karma Rabbit.


Jadi kelinci itu punya serangan elemen tanah. Itu buruk.


"Baiklah! Aku akan menghentikan pergerakannya. Semuanya, seranglah saat kalian punya kesempatan! Mengerti?!"


"Baik."


"Ya!"


"Oke!"


"Saatnya beraksi!"


Dengan ini pertarungan melawan Karma Rabbit dimulai.


Disepanjang pertarungan, para familia terus muncul. Mereka bukan ancaman yang berbahaya sih, dan kami menghabisi mereka dengan sangat cepat.


Karma Rabbit punya banyak macam serangan yang bisa digunakan, dan itu adalah seekor monster yang ganas dan liar. Namun aku bisa membatasi pergerakannya yang mana membuat kelincahannya gak bisa berbuat banyak. Kami bisa mengalahkannya lebih mudah daripada bos yang kami lawan sebelumnya.


"Phew."


"Akhirnya selesai juga."


Raphtalia mengayunkan pedangnya untuk membersihkan darah dari bilahnya, lalu dia mengamati bilahnya lebih cermat lagi.


Bilahnya mulai melengkung. Mungkin gak lama lagi akan patah.


"Kalian...."


"Huh? Apa?"


Aku merasa L'Arc menatapku, mempertimbangkan sesuatu dengan cermat.


"Bukan apa-apa. Kalian memang tangguh!"


"Yah aku juga cukup terkesan dengan kalian berdua."


Mereka lebih kuat daripada yang kuduga.


Kalau mereka gak bersama kami, sudah pasti pertarungannya akan lebih sulit.


"Yah aku senang kami gak mengecewakanmu."


"Ya, ya... Terus, apa yang akan kita lakukan dengan mayat ini? Boleh aku mengambilnya?"


Aku ingin melihat seperti apa item drop dari Karma Rabbit. Item drop dari Karma Dog memiliki peningkatan yang signifikan pada kekuatan serangan Filo. Dan karena itulah, dia bisa menghasilkan damage paling banyak dari siapapun dalam pertarungan melawan Karma Rabbit.


"Tentu, itu milik kalian. Kalianlah yang paling bekerja keras."


"Makasih."


Aku menyerap mayat itu kedalam perisaiku.


Lalu aku memeriksa item dropnya.


"Karma Rabbit Sword?"


Aku mengeluarkan pedang itu dari perisaiku. Gagangnya berwarna hitam, dan memiliki ukiran dengan pola kelinci. Kayaknya itu adalah bagian dari seri senjata yang sama dengan cakar milik Filo.


Karma Rabbit Sword
Kualitas: sangat bagus
Efek Khusus: agility up, magic down, attack up, defense down


Sepertinya itu adalah sebuah senjata yang sangat kuat. Itu pasti sama seperti cakar baru milik Filo.


"Raphtalia, cobalah ini."


"Oh, baik."


"Ada apa? Kau mendapatkan senjata baru?"


"Ya."


Raphtalia memegang gagangnya dan beberapa kali mengayunkan pedang itu.


"Sepertinya ini adalah sebuah pedang yang sangat bagus. Kurasa aku bisa memakainya untuk sekarang ini."


Kami leveling sedikit lebih lama lagi bersama L'Arc dan Therese di bagian tengah pulau.


Saat kami selesai berburu, kami semua naik beberapa level.


Aku naik ke level 70, Raphtalia level 72, dan Filo level 73.


Kami memang naik level, tapi kurang efektif dibanding kemarin. Aku penasaran kenapa? Apa itu artinya bahwa kami sudah mendekati rata-rata level untuk tempat kami berada?


Masih ada begitu banyak hal yang gak kupahami tentang dunia ini.


Kayaknya kau bisa menaikkan level kalau kau mau, tapi juga terdapat semacam batas level untuk masing-masing area.


Sistem-sistem semacam itu berbeda bergantung pada game apa yang kau mainkan.


Ada MMO yang menerapkan sistem semacam itu sehingga kau gak bisa mendapatkan exp pada titik tertentu jika melawan monster yang lebih lemah.


Mereka menyebutnya zona leveling, dan pada dasarnya kau hanya akan mendapatkan exp poin untuk pertarungan kalau levelmu dan level musuh berada dalam jangkauan tertentu.


Kalau sistemnya diterapkan kayak gitu, maka kau gak bisa menempatkan karakter-karakter yang lebih lemah daripada kau ke dalam partymu dan masih mengharapkan bisa menaikkan level mereka di area-area yang sulit.


Tapi saat kami membesarkan Filo setelah dia menetas, aku gak pernah merasa bahwa ada sistem yang kayak gitu disini. Apa yang sebenarnya terjadi?


"Raphtalia, gimana pedangnya?"


"Sangat ringan dan mudah dipegang, tapi aku belum terbiasa pada nuansanya."


Jadi kayaknya pedang tersebut kuat terlepas dari nuansanya dan juga mudah digunakan.


Aku penasaran apakah pak tua pemilik toko senjata bisa membuat sesuatu seperti itu kalau aku mengatakan bahwa itu adalah bagian dari senjata "seri karma". Aku yakin dia akan butuh material sih.


Kayaknya aku bisa mengandalkan kekuatan serangan yang besar dari seri itu—yang mana itu adalah hal yang bagus.


Tetap saja, senjata dari seri ini gak punya lapisan blood clean, jadi kami gak akan bisa menggunakannya untuk waktu yang lama, yang mana itu bukanlah hal yang bagus.


Aku bisa menggunakan Whetstone Shield untuk merawat senjata-senjata itu dimalam hari saat kami berada di penginapan. Tapi masih ada begitu banyak kemampuan perisai yang harus kubuka. Aku harus memprioritaskan hal itu diatas pengasahan. Mungkin aku bisa membawa senjata-senjata itu pada pak tua di Melromarc dan dia bisa memasang lapisan pada senjata tersebut. Yang jelas, aku harus mengunjungi dia sebelum gelombang yang selanjutnya


Yang jelas, kami naik level sangat banyak begitu cepat hingga aku gak betul-betul menyadarinya.


Itu semua terjadi begitu cepat hingga nyaris membuatku cemas.


Aku berusaha membuka perisai-perisai baru sepanjang waktu, tapi masih ada banyak sekali monster yang belum aku kumpulkan, itu membuatku cemas kalau berpikir bahwa aku akan melewatkan sesuatu yang penting.


Aku harus mengabaikan perasaan itu. Aku cuma perlu menunggu sampai gelombang yang berikutnya selesai, maka aku bisa pergi mencari tempat leveling yang baru.


Aku mungkin bisa mengandalkan bantuan ratu juga, jadi kurasa gak ada masalah soal keuangan.


Tapi pertama-tama, aku harus meningkatkan kekuatan sebanyak mungkin unyuk saat ini—Raphtalia dan Filo juga.


"Apa hari ini sudah cukup?"


Matahari mulai terbenam saat L'Arc menyarankan kami untuk kembali.


"Huh? Ya, kurasa begitu. Hari ini sangat menyenangkan. Apa yang akan kau lakukan besok?"


Para Karma Rabbit sudah gak memberi banyak perlawanan lagi.


Berburu disini dengan Raphtalia dan Filo saja sudah cukup mudah, apalagi ditambah L'Arc dan Therese.


Aku ingin memastikan bahwa kami nggak membuang-buang waktu mereka.


"Hari ini sangat menyenangkan. Kurasa kalian bisa melakukannya sendiri besok."


"Oh...."


Rasanya agak mengecewakan. Tapi mau gimana lagi, para petualang biasanya menikmati kebebasan mereka.


Saat tiba waktunya meninggalkan pulau, akan aku pertimbangkan untuk mengundang mereka bergabung dengan partyku.


"Kalau begitu ayo kembali."


"Oke."


Dengan begitu kami kembali ke pulau utama. Kami sampai sebelum matahari terbenam.


Saat kami masih di perahu, pada saat-saat keheningan dimana L'Arc dan Therese merenungkan sesuatu.


Soal apa itu? Apa mereka menyadari kalau aku betul-betul Pahlawan Perisai, tapi mereka nggak mau mengatakannya?


Kurasa enggak. L'Arc gak kelihatan seperti tipe orang yang akan menahan diri mengatakan sesuatu yang dia mau.


"Sampai nanti, Bocah Perisai. Kuharap bisa bertarung bersamamu lagi kapan-kapan."


"Ya. Dan kalau kau punya uang lebih sebelum kau meninggalkan pulau, datang dan beri aku bayaranku!"


Kami berpisah. Itu adalah saat-saat yang menyenangkan yang kami habiskan bersama.


"Itu adalah pertama kalinya kita bertarung di pihak yang sama dengan seseorang sejak kita bepergian bersama Melty."


"Kamu benar."


"Mereka sangat kuat dan berpengalaman."


Memang. Aku mengangguk.


Gak disangka mereka sangat kuat. Mereka sekuat kami.


Kalau aku punya kesempatan, aku ingin mereka bergabung dengan partyku.


Catatan Penerjemah

  1. Stonehenge: berasal dari kata Stone = batu dan Henge = lingkaran. Suatu bangunan prasejarah yang dibangun pada Zaman Perunggu dan Neolitikum, terletak di Witshire, Inggris. (Sumber: Wikipedia)
Sebelumnya Halaman Utama Selanjutnya