The World God Only Knows Bahasa Indonesia:Volume 1 Chapter 3

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Chapter 3: Ikatan Ganda[edit]

Di malam dimana Amami Tooru dan Yoshino Asami berpisah di waktu yang bersamaan.

Katsuragi Keima tetap terdiam, dan tidak menghiraukan Elsie sepenuhnya setelah dia pulang ke rumah sambil tetap meneruskan permainan gamenya.

Pertama, saat makan malam.

Ibu Keima memiliki suatu urusan dan harus pergi keluar, jadi Elsie yang memasak. Setidaknya itu aman. Atau lebih tepatnya, itulah yang Elsie percaya.

Keima menatap pada makanan yang merayap (yang terlihat seperti tangan tengkorak).

“...”

Biasanya, dia akan mulai menggerutu soal hal itu.

“...”

Dia tanpa sepatah kata pun memasukkan makanan itu ke mulutnya dan terus bermain dengan PFP nya. Elsie tidak bisa melakulkan apapun selain berkeringat dingin sedikit, tapi Keima tetap diam.

Elsie juga,

“...”

“Ma, makan sambil bermain game di saat bersamaan itu tidak baik untuk pencernaanmu!”

Atau

“Ayo kita mengobrol sambil makan!”

Akan menyarankan hal seperti itu biasanya. Tetapi karena dia gagal total hari ini, dia tidak bisa mengatakannya pada Keima.

Makan malam berjalan sunyi. Setelah Keima selesai makan,

“Aku selesai.”

Dia mengatakannya dengan suara lirih dan berjalan langsung ke sofa di ruang tamu sambil terus memainkan gamenya. Keadaannya sunyi, sunyi yang datang dengan tekanan ekstrem. Ekspresi Elsie sangat jelas terlihat gugup, tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Namun, dia memutuskan untuk membersihkan piring dan menatap Keima sambil menyuci piring.

Keima sepenuhnya diam.

Elsie selesai mencuci dan mengelap tangannya. Keima masih terdiam.

“Er, erm, Kami-sama...karena kita baru selesai makan malam, aku ingin mengupas beberapa buah. Ada yang kamu inginkan?”

Sunyi.

“La, Lalu, di sini ada apel dan pir, kau tahu?”

Masih tidak berhasil.

Elsie,

(U~!) Menahan keinginannya untuk menjerit saat dia berjalan ke arah Keima.

Dia duduk di sampingnya, kakinya ditekuk bersamaan saat dia meletakkan tangannya di sana.

“Eh, ehehe.”

Dia memberikan senyum yang menarik hati sambil menyandarkan bahunya.

“Ka, Kami-sama. Yah, hari ini, itu, erm.”

Tepat saat dia ingin meminta maaf.

“Aku mau mandi.”

Setelah mengatakannya, Keima berdiri dan segera meninggalkan ruang tamu, meninggalkan Elsie yang sibuk menangis.


Keima sedang memainkan PFP nya yang tahan air di bathtub. Meskipun Elsie sangat khawatir.

Dia tidak marah.

Dia sedang berpikir.

Tentang penaklukkan kali ini.

Dia merasa sedikit terpukul.

Sang ‘Denpakei’ Amami Tooru dan ‘Karakter Ganda’ Yoshino Asami. Untuk beberapa alasan,

Sepertinya dia melewatkan sesuatu yang penting.

Sebenarnya, Keima tidak merasa pertemuan dengan kedua gadis itu sulit. Dia memutar kepalanya dengan kecepatan penuh untuk membuat garis petunjuk. Dia menganggukan kepala, dan tepat saat dia akan keluar dari bak mandi,

“Er, erm, Kami-sama!!”

Pada saat itu, pintu kamar mandi tiba-tiba terbuka.

“Se, setidaknya biarkan aku menggosok punggungmu!”

Setelah mengatakan hal itu, Elsie memberikan pandangan penuh keyakinan saat dia menyerbu masuk. Seperti saat bagaimana dia dan Keima bertemu sebelumnya, tubuh telanjangnya yang putih hanya ditutupi handuk penjelmaan dari hagoromo.

Lekuk-tubuhnya tidak terduga cukup.

Dan bentuk badannya kini tertutup.

Setelah Keima tegang selama berapa saat,

“WAAAAAAAAAAAAAAAAAAAHHHH!!”

Dia berteriak.


Setelah memikirkan cara mengusir Elsie keluar dari kamar mandi, Keima berganti pakaian dan kembali ke ruang tamu sambil sepertinya menahan sakit kepala.

Elsie juga berganti ke pakaiannya semula.

“Maafkan aku~, Kami-sama, Aku minta maaf~”

Dia mengusap mukanya sambil menangis. Saat ini, Keima akhirnya sadar bahwa Elsie depresi karena kesalahannya tadi.

“...”

Dia terdiam selama beberapa saat, dan dia lalu mengalihkan mukanya yang memerah seolah menyembunyikan rasa malunya.

“Aku sudah tidak apa-apa! Ini bukan kesalahan besar lagipula, Elsie.”

“Tapi~ tapi~”

“...Dengar, Elsie?”

Keima medesah dan berkata.

“Kau sudah melihat berbagai penaklukanku dari dekat, benar kan? Kadang kala, taktik memberikan para gadis kesan buruk mungkin bisa jadi langkah yang efektif.”

“Tapi~tapi~”

“Segera sesudah aku membuatnya marah, segera sesudah aku dibenci olehnya, akan ada petunjuk bagaimana menaklukannya dengan sukses.”

“Tap, tapi~ tapi~”

“Nilai negatif, Elsie. Kadang kala hal itu berhubungan dengan nilai positif.”

Keima berkata.

“Kita hanya perlu percaya.”

Dia cuma berdiri dan meletakkan tangannya di dada.

Akan tetapi.

“Aku cuma membutuhkan kepercayaan ini. Untuk bisa melakukan sesuatu untuk gadis ini, agar dapat benar-benar membantu gadis ini.”

Bagi Elsie, wajah tampan dan bersih Keima, yang baru saja tertimpa cahaya, bisa dideskripsikan sebagai cantik.

Benar-benar seperti yang asli,

Seperti ekspresi dari sebuah game.

Ekspresi laki-laki saat dia penuh dengan kepercayaan.

Elsie tanpa sadar

“...”

Memerah.

“La, lalu.”

Sayangnya, Keima sepertinya tidak menyadari ekspresi Elsie.

“Sebagai bukti kalau aku tidak memikirkannya lagi, aku akan memberimu misi yang sama, mengerti?”

“...”

“Elsie! Kamu dengar tidak!?”

“Ah, y, ya!”

Elsie pelan-pelan tersadar dan segera menjawab.

“Apa, apa itu, kami-sama?”

Wajah Keima masih sedikit merah.

“Dasar kamu ini.”

Dan dia menyempitkan matanya dengan ekspresi kecewa.

“Bagus, Elsie. Kita akan bekerja terpisah. Aku akan mengejar Yoshino Asami. Kamu akan pergi menemukan Amami Tooru.”

“Eh?”

“Tentu saja, kita akan bekerja sama di sekolah, tapi efisiensinya akan meningkat saat kita berpisah setelah sekolah. Aku akan berinteraksi dengan Yoshino Asami di dalam dan di luar sekolah, dan jika mungkin, aku akan menaklukannya. Saat ini, kamu akan mencari di sekitar jalan-jalan dan temukan Amami Tooru.”

“...Erm, mencarinya?”

“Temukan dia dan bawa dia ke rumah. Kalau tidak bisa, coba cari cara untuk mengontaknya. Jika perlu mengikuti Amami Tooru sampai ke rumahnya, lakukan. Apapun. Selama kita bisa menemukan petunjuk tentang latar belakangnya.”

“Petunjuk...petunjuk?”

“Ya. Kau memiliki sensor arwah pelarian, kan? Dan kamu melihatnya pada Amami Tooru sebagai adik perempuanku. Saat ini, dia mungkin tidak memiliki perasaan negatif tentangmu. Jadi kamu harus berkeliaran di jalanan, dengan cermat.”

“Ba, baik.”

Keima menganggukkan kepala.

“Kita akan menghadapi sebuah pertarungan dari dua sisi, penaklukan serempak. Jadi saat kamu bertemu dengan Amami Tooru, aku akan mulai dengan penaklukanku di sisi lain.”

“...”

Keima mendesah selagi mengatakannya.

Dan kemudian, dia memerah saat jarinya menggaruk mukanya. Dia berkata dengan lirih,

“Aku masih percaya padamu, dan menganggapmu dapat diandalkan.”

Lirih,

“Sedikit.”

“!”

Mata Elsie langsung melebar.

Otaknya yang tentu saja tidak bisa dibilang pintar mencerna makna kata-kata yang baru saja diucapkan Keima.

“Aku percaya padamu.”

“Aku dapat mengandalkanmu.”

Makna dibelakangnya.

Beban dibelakangnya.

Bagi Elsie,

Itu semua cukup...

“Kami-sama!”

Dia berdiri dengan berlinangan air mata dan memeluk Keima.

“Terima kasih!”

Dia berpikir kalau orang ini benar-benar dewa.

“Aku akan melakukan yang terbaik!”

Sebagai jawaban, apa yang dikatakan Keima adalah,

“Wah, hey! Le, lepaskan aku! Jangan dekat-dekat!”

Hanya itu.

Mukanya lebih merah dari sebelumnya.


Setelah benar-benar gembira, Elsie melepaskan Keima dan bertanya,

“Tapi.”

Elsie meletakkan jarinya di mukanya dan bertanya dengan sikap bingung.

“...Erm, ini bukan seperti aku membuat pernyataan yang tidak bertanggung jawab tentang rencana Kami-sama, tapi kenapa tidak menaklukkan mereka satu persatu?”

Pertanyaannya sederhana.

“...”

Keima tetap diam. Elsie lalu mengatakannya,

“Menurutku lebih mudah seperti itu.”

Saat ini, Keima mulai tertawa, ‘fu’, dan mendorong kacamatanya.

“Baik, sebenarnya aku adalah pengikut rute tunggal, tapi bukan berarti aku tidak bisa menaklukkan mereka berdua di saat yang bersamaan.”

Dan kemudian, dia bergumam,

(Aku belum pernah melihatnya sendiri, tapi ada sebuah game yang keseimbanganya sangat buruk sehingga aku tidak akan bisa menaklukkan satu orang tanpa mencoba menaklukkan lebih dari 10 heroine pada waktu yang bersamaan...)

Dan kemudian, dia menggenggam tangannya dan berkata,

“Lagipula, seorang gal-gamer tidak akan takut mencoba menaklukkan di waktu yang sama!”

Berhadapan dengan kata-kata kuat itu, Elsie cuma bisa,

“Ha, haa.”

Menganggukkan kepalanya menjauh. Keima terbakar dengan semangat yang menggelikan untuk suatu alasan.


Di hari berikutnya, Keima dan Elsie mengamati Yoshino Asami saat mereka di sekolah. Mereka menjaga wajah mereka dekat satu sama lain saat mengamatinya membaca sebuah buku di kursi belakang ruang kelas.

(Apa kita benar?)

Mereka berbisik satu sama lain.

(Benar...itu dia. Dia memiliki arwah pelarian.)

Elsie menjawab. Pendeteksi arwah pelariannya bereaksi. Doro doro. Keima menatap ke arahnya.

“...Apa benar begitu?”

Dia cuma menggumamkan hal itu.

Keima hanya merasa kalau ada sesuatu yang tidak bisa dia pahami...

Bagaimanapun, dia menyembunyikan keraguannya itu untuk dirinya sendiri. Pertama, mereka mulai mengumpulkan informasi mengenai Yoshino Asami. Di titik ini Elsie berkontribusi sangat besar.

Atau lebih tepatnya, karena Keima, yang tidak bisa menyatu di kelas sama sekali, menjadi benar-benar tidak berguna, cuma Elsie, yang sangat mudah bergaul dan berhubungan baik dengan dengan kedua gender, bisa melakukannya; dan ini akan menjadi pernyataan yang lebih tepat. Dengan kata lain, Elsie membuat sumbangan yang besar.

Lalu,

Alasan kenapa terjadi seperti ini adalah karena kepribadian Elsie yang tidak bisa membuatnya berpura-pura, membuat Keima mendapat informasi tentang Yoshino Asami dari segala sisi.


Laporan saksi nomor 1.

Seorang gadis yang memberikan informasi ini, namanya A.K.

“Ee-chan, kenapa kamu sangat memikirkan Yoshino-san...yah, itu sebenarnya bukan masalah. Yoshino-san, eh...baik, sebenarnya aku tidak memahami orang itu sama sekali. Bukan seperti dia sedang dijahili atau dibenci atau semacamnya. Tapi sepertinya dia tidak bisa bergaul dengan baik. Ya, seperti saat kegiatan di luar kelas. Di saat itu...aduh, ini sedikit berlebihan mengatakannya padamu, Ee-chan, tapi satu-satunya yang menjauh dari semuanya dan tidak ikut ambil bagian sama sekali adalah kakakmu. Ee-chan, kakakmu Keima-kun selalu memberikan aura seperti itu, sering...kali, apa itu? Game? Bagaimanapun, sepertinya dia selalu bermain game, dan Yoshino-san kembali ke rumah karena dia bilang dia demam. Karena itu, hubungan kami masih belum erat sekarang.”


Laporan saksi nomor 2

Seorang anak laki-laki yang duduk di sebelah Asami, namanya E.K.

“Aku? Ya? Klub sepak bola~ Aku adalah jagonya dan bermain di depan, dan juga berumur 16 tahun. Berusaha keras mencari pacar...eh? Kamu ingin aku memberitahumu tentang Yoshino-san daripada ini? Ah, hahaha, oke, oke. Aku mengerti, Elsie-chan. Eh, Yoshino-san yang duduk di sampingku, ya...sebenarnya, sejauh yang aku tahu, gadis itu kelihatan sedikit lemah. Aku pernah mengajaknya keluar sebelumnya. Kamu tahu, Yoshino-san cukup cantik juga, kan? Aku suka gadis-gadis yang ‘terlihat biasa’. Lalu kemudian, kami keluar untuk bernyanyi karaoke dengan cowok-cowok dan cewek-cewek lain. Lalu, dia sepertinya merasa tidak enak badan dan terus beristirahat di luar...daripada itu, Elsie-chan. Bagaimana kalau kita pergi karaoke lain waktu? Eh? Apa? ...ah, hahaha. Jadi kamu butuh ijin kakakmu? Apa, apa benar begitu?”


Laporan saksi nomor 3

Seorang gadis yang juga dari klub upacara minum teh, namanya T.Y.

“Apa nya[1]? Kamu membicarakan tentang Asa-chin? Asa-chin...baik, aku tidak benar-benar mengenal Asa-chin~. Dia benar-benar ‘biasa’~. H, tapi aku benar-benar tahu tentang hal ini, kamu tahu? Asa-chin terlihat seperti mudah sakit~terakhir kali, kami semua pergi ke taman bermain, dan dia terlihat tidak enak badan setelah memainkan permainan yang berputar itu. Dia mencoba yang terbaik, tapi akhirnya beristirahat di bangku taman~ tapi, Asa-chin tidak akan pernah mengatakan hal buruk tentang orang lain, dan dia akan menyapu dan membersihkan sampah dengan tenang. Menurutku dia orang baik hya~n.”


“Nomor 3.”

Keima membaca melalui laporan-laporan yang dikumpulkan selama istirahat makan siang (mengulang apa yang Elsie katakan ke buku catatan), dan mau tidak mau berkeringat dingin.

“...Benar-benar intens.”

Selain perasaan tertarik pada hal ini, ada beberapa segi lain yang menarik baginya.

“Aku mengerti...’biasa’, ya?”

Apakah orang ini benar-benar akan berubah di luar sekolah...tidak, saat dia memakai pakaian biasa.

Keima menyipitkan matanya begitu dia mengingat Yoshino Asami yang sangat riang dan banyak bicara kemarin. Saat itu, dia memberikan kesan kalau dia suka berjalan-jalan dengan orang lain, kalau dia sangat bersemangat.

Keima merenung.

Orang seperti dia...

Kenapa dia menjadi seperti ini di sekolah?

“...”

“Dan kemudian, ini dia.”

Elsie, yang menyatukan mejanya dengan milik Keima saat mereka makan siang bersama, melihat ke sekeliling dan mendekatkan wajahnya.

“Laporan ini sedikit tidak terkonfirmasi...”

“?”

Bingung, Keima mendesaknya,

“Ada apa?”

Elsie tergagap dan berkata,

“Aku tidak benar-benar mempercayainya,”

“Jadi, apa itu?”

“...Ah~! Ini aneh! Aku merasa tidak mungkin ada hal semacam ini!”

“El...sie--!”

“Ah, baik, baik. Tentang... ini.”

Elsie terus tergagap, namun setelah Keima menatapnya dengan tajam, dia mulai mengayunkan tangannya ketakutan dan berkata,

“Eh, ini...orang ketiga mengatakannya. Yoshino-san, mungkin dia memiliki seseorang yang dia sukai.”

“Oh?”

Keima dengan tenang menerimanya tanpa terburu-buru.

Kemungkinannya kecil.

Tapi dia tidak menolak kemungkinan ini. Sebuah kemungkinan kalau ‘karakter ganda’ itu adalah hasil dari perasaannya pada seseorang.

“Dan lalu.”

Keima meminum teh hijaunya sambil dengan tenang berpikir dan menunggu Elsie untuk meneruskan.

“Dia bilang orang yang dia sukai mungkin adalah kamu.”

“GUHHAA!!”

Keima tersedak saat teh yang diminumnya mengalir keluar.

“Bagaima? Ap, Apa? Barusan kamu bilang apa?”

Keima segera mengelap mulutnya saat dia menoleh ke arah Elsie.

“Apa ini benar? Apa yang sedang terjadi?”

“Siapa, siapa yang tahu?”

Elsie tertawa tertekan dalam sikap tidak jelas.

“Itu, itu aneh ya, iya kan?”

“TERLALU ANEH!”

Keima menyimpulkan. Tidak mengerti apa yang sedang terjadi, Elsie berkata,

“Be~betul. Bagus kan dia yang menjadi target penaklukan. Kami-sama, masalahnya adalah kamu belum melakukan apapun...”

Dan demikian, keduanya menghilangkan satu kemungkinan bahwa gadis itu memiliki perasaan pada Keima karena Keima belum melakukan apapun.

“Aku dengar dari orang itu juga..tapi.”

Elsie menjaga suaranya tetap rendah dan mengatakannya dengan suara seram seolah membicarakan tentang hantu,

“Menurut orang itu.”

Keima menelan ludah. Elsie lalu berkata,

“Yoshino Asami-san, sepertinya dia sering melihat ke arah Kami-sama...”

Setelah mengatakannya, Keima dan Elsie sepertinya memikirkan sesuatu saat mereka melihat ke belakang.

Pada akhirnya.

Apa yang akan terjadi...

“!”

Mereka melihat lurus ke mata Yoshino Asami yang sangat terkejut. Sepertinya dia telah melihat ke arah mereka selama ini...

Sikap Yoshino Asami,

“...”

“...”

Setelah melihat Keima dan Elsie menatapnya dengan tatapan kosong,

“!!”

Dia dengan segera menundukkan kepalanya dan pura-pura belajar. Itu adalah pemandangan yang langka bahkan lehernya pun terlihat memerah.

Keima juga,

“...”

Dan Elsie juga,

“...”

Terkejut. Setelah itu, mereka berdua berkata bersamaan.

“Gak mungkin.”

“Aku memikirkan hal yang sama juga.”

“Hanya saja itu tidak bisa dijelaskan.”


Katsuragi Keima terus berpikir sambil memilah informasi.

(Disebut dengan ‘normal’...lemah? Tidak ada yang dekat dengannya, dan semua orang berkomentar sama tentangnya. ‘Biasa’, ‘biasa’ dan ‘biasa’...)

Dia membuat beberapa asumsi sebelum sekolah berakhir sambil bermain game saat pelajaran.

“Katsuragi~! Ka~tsuragi~!!”

Dia terus mengabaikan guru yang sedang mengajarnya.

“Katsuragi Katsuragi Katsuragi Katsuragi~!!”

Meskipun guru itu menggeretakkan giginya sambil meletakkan tangannya di wajah,

“...”

Dia menoleh ke sisi lain, dan akhirnya,

“Uu, Katsuragi...uu, Katsuragi~kun.”

Guru itu dengan kesal pergi setelah menyerh, akan tetapi Keima tidak merespon sama sekali. Juga.

Yoshino Asami menatap semua hal ini dari belakang.

Dan tidak ada seorang pun yang tahu apakah Keima menyadari tatapan itu atau tidak.


Setelah sekolah,

Keima berpisah dengan Elsie di tangga,

“Aku serahkan hal ini padamu kalau begitu, Elsie?:

Dengan tekanan seperti itu, Elsie menjawab dengan senyum cemerlang.

“Serahkan hal ini padaku! Aku tidak akan mengecewakan Kami-sama!”

Sepertinya dia sangat senang menerima kepercayaan Keima.

Dia berlari dengan kencang dan ringan saat dia berlari mencari Amami Tooru di jalanan, sesuai rencana.

“Fuu.”

Melihat punggungnya, Keima mendesah. Dia memiliki hal yang harus dia lakukan sendiri, dan pertama, dia harus berbicara sendirian dengan Yoshino Asami.


Keima memutuskan untuk menunggunya di sini...


Saat ini adalah waktu saat murid-murid selesai melakukan aktivitas klub dan pulang ke rumah. Sebenarnya saat ini tidak sama dengan waktu pulang sekolah, tapi tangga ini cukup ramai.

Dibandingkan dengan klub olahraga yang sedang berganti baju atau latihan sampai larut malam, di sini ada lebih banyak murid-murid dari klub kebudayaan, yang biasanya berakhir pada waktu yang lebih teratur.

Diantara mereka,

“...”

Yoshino Asami berjalan melalui kerumunan dan mengganti alas kakinya di lemari sepatu,

“...”

Dan berjalan keluar gedung.

Di sana.

“Yo.”

Seorang anak laki-laki berbicara dengannya.

Terkejut, Yoshino mengangkat wajahnya.

Berdiri di sana adalah,

“Kebetulan sekali, aku akan pulang juga. Bisa kita pulang bersama?”

Dia Katsuragi Keima.

“...”

Yoshino Asami terdiam selama beberapa saat,

Dan lalu,

“Un.”

Dia tersenyum.

“Oke.”

Apa artinya sedetik keraguannya tadi itu?

Atau dia terbungkam karena kata-kataku yang tidak terduga?

Atau mungkin,

Apa cuma imajinasiku saja mukanya memerah? Atau cahaya matahari terbenam yang mewarnai sekelilingku menjadi merah?


Keima dengan hati-hati memilih untuk tidak teralu dekat dengan Asami sambil dengan sengaja membuat keadaan yang sama seperti kemarin.

Dia memilih keadaan dimana mereka berdua berjalan bersama.

Ada dua alasan.

Yang pertama adalah menggunakan tindakan yang sama dengan kemarin untuk mengukur reaksi Yoshino Asami dengan lebih baik, untuk mengamati apakah ada perubahan. Dengan demikian, jalan menuju rumah, jarak di antara mereka dan susunannya sama dengan kemarin.

Satu-satunya yang berbeda adalah adanya kegiatan klub upacara minum teh hari ini (yang sudah Keima selidiki sebelumnya), Yoshino Asami lebih telat pulang ke rumahnya.

Ada alasan lain, sebuah naluri yang sangat jarang bagi seorang Keima yang rasional. Rasanya bahkan saat mereka bersama, mereka sebaiknya menghindari melakukannya di sekolah.

Ini,

Adalah sesuatu yang barusan dia pikirkan...

Tidak, bukan itu.

Dia menggelengkan kepalanya jauh di dalam. Dia memutuskan untuk tidak membohongi dirinya sendiri. Ini adalah keinginannya sendiri.

Untuk alasannya...

“...Katsuragi-kun, kemana kau ingin pergi selanjutnya?”

“Nn?”

Ini sedikit sulit bagi Keima untuk bersikap tenang.

“Un, sepertinya ada sesuatu di sini. Aku ingin berjalan lewat sini kali ini.”

“Oh~”

Yoshino Asami tidak bertanya lebih jauh saat dia menganggukkan kepala. Dia terus memandang ke depan. Meskipun dia tersenyum,

Mustahil bagi orang lain untuk tahu apa maksud ekspresinya itu. Keima menelan ludah.

Ia sangat sulit untuk ditangani.

‘Yoshino-san mungkin memiliki perasaan pada Katsuragi Keima’. Informasi dari Elsie itu mungkin mengikatnya lebih dari yang dia pikirkan.

Karena itu, untuk mencegah dirinya panik, dia memilih untuk berjalan ke rumah setelah waktu pulang sekolah karena dia ingin sesedikit mungkin gangguan dari murid lain.

Keima terus mencoba dan menanyakan berbagai pertanyaan padanya dari waktu ke waktu, dan Yoshino Asami akan menjawab pertanyaan itu dengan serius saat menjawab.

“...Ya, klub sangat menarik.”

Juga,

“Ngomong-ngomong, sebentar lagi bahasa modern. Aku tidak terlalu bagus dalam pemahaman, jadi aku sedikit khawatir.”

Dan juga,

“Sepertinya teman-teman sekelas kita akan pergi? Teman-teman sekelas kita sangat akrab satu sama lain. Aku menantikannya...apa kamu akan pergi juga, Katsuragi-kun?”

Dan hal-hal seperti itu. Jawaban Yoshino Asami tidak penting. Sama seperti bagaimana dia membaca buku pedoman,

Keima mendesah jauh di dasar hati.

Dan untuk pertanyaan terakhir.

“Gak mungkin, aku gak pergi.”

Keima menjawab dengan sigap.

“Bagaimana mungkin aku bisa pergi?”

Saat ini, Yoshino Asami, yang hanya memberikan jawaban ‘normal’ sampai sekarang, sepertinya memikirkan sesuatu saat dia memutar kepalanya dan menatap Keima.

Keima juga,

“?”

Menatap balik Yoshino Asami dengan ekspresi terkejut.

Lalu,

“!”

‘Jawaban normal’ Yoshino Asami gagal untuk pertama kali.

“Eng, enggak.”

Dia memerah, dan juga,

“Itu, itu saja. Jadi, kita sampai di rumah...rumahku sekarang!”

Dia segera memasuki pintu rumah yang barusan dicapainya. Keima sedikit kebingungan.

Apa maksudnya tadi itu?


Apa dia benar-benar...

Memiliki perasaan padaku sejak awal?


Keima sepenuhnya kebingungan.

Kebingungannya bertambah sesudah itu. Setelah berjalan beberapa langkah dari rumah Yoshino Asami dan bermaksud untuk menemui Elsie,

“Katsuragi-kun! Ini aku! Hei hei! Aku akan keluar sekarang! Bagaimana kalau kita bermain bersama? Aku masih punya beberapa hal yang ingin kubicarakan denganmu!”

PFP Keima menerima pesan dari Yoshino Asami. (Keima mengiriminya pesan kemarin, memberitahukan alamatnya.)

Saat ini, Keima tidak punya pilihan.


Yoshino Asami muncul mengenakan pakaian yang cantik.

Rok mini merah muda, sebuah blus, penampilannya benar-benar seperti seorang gadis. Sangat berbeda dengan bagaimana dia terlihat saat mengenakan seragam, dan dia sangat bersemangat, jadi pada akhirnya dia menjadi gadis yang sangat menarik.

Di tempat dimana Yoshino Asami berjanji bertemu dengan Keima,

“Di sini, ayo sersenang-senang, Katsuragi-kun!”

Dia menggenggam lengannya dan berjalan,

Mempesona,

Dia tersenyum dengan cerah dan penuh semangat.

Setelah itu, dia dan Keima berada di game center. Yosino Asami berkata,

“Katsuragi-kun, kamu hebat dalam segala jenis game, kan? Tunjukkan padaku!”

Dan kemudian, dia mulai memainkan segala jenis game. Meskipun Keima sedikit kurang dalam game ritme dan game sentuhan, dia menunjukkan keahlian yang mengagumkan dalam game teka-teki dan game kuis.

Yoshino Asami bertepuk tangan dengan riang,

“Hebat! Katsuragi-kun benar-benar hebat!”

Cuma seperti itu.

Setelah itu, sesuai permintaan Yoshino Asami, mereka pergi ke restoran cepat saji dan memesan sesuatu untuk dimakan. Saat ini, Keima mencoba menyelidiki sifat aslinya, namun yang mengejutkan adalah,

“Hei, hei, apa yang kamu lakukan saat liburan, Katsuragi-kun?”

Dan,

“Kemana kamu pergi dengan adikmu?”

Dan juga,

“Kamu bilang kamu suka game bishoujo. Game macam apa? Mereka sedikit ecchi, benar kan?”

Dan hal-hal semacam itu sambil memerah dan menanyakan rentetan pertanyaan seperti senapan mesin. Keima benar-benar terkejut dan tidak tahu apa yang harus dilakukan. Diantara semua penaklukan sampai sekarang, tidak ada yang menunjukkan keingintahuan sebanyak itu terhadap diri Keima sendiri.

Sudah tentu Keima ingin tahu hal-hal tentang Yoshino Asami.

Karena itu, dia keluar untuk berbicara dengannya.

Untuk dekat dengannya.

Untuk mengukur jarak emosi antara keduanya.

“Tapi kamu tidak benar-benar membenci manusia, kan? Karena karena, kamu berbicara banyak denganku saat ini, iya kan?”

Dan juga,

“Katsuragi-kun. Biarkan aku bertanya padamu. Sabagai contohnya, apa yang kamu pikirkan saat aku berbicara padamu?”

Yoshino Asami sepenuh hati mencoba mengerti Katsuragi Keima.

Yoshino Asami serius.

“Yah.”

Dia sedikit tergagap, tapi tetap menatap Keima.

“Lalu, aku ingin bertanya padamu. Maaf jika ini membuatmu tidak senang, tapi itu, waktu itu, siapa gadis yang muncul saat Katsuragi-kun sedang berbicara denganku?”

“...”

“Katsuragi-kun berpacaran dengannya...tidak, maaf. Seharusnya aku tidak menanyakan hal ini...tapi aku ingin tahu, siapa gadis itu buat Katsuragi-kun?”

“...”

Apa yang sedang terjadi?

Keima berpikir.

Perbedaan antara saat di sekolah dan di luar sekolah.

Tidak, perbedaan diantara saat mengenakan seragam dan tanpa seragam.

“Gadis itu.”

Keima dengan jelas menyatakan.

“Bukan siapa-siapa. Dia cuma teman biasa.”

Dia hanya,

Mengkonsentrasikan keinginannya pada ekspresinya.

Mungkin Yoshino Asami merasakan hal itu saat dia tertawa kecil.

“Beneran?”

Dia hanya meneruskan meminum kola melalui sedotan dan tersenyum.

“Bagus kalau begitu.”

Dia tidak bertanya lagi, mengeluarkan desahan lega seperti seorang gadis yang tahu kalau pria yang disukainya tidak memiliki kekasih.

“Hehe.”

Dan dengan sikap malu-malu,

“Itu bagus sekali.”

Normalnya, laki-laki sudah dapat menyimpulkan hal seperti ini. Pertama, Yoshino Asami terus melihat ke arah Keima saat mereka di sekolah. Bahkan teman-teman Yoshino menyadari kalau dia sering melihat ke arah Keima, meskipun Keima sendiri tidak menyadarinya.

Tapi sejak dia tahu kalau Yoshino Asami memiliki arwah pelarian, sikap Yoshino Asami terhadap Keima cukup baik (dibandingkan dengan gadis-gadis lain). Dan hari ini. Dia bahkan memerah saat dia berjalan ke rumah bersama Keima, dan bahkan ingin tahu kemana dia akan pergi.

Yoshino Asami dalam pakaian biasa tidak diragukan lagi tertarik pada Keima, dan ingin pergi keluar dengannya[2], untuk memahaminya.

Normalnya, bisa dikatakan ini,

Ya.

Yoshino Asami memiliki perasaan pada Katsuragi Keima dalam konteks teman laki-laki dan teman wanita[3].

Dapat disimpulkan seperti ini.

Namun.

Keima merasa kalau ini bukan seperti itu.

Keima merasa kalau ada sesuatu yang tidak cocok jauh di dalam dirinya.

Aneh.

Ada yang tidak benar.

Ada sebuah masalah.

Ini aneh.

Tidak.

Akan tetapi,

Dia hanya tidak tahu.


Pada hari yang sama, setelah dia berpisah dengan Yoshino Asami, Keima tenggelam dalam pikirannya, dan merasa ada sesuatu yang tidak benar.


Rute penaklukan ‘Yoshino Asami’

Bisa dibilang sepenuhnya ber-awan.


Dan yang terburuk adalah, Elsie, yang kembali ke rumah sangat larut, dengan sedih berkata,

“Maafkan aku, Kami-sama~”

Dia terlihat seperti akan menangis.

“Aku tidak bisa menemukan Amami Tooru-san tidak peduli kemana pun aku mencarinya! Aku sudah menetapkan daerah pencarian seluas mungkin...tapi ini.”

Dan kemudian, dia tergagap,

“Seolah dia menghilang ke suatu tempat.”

“...”

Keima cuma terus berpikir.

Rute ini juga mulai menjadi sulit.


Rute penaklukan ‘Amami Tooru’.

Sepertinya ada tembok tidak terlihat yang menghalangi.


Hari berikutnya, Keima terus mencoba dan berbicara dengan antusias kepada Yoshino Asami di dalam dan di luar sekolah, dan Elsie berjalan di jalanan, mencari Amami Tooru.

Namun,

Tidak ada hasil di kedua belah pihak.

Keima akan merasa kesulitan kapanpun dia berbicara dengan Yoshino Asami.

Dan pencarian Elsie pada Amami Tooru tidak menunjukkan hasil.

Keduanya kehabisan tenaga.

Mereka kelelahan.

Keima lebih banyak terkuras secara mental,

Dan Elsie terutama secara fisik setelah berjalan berkelilig untuk waktu yang lama namun tetap tidak mampu menemukan Amami Tooru.

Keduanya,

Kembali ke rumah kelelahan dan menyandarkan punggung satu sama lain.

“Kami-sama, ini benar-benar sulit kalau keduanya tidak ada petunjuk sama sekali.”

“...”

“Akan lebih baik kalau setidaknya satu sisi bisa memberi beberapa informasi sebagai harapan kecil.”

“...”

Keima diam.

Diam menunggu sesuatu.


Tapi pada suatu hari, ada perubahan besar.

Hari itu libur.

Hujan sejak pagi, dan Keima dan Elsie sedang berjalan di jalanan. Biasanya, Keima akan memusatkan penaklukannya pada Yoshino Asami, tapi karena tidak perlu pergi ke sekolah hari ini, dia dan Elsie mencari Amami Tooru.

Keduanya berjalan dengan langkah berat, dan mereka bicara sedikit sekali.

Bahkan Elsie yang biasanya periang berkata dengan nada tertekan, mungkin karena hujan,

"Aku sudah menggunakan pendeteksi arwah pelarian seperti ini akhir-akhir ini, tapi tidak ada respon."

Setelah mengatakan hal itu, dia meletakkan tangannya di jepit rambut tengkoraknya.

“Dimana Tooru-san?”

Tepat sesudah dia mendesah dan bergumam.

Dorodorodorodorodoro.

Ada respon yang sangat kuat.

Keima dan Elsie mau tidak mau saling menatap.

Dan kemudian,

“Di sini!”

Elsie terlihat seperti terdorong ke samping saat dia berbalik, dan Keima berlari mengejarnya. Keduanya berbelok sekitar 2 sampai 3 kali sebelum sampai ke jalan utama.

Elsie terengah dan dan berkata,

“Itu dia, Amami Tooru-san.”

Dia menunjuk ke satu arah.

“!”

Dia kehilangan kata-kata. Keima juga terengah-engah selagi melihat ke arah yang ditunjuk.

“?”

Keima mengedipkan matanya. Yang ada di sana adalah.

“...Apa itu, sebuah mobil?”

Ada sebuah limo hitam diparkir di sana. Seorang pria berpakaian setelan hitam, sangat mungkin sopirnya, membuka pintu hitam mobil itu dengan sopan, dan seseorang yang terlihat kaya melewati jalan dan berjalan ke sana. Tapi tentu saja, pendeteksi arwah pelarian Elsie bukan bereaksi terhadap wanita setengah baya yang berkulit mulus dan berpakain bermerek serta permata glamor di seluruh tubuhnya...

“Arre? Beneran, eh?”

Elsie mengusap matanya. Keima sendiri akan tetapi,

“...”

Tetap diam. Seorang gadis mengikuti wanita separuh baya itu saat mereka berjalan keluar dari gedung di depan mereka.

Dia adalah...

“Apa itu benar-benar...Tooru-san?”

Amami Tooru.

Pada awalnya, Keima dan Elsie tidak dapat mengenalinya sebagai Amami Tooru karena dia sepenuhnya berbeda. Pertama, pakaiannya berbeda.

Bukan pakaian kasual dan longgar yang Keima lihat beberapa kali.

Tapi sebuah jaket yang terlihat sopan.

Rambut pirangnya diikat dengan benar, dan sepatunya adalah sepatu kulit berwarna hitam.

Dia tidak diragukan lagi seorang putri[4] dari masyarakat kelas atas.

Satu-satunya yang sama adalah kalung-rantai salib yang tergantung di lehernya, dan sejujurnya, kalau bukan karena reaksi dari pendeteksi arwah dan salib itu, Keima dan Elsie tidak akan bisa tahu kalau gadis yang keluar dari gedung itu adalah Amami Tooru.

Perbedaan kesan yang diberikannya sangat besar.

Yang berubah bukan hanya pakaiannya, tapi juga ekspresinya. Ekspresinya bukan seperti Amami Tooru yang Keima dan teman-teman tahu.

Gadis cantik bersemangat-seperti dari cerita fantasi sudah pergi, dan dia hanya terlihat seperti gadis dengan topeng di depan Keima, terlihat sepenuhnya sopan dan memiliki sesuatu yang sedang dipikirkan. Mata yang dulu bangga ‘Aku mencari bintang petunjukku’ sekarang hitam kosong.

Malaikat yang bersemangat menghilang.

Yang menggantikannya adalah sebuah boneka kaku.

Atau terlihat seperti itu.

Dan juga.

“Eh? Ap, apa yang sedang terjadi?”

“...”

Keima berbicara dengan pelan,

“Mungkin.”

Dia sekarang mendiskusikannya berdasarkan premis mereka.

“...Dia dipengaruhi arwah pelarian.”

Sampai sekarang, dia sudah bertemu dengan artis yang menghilang saat mereka tidak bertemu, atau wanita ahli beladiri yang akan terpisah menjadi dua orang, jadi Keima membuat keputusan ini dengan cepat.

Amami Tooru juga memiliki sesuatu yang aneh pada dirinya.

Saat dia mengikuti wanita paruh baya itu dan berjalan menuju limo, terlihat sesuatu seperti kabut hitam disekitar Amami Tooru yang mulai mengelilingi tubuhnya.

Keima dan Elsie terdiam karena ini. Pada saat ini,

“Ayo! Tooru-chan! Kamu harus mendengarkan guru piano dan guru bahasa Perancis saat sampai di rumah, oke? Kamu harus mempelajari hal-hal yang kamu kurang ahli, mengerti?”

Wanita separuh baya itu bercakap dengan suara nyaring.

“..Baik.”

Amami Tooru menjawab sederhana. Mereka duduk di kursi belakang limo itu, dan pengemudinya menutup pintu, kembali ke kursi pengemudi, dan menghidupkan limo. Keima dan Elsie tidak bisa bergerak sampai limo itu pergi.

Apa yang harus mereka lakukan sekarang?

Keduanya tidak tahu. Dan sampai akhir, Amami Tooru tidak mendeteksi keberadaan mereka.

TWGOK 01 161.jpg


Setelah beberapa saat.

“Ka, Kami-sama...”

Elsie seolah pada akhirnya tersadar saat dia bertanya.

“Ap, apa yang kita lakukan sekarang.”

Keima masih disitu, tidak bergerak sama sekali. Matanya menatap suatu titik di langit. Elsie mendesah,

“Untuk beberapa alasan.”

Dengan ekspresi sedih.

“Dia tidak terasa seperti Tooru-san. Dia orangnya tapi terasa seperti orang lain...tidakkah kamu merasa seperti itu, Kami-sama?”

“Elsie.”

Kali ini, Keima bergerak. Suaranya memiliki sedikit hawa panas. Meskipun cuma sedikit, dia benar-benar gemetaran. Dia mendapat sebuah inspirasi dari apa yang dikatakan Elsie, tapi Elsie sendiri tidak menyadarinya sama sekali.

“Y, ya? Apa itu?”

Elsie menjawab dengan normal.

Keima menanyakan satu pertanyaan.

Sebuah pertanyaan yang sangat penting.

Sebuah pertanyaan yang bisa menutup semua skenario.

“Elsie, orang itu benar-benar Amami Tooru, benar?”

“Y, ya.”

Meskipun Elsie blank untuk beberapa saat.

“Benar. Pendeteksi arwahku menunjukkan kalau dia adalah Amami Tooru-san.”

“Jadi begitu.”

Pada saat ini.

(Mereka orang yang sama, tapi kenapa terasa seolah mereka benar-benar orang yang berbeda? Di sisi lain~Yoshino Asami ‘biasa’~, kemungkinan memiliki perasaan~ lemah~kenapa dia sangat berbeda? Setelah sekolah dan saat sekolah? Dan keberadaan Elsie~ Aku melihat ‘Denpaki’~mencari alasannya~alasan Amami Tooru mencari sesuatu~kenapa dia menghilang setelah menyelamatkanku~Yoshino Asami~Amami Tooru~Yoshino Asami~Amami Tooru~Yoshino Asami~Amami Tooru~Yoshino~Amami. Setelah menghubungkan persamaan dan perbedaan keduanya.)

(Semua jawabannya)

Kemampuan berpikir Keima tiba-tiba berputar aktif.

Fuu, dia tertawa kecil. Dia menggunakan jarinya untuk mendorong kacamatanya dan berkata,

Kalimat klasik itu.

“Elsie.”

Dengan acuh tak acuh.

“Aku bisa melihat ending-nya.”

Dan tanpa keraguan.


Dan Elsie cuma bisa menatap Keima dengan tatapan kosong.


Catatan Penerjemah:[edit]

  1. seperti meong
  2. bisa diartikan berpacaran
  3. pacar
  4. pada terjemahan inggris tetap ditulis ojou, entah kenapa aku ingin menggantinya, tapi kurasa ini lebih mudah....