Toaru Majutsu no Index ~ Bahasa Indonesia:Volume1 Chapter1

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Chapter 1 : Penyihir Mendarat di Kota. FAIR,_Occasionally_GIRL.[edit]

Part 1[edit]

Lahir di antara 20 Januari dan 18 Februari, kamu tidak bisa dihentikan, tidak peduli dalam cinta, bisnis, ataupun keberuntungan! Tidak peduli apa pun yang kamu lakukan, pasti hasilnya baik, jadi belilah tiket lotre! Tapi, hanya karena kamu populer, jangan berpacaran dengan tiga atau empat gadis sekaligus…

“Ok, ok … aku sudah tahu hasilnya akan seperti ini, aku tahu.”

20 Juli, hari pertama liburan musim panas.

Dalam suatu ruangan asrama di “Kota Akademi” yang AC-nya rusak, udara panas mengalir masuk memenuhi tempat tertutup itu, menyebabkan Kamijou Touma tidak bisa melakukan apa-apa. Sepertinya alasannya adalah ada sambaran petir yang menghancurkan lebih dari 80% perangkat listrik kota, termasuk kulkasnya sehingga makanan di dalamnya membusuk. Dia ingin makan mi instan, tapi malah jatuh ke baskom. Baik, dia harus keluar dan makan. Tapi, ketika sedang mencari dompetnya, dia menginjak kartu ATM-nya, merusaknya. Dia bermaksud untuk melanjutkan tidur, tapi menerima panggilan kasih sayang dari wali kelasnya, dan mendengar, “Kamijou-chan yang bodoh, waktunya pelajaran tambahan♥ “.

Dia tahu bahwa horoskop yang berkelip di ujung laporan cuaca di layar TV tidak akan akurat. Tapi tak seorang pun bisa tertawa atas perbedaan yang sangat jauh itu.

“Aku tahu, aku tahu hasilnya akan seperti ini … Tapi apa aku tidak bisa mengeluh sedikit saja?”

Horoskop untuknya tidak pernah akurat. Dia tidak pernah merasakan jimat keberuntungan bekerja; inilah kehidupan sehari–hari Kamijou Touma. Awalnya, dia berpikir bahwa kesialannya juga berlangsung dalam keluarganya, tapi ternyata ayahnya memenangkan tempat keempat pada hadiah lotre sebelumnya (sekitar 100.000 yen). Ibunya pernah memenangkan mesin penjual otomatis secara terus–menerus, dan akhirnya memainkannya tanpa henti. Dia lalu mulai curiga apakah dia benar–benar anak mereka, tapi setelah berpikir lebih jauh, dia ingat dia tidak punya adik, dan tidak ada yang meneruskan “garis keturunan” mereka. Bagaimana bisa mereka menghadapinya?

Bagaimanapun, Kamijou Touma itu selalu sial.

Begitu sialnya sampai hidupnya bagai lelucon.

Tetapi, Kamijou Touma tidak akan pesimis selamanya.

Kamijou tidak pernah sekali pun mengandalkan “keberuntungan”, yang membuatnya sangat mudah menyesuaikan diri.

“Baik. Sekarang, aku harus mengurus kartu ATM dan kulkas.”

Kamijou menggaruk kepalanya sambil melihat–lihat kamarnya. Dia bisa mengganti kartu ATM selama dia punya rekening, tapi yang bermasalah adalah kulkasnya. Bukan, masalah yang paling mendesak adalah sarapannya. Di samping itu, pelajaran tambahan pada dasarnya hanya program pengembangan kekuatan, jadi dia akan dipaksa minum tablet atau semacamnya; Meminumnya di saat perut kosong tentu bukanlah ide yang bagus.

Aku mungkin akan ke toko serba ada dan beli sesuatu, pikir Kamijou sambil melepas kaos yang telah dipakainya sebagai piyama, dan berganti ke seragam musim panasnya. Seperti semua anak tanpa otak lainnya, Kamijou menghabiskan semalaman penuh untuk berpesta merayakan hari pertama liburannya seperti orang sedang mabuk, dan sekarang, kepalanya sakit karena kurang tidur.

“Membolos pelajaran selama 4 bulan dalam satu semester, dan hanya perlu ikut kelas tambahan selama seminggu? Ini pertukaran yang bagus.” Kamijou mencoba untuk berpikir positif.

“Cuacanya bagus, sebaiknya kujemur futonku...” Kamijou berbicara sendiri sambil mengumpulkan suasana hati positif, dan membuka pintu geser ke balkon. Jika dia membiarkan futonnya disinari matahari sekarang, futonnya akan kering dan lembut saat dia kembali dari pelajaran tambahan.

Setelah dilihat baik – baik, tembok blok tetangga jaraknya hanya sekitar 2 meter dari balkon pada lantai 7 ini.

“Kenapa langit begitu biru~? Kenapa masa depan begitu gelap~?” Kamijou menyanyi untuk dirinya sendiri.

Sangat menyedihkan. Awalnya dia bermaksud untuk menghibur dirinya sendiri. Tapi, ternyata memaksakan dirinya untuk menyanyikan lagu tersebut dengan riang gembira hanya membuatnya makin sedih.

Di samping itu, dia hanya membuat lelucon sendirian; tidak ada orang yang membetulkannya. Kesepian ini betul–betul bisa dipahami. Meskipun begitu, Kamijou masih tetap melipat futonnya, dan membawanya keluar. Jika dia bahkan tidak bisa membawa futon, dia betul–betul menyedihkan.

Pada saat itu, Kamijou tiba–tiba menginjak sesuatu yang lembut dan berair. Melihatnya dekat–dekat, dia sadar bahwa itu adalah roti yakisoba yang dibungkus plastik. Karena sudah dikeluarkan dari kulkas, seharusnya roti itu sudah busuk sekarang.

“Semoga tidak akan hujan tiba – tiba... “

Ini adalah firasat buruk yang datang dari hatinya, tapi Kamijou tetap membawa futonnya ke balkon.

Pada saat itu, Kamijou melihat bahwa sudah ada futon di balkon.

“?”

Meskipun tempat ini adalah asrama murid, struktur bangunannya mirip dengan apartemen bertingkat tinggi biasa. Kamijou tinggal di satu ruangan, yang berarti tidak seharusnya ada orang lain yang akan menjemur futon di sini.

Dilihat baik–baik, dia sadar bahwa benda yang dijemur itu bukan futon.

Benda itu adalah seorang gadis berpakaian putih.

“Ah?!”

Futon jatuh dari tangannya, dan mendarat di tanah. Ini aneh, betul – betul bodoh. Gadis ini sepertinya dalam keadaan koma karena pinggangnya terbaring di balkon, tubuhnya membengkok setengah, dan bagian tubuhnya tergantung ke bawah.

Dia berumur... mungkin 14 atau 15? Selain itu, dia sepertinya berumur lebih muda dari Kamijou kira–kira 1 atau 2 tahun. Dia pasti orang asing karena tidak hanya kulitnya sangat putih tapi rambutnya juga... tidak, warnanya perak. Rambutnya sangat panjang, dan karena tubuhnya membengkok ke bawah, wajahnya tertutup, jadi dia tidak bisa melihat wajahnya. Jika gadis itu berdiri, rambutnya mungkin mencapai pinggang, 'kan?


“Wa, ini pertama kalinya aku bertemu Suster[1]… tidak, yang kumaksud bukan adik perempuan.”

Baju itu apa namanya? Jubah suster? Di samping itu, baju itu seharusnya hanya dipakai suster gereja. Baju itu terlihat seperti gaun panjang dari Barat dan panjangnya bisa mencapai pergelangan kaki. Dia juga memakai kerudung yang menutupi kepalanya. Jubah suster biasanya berwarna hitam, tapi jubah gadis ini putih bersih. Bahan untuk membuatnya seharusnya sutra, tapi jubah itu rasanya sangat berbeda dari yang lain. Ada sulaman warna emas dijahit pada setiap tepinya. Kamijou tak bisa memercayai seberapa berbedanya kesan yang diberikan hanya karena perbedaan warna pada pakaian yang desainnya sama persis.

Jari indah gadis itu tiba–tiba bergerak.

Kepalanya pelan–pelan naik. Rambutnya yang seperti sutra bergerak ke samping secara alami, dan seperti tirai yang ditarik ke atas, wajah gadis itu terlihat di depan Kamijou.

Uuu... WAAHH!!!

Gadis ini terlihat manis juga. Mata hijaunya cocok dengan kulit putihnya, yang membuat Kamijou merasa seperti itu adalah karena ini adalah hal baru. Gadis itu terlihat seperti boneka.

Tapi, yang membuat Kamijou panik bukan kemanisannya.

Alasannya adalah karena dia 'orang asing'. Kemampuan berbahasa Inggris Kamijou itu sesuai dengan kritik yang dikatakan oleh guru Bahasa Inggrisnya, “Jangan pernah sekali pun berbicara dengan orang asing!!” Jika gadis ini yang berasal dari luar negeri adalah seorang penjual bulu atau alat kontrasepsi lain, sepertinya tanpa sadar Kamijou akan menghabiskan sedikit uangnya.

“Aku...”

Bibir gadis yang manis dan entah kenapa kering itu perlahan mengucapkan beberapa kata.

Kamijou mengambil langkah mundur. Nyek! Suara itu muncul ketika dia sekali lagi menginjak roti yakisobanya.

“Aku lapar.”

“...”

Sekejap, Kamijou berpikir bahwa dia benar–benar bodoh untuk mendengar bahasa asing gadis itu seperti bahasa Jepang. Seperti murid bodoh yang menyanyi secara acak meski tidak tahu liriknya.

“Aku lapar.”

“...”

“Aku lapar.”

“...”

“Aku bilang... aku lapar...”

Melihat ini Kamijou mempertahankan keadaan bekunya, gadis berambut perak itu seperti mengungkapkan ketidakpuasannya.

Ini suram, betul – betul suram. Kenapa dia merasa bahwa gadis itu berbicara bahasa Jepang?

“Ah... Mmm...” Kamijou menatap gadis di atas pagar balkon dan berkata, “Apa sekarang? Apakah kamu ingin mengatakan kalau kamu roboh karena kecapekan?”

“Mungkin lebih tepat dikatakan kalo aku sudah roboh dan hampir mati ”

“...” Gadis ini benar–benar lancar berbahasa Jepang.

“Hei, aku akan sangat berterima kasih jika kamu mau mengisi perutku.”

Kamijou melihat roti yakisoba yang sudah busuk dan diinjaknya.

Dia memutuskan bahwa tak peduli dari mana gadis ini berasal, dia tidak akan mau terlibat dengannya. Kamijou berpikir liar, 'Kenapa aku tidak membantunya mencapai kebahagiaan di tempat yang sangat, sangat jauh?' Dia membawa roti yakisoba yang berair itu, lengkap dengan bungkus plastiknya, ke dekat mulut gadis itu. Kamijou berpikir, 'Setelah mencium ini, bahkan seorang gila pun akan lari jauh, jauh sekali, 'kan?' Seperti di Kyoto, jika pemilik rumah menuang teh di atas nasi, itu artinya dia bermaksud untuk “ mengusir pengunjungnya” —

“Terima kasih, aku makan.”

DIa melahap roti, pembungkus plastik, dan tangan Kamijou.

Hanya seperti itu, dengan tangisan kesialan, Kamijou memulai hari baru dalam hidupnya.

Part 2[edit]

“Pertama–tama, biarkan aku memperkenalkan diri.”

“…Kenapa tidak menjelaskan alasanmu menggantung di balkonku—?”

“Namaku Index.”

“Seperti orang bakal percaya saja jika itu adalah nama asli! Apa itu ‘Index’? Memangnya kau daftar isi?”

“Seperti yang kaulihat, aku berasal dari gereja. Ah, ini adalah hal penting: Aku bukan bagian dari Vatikan, tapi dari Anglikan.”

“Aku tidak peduli apa yang kaukatakan. Dan juga, jangan hindari pertanyaanku!”

“Memangnya tidak cukup jika kubilang Index? Ah, nama sihirku adalah Dedicatus545.”

“Oi? Halo, halo? Boleh aku tahu dari planet mana aku mendapat saluran ini?”

Melihat Kamijou memasukkan jarinya ke telinganya sendiri dengan santai, Index menggigit kuku ibu jarinya. Sepertinya menggigit jarinya sendiri adalah kebiasaannya.

Kenapa aku harus duduk dengan sopan dan berhadap-hadapan dengannya di depan meja kaca ini? Seperti orang mau dijodohkan saja, pikir Kamijou.

Sekarang ini, Kamijou seharusnya siap–siap ke sekolah untuk mengikuti kelas tambahan musim panasnya, tapi dia tidak ingin meninggalkan gadis misterius ini di kamarnya.

Dan hal terburuk adalah gadis berambut perak yang menyebut dirinya Index ini sepertinya menyukai kamarnya, terlihat dari gelagatnya yang ingin bermalas-malasan di lantai kamar ini.

Mungkin ini salah satu 'kesialan' yang ditarik Kamijou? Jika iya, ini buruk.

Index v01 031.jpg

“Jadi, jika kamu bisa mengisi perutku, aku akan sangat beterima kasih.”

“Kenapa aku harus melakukan itu? Apa gunanya meningkatkan cara pandangmu terhadapku? Jika aku akan memulai kejadian aneh dan sampai ke ‘rute Index’, lebih baik aku mati saja!!”

"Emm… apa itu bahasa gaul? Maaf, aku tidak mengerti yang kaukatakan.”

Sudah dapat diduga bahwa orang asing tidak mengerti budaya otaku Jepang.[2]

“Tapi jika kamu mau mengusirku, aku mungkin akan pingsan setelah berjalan 3 langkah, 'kan?” tanya gadis itu.

“Kamu akan pingsan…? Itu bukan urusanku.”

“Jika itu terjadi, aku akan menggunakan sisa-sisa tenagaku untuk menulis pesan kematian. Ya, itu adalah fotomu.”

“Apa…?”

“Jika aku diselamatkan seseorang, aku akan berbohong kalu aku dikunci di kamar ini, disiksa habis – habisan… dan bahkan aku bisa berkata kau memaksaku memakai pakaian ini.”

“Kau berani mengancamku!? Kamu ternyata juga cukup tahu, 'kan!!?”

“?”

Index memiringkan kepalanya, memperlihatkan wajah bingung. Dia seperti anak kucing yang baru saja melihat cermin untuk pertama kalinya.

Gadis itu sukses membuat Kamijou jengkel. Kamijou merasa hanya dirinya saja yang kebagian tidak enaknya.

Tunggu saja! Kau ingin makan, 'kan!? Kamijou berlari ke dapur dengan marah. Makanan dalam kulkas sudah busuk, jadi dia mungkin akan memenuhi mulut gadis itu dengan makanan itu. Kamijou tidak akan merasa rugi. Maka, Kamijou menuangkan makanan sisa itu ke dalam panci, dan menggorengnya seperti sayuran. Jika dia memanaskannya, tidak seorang pun akan mati, 'kan?

Coba pikir, dari mana gadis ini datang?

Meskipun ada orang asing di Academy City, gadis ini tidak mempunyai “aura” yang dimiliki penduduk sini. Tapi, jika dia datang dari luar, itu juga aneh.

Academy City adalah kota yang terdiri dari ratusan sekolah. Tapi sebenarnya lebih tepat dikatakan sekolah asrama yang sebesar kota. Academy City menempati sepertiga tanah Tokyo dan dikelilingi tembok seperti Tembok Raksasa Cina. Meskipun tidak seketat penjara, tidak mudah untuk masuk ke dalam.

...Atau begitulah yang kelihatannya. Sebenarnya suatu universitas teknik telah meluncurkan 3 satelit untuk memonitor Academy City sepanjang waktu dalam samaran sebuah eksperimen. Setiap orang yang keluar-masuk kota akan dilacak dan diselidiki. Jika satelit itu menemukan seseorang mencurigakan yang tidak cocok dengan data di gerbang kota, Anti-Skill dan anggota Judgement dari setiap sekolah akan dikerahkan…

Mungkin ini gara–gara gadis listrik yang mengeluarkan badai petir sehingga gadis aneh ini tidak ditemukan? pikir Kamijou.

“Oh, ya, kenapa kamu bergantungan di pagar balkonku?”

Kamijou bertanya pada gadis itu sambil menuangkan kecap ke dalam wajan makanan jahat itu.

“Aku tidak bergantungan di sana.”

“Lalu apa? Jangan katakan kamu dibawa angin dan mendarat di sini?”

“…Boleh dibilang begitu.”

Kamijou, yang hanya bercanda, dengan tajam membelokkan kepalanya untuk menatap gadis itu.

“Aku ingin loncat dari atap gedung itu ke atap gedung ini, tapi aku jatuh.”

Atap? Kamijou melihat langit – langit.

Daerah ini adalah tempat dibangunnya asrama murah bagi siswa. Gedung setinggi delapan tingkat diatur berderet-deret. Hanya dari melihat balkon saja, seseorang akan tahu jarak antaratap hanya sekitar dua meter. Bukannya tidak mungkin untuk meloncat dari atap ke atap, tapi…

“Apa kau serius? Tinggi atapnya delapan tingkat! Kamu akan mati jika tidak hati–hati!”

“Yeah, orang yang mati karena bunuh diri juga tidak akan diberi kuburan.”

Index memberi jawaban yang membingungkan, dan melanjutkan,

“Tapi tidak ada pilihan lain; Aku harus melakukannya supaya bisa kabur.”

“Ka...bur?”

Mendengar kata yang memiliki arti berbahaya itu, Kamijou secara tidak sengaja mengerutkan dahinya. Tapi Index memberi jawaban “Nn” seperti anak kecil, dan melanjutkan,

“Aku sedang dikejar-kejar.”

“...“

Tangan yang menggerakkan wajan berhenti dengan sendirinya.

“Sebetulnya, aku bisa saja loncat, tapi seseorang menyerangku dari belakang ketika sedang meloncat.”

Gadis yang menyebut dirinya Index terlihat tersenyum.

“Karena itulah, aku jatuh dan mendarat di pagar balkonmu. Maaf.”

Meskipun dia tidak mengejek dirinya sendiri atau membuatnya terdengar ironis, dia hanya memberi Kamijou Touma sebuah senyuman yang murni tanpa rasa bersalah.

“’Diserang’...?”

“Hm? Ah... Jangan khawatir dengan lukaku. Pakaian ini juga berfungsi sebagai barrier pertahanan.”

“Apa itu barrier pertahanan? Apakah itu pakaian anti peluru?”

Gadis itu berputar seperti sedang memamerkan baju yang baru dibelinya. Dia tidak terlihat terluka. Tapi, apa benar dia ‘diserang’? Jika semua ini hanyalah imajinasinya, mungkin lebih bisa dipercaya.

Namun demikian...

Faktanya adalah dia benar-benar menggantung di pagar balkon lantai tujuh Kamijou.

Jika begitu, apakah cerita gadis itu benar?

‘Siapa’ yang menyerangnya?

Kamijou mulai merenung.

Seberapa banyak keberanian yang dibutuhkan orang untuk meloncat dari gedung bertingkat delapan ke gedung lain? Seberapa beruntungnyakah dia bergantung di pagar balkon pada lantai tujuh? Apa maksudnya dia masih tanpa luka?

Seseorang sedang mengejarku, kata gadis itu tadi.

Index mengatakan ini sambil tersenyum. Seberapa rumitkah cerita di balik senyumnya?

Kamijou betul–betul tidak tahu apa yang dialami Index, jadi dia tidak mengerti kata–katanya sama sekali. Bahkan jika Index menjelaskan semuanya dari awal, paling baik dia hanya bisa mengerti setengahnya. Sisa setengahnya tidak akan dia mengerti sekeras apa pun dia mencoba.

Tapi Kamijou mengerti sesuatu.

Itu adalah dia sudah bergantungan di pagar balkon di lantai tujuh. Jika dia tidak hati–hati, dia bisa saja mendarat di jalanan aspal. Ini membuat Kamijou khawatir.

“Makan.”

Wajah Index muncul dari belakang Kamijou. Dia menggenggam sumpit dengan tangannya. Sepertinya dia tidak tahu bagaimana cara memakai sumpit meskipun dia bisa berbicara bahasa Jepang dengan lancarnya.

Dia menatap wajan dengan semangat. Ekspresi wajahnya seperti kucing yang baru saja diambil dari kardus pada hari hujan.

“...Ah... “

Di wajan, makanannya tidak berbeda dari sampah, ‘sayuran goreng’(dengan racun di dalamnya).

Melihat gadis lapar ini, Kamijou merasa nurani malaikat yang ada pada dirinya (yang muncul bersamaan dengan iblis yang seperti dirinya) bergulat kesakitan.

“Ah... eh ... aku ... aku... . Karena kamu sangat lapar, tolong jangan makan makanan sisa yang menjijikkan ini. Kenapa kita tidak ke restoran keluarga? Atau mungkin kita bisa pesan antar?”

“Aku tidak bisa menunggu.”

“Ah... mm... “

“Kelihatannya juga tidak buruk. Ini adalah sesuatu yang kamu buat tanpa meminta imbalan, jadi seharusnya rasanya enak.”

Pada waktu itu, Index benar–benar seperti seorang suster, memberikan senyum yang berseri–seri.

Tanpa mempedulikan Kamijou, yang perutnya bergejolak, Index mengepalkan tangannya, dan menyendok makanan dari wajan dengan sumpitnya.

Kunyah.

“Lihat, rasanya tidak terlalu buruk.”

“Be... benarkah?”

Kunyah.

“Kamu sepertinya penuh perhatian ya, membuat makanan asam untuk melegakan kelelahanku, kan?”

“Eh? Eh... a... asam?”

Kunyah.

“Jangan khawatir, aku berani makan makanan asam. Terima kasih; kau seperti seorang kakak laki–laki.”

Dengan senyum yang berseri–seri, Index tetap melanjutkan makan, ada tauge di wajahnya.

“...Wo.. UUU... WOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOO!!!”

Kamijou dengan cepat mengangkat wajan dengan kecepatan supersonik. Dia melihat Index, yang sangat kurang puas, sambil berpikir bahwa dia akan ke neraka sendiri.

“Kamu juga lapar?”

“... Ah?”

“Kalau tidak, bisakah kamu memberiku sayuran itu? Aku tidak bisa menunggu... “

Index melihat Kamijou, mulutnya menggigit ujung sumpitnya. Melihat Index seperti ini, Kamijou bertekad.

Ini kemauan Tuhan. Tuhan menyuruhnya menyelesaikan apa yang dia mulai.

Kali ini, ini bukan kesialannya; ini kesalahannya sendiri.

Part 3[edit]

Kamijou Touma menuangkan ‘sampah’ panas ke dalam mulutnya, menunjukkan sebuah senyuman.

Namun, gadis yang menyebut dirinya Index menunjukkan wajah tidak senangnya sambil mengerikiti biskuit. Cara dia memegang kedua biskuit dengan kedua tangannya sambil mengerikitinya membuat dia terlihat seperti tupai.

“... Oh, ya, katamu ada seseorang yang mengeja-ngejarmu. Siapa dia?”

Kamijou, yang akhirnya kembali dari neraka, tiba–tiba menanyakan pertanyaan paling penting.

Tentu saja, Kamijou tidak akan begitu pedulinya pada gadis yang baru dia kenal selama tiga puluh menit, tapi sudah terlambat baginya untuk tidak ikut terlibat dalam masalah gadis tersebut.

Aku akan berpura-pura ramah, pikir Kamijou. Meskipun dia tidak bisa membantunya memecahkan masalah, paling tidak dia bisa berkata bahwa dia sudah mencoba.

“Mm... “

Gadis itu berkata dengan suara yang haus,

“Aku tidak tahu—mungkin Rosicrucians atau S∴M∴ aka Stella Matutina. Kupikir grup semacam itulah, sayangnya aku belum tahu nama mereka... dan nama tidak ada artinya bagi mereka.”

“’Mereka’?”

Kamijou mengulanginya dengan sikap bingung. Musuhnya adalah organisasi? Suatu kelompok?

Tapi Index, yang sedang dikejar, terlihat tenang. Setelah memberikan “Mn” untuk menegaskannya, dia berkata,

“Mereka adalah asosiasi sihir.”

...

“Eh? Sihir... ? Emm... apa itu tipuan? Apa aku salah dengar?”

“Ah... eh... ? Emm... apa bahasa Jepangku aneh? Maksudku magic(=sihir). Sebuah asosiasi sihir.

“...”

Sekarang karena dia menjelaskan dalam bahasa Inggris, Kamijou semakin bingung.

“Apa itu? Apa kau membicarakan suatu organisasi baru yang menggunakan ajaran agama misterius baru untuk berkhotbah di depan umum, mengatakan, ‘Kalian yang tidak percaya akan menderita karena kemarahan Tuhan.’ Dan memaksa mereka untuk makan suatu obat aneh sebelum mencuci otak mereka? Kedengarannya berbahaya.”

“... Sepertinya, aku merasa kau mempermainkanku.”

“Uh...”

“... Kau mempermainkanku, kan?”

“... Maaf, ini tidak mungkin. Aku betul–betul tidak bisa percaya keberadaan sihir. Aku akrab dengan kekuatan supernatural seperti menyalakan api atau melihat tembus pandang, tapi sihir... Aku betul–betul tidak bisa percaya.”

“...?”

Index memiringkan kepalanya dan merenung.

Jika ada orang biasa yang dengan tegas percaya bahwa llmu pengetahuan bisa memecahkan segalanya, dia akan berteriak, “Di dunia ini tidak ada hal yang tidak bisa dibuktikan ilmu pengetahuan!!”

Namun demikian, tangan kanan Kamijou betul-betul mempunyai suatu kekuatan spesial.

Selama dia punya kekuatan spesial aneh yang disebut Imagine Breaker, bahkan keajaiban yang hanya muncul di mitos akan terhapus selama itu hanyalah kekuatan supernatural.

"Kekuatan supernatural adalah hal biasa di Academy City. Dengan menyuntikkan obat ke dalam pembuluh darah, membiarkan listrik merambat ke leher, dan memperdengarkan suatu ritme khusus dari headset, semua otak bisa “berkembang”. Semua bisa dijelaskan dengan ilmu pengetahuan, jadi siapa yang bisa menolak keberadaannya?

“Aku tidak mengerti apa yang kaukatakan.”

“Kau tidak harus mengerti! Semua tahu, tidak diragukan lagi bahwa kekuatan super itu nyata!”

“Lalu kenapa sihir tidak... ? Tidak diragukan juga bahwa sihir itu nyata!”

Index terlihat sangat tidak senang. Pandangannya seperti orang yang hewan peliharaannya dikritik orang lain sebagai kucing kampungan.

“Eh... biar kukatakan ini. Kamu tahu janken?[3] Eh, tunggu, itu budaya global, 'kan?”

“... Sepertinya suatu bentuk budaya Jepang, tapi aku tahu itu.”

“Jika aku kalah sepuluh kali dari sepuluh kali janken, apa kaupikir ada alasan?”

“... Wu...”

Tidak ada alasan, 'kan? Tapi manusia akan percaya bahwa ada sesuatu yang bekerja!

Kamijou berkata dalam nada tidak tertarik,

“Kebanyakan orang biasa akan berpikir, 'Kenapa aku begitu sial?' dan bertanya–tanya apakah ada kekuatan yang tidak terlihat di sekitarnya. Ketika seseorang berpikir seperti itu dan menghubungkannya dengan astrologi, apa yang akan terjadi?”

“... Seperti, 'Zodiakmu Cancer, dan kamu sangat sial sekarang, lebih baik jangan berjudi', atau hal–hal lain macam itu, 'kan?”

“Segala macam 'sihir, kekuatan misterius' yang terjadi di sekitar kita berkembang seperti itu. Manusia membayangkan bahwa ada suatu kekuatan tidak terlihat yang menentukan keberuntungan mereka, dan akan percaya kalau hal–hal sepele semuanya adalah hasil kerja takdir; inilah sihir.”

Index mengerutkan bibirnya seperti kucing yang tidak senang. Setelah sementara waktu, dia berkata,

“... Sepertinya kau tidak punya alasan untuk percaya pada sihir.”

“Yap. Tapi karena aku serius memikirkannya, aku tidak bisa percaya kata–kata bodoh itu. Siapa yang percaya keberadaan penyihir yang hanya ada di dongeng? Jika kamu bisa menghabiskan MP-mu untuk membangkitkan orang mati, siapa yang mau mengembangkan kekuatan spesial? Bagaimana mungkin aku percaya 'sihir' yang tidak punya bukti alamiah di belakangnya?”

Mereka yang menganggap kemampuan paranormal sebagai sesuatu yang ganjil dan misterius hanyalah orang bodoh.

Di Academy City, kemampuan paranormal termasuk pengetahuan umum dan bisa dijelaskan oleh Ilmu Pengetahuan.

“... Tapi sihir benar–benar ada!”

Index mengerutkan bibirnya. Mungkin sihir itu seperti pilar rohani baginya, seperti Imagine Breaker untuk Kamijou.

“Baiklah, terserah yang kaukatakan. Lalu kenapa mereka mengejarmu?”

“Sihir betul–betul ada!”

“...”

“Sihir betul–betul ada!”

Sepertinya dia ingin Kamijou untuk mengakuinya tidak peduli seperti apa pun caranya.

“Baik, beri tahu aku, apa itu sihir? Bisakah kamu menembak bola api dari tanganmu? Bahkan tanpa melewati pelajaran kekuatan super, bisakah kamu menembak bola api? Coba lakukan di depanku dan aku mungkin akan percaya.

“Aku tidak punya mana, jadi aku tidak bisa pakai sihir.”

“...”

Apa bedanya dengan seorang pengguna kekuatan gadungan mengatakan, “Kamera akan menggangguku, jadi aku tidak bisa membengkokkan sendok”?

Di samping itu, pikiran Kamijou juga agak bingung.

Meski dia berkata bahwa tidak ada hal seperti sihir, Kamijou tidak sepenuhnya mengerti kemampuan tangan kanannya, Imagine Breaker. Bagaimana bisa? Kekuatan apa yang tidak terlihat dalam ruang itu? Bahkan di Academy City, yang merupakan pihak paling berwenang dalam mengembangkan kemampuan esper, tidak dapat menjelaskan kemampuan Kamijou hanya melalui pemeriksaan tubuh, yang menyebabkan dia dicap sebagai esper “Level 0”.

Selain itu, dia tidak mendapat kekuatannya dari program pengembangan ilmu pengetahuan; tapi, itu adalah kekuatan yang melekat pada tangan kanannya sejak dia lahir.

Meski dia selalu berkata bahwa tidak mungkin ada sihir di dunia ini, dia sendiri punya kekuatan aneh yang membantah semua logika.

... Tapi dia tidak bisa hanya membuat kesimpulan tanpa dasar 'karena kekuatan yang tidak dapat dijelaskan di dunia, maka sihir benar-benar ada' seperti itu saja.

“... Sihir itu ada!”

Kamijou mengeluh.

“Baik, aku akan menganggap sihir itu ada.”

“Menganggap?”

“Ya, kita anggap saja sihir itu ada.”

Kamijou mengabaikan gangguan Index dan melanjutkan,

“Lalu kenapa kamu dikejar orang–orang itu? Apakah ada hubungannya dengan pakaianmu?”

Kamijou merujuk pada jubah suster dari sutra yang bersulamkan emas dan berwarna putih bersih. Dengan kata lain, dia bertanya, “Apa ini melibatkan gereja?”

“... Karena aku adalah sebuah indeks.”[4]

“Apa?”

“Aku rasa mereka mengejar 103.000 grimoir yang kumiliki.”

...

“... Kenapa aku tambah bingung sekarang?”

“Kenapa kamu seperti tidak ingin peduli ketika aku belum menjelaskannya? Kamu agak tidak sabaran, ya?”

“Baik, akan kusimpulkan. Aku tidak tahu apa itu grimoir, tapi mereka hanya buku, kan? Seperti kamus?”

“Mm. Buku Eibon, Lemegeton, Buku Tanpa Nama, Buku Ritual Kanibal, Buku Orang Mati... ini contohnya. Necronomicon terlalu terkenal sehingga masih banyak imitasi lain di luar sana, jadi kurang bisa dijadikan pegangan.”

“Um... Aku tidak begitu peduli isi bukunya...”

Kamijou ingin mengatakan, “ini semua, 'kan, cuma omong kosong”, tapi menekan dirinya sendiri untuk menelan kata – kata ini.

“Katamu kau memiliki seratus ribu buku; di mana mereka?”

Setidaknya, dia ingin memperjelas hal itu. Seratus ribu buku bisa memenuhi satu perpustakaan penuh.

“Apa maksudmu kau punya kunci ke suatu gudang besar?”

“Tidak.”

Index menggelengkan kepalanya, dan berkata,

“Aku membawa semua 103.000 buku.”

...Apa? Kamijou mengerut.

“... Kau tidak mencoba bilang bahwa orang bodoh tidak bisa lihat, 'kan?”

“Jika tidak bodoh pun tetap tidak akan bisa melihatnya! Akan sia–sia jika orang dapat melihatnya.”

Setiap kata yang Index katakan sepertinya terlalu jauh; rasanya seperti dia sedang dipermainkan. Kamijou melihat ke kiri dan kanan, mencari buku tua yang terlihat seperti grimoir. Dia hanya bisa melihat majalah game, manga yang tersebar di lantai dan PR musim panas yang telah disingkirkan ke pojok ruangannya.

“... Huuhh...”

Kamijou, yang sudah dihibur fantasi Index, akhirnya tidak tahan lagi.

Mungkinkah skenario 'seseorang mengejarku' ini hanya imajinasi liar gadis itu? Jika iya, dan dia betul–betul lompat dari gedung bertingkat delapan, gagal, dan mendarat di pagar balkon... Baik, sebaiknya tidak terlibat dengannya.

“... Bukankah bertentangan kalau kamu percaya kekuatan supranatural tapi sihir tidak?” Index mengerutkan bibirnya dan mengatakan dengan tidak senang, “Apa hebatnya kemampuan supernatural, coba? Kau seharusnya tidak merendahkan yang lain hanya karena kau punya suatu kemampuan khusus.”

Kamijou dengan lembut mengeluh,

“Benar, kamu benar. Hanya dengan sedikit tipuan dan kita dikelompokkan menurut sistem level. Pemikiran seperti itu mengerikan!”

Kamijou merendahkan kepalanya, melihat tangan kanannya.

Tangan kanannya tidak bisa menembakkan api atau listrik, tidak bisa melepaskan cahaya, dan tidak bisa mengeluarkan suara. Dan tentu saja, tidak akan ada garis–garis aneh muncul di pergelangan tangannya. Tapi tangan kanan Kamijou bisa menghilangkan segala kekuatan supernatural. Tidak peduli sifat bawaannya atau tujuannya, bahkan keajaiban yang muncul di mitos akan dihancurkan.

“Untuk orang di kota ini, namun, kekuatan super sudah seperti dorongan dari pilar rohani. Jangan mencari–cari terlalu banyak kesalahan. Dan di samping itu, aku juga salah satu dari mereka.”

“Baguslah kalau kamu mengerti, idiot! Huh, kenapa kamu mengacaukan isi otakmu? Kamu bisa membengkokkan sendok dengan tanganmu.”

“...”

“Huh, apa yang bisa dipamerkan dari orang yang menyerahkan karakter alamiahnya untuk sesuatu yang jauh di dalam kulit?”

“...Bisakah aku menjejali mulut cerewetmu?”

“Ke- kekerasan tidak bisa menakutiku!” Index terlihat seperti kucing yang tidak senang, dan berkata, “Kamu bicara banyak tentang kekuatan super, tapi kamu tidak terlihat punya kekuatan itu sendiri!”

“... Eh, tentang itu... bagaimana aku mengatakannya?”

Kamijou merasa kesulitan.

Dia jarang punya kesempatan untuk menjelaskan Imagine Breaker ke orang lain. Bahkan jika pernah, karena kemampuannya hanya bereaksi pada kekuatan supernatural, jika orang lain tidak dapat menerima kenyataan bahwa kekuatan super ada, penjelasannya akan sia – sia saja.

“Unn, tangan kananku... ah, biar aku jelaskan. Ini alami; tidak ada pewarna buatan!”

“Oh.”

“Jika tangan kananku bersentuhan dengan...kekuatan khusus apa pun, baik bola api berkekuatan nuklir ataupun railgun, bahkan keajaiban dari Tuhan akan dihapus tanpa jejak.”

“...eh...”

“... Ekspresi apa itu? Kau seperti baru saja melihat katalog belanja untuk membeli kristal keberuntungan yang cantik!”

“Aduh... kamu, seorang ateis yang tidak pernah mengenal nama Tuhan, berkata bahwa keajaiban dari Tuhan akan terhapus.”

Untuk bepikir bahwa Index akan menggunakan jari kecilnya untuk menggali telinganya sambil tertawa sinis.

“...Ugh, ini membuatku kesal! Aku tidak suka dibodohi oleh gadis sihir palsu yang mengatakan bahwa sihir benar–benar ada, hanya saja tidak bisa membuktikannya membuatku panas...”

Mendengar Kamijou menggumam seperti itu, Index sepertinya juga marah.

“A-Aku bukan gadis sihir palsu! Sihir benar–benar ada!”

“Lalu buktikan padaku, kau pemakai kostum Haloween! Aku akan menggunakan Imagine Breaker-ku untuk mengancurkan sihirmu dan kita lihat siapa yang benar! Dasar anak imajinatif!”

“Baik, akan kutunjukkan!”

Index dengan marah mengangkat tangannya, “Ini! Pakaian ini! Pakaian ini adalah pelindung pertahanan paling mutakhir yang disebut Gereja Berjalan!”

Index mengangkat kedua tangannya, mebuat Kamijou melihat jubah suster yang membuatnya memikirkan cangkir teh kelas atas.

“Apa itu Gereja Berjalan?! Aku tidak mengerti sedikit pun dari hal yang kaukatakan! Semua yang kaukatakan adalah istilah–istilah aneh seperti indeks dan pelindung pertahanan! Bisakah kau menjelaskan dengan cara yang bisa kumengerti? Terlalu membingungkan! Tidak pernahkah kamu menjelaskan sesuatu yang mendalam dengan cara yang mudah dimengerti?”

“Kau... kau tidak pernah mencoba untuk mengerti, dan sekarang kau mengeluh padaku?”

Index mengayunkan tangannya dengan marah, “Sekarang, akan kubuktikan daripada hanya berbicara saja! Kamu bisa menggunakan pisau dapur untuk menusukku!”

“Baik! Akan kulakukan... tunggu... apa yang kaupikirkan?! Tentu saja aku akan menusukmu! Apa kau mencoba menjebakku?!”

“Ah! Kau tidak percaya padaku, 'kan?”

Index dengan semangat menggerakkan bahunya ke atas dan bawah, “Pakaian ini memasukkan semua unsur penting dari sebuah gereja, jadi bisa dibilang 'Gereja dalam bentuk pakaian'! Tenunan kainnya, jahitan garisnya, bahkan sulamannya juga. Semuanya direncanakan dengan hati–hati! Sebuah pisau dapur semata tidak akan menyakitiku sama sekali!”

“Aku pikir kamu hanya menggertak... jika aku benar-benar menusukmu, aku akan jadi berandalan remaja paling bodoh!”

“Kau tidak memercayaiku! Pakaian ini bisa menduplikat sama persis efeknya dengan Kain Kafan Suci dari Turin, pakaian yang dipakai seorang Santo ketika ditusuk oleh Tombak Longinus. Maka, kemapuan pertahanannya adalah kelas Paus. Dalam istilahmu, kekuatannya setingkat dengan perlindungan bom nuklir, 'kan? Tidak peduli apakah serangan fisik ataupun sihir, pakaian ini akan menerima, dan menyerapnya... Bukankah aku berkata aku mendarat di balkonmu karena aku diserang dari belakang? Jika aku tidak punya Gereja Berjalan ini, tubuhku pasti sudah berlubang! Apa kau mengerti?”

Gadis ini benar–benar cerewet.

Melihat pakaiannya dari sisi gelapnya, pendapat Kamijou tentang Index telah turun drastis ke yang terburuk.

“Benar, betul–betul mengesankan... tapi jika itu adalah kekuatan supernatural dan tangan kananku memegangnya, pakaianmu akan hilang, kan?”

“Itu jika kekuatanmu benar–benar nyata~ Hoho— “ Index tersenyum menghina.

Kamijou berpikir, aku ambil taruhannya! Dan memegang pundak Index dengan tangan kanannya.

Eh...?

Dia merasakan perasaan yang betul–betul aneh... seperti dia sedang mencoba untuk menangkap awan. Seperti semua benturan yang diserap spons lembut.

“...Tunggu sebentar...”

Kamijou, yang sudah tenang, mulai berpikir sesuatu.

Jika apa yang dikatakan Index, walau kedengarannya bodoh, itu benar dan pakaian yang disebut Gereja Berjalan ini betul–betul ditenun bersamaan dengan kekuatan supernatural, apa yang akan terjadi?

Jika kekuatan supernatural itu hancur, bukankah pakaian itu akan berantakan?

“TIDAKKKKK MUNGKINNNNNNNNN?!” Perasaan menginjak kedewasaan yang tiba–tiba membuat Kamijou bereaksi dengan teriakan.

...

...

...?

“— AAAAAHHHHHHHHHH... eh?”

Tidak ada yang terjadi.

Kamijou berpikir, sial, tadi itu membuatku khawatir saja. Meskipun dia juga merasa kasihan pada gadis itu.

“Lihat! 'Kan?! Imagine Breaker apaan? Tidak ada yang terjadi!” Index meletakkan tangannya di pinggangnya, mengangkat dada kecilnya, dan tersenyum.

Sekejap kemudian pakaian Index terurai seperti pita hadiah, menyebar di lantai.

Index v01 051.jpg

Benang yang menjaga jubah suster itu tetap utuh mengendur, dan jubah itu menjadi potongan-potongan kain. Hanya penutup kepalanya yang masih utuh, tapi mungkin itu karena penutup kepalanya tidak tersambung dengan pakaian yang dia sentuh. Sepenuhnya, membuat hal ini lebih menghina.

Index hanya berdiri di sana, tangannya di pinggang, dada kecilnya terangkat, dan tersenyum.

Tidak ada yang menutupi tubuhnya.

Part 4[edit]

Rupanya gadis bernama Index ini mempunyai kebiasaan menggigit orang jika marah.

“AW! AW! AW! Berhenti menggigitku! Apa kau pikir kau itu nyamuk dari perkemahan musim panas?!”

“...”

Dia tidak menjawab.

Index, yang hanya mengenakan selimut yang menutupinya, duduk tegak lurus di lantai, menggunakan setumpuk besar peniti dalam usaha yang telaten (dan sia–sia) untuk memperbaiki pakaian susternya kembali.

Suasana tidak menyenangkan dan mengerikan mendominasi ruangan.

Tentu saja, tidak seperti pembunuh berantai yang akan berjalan ke ruangan itu.

“ ... Emm, permisi, Tuan Putri? Maaf mengganggu, tapi ada kaos kecil dan celana pendek di sini... ”

“...”

Suster itu menatap kembali padanya, melotot seperti ular.

“... emm... Tuan Putri?”

Kamijou Touma merasa bahwa gadis di depannya memiliki banyak ekspresi wajah sambil mencoba untuk melanjutkan percakapan dengannya.

“... Apa?”

“Barusan itu salahku, ok?”

Kamijou mendapat balasan gadis itu dalam bentuk jam alarm terbang yang dilempar ke wajahnya. Ketika Kamijou berteriak kaget, sebuah bantal besar juga terbang. Setelah bantal, sebuah konsol game dan sebuah tape rekorder mini juga terbang dengan mengerikan.

“Bagaimana bisa kamu dengan santainya mengatakan hal seperti itu setelah hal memalukan ini?!”

“Emm... ini... itu... sebetulnya, pelayanmu lebih dari sedikit gugup sekarang ini. Bagaimana aku mengatakannya... 'Inilah masa muda!'?”

“Kau masih bercanda... uuuuuuuuuuuuu!”

“Ya! Ya! Aku minta maaf! Aku minta maaf! Aku minta maaf! … itu adalah kaset video yang kusewa, bukan saputangan! TOLONG JANGAN MENGGIGITNYA!”

Kamijou Touma bersujud di lantai dalam sikap yang berlebihan sambil meminta maaf pada gadis itu.

Sejujurnya, Kamijou, yang baru pertama kali dalam hidupnya melihat dengan mata kepalanya sendiri gadis yang telanjang bulat dalam kemuliaan, sangat gugup sampai rasanya hatinya sedang diremas.

Baguslah dia tidak bisa melihatnya dari mukaku, pikirnya. Tapi pikirannya, sialnya, hanya pikiran belaka. Jika dia melihat cermin, dia akan tahu kalau semuanya terbaca di wajahnya.

“Sudah jadi...”

Dengan suara isak dan pilek, Index menyelesaikan kerajinan pekerjaan rumah tangga yang kejam untuk mengembalikan pakaian suster itu ke bentuk semula. Setelah memutarnya untuk melihatnya...

… Hah. Pakaian suster dengan peniti yang berkelap–kelip dengan jumlah tak terhitung.

“... (Tetesan keringat)”

“Erm, apa kamu betul–betul akan memakai itu?”

“...”

“Apa kau betul–betul akan memakai tipuan yang seperti iron maiden ini?”

“... (Air mata).”

“Dalam bahasa Jepang disebut 'kasur jarum'.”

“... uu... uuuuuuuu!”

“Aku salah! Aku minta maaf!”

Kamijou tiba–tiba berlutut di lantai, memukulkan kepalanya ke lantai seperti bawang putih yang dihancurkan. Kontrasnya, Index seperti anak kecil yang diganggu sambil menggigit keras kabel TV. Jika dia meneruskannya, kabel itu akan putus di tengah–tengahnya. Sungguh kucing yang kasar.

“Aku harus memakainya! Aku, 'kan, masih seorang suster!”

Index membuat geraman aneh sambil memakai gaunnya di bawah selimut, meniru gerakan ulat. Bagian yang tidak tertutupi selimut hanyalah kepalanya, yang terlihat semerah bom.

“… Ah, caramu mengganti pakaian mengingatkanku akan pelajaran renang di sekolah-“

“Kenapa kamu masih melihat? Kamu seharusnya membalikkan kepalamu, 'kan?”

“Kamu tidak akan mati hanya karena aku melihatmu telanjang. Lagi pula, setalah terlihat tanpa busana, ganti baju saja bukan apa–apa.”

“…”

Index berhenti sebentar, tapi melihat Kamijou yang mungkin belum sadar atau belum percaya bahwa dia mengatakan sesuatu yang salah lagi, jadi dia melanjutkan memakai pakaiannya. Kerudungnya jatuh ke lantai, tapi sepertinya dia lebih fokus memakai bajunya dalam selimut jadi dia belum menyadarinya.

Kamijou tidak tahu apa yang akan dikatakannya, tapi dia tahu situasinya akan bertambah canggung jika tak seorang pun bicara. Seperti dalam elevator bersama orang asing.

Ketika Kamijou terus berharap dia bisa kabur dari kenyataan, sesuatu memotong garis paling depan pikirannya: pelajaran tambahan musim panas!

“Wah, sial! Aku ada pelajaran tambahan!”

Kamijou melihat jam tangannya, “ Ah… emm… aku harus ke sekolah sekarang. Apa yang akan kaulakukan? Jika mau tinggal di sini, aku akan memberimu kunci.”

Ide “mengusir gadis itu” sudah sepenuhnya hilang dari pikiran Kamijou.

Karena pakaian suster Index, Gereja Berjalan, bereaksi terhadap Imagine Breaker, Kamijou punya bukti bahwa pakaian Index betul–betul memiliki kekuatan supernatural. Kata–katanya tadi sudah tidak terdengar seperti fantasi lagi.

Dia berkata dia dikejar penyihir dan jatuh dari atap ke pagar balkon Kamijou.

Dia berkata dia harus terus berlari supaya nyawanya selamat.

Benarkah ada sekelompok penyihir yang datang dari dongeng dan mengacau di kota sains yang bahkan mengubah kekuatan supernatural menjadi kenyataan?

… Bahkan jika dia itu tidak benar, Kamijou ingin Index tinggal di sini dan menenangkan diri setelah melihatnya begitu kesulitan.

“… Tidak perlu. Aku akan pergi.”

Walaupun dia bicara seperti itu, Index memperlihatkan wajah kesulitan sambil pelan–pelan bangun dari lantai. Dia berjalan melewati Kamijou seperti hantu dan sepertinya dia lupa memakai kerudungnya yang jatuh ke lantai ketika dia memakai pakaian susternya. Kamijou ingin mengambil dan mengembalikan padanya, tapi takut kalau kekuatan tangan kanannya akan menghancurkan kerudung itu juga.

“Ah… emm… anu…”

“Hm? Jangan terlalu banyak berpikir!” Index menolehkan kepalanya, dan berkata, “aku tidak pergi karena aku marah; Aku pergi karena jika aku terlalu lama tinggal di sini, orang–orang itu mungkin kembali ke sini. Kamu tidak ingin kamarmu dihancurkan, 'kan?”

Mendengar Index mengatakan kata–kata mengerikan dengan mudahnya, Kamijou tidak tahu bagaimana untuk membalasnya.

Index pelan–pelan berjalan ke pintu masuk dan keluar. Kamijou mengejarnya dengan panik, berpikir bahwa dia seharusnya membantunya, jadi dia mengecek isi dompetnya. Tapi ternyata isinya cuma 320 yen. Meskipun begitu, Kamijou ingin menjaga Index di sini, di mana dia aman,jadi dia cepat–cepat berlari menuju pintu, tapi kakinya menyandung bingkai pintu.

“AH… AWWWWWWW! OOOOOOOOO!”

Index berbalik ke arah teriakan, dan melihat Kamijou memegang kakinya dan berteriak kesakitan. Sakit di kakinya membuatnya meloncat–loncat, menyebabkan telepon genggamnya jatuh ke lantai. Ketika Kamijou sadar semua sudah terlambat, dan sebuah retakan bisa didengar dari layar kaca HP-nya.

“Uuuuu… uuuuuuuuuuuuuuuuuuu… Aku benar-benar sial…”

“Mungkin bukan sial, melainkan kikuk?” Index tersenyum, “tapi karena Imagine Breaker-mu nyata, mungkin memang sudah seharusnya begitu, 'kan?”

“… Apa maksudmu?”

“Hm, ini adalah isu dari pihak Sihir, jadi mungkin kamu tidak akan percaya kalau aku mengatakannya,” Index tertawa sambil mengatakan, “jika perlindungan Tuhan dan benang merah takdir benar-benar ada, mereka akan dihancurkan oleh tangan kananmu juga.”

Index mengguncangkan pakaian susternya yang dipasangi peniti, berkata, “Seperti Gereja Berjalan yang aslinya memiliki kekuatan Tuhan. Pakaian ini merupakan perlindungan dari Tuhan.”

“Heh… apanya yang ‘beruntung’ atau ‘sial’? Bukankah itu hanya kemungkinan dan statistik? Bagaimana mungkin itu benar-“

Sebelum dia sempat menyelesaikan pernyataannya Kamijou merasakan listrik statis ketika dia menyetuh gagang pintu, mengagetkan Kamijou dan menyebabkan seluruh tubuhnya berguncang secara refleks. Ototnya gemetar dengan cara yang belum terbiasa, dan betis kanannya kram.

“—Uuuuuuu… “

Kamijou mengerang selama kira–kira enam detik.

“… erm … Suster-san…”

“Ya?”

“… Tolong jelaskan…”

“Logikanya sebutulnya cukup sederhana,” kata Index seolah-olah hal ini sudah jelas. “Jika kekuatan tangan kananmu itu nyata, berarti adanya kekuatan itu di tangan kananmu akan terus menghapus keberuntunganmu secara terus menerus”

“.. Jadi maksudmu…”

“Selama tangan kananmu menyentuh udara, kamu akan terus–terusan sial.”

“AAAAAAHHHHHHHHH! Aku betul-betul sial!!!”

Meskipun Kamijou tidak percaya hal ghaib, tapi dia sangat peka dengan kejadian yang disebut kemalangan. Dalam kehidupan sehari–hari Kamijou, dia sering kali begitu sialnya sampai dia mersa seluruh jagad raya memusuhinya.

Dan yang berdiri di depan Kamijou Touma yang malang adalah seorang suster berpakaian putih bersih dan bersinar dengan senyuman seperti dewi.

Semua orang yang melihatnya akan memberitahumu bahwa itu ekspresi untuk membuatmu percaya.

“Kesialan yang sesungguhanya adalah mempunyai kekuatan itu sejak lahir.”

Melihat suster yang tersenyum di depannya, Kamijou tidak bisa menahan air matanya… hei… tunggu dulu, itu bukan maksud yang ingin dia sampaikan…

“Tidak, aku tidak bicara tentang itu! Kamu… apa kamu punya tempat tinggal lain setelah pergi dari sini? Aku tidak tahu apa yang sedang terjadi, tapi penyihir–penyihir itu mungkin masih berkeliaran dekat sini, 'kan? Rumahku lebih aman. Apa kamu ingin tinggal di sini?

“Aku akan memancing ‘musuh’ jika aku tetap di sini.”

“Bagaimana bisa kamu begitu yakin? Selama kamu tidak menarik perhatian dan tinggal di dalam ruangan ini, kamu tidak akan ketahuan, 'kan?”

“Tidak semudah itu.”

Index menggenggam kerah pakaiannya dan berkata, “Pakaian ini disebut Gereja Berjalan. Pakaian ini dijaga oleh sihir. Meski Gereja memanggilnya kekuatan Tuhan, sebetulnya itu mirip dengan sihir. Dengan kata lain, ‘musuh’ bisa menggunakan ciri khusus sihir dari Gereja Berjalan dan menemukanku.”

“Lalu kenapa kamu memakai apa yang pada dasarnya tidak lebih dari penarik musuh?”

“Karena tingkat pertahanannya adalah kelas Paus… sebelum dihancurkan oleh tangan kananmu.”

“…”

“Kalau saja tidak dihancurkan tangan kananmu…”

“Aku minta maaf… tolong jangan menatapku dengan mata penuh air mata itu… tunggu. Dipikir–pikir, karena Gereja Berjalan-mu dihancurkan oleh tangan kananku, mereka seharusnya tidak bisa melacaknya lagi, 'kan?”

“Mereka masih akan tahu kalau Gereja Berjalan-ku hancur. Seperti kataku: Kemampuan pertahanan Gereja Berjalan adalah kelas Paus. Dengan kata lain, seperti sebuah benteng... jika aku adalah ‘musuh’, bahkan jika aku tidak tahu kenapa Benteng Berjalan hancur, aku pasti tidak akan membiarkan kesempatan seperti itu lepas. 'Kan?”

“Tunggu! Bukannya itu adalah alasan yang membuatmu lebih tidak bisa pergi sendirian! Meskipun aku masih tidak percaya apa yang kamu sebut ‘sihir’, tapi jika ‘musuh’ benar–benar mengejarmu, bagaimana bisa aku membiarkanmu membahayakan nyawamu di luar sana?”

Index tertegun.

Melihat ekspresinya, dia betul–betul terlihat seperti gadis biasa.

“… Maksudmu jika aku akan turun ke neraka, kamu akan menemaniku?”

Index tersenyum.

Dia memberikan senyuman yang memilukan hati yang membuat Kamijou terdiam.

Di belakang kata–kata halus itu ada permohonan tersembunyi; tolong jangan terlibat dengan hal ini.

“Jangan khawatir, aku bukannya tidak punya teman. Selama aku bisa lari ke gereja, orang–orang di sana akan melindungiku.”

“… oh? Lalu… Di mana gereja itu?”

“London.”

“Bukannya itu terlalu jauh? Berapa lama kamu akan lari?”

“Hm? Ah, jangan khawatir! Seharusnya ada beberapa cabang kecil di Jepang.”

Pakaian suster yang penuh peniti itu bergoyang ke sana–sini.

Gadis kecil yang terlihat seperti ibu rumah tangga yang sering diganggu berkata, “Gereja… ya, sepertinya ada satu di kota ini.”

Orang biasa yang mendengar kata “gereja” akan segera berpikir tentang bangunan besar tempat pernikahan diadakan. Di Jepang, gereja–gereja itu sangat kecil. Meski berada di Jepang, budaya Kristen belum mengakar di sana, dan dengan seringnya gempa bumi yang dialami Jepang, sulit untuk memepertahankan “bangunan dengan nilai bersejarah”.

Gereja yang Kamijou lihat dari ujung matanya ketika naik kereta hanyalah kompleks apartemen dengan salib yang didirikan di atap. Awalnya dia malah mengira itu adalah gereja milik para konglomerat baru.

“Hm… tapi tidak semua gereja bisa… aku termasuk sekte British...”

“?”

“Erm,… dalam arti luas, Agama Kristen sebetulnya dibagi menjadi banyak sekte,” Index menjelaskan dengan canggung, “agama Kristen secara umum dibagi menjadi Katolik dan Protestan. Aku termasuk sisi Katolik, yang dibagi lagi menjadi Gereja Katolik Roma, yang berpusat di Kota Vatikan; Gereja Ortodoks Rusia, yang berpusat di Rusia; dan Gereja Anglikan, yang berpusat di Katedral St. George.”

“… Jadi apa yang akan terjadi jika kamu salah masuk?”

“Aku akan diusir,” Kata index dengan dengan senyuman pahit. “Ortodoks Rusia dan Anglikan sebagian besar berpusat di negaranya sendiri, jadi keduanya tidak mempunyai banyak cabang di Jepang.”

“…”

Semakin Kamijou mendengar, semakin dia merasa ada sesuatu yang salah.

Mungkin sebelum Index menyerah karena lapar, dia sudah sudah mengunjungi beberapa gereja dan diusir beberapa kali, memaksanya untuk berlari demi nyawanya? Itu bukan pikiran yang melegakan.

“Jangan khawatir. Aku akan baik-baik saja asalkan bisa mencapai gereja milik Anglikan.”

“…”

Tiba–tiba, Kamijou memikirkan kekuatan tangan kanannya.

“Oi! Jika kamu ada masalah, carilah aku.”

Pada akhirnya, hanya itu yang bisa dia lakukan.

Meskipun dia punya kekuatan untuk membunuh Tuhan itu sendiri.

“Mn, aku akan kembali jika lapar.”

Index memberikan sebuah senyuman yang seperti bunga morning glory. Senyum sempurna itu membuat Kamijou tidak bisa berkata–kata.

Sebuah robot pembersih mendekat, bergerak mengitari sosok Index, dan melanjutkan perjalanannya ke depan.

“YAAAH!”

Senyum sempurna hilang dalam sekejap ketika Index jatuh ke belakang. Cara dia bergetar, seperti kakinya terkena kram. *DONG*! Kepala belakangnya menghantam tembok.

“—! Benda aneh baru saja keluar begitu saja…?!”

Mata Index terisi dengan air mata sambil menjerit, bahkan lupa untuk mengelus kepala belakangnya.

“Kau berlebihan! Itu hanya robot pembersih!”

Kamijou mengeluh.

Sebuah robot pembersih yang terlihat seperti silinder logam besar dengan roda di bawahnya, menggunakan pel berbentuk lingkaran untuk membersihkan lantai. Sebuah kamera yang dipasang dekat ujung atasnya membuatnya bisa menghindari penghalang. Semua gadis yang memakai rok mini membencinya.

“… Begitu. Jepang bukan hanya negara teknologi, melainkan juga negara di mana bahkan Agathion dimekanisasi.”

“Oi!”

Melihat Index yang terlihat kagum oleh Jepang karena alasan aneh membuat rambut Kamijou berdiri sampai ujungnya.

“Ini Academy City! Kamu bisa melihat benda seperti itu di mana–mana!”

“Academy City?”

“Benar. Bagian barat Tokyo relatif lambat dalam perkembangan, jadi bagian itu dibeli untuk mendirikan kota ini. ‘Kota sekolah’ yang di dalamnya terdapat puluhan universitas dan ratusan SD, SMP, dan SMA.”

Kamijou mengeluh sambil melanjutkan, “Delapan puluh persen dari orang yang tinggal di sini adalah siswa, dan semua apartemen yang terlihat seperti kondominium (kompleks apartemen yang sangat besar) sebetulnya adalah asrama siswa.”

Academy City tidak hanya mendidik siswa dalam bidang akademik, tapi juga menanam kekuatan super dan pengembangan tubuh secara rahasia.

“…Jadi layar di jalanan mungkin agak berbeda dari yang biasa. Mesin penjual makanan otomatis, kincir angin praktis untuk menghasilkan listrik, dan robot pembersih barusan… Ada banyak benda seperti itu yang dikembangkan oleh universitas di sini. Tingkat teknologi di sini kasarnya dua puluh tahun lebih maju dari dunia luar.”

“Hm… “ Index menatap robot pembersih itu, dan berkata, “Jadi semua bangunan di daerah ini milik Academy City?|

“Yap… jika kamu mencari Gereja Inggris di sini, nasihatku adalah coba cari di luar kota ini. Gereja di sini sebagian besar mungkin mengajarkan teologi atau psikologis-Jungian.”

Index memberikan “Mn” sambil menganggukkan kepalanya. Pada waktu itulah Index baru menggunakan tangannya untuk memegang kepala belakangnya.

“… eg? Ah… eh? Ke… kerudungku hilang!”

“Kamu baru sadar? Kerudungmu jatuh tadi!”

“Eh?”

Maksud Kamijou adalah “kamu menjatuhkannya saat ganti baju di bawah selimut”, tapi sepertinya Index mendengarnya sebagai “kamu menjatuhkannya saat kamu ditakuti robot pembersih dan jatuh”. Index mencari di sekitar koridor. Gagal menemukannya, beberapa tanda tanya muncul di atas kepalanya.

“A-HA! Benar! Pasti Agathion mekanis itu!”

Index sepertinya telah sepenuhnya salah paham sambil berlari mengejar robot pembersih yang berbelok di ujung.

“… Emm… situasi apa–apaan ini?”

Kamijou melihat kembali kamarnya, pada kerudung Index, dan melihat kembali ke koridor; Index sudah menghilang. Sungguh cara yang tidak berperasaan untuk pergi.

Itu membuatnya memikirkan sesuatu tanpa dasar: Bahkan jika dunia ini hancur, gadis itu masih akan terus bertahan hidup.

Begitulah pikirannya.

Part 5[edit]

“Hai~ Sensei telah membuat beberapa bahan pelajaran, jadi aku akan memberikannya~. Ini akan jadi isi pelajaran hari ini~”

Sudah satu semester dia berada di kelas ini, tapi bahkan sekarang, Kamijou masih tidak memercayainya.

Wali kelas 1-7, Tsukuyomi Komoe berdiri di depan meja. Para murid hanya bisa melihat kepala guru ini jika dia berdiri di belakang mejanya. Tingginya 135 cm, dan katanya dia ingin naik roller coaster, tapi ditolak karena kaitannya dengan keselamatan. Tidak masalah siapa yang melihatnya, semua orang akan merasa bahwa dia adalah seorang anak berumur dua belas tahun yang seharusnya memakai helm keamanan kuning dan membawa tas punggung merah dan sebuah suling soprano. Karena itulah guru yang seperti anak–anak ini termasuk salah satu dari tujuh misteri di sekolah.

“Meski aku tidak melarang kalian untuk mengobrol, kalian harus mendengarkan apa yang Sensei katakan, ok~? Sensei sudah bekerja keras untuk menyiapkan semua pertanyaan untuk tes ini. Jika gagal, kamu akan dihukum dengan pelajaran Penglihatan Tembus Pandang.”

“Sensei, apa kau membicarakan tentang bermain poker dengan penutup mata? Itu, 'kan, bagian dai Kurikulum Penglihatan Tembus Pandang! Kudengar kami tidak boleh pulang kecuali bisa menang sepuluh kali berturut–turut meskipun kami tidak bisa melihat kartunya. Kalo begitu kami semua tidak akan bisa pulang sampai besok pagi!”, protes Kamijou.

“Ya~ tapi Kamijou, nilaimu untuk pengembangan kekuatan tidak cukup. Jadi kamu tetap harus mengikuti pelajaran Penglihatan Tembus Pandang, 'kan?”

Kamijou merasa bahwa dia tidak bisa menangani senyum ala salesman dari gurunya ini.

“Oo, sepertinya Komoe betul–betul suka padamu Kami-yan...!”

Duduk di sebelah Kamijou adalah ketua kelas (laki-laki) dengan rambut biru dan tindikan di telinganya, yang mengatakan sesuatu yang bodoh pada Kamijou.

“Tidakkah kau merasa guru yang dengan senangnya berjinjit dan berbuat iseng di depan papan tulis sedang bersikap memusuhiku....?”

“Apa...? Guru manis itu? Apakah ada masalah kalau kamu gagal dalam beberapa mata pelajarannya? Kamu pasti akan mendapat banyak pengalaman jika dimarahi anak kecil seperti itu!”

“Ternyata sebutan pedofil tidak cukup untukmu, dasar masochist!”

“AHA— ! Menjadi seorang pedofil hanya satu dari kesenanganku. Aku tidak hanya suka gadis kecil, tahu~!”

Ketika Kamijou hampir merespon dengan ucapan “Dasar kau omnivora pemakan sampah”,

“Kalian berdua di sana! Kalian akan bermain Telur Columbus jika terus berbicara!”

Telur Columbus ini membutuhkan seseorang untuk menyeimbangkan sebuah telur mentah untuk berdiri di meja tanpa bantuan apa pun. Bahkan murid yang belajar Psikokinesis harus bekerja keras sampai pembuluh darah di otaknya hampir pecah untuk menahan telurnya supaya tidak jatuh; ini karena jika tekanannya terlalu besar, telur itu akan pecah. Dan juga, mereka yang gagal akan harus tinggal sampai keesokan paginya.

Kamijou dan Aogami Pierce hanya bisa menatap Tsukuyomi Komoe yang berdiri di panggung, bahkan hampir lupa untuk bernapas.

“Apa kalian mengerti~?”

Sungguh senyum yang mengerikan.

Komoe-sensei sangat membenci orang–orang yang menyebut kata “kecil”, tapi menyukai orang yang memanggilnya “imut”.

Namun, Komoe-sensei tidak keberatan jika murid–muridnya tidak melihatnya sebagai guru. Tentu saja karena di sini adalah Academy City. Delapan puluh persen dari populasi di sini adalah siswa, jadi kota ini bisa disebut Neverland [5]. Maka, kritik pada guru–guru di sini lebih keras dari sekolah–sekolah lain di luar. Di samping itu, kemampuan siswa di sini diukur dengan kemampuan akademis dan juga kekuatan supernaturalnya.

Di sini, peran para guru adalah untuk mengembangkan kekuatan para siswanya meskipun mereka sendiri sebetulnya tidak memiliki kekuatan apa pun. Para guru olahraga dan staf pengajar yang seperti instruktur semuanya seperti berasal dari unit militer negara lain karena mereka bisa menghadapi para siswa Level 3 yang laksana monster dengan menggunakan kekuatan mereka sendiri. Tentu saja, Komoe-sensei, yang mengajar kimia, tidak seperti.

“Aku bilang, Kami-yan…”

“Apa?”

“Dimarahi Komoe-sensei, tidakkah membuatmu senang?”

“Hanya kau yang merasa senang, idiot! Cukup, diam! Musim panas kita akan hancur jika kita dipaksa main dengan telur mentah ketika kita tidak punya kekuatan Psikokinesis! Berhenti memberiku masalah dengan logat Kansai palsu itu!”

“L-logat Kansai palsu? Kenapa aku harus memalsukan logat Kansai? Aku orang asli dari Osaka~!”

“Diam! Kau lahir di desa penuh ladang padi! Aku sudah jengkel; berhenti buat aku berpikir untuk berdebat denganmu!”

“A... A-a-aku tidak lahir di desa ladang padi! Ah... ah... takoyakinya betul – betul enak~”

“Berhenti mencoba jadi orang Kansai. Apa kamu juga akan membawa takoyaki hanya supaya lebih terlihat seperti Orang Kansai asli?”

“Apa yang kaubicarakan? Orang asli Kansai sekalipun tidak hanya makan takoyaki saja, 'kan?

“...”

“Benar, 'kan? Eh, tunggu ... tapi... eh... benar nggak, ya?”

“Kau menunjukkan jati dirimu, dasar orang Kansai palsu!”

Kamijou mengeluh, dan melihat ke luar jendela.

Jika dia tahu pelajaran tambahan akan begini membosankan, dia pasti sudah menemani Index.

Meski Gereja Berjalan yang dipakai Index bereaksi terhadap tangan kanan Kamijou —baik, penggunaan kata “bereaksi” mungkin agak meremehkan- bukan berarti Kamijou percaya keberadaan sihir. Mungkin 80-90% dari apa yang dikatakan Index dibuat–buat, mungkin dia hanya salah paham setelah melihat fenomena alami sebagai sihir.

Tapi...

Ikan yang lepas selalu terlihat sangat besar...

Kamijou mengeluh lagi. Dibandingkan dengan terperangkap dalam kelas tanpa AC ini, dia seharusnya mengikuti Index ke dunia fantasi sihir dan pedang pasti lebih menarik. Dan jika dia ambil bagian dalam kegiatannya, mungkin akan ada -agak dipaksakan menyebutnya cantik- pasangan wanita manis untuknya.

“...”

Kamijou ingat kerudung suster yang ditinggalkan Index di kamarnya.

Pada akhirnya, dia tidak mengembalikannya. Jika dia ingin mengembalikannya, dia masih punya kesempatan. Bahkan jika Index hilang, asalkan dia mencarinya dengan serius, pasti akan ketemu. Bahkan jika dia tidak bisa menemukannya, logis untuk Kamijou mengayun–ayunkan kerudungnyanya sambil berlari di jalanan.

Sekarang Kamijou berpikir, sebetulnya Kamijou ingin meninggalkan sesuatu sebagai pengikat mereka berdua. Kamijou diam–diam berharap bahwa suatu hari dia akan kembali untuk mengambil benda yang dilupakannya.

Ini karena senyum gadis itu begitu sempurna.

Jika dia tidak meninggalkan sesuatu sebagai pengekang mereka berdua, rasanya dia akan menghilang di antara jarinya seperti hantu.

Kamijou hanya takut pada hal ini.

...Apa yang terjadi?

Kamijou, yang sedang romantis, tiba–tiba sadar akan sesuatu.

Kamijou agaknya kejam pada gadis yang bergantungan di pagar balkonnya, tapi dia tidak begitu membenci gadis itu. Dia pastinya merasa sedikit menyesal karena mungkin dia tidak akan bertemu dia lagi di lain waktu.

“...Ah... sial!”

Kamijou mengatakan “Cheh” dalam mulutnya. Jika tahu akan menyesal sekarang, dia seharusnya memaksanya tinggal sejak dari awal.

Coba pikir, “103.000 grimoir” apa yang tadi dia bicarakan?

Asosiasi sihir itu mengejar Index (Asosiasi? Apa mereka perusahaan swasta?), dia dengar mereka mengejarnya karena “103.000 grimoir” itu- paling tidak, itulah yang dia katakan. Sedangkan bagi Index, dia lari karena nyawanya terancam sambil membawa “103.000 grimoir” itu.

Yang dibawa Index bukanlah sebuah kunci atau peta tempat semua grimoir itu disimpan.

Ketika Kamijou bertanya di mana buku–buku itu, Index menjawab, “Semuanya di sini”.

“... Apa maksudnya?”

Kamijou hanya memiringkan kepalanya. Gereja Berjalan yang dipakai Index bereaksi terhadap Imagine Breaker Kamijou, itu berarti bahwa apa yang dikatakannya tidak sepenuhnya salah.

“Sensei, Kamijou sedang menatap rok gadis–gadis dari klub tenis!”

Mendengar Aogami Pierce memalsukan gaya bicara Kansai yang sulit itu, Kamijou melepaskan “Ah” ketika kesadarannya ditarik kembali ke ruang kelas.

“...”

Komoe-sensei terdiam.

Sepertinya Komoe-sensei betul–betul syok dan sedih karena murid yang bernama Kamijou Touma tidak memerhatikan pelajaran. Ekspresi wajahnya seperti anak kecil berumur dua belas tahun yang baru sadar pada hari musim dingin bahwa Sinterklas itu tidak nyata.

Saat Kamijou memikirkan tentang ini, seluruh isi kelas menatapnya. Sepertinya mereka adalah anggota Asosiasi Pelindung Hak Asasi Anak.

Seharusnya ini pelajaran tambahan musim panas, tapi Kamijou tertahan sampa waktu pembubaran normal.

“... Sungguh sial.”, gumam Kamijou sembari memandang kincir angin dengan tiga baling-baling yang berkerlip terkena sinar matahari senja. Karena sekolah melarang muridnya untuk keluar malam, bus dan kereta terakhir di Academy City adalah saat jam sekolah berakhir.

Kamijou, yang tidak berhasil mengejar bus terakhir, hanya bisa menyusuri jalan di kawasan perbelanjaan yang panas dengan lesu. Robot keamanan lewat di depan Kamijou, dan robot itu juga didesain sehingga terlihat seperti tong metal dengan roda di bawahnya. Fungsinya seperti alat pengawas tindak kriminal. Awalnya robot itu didesain seperti robot anak anjing, tapi robot anak anjing terlalu menarik perhatian anak kecil, membuat mereka sulit bergerak. Maka, mereka semua diubah menjadi seperti tong metal. Hm, alasan ini agak lucu.

“AH! Akhirnya ketemu, kamu! Oi... tunggu! Berhenti! Aku memanggilmu! Cepat berhenti!”

Kamijou tidak tahan terhadap panas di musim panas ketika dia melihat robot keamanan bergerak pelan–pelan di sampingnya, berpikir.

“Ke mana Index pergi setelah mengejar robot itu?”

Dia tidak sadar kalau teriakan dari belakang itu ditujukan padanya.

Dia hanya merasa sangat berisik di belakangnya, jadi dia menoleh.

Index v01 071.jpg

Suara tersebut keluar dari mulut seorang siswi SMP. Dia mengenakan blus berlengan pendek, sweater musim panas, dan rok lipat. Rambutnya sebahu dan agak bersinar kemerahan karena pantulan sinar matahari senja. Akan tetapi, terlihatnya wajahnya masih lebih merah lagi. Pada saat itu, Kamijou sadar siapa gadis itu.

“...Ah... kamu lagi, Biri-Biri Si Murid SMP.”

“Berhenti memanggilku Biri-Biri! Namaku Misaka Mikoto! Kenapa kau masih tidak ingat? Aku juga ingat kau memanggilku Biri-Biri saat pertama kali kita bertemu!”

“Pertama kali aku bertemu denganmu...?”

Kamijou mulai mengingat–ingat.

Hm, benar. Pertama kali bertemu dia, dia sedang dipermalukan oleh beberapa berandalan. Ingin menunjukkan semangat Urashima Tarou dengan menasihati mereka supaya tidak mencuri dompet gadis lemah, dia hanya dihadiahi gadis itu dengan reaksi kasar, “Kau terlalu berisik, berhenti menggangguku!” dan menyerangnya dengan ledakan petir. Tentu saja, Kamijou menetralisasinya dengan tangan kanannya, tapi gadis itu kaget... “Eh? Apa yang terjadi? Kenapa tidak kena? Bagaimana kalau ini... eh? Tidak kena juga...”Kejadian demi kejadian terjadi, hingga akhirnya seperti sekarang ini.

“... Eh? Kenapa? Aku tidak begitu sedih, tapi kenapa aku begitu sedih, Ibu?”

“Kenapa kau menatap jauh...?”

Kamijou agak lelah, karena baru saja menyelesaikan pelajaran tambahannya, jadi dia memutuskan untuk tidak terlalu memikirkan cara dia berurusan dengan Biri-Biri di depannya.

“Seorang gadis menatap Kamijou. Gadis ini adalah gadis Railgun dari kemarin. Dia betul–betul tidak senang kalau kalah dari orang lain, jadi dia datang ke Kamijou untuk balas dendam, tapi pada akhirnya selalu frustrasi.”

“Kau sedang bicara dengan siapa barusan...?”

“Gadis ini memiliki sifat keras yang tidak mengakui kekalahannya, tapi dia sebetulnya takut sendirian dan sekarang bertugas mengurus hewan peliharaan di kelasnya.”

“Berhenti mengarang-arang cerita!!”

Misaka Mikoto benar–benar frustrasi sampai–sampai dia mengayun-ayunkan tangannya, sehingga menarik perhatian para pejalan kaki di sekitarnya. Sudah bisa ditebak, karena seragam musim panas yang dia kenakan dengan desain yang sebenarnya biasa-biasa saja adalah seragam SMP Tokiwadai, salah satu dari lima sekolah paling bergengsi dan elit di Academy City. Siswi-siswi dari SMP Tokiwadai berkepribadian halus dan sopan. Tapi entah kenapa, mereka sering terlihat sendirian bahkan di stasiun pada jam sibuk. Jadi, akan sangat mengejutkan jika seseorang melihat siswi Tokiwadai duduk di lantai kereta dan bermain dengan telepon genggam mereka seperti penumpang lainnya.

“Eh? Oh, ya, ada apa, Biri-Biri? Bukankah ini tanggal 20 Juli? Kenapa masih pakai seragam sekolahmu? Apa kamu juga ikut pelajaran tambahan?”

“Ugh… kau…, diam!”

“Aku mengerti, kamu tidak merasa bahwa kelinci di kelasmu cukup aman, 'kan?”

“Berhenti memasukkan hewan di kepribadianku, dasar berandalan! Akan kubuat kau membayar! Kakimu akan gemetar seperti katak tersetrum listrik! Cepat persiapkan permintaan terakhirmu sekarang."

“Tidak.”

“Kenapa?”

“Karena aku bukan pengurus binatang peliharaan di kelas.”

“Kau... masih mempermainkanku?!?!?!”

*Thomp!* Si gadis SMP menginjak keras ubin di jalur untuk pejalan kaki.

Dalam sekejap, telepon genggam orang–orang yang lewat mengeluarkan suara rusak, kabel televisi di jalan perbelanjaan tiba–tiba terpotong, dan bahkan robot keamanan mengeluarkan suara berisik yang aneh.

Rambut dari si siswi SMP mengeluarkan suara yang seperti listrik statis.

Pemakai kekuatan Level 5 yang bisa menembakkan Railgun dari tubuhnya ini memberikan senyum menakutkan seperti hewan buas yang memamerkan taringnya.

“Hmph! Bagaimana? Apa ini memperjelas pikiranmu- Mmmph… !”

Kamijou dengan panik menggunakan tangannya untuk menutupi mulut Misaka Mikoto sepenuhnya.

Di… diam! Tolong jangan katakan apa pun! Tidakkah kamu lihat orang yang telepon genggamnya rusak terlihat tidak senang!? Jika mereka tahu kamu yang melakukannya, kamu harus membayar mereka, apalagi untuk TV kabelnya -siapa tahu berapa yang harus kita bayar!!

Karena pertemuannya dengan si gadis berambut perak belum lama ini, Kamijou yang biasanya hanya berdoa saat Natal, mulai berdoa kepada Tuhan dengan sungguh-sungguh.

Mungkin doanya berhasil, karena tak seorang pun mendekati Kamijou dan Mikoto.

Saat Kamijou mengeluarkan nafas kelegaannya (Ketika Mikoto mulai sesak karena tangannya),

“Bahaya! Bahaya! Kesalahan Nomor 100231-YF. Ditemukan serangan gelombang elekromagnetik yang melanggar hukum keelektromagnetisan. Keabnormalan sistem terdeteksi. Bisa jadi serangan teroris pengguna elektrik; tolong jangan gunakan peralatan elektronik apa pun.”

Imagine Breaker dan Railgun gemetar saat mereka menoleh.

Tong metal besar di sisi jalan mengeluarkan asap sambil mengeluarkan peringatan yang tidak bisa dimengerti.

Sesaat kemudian, robot keamanan mengeluarkan suara sirene yang keras dan melengking.

Tentu, mereka harus lari.

Lari melewati lorong, menendang ember air plastik, menakuti kucing hitam, melanjutkan untuk lari ke depan. Tunggu sebentar, aku tidak melakukan hal yang salah, kenapa aku juga lari? Kamijou berpikir saat berlari.

Walau dia berpikir seperti itu, dia tetap berlari Dia ingat ada program televisi yang memberi tahu kalau harga satu robot keamanan adalah 1,2 juta yen.

“Uuu… sialnya! Semua karena aku terlibat dengan orang seperti ini!!”

“Apa maksudmu orang seperti ini? Namaku Misaka Mikoto!”

Setelah lari ke suatu tempat yang dalam di bagian terdalam dari lorong, keduanya akhirnya berhenti.

Area kosong berbentuk persegi panjang ini sepertinya dibentuk saat salah satu gedung disingkirkan. Tempat ini sangat cocok untuk bermain basket three-on-three.

‘Kamu terlalu berisik Biri-Biri! Kaulah orang yang merusak semua alat elektronik di rumahku. Sekarang apa lagi yang kauinginkan!?

“Siapa suruh jadi orang menjengkelkan?!”

“Apa salahku!? Pernahkah aku berbuat kasar padamu!?”

Kemarin, Kamijou menggunakan tangan kanannya untuk membendung semua serangan Mikoto, termasuk Railgun, pasir besi yang dikendalikan sehingga mirip pedang cambuk besi, gelombang elektromagnetik kuat yang menarget organ dalam, dan serangan terakhirnya berupa petir yang benar-benar turun dari langit.

Tapi semua itu tidak bisa menyakiti Kamijou.

Selama itu kekuatan supernatural, Kamijou Touma bisa meniadakan semuanya.

“Kau lelah karena kau terus menyerangku. 'kan? Staminamu tidak cukup, berhenti menyalahkanku!”

“… Ugh…!”

Mikoto mengertakkan giginya dengan marah, dan berkata,

“I-itu tidak dihitung sebagai kekalahanku! Aku bahkan tidak diserang sekali pun! Seharusnya ini imbang!”

“Huuh, tidak butuh. Kamu menang. Meski aku memukulmu karena frustasi, AC rusakku tetap tidak bisa diperbaiki.”

“Ugh…! Tunggu sebentar! Cepat bertarung serius denganku!!”

Melihat Mikoto melambaikan tangannya dengan liar sambil meraung, Kamijou mengeluh.

“Kamu yakin aku boleh serius?”

Mikoto tidak bisa mengatakan apa pun.

Kamijou dengan lembut mengepalkan tinjunya, dan membukanya lagi. Gerakan sederhana ini cukup untuk membuat Misaka Mikoto mengeluarkan keringat dingin. Dia bahkan tidak bisa mundur selangkah pun; dia hanya bisa tetap mengakar di tempat itu.

Kamijou bisa menghalangi semua serangan Mikoto begitu saja, tapi Mikoto tidak mengetahui apa kekuatan Kamijou sebenarnya. Baginya Kamijou benar-benar lawan yang megerikan.

Bisa diduga kalau Mikoto akan takut karena Kamijou Touma adalah orang yang bisa menghalangi semua serangan Mikoto selama lebih dari dua jam dan tetap tidak terluka sedikit pun. Sudah tentu dia akan bertanya-tanya apa yang terjadi bila Kamijou serius.

Kamijou mengeluh, lalu mengalihkan pandangannya.

Mikoto sepertinya bisa lepas dari benagg tak terlihat yang seolah-olah mengikatnya saat dia akhirnya mengambil beberapa langkah mundur, satu per satu.

“… Kenapa aku… begitu sial…?”

Melihat Mikoto begitu takut, Kamijou, terlihat agak sedih, dan melanjutkan,

“Alat listrik di kamarku rusak, bertemu penyihir palsu pagi ini, dan aku bertemu Biri-Biri sore ini…”

“Pe… penyihir…? Apa itu…?


“…”

Kamijou termenung sesaat, dan berkata,

“Hm, aku pun juga ingin tahu…"

Biasanya, Mikoto akan berteriak, “Dasar berandalan, apa kau sedang mempermainkanku!? Atau kekuatan anehmu membakar otakmu?” dan mengeluarkan sejumlah serangan gelombang elektromagnetik. Tapi saat ini, dia hanya bisa mengintip wajah Kamijou dengan takut-takut.

Tentu saja, Kamijou hanya menakutinya, tapi melihat dia jadi begitu takut, dia merasa sedikit iba.

…Penyihir…

Kamijou tiba – tiba mengingatnya. Ketika bicara dengan suster putih itu, kata itu keluar secara alami, tapi sekarang saat dia tidak di sini, Kamijou menyadari betapa jauh kata itu dari kehidupannya saat ini.

Kenapa dia bisa mengatakan kata seperti itu begitu mudahnya ketika dia bersama Index?

Apakah ada atmosfer misterius yang membuat Kamijou percaya padanya secara tidak sadar?

“… Apa yang aku pikirkan?”

Kamijou sepenuhnya mengabaikan Misaka Mikoto si Biri-Biri yang gemetar seperti anak anjing yang menggerutu sendiri.

Takdirnya dengan Index terpotong hanya seperti ini. Dunia ini begitu luas, dan tidak mungkin untuk mengharapkan sebuah pertemuan kebetulan. Tidak ada artinya memikirkan apa arti kata penyihir.

Meski begitu, Kamijou tidak bisa lupa.

Dia ingat kerudung putih yang dijatuhkan Index di kamarnya.

Hal terakhir yang dia tinggalkan, pengikat di antara keduanya, terus mengikat hati Kamijou, membuatnya gelisah.

Bahkan Kamijou tidak tahu kenapa dia begitu memikirkannya.

Dia seharusnya adalah orang yang bahkan bisa membunuh Tuhan.

Part 6[edit]

320 yen… Kelihatannya dia tidak bisa mendapatkan semangkok besar gyuudon.

“… Ukuran sedang, huh…?”

Bagi para gadis yang terbiasa makan dengan porsi sebesar light novel mungkin tidak akan mengerti bahwa bagi anak laki–laki yang sedang dalam masa pubertas, gyuudon berukuran sedang hanya bisa disebut kudapan.

Setelah menyia–nyiakan waktu dengan si gadis Biri-Biri, Kamijou memasuki restoran gyuudon untuk menyelesaikan 'kudapan'-nya, Dengan kembalian yang hanya sebesar 30 yen (termasuk pajak), dia kembali ke depan asramanya di bawah matahari tenggelam.

Tidak ada seorang pun di sekitarnya.

Mungkin semuanya sedang bermain–main dengan gila karena saat ini adalah awal liburan musim panas.

Penampilan luar asrama itu terlihat khas seperti apartemen dengan satu ruangan. Dalam gedung persegi panjang ini, ada barisan pintu di dinding di sepanjang koridor. Tidak adanya penutup plastik di pagarnya menunjukkan bahwa gedung ini adalah asrama laki–laki.

Pintu depan dan balkon yang berada di sisi seberang kamar dibangun di samping kanan dan kiri gedung jika dilihat dari jalan. Dengan kata lain, mereka terletak di sela-sela antara gedung satu dan yang lainnya.

Meski ada sistem kunci otomatis di pintu masuk utama, asrama tetangga jaraknya hanya terpisah dua meter. Menyerang tempat ini mudah. Seperti apa yang dilakukan Index pagi tadi, hanya perlu melompat saja.

Setelah memasuki pintu masuk utama, Kamijou melewati sebuah gudang yang digunakan oleh manajer asrama tersebut sebagai ruangannya, sebelum akhirnya sampai di elevator. Elevator di sini lebih sempit dan lebih kotor dari yang digunakan untuk mengangkat barang–barang di tempat pembangunan. Huruf “R” yang menyimbolkan atap disegel dengan papan logam, untuk mencegah para Romeo dan Juliet naik ke atap di malam hari.

Seperti oven microwave, elevator mengeluarkan suara “ding” ketika berhenti di lantai tujuh.

Pintu elevatornya mengeluarkan suara berderak, dan pelan–pelan terbelah dua. Mulai tidak sabar, Kamijou mendorong pintu elevator ke samping. Meskipun ini lantai ketujuh, tidak ada hembusan angin sama sekali. Ditambah lagi, jarak antargedung yang sangat dekat membuat hawa di sana makin panas.

“Hm?”

Kamijou akhirnya menyadari sesuatu. Di ujung koridor, di depan pintu kamarnya, ada tiga robot pembersih yang berkumpul di sana. Jarang sekali tiga robot berkumpul pada satu tempat yang sama. Apalagi hanya ada lima robot pembersih di asrama ini. Tiga robot ini bergerak mundur dan maju dalam frekuensi yang tetap, dan sepertinya ada yang kotor di bawah sana.

… Entah kenapa, Kamijou mendapat firasat buruk.

Robot pembersih besar ini bahkan bisa menyingkirkan permen karet yang tertempel di lantai. Kotoran macam apa yang membuat bahkan tiga mesin itu sulit menyingkirkannya? Apa tetangga samping kamarnya, Tsuchimikado Motoharu demi menyerahkan keperjakaannya, mencoba mabuk untuk bertindak seperti berandalan, dan muntah di depan pintunya layaknya di tiang telepon? Setelah memikirkan ini, Kamijou merasa menggigil.

“Apa–apaan yang…?”

Manusia mempunyai kecenderungan untuk tertarik pada sesuatu yang mengerikan.

Tanpa sadar Kamijou maju beberapa langkah, hingga akhirnya dia melihat hal itu.

Sang gadis sihir Index telah pingsan di sana karena lapar.

“…Umm…”

Meski sebagian ditutupi oleh robot, semua orang bisa tahu kalau suster putih dengan peniti bersinar di seluruh pakaiannya itu sudah pingsan lagi di lantai.

Ketiga robot tersebut terus memukulkan tubuhnya terhadap Index, tapi dia tidak bergerak sama sekali. Ini semua membuatnya terlihat makin menyedihkan, seperti sedang dipatuk oleh para gagak. Sebetulnya, robot pembersih seharusnya bisa menghindari pejalan kaki dan penghalang, dengan kata lain robot itu tidak memperlakukan Index sebagai manusia. Sungguh kasihan.

“…Kurasa, ini juga termasuk kesialan…”

Meski dia mengatakan ini, jika ada cermin di depannya, Kamijou Touma akan syok karena ekspresinya sendiri. Semua orang akan bilang dia sedang tersenyum.

Di samping itu, Kamijou masih merasa gelisah. Meski jika hal tentang penyihir ini tidak nyata, ada kemungkinan gadis ini dikejar–kejar oleh anggota kelompok pemujaan misterius baru.

Melihat dia begitu saja muncul di depannya dengan cara yang paling alami (khas Index) seperti ini, Kamijou merasa senang. Dan bahkan jika dia mengabaikan kekhawatirannya, hanya melihatnya lagi adalah sesuatu yang patut dijadikan alasan untuk membuatnya senang.

Kamijou tiba-tiba ingat satu benda yang ditinggalkannya secara tidak sengaja. Kerudung putih itu. Saat ini, bagi Kamijou, kerudung tersebut bagaikan jimat yang berhasil bekerja.

“Oi! Apa yang kamu lakukan di sini lagi?”

Dia berteriak sambil mulai berlari ke depan. Hanya pemandangan ini saja membuat Kamijou terlihat seperti anak SD yang tidak bisa tidur di malam sebelum bertamasya pada esoknya. Dia mendekatinya selangkah demi selangkah, dan perasaan ini seperti berlari dengan senang untuk membeli RPG pada saat hari rilisnya. Bahkan Kamijou sendiri tidak tahu kenapa dia begitu gembira.

Index masih belum sadar kalau Kamijou sudah di sini.

Saat melihat Index seperti ini, Kamijou Touma berpikir bahwa pose itu benar-benar cocok dengannya, dan merasa hal itu sangatlah lucu.

Namun, Kamijou akhirnya menyadari bahwa Index sedang terbaring dalam kolam darah.

“…Ah…?”

Dalam sekejap, bukan kaget yang dia rasakan, melainkan kebingungan.

Sebelumnya, pandangannya dihalangi oleh para robot pembersih, jadi dia tidak melihatnya. Index, yang sedang terbaring di lantai, memiliki luka berbentuk garis horizontal di dekat pinggangnya. Meskipun jelas bahwa luka itu diakibatkan oleh tebasan pedang, naman lukanya sangat lurus seolah-olah pelakunya menggunakan penggaris dan cutter untuk melukainya. Juga, ujung rambut peraknya juga terpotong rapi. Bahkan rambut peraknya berubah merah karena terlumur darah yang mengalir keluar dari lukanya.

Saat ini, Kamijou bahkan tidak berpikir bahwa itu adalah darah manusia.

Semenit lalu, dan semenit kemudian-perbedaan besar pada kenyataan membuat Kamijou bingung. Cairan merah ini… apa ini saus tomat? Apa Index begitu laparnya sampai dia menggunakan tenaga terakhirnya untuk memeras saus tomat? Gambaran ini sungguh lucu, dan Kamijou sangat ingin tertawa.

Tapi dia tidak bisa.

Bagaimana bisa dia tertawa?

Ketiga robot mengeluarkan bunyi berdering, bergerak mundur dan maju. Mereka masih membersihkan noda di lantai, cairan merah yang masih mengalir keluar dari tubuh Index dan menyebar di lantai. Seperti mereka menggunakan kain kotor di atas lukanya, mencoba menghisap bagian dalam Index keluar.

“Berhenti… berhenti! Sial!”

Kamijou akhirnya menyadari kenyataan saat dia dengan panik mencoba untuk mengangkat satu robot pembersih yang berkumpul di sekitar Index yang terluka parah. Tapi, robot pembersih dibuat berat untuk mencegah mereka dicuri. Ditambah dengan kekuatan yang mereka miliki, sulit untuk menarik mereka.

Tentu saja, robot pembersih itu hanya membersihkan noda yang menyebar di lantai, dan tidak betul–betul menyentuh luka Index. Tapi di mata Kamijou, robot pembersih ini tidak jauh berbeda dari lalat yang berkumpul di sekitar luka yang membusuk.

Meski Kamijou mencoba sepenuhnya, sulit untuk menarik satu saja robot pembersih, apalagi tiga. Dan ketika dia mencoba menyingkirkan salah satunya, yang dua masih tetap membersihkan noda merah tersebut.

Dia adalah anak laki–laki yang bisa membunuh Tuhan.

Namun, dia malah tidak bisa menangani mainan – mainan ini.

Tapi Index tidak mengejeknya.

Bibir yang sudah mengungu tidak bergerak sedikit pun. Dan mungkin saja dia sudah tidak bernafas.

“Sial! Sial!”

Pikiran Kamijou kacau dan dia heran,

“Apa yang terjadi? Apa kau bercanda?! Siapa orang berengsek yang melakukan ini kepadamu!?”

“Oh? Kami penyihir yang melakukan ini."

Suara yang datang dari belakang sudah jelas tidak datang dari mulut Index.

Kamijou membalikkan badannya dengan keras, dalam sikap tubuh yang siap bergerak maju. Elevator… tidak ada. Tapi ada seorang pria berdiri dekat tangga darurat. Sepertinya dia naik lewat tangga.

Orang pucat yang tingginya sekitar dua meter. Dia terlihat lebih muda dari Kamijou.

Dia terlihat seumuran dengan Index, sekitar empat belas, lima belas tahun. Melihat tingginya, dia sepertinya orang asing. Mengenai pakaiannya… dia terlihat seperti pendeta dari gereja, dia memakai jubah pendeta hitam. Tapi meskipun dicari di seluruh dunia, sepertinya tidak akan ada seorang pun yang percaya bahwa orang ini adalah seorang pendeta.

Mungkin dia berdiri melawan angin, karena meski jaraknya paling tidak lima belas meter dari Kamijou, Kamijou sudah bisa mencium bau cologne manis. Rambut pirang sebahunya berwarna merah seperti matahari tenggelam, dan ada cincin–cincin perak di ke-20 jarinya. Dia memakai banyak anting, dan ada aksesoris telepon genggam terlihat bergelantungan di sakunya. Rokoknya yang menyala terlihat bergerak di tepi mulutnya, dan hal yang paling berlebihan adalah dia memiliki tato barcode di bawah mata kanannya.

Rasanya tidak benar untuk memanggilnya pendeta, ataupun memanggilnya berandalan.

Pria itu berdiri di koridor. Atmosfer yang mengelilinginya jelas terlihat abnormal.

Index v01 085.jpg

Di sana, sepertinya semua logika yang Kamijou tahu tidak lagi cocok, seperti mengikuti aturan yang berbeda. Atmosfer aneh ini terus menyebar seperti sedang dipegang oleh tentakel yang licin dan dingin.

Perasaan yang dirasakan Kamijou saat ini bukan rasa takut atau kemarahan melainkan perasaan bingung dan gelisah.

Seperti perasaan saat dompet dicuri ketika berada di luar negeri, penuh keputusasaan dan kesepian.

Perasaan seperti terdapat tentakel yang licin dan dingin pelan–pelan menyebar ke seluruh tubuhnya… Jantungnya mulai membeku. Saat ini, Kamijou sadar.

Orang ini adalah penyihir.

Tempat ini telah menjadi dunia lain di mana penyihir benar-benar ada dan nyata.

Kamijou bisa menyadarinya hanya dengan sekali lihat.

Meskipun dia masih tidak percaya akan keberadaan penyihir.

Hanya saja, Kamijou yakin bahwa orang yang berdiri di hadapannya bukanlah penghuni dari dunia yang biasa dia tinggali.

“Uu? Mmmm… sepertinya serangan gadis itu betul-betul berat.”

Penyihir itu menggigit rokoknya sambil melihat sekitar, dan berkata,

“Kudengar Kanzaki yang menebasnya, tapi ini… tadinya aku lega ketika tidak melihat jejak darah.”

Penyihir itu melihat robot pembersih di belakang Kamijou Touma.

Index sepertinya ditebas di tempat lain dan berjuang untuk kabur hingga akhirnya bisa sampai ke sini sebelum pingsan. Seharusnya ada jejak darah di mana–mana, tapi sepertinya sudah dibersihkan oleh robot pembersih.

“Tapi… kenapa…?

Kamijou secara tidak sengaja bergumam sendiri.

“Hm? Kamu tanya kenapa dia kembali ke sini? Siapa tahu, mungkin dia lupa sesuatu. Oh, ya, ketika dia kuserang kemarin, kulihat dia masih memakai kerudung. Mungkinkah dia menghilangkannya di suatu tempat?”

Penyihir di depannya betul–betul menggunakan kata–kata “kembali ke sini”.

Dengan kata lain, ketika Index berputar–putar selama seharian, dia sedang diawasi oleh mereka. Mereka bahkan tahu kalau kerudungnya jatuh.

Index mengatakan tadi kalau para penyihir bisa merasakan kekuatan sihir dari Gereja Berjalan.

Dia juga berkata tadi kalau para penyihir ini mengikutinya lewat kekuatan supernatural dari Gereja Berjalan. Jadi, mereka juga seharusnya tahu bahwa Gereja Berjalan hancur saat "sinyal"-nya terputus.

Tapi Index pun seharusnya juga tahu.

Dia sudah tahu, tapi tampaknya dia masih mengandalkan kekuatan pertahanan yang dimiliki oleh Gereja Berjalan.

Tapi… kenapa dia di sini lagi? Mengapa dia masih perlu mengambil kembali kerudungnya dari Gereja Berjalan yang tak lagi berguna itu? Tangan kanan Kamijou sudah menghancurkannya, jadi tidak ada gunanya dia mengambil kerudung itu kembali.

“… Maksudmu jika aku akan turun ke neraka, kamu akan menemaniku?”

Dalam sekejap, semua semuanya menjadi jelas.

Kamijou akhirnya ingat. Kerudung dari Gereja Berjalan yang ditinggalkan dalam kamar Kamijou belum disentuh tangan kanan Kamijou.

Dengan kata lain, topi itu masih memancarkan energi sihir. Dia pasti khawatir kalau para penyihir akan mengikuti jejak energi sihir itu dan sampai di kamar Kamijou.

Maka, dia membuat resiko yang besar untuk “kembali ke sini”.

“… Dasar bodoh.”

Tidak ada gunanya mengambil risiko ini. Gereja Berjalan tersebut hancur adalah kesalahan Kamijou. Kamijou sudah tahu kalau kerudung suster itu tertinggal di kamarnya; hanya saja dia tetap meninggalkannya di sana. Dan yang lebih penting… Index tidak punya kewajiban, tugas, ataupun hak untuk melindungi nyawa Kamijou.

Meski begitu, dia tetap kembali.

Untuk orang asing, orang bernama Kamijou Touma yang baru dia temui selama tiga puluh menit.

Dia mengambil risiko dengan taruhan nyawanya untuk mencegah Kamijou Touma terlibat dalam pertarungannya melawan para penyihir.

“… Dasar bodoh…!”

Index yang berbaring diam tak bergerak tambah membuat Kamijou geram.

Sebelumnya, Index memberi tahu Kamijou bahwa kesialan Kamijou disebabkan oleh tangan kanannya.

Tangan kanan Kamijou akan secara tidak sadar menghapus semua kekuatan supernatural seperti berkah Tuhan dan benang merah pengikat takdir.

Jika Kamijou tidak secara asal menggunakan tangan kanannya untuk menyentuhnya, Gereja Berjalan dari jubah suster itu tidak akan hancur, dan dia tidak perlu membahayakan nyawanya seperti ini untuk kembali ke sini.

Tidak, ini bukan masalah utamanya.

Bukan karena kemampuan yang dimiliki tangan kanan Kamijou, tidak peduli apa Gereja Berjalan hancur atau tidak, ini bukan alasan yang tepat untuk kembali.

Ini semua karena Kamijou menginginkan suatu ikatan.

Andai saja dia mengembalikan kerudung suster itu, semuanya tidak akan jadi seperti ini.

“Hm? Oi oi? Jangan melihatku seperti itu!”

Rokok di mulut penyihir itu bergerak-gerak ketika dia berkata,

“Bukan aku yang menebasnya; yang melakukannya Kanzaki. Dan aku yakin Kanzaki tidak bermaksud untuk melukai dia. Gereja Berjalan yang dikenakannya mempunyai pertahanan mutlak, dan tingkat serangan seperti itu seharusnya tidak meninggalkan bekas padanya… Aku heran bagaimana bisa Gereja Berjalan hancur? Kalau naga St. George belum turun, pelindung setingkat Paus tidak bisa dihancurkan…”

Setelah bergumam sendiri pada akhirnya, senyum penyihir itu menghilang.

Tetapi, itu hanya untuk sekejap. Saat berikutnya, rokoknya kembali bergerak ke atas karena dia mulai tersenyum di mulutnya lagi.

“Kenapa…?”

Kamijou secara tidak sadar menanyakan pertanyaan yang bahkan dia tidak ingin dijawab oleh orang lain.

“Kenapa…? Aku tidak percaya sihir seperti yang ada di dongeng-dongeng, dan aku tidak terlalu mengerti tentang penyihir atau siapapun kau. Tapi tidak adakah tipe yang baik dan yang jahat? Tidak adakah penyhir yang bertugas melindungi?"

Kamijou tahu dengan sangat jelas bahwa, sebagai orang munafik, dia tidak punya hak untuk menanyakan ini.

Di samping itu, dia sudah meninggalkan Index dan kembali ke kehidupan normalnya.

Meski begitu, Kamijou harus bertanya.

“Kalian main keroyok hanya demi mengejar gadis kecil ini, mengejarnya ke mana pun dia pergi, dan bahkan melukainya separah ini… Bagaimana bisa kau berdiri di atas keadilanmu setelah melakukan hal seperti itu?”

“Sudah kubilang, yang menebasnya bukan aku, melainkan Kanzaki.”

Penyihir itu betul-betul menggunakan kata-kata sederhana tanpa perasaan menyesal.

“Tapi, walaupun ada luka ataupun tidak, kami masih harus membawa dia kembali.”

“Membawa… kembali…?”

Kamijou tidak mengerti arti kata–kata ini.

“Hm? Ah… Aku mengerti. Aku baru saja mendengar kau mengatakan penyihir, jadi aku anggap kau tahu semuanya! Kurasa dia sebenarnya juga takut melibatkanmu dalam hal ini.”

Penyihir itu menghembuskan asap, dan melanjutkan,

“Benar, kami perlu membawanya kembali. Yah, bukan gadis itu sih yang ingin kami bawa kembali, melainkan 103.000 grimoir yang dibawanya.”

… ‘103.000 grimoir’ itu lagi.

“Oh, ya, pandangan agama di negara ini sedikit lemah, jadi mungkin kau tidak mengerti.”

Penyihir itu tersenyum sambil menjelaskan dengan nada bosan.

“Index Librorum Prohibitorum adalah katalog dari semua buku sihir jahat yang dirasa oleh Gereja akan mengotori jiwa orang hanya dengan membacanya. Jika gereja mengumumkan bahwa ada banyak buku sihir jahat di dunia, orang masih bisa secara tidak sengaja mendapatkannya jika mereka tidak tahu judulnya, 'kan? Maka, gereja dengan sengaja menjadikan gadis itu sebagai tempat untuk membawa 103.000 buku berbahaya itu. Ah, ya, aku menasihatimu supaya berhati–hati. Untuk negara dengan pandangan yang lemah terhadap agama, buku sihir yang dibawa dia bisa melumpuhkan siapapun.”

Tapi Index jelas tidak membawa buku sihir sama sekali. Dia jelas–jelas hanya mengenakan jubah suster, dan jika dia menyembunyikan buku sihir di dalamnya, orang pasti bisa melihatnya. Di samping itu, bagaimana bisa satu orang membawa 100.000 buku sihir ke mana–mana? 100.000 buku sihir bisa memenuhi satu perpustakaan penuh.

“JANGAN BERCANDA?! DI MANA BUKU SIHIR ITU!?”

“Ada dalam memorinya.”

Penyihir itu bicara begitu saja,

“Pernahkah kau dengar ingatan sempurna? Katanya itu adalah kemampuan untuk bisa mengingat segala sesuatu yang telah dilihat meskipun hanya dalam sekejap dan tak akan pernah bisa dilupakan meskipun hanya satu kalimat, bahkan satu huruf pun. Dasarnya, scanner berwujud manusia.”

Penyihir itu tertawa, dan bicara dalam nada yang tidak tertarik,

“Ini bukan sihir kami, ataupun kekuatan yang kalian miliki itu; ini hanya kemampuan khususnya. Dalam otaknya terdapat buku sihir dari seluruh dunia: Museum Inggris, Museum Louvre, Museum Vatikan, runtuhan Pataliputra, kota kuno Compiegne, Mont-Saint-Michel Abbey… Buku–buku sihir ini aslinya disegel dan tidak bisa dicuri, tapi dia bisa menggunakan mata itu untuk mencuri buku–buku sihir itu dan menyimpannya dalam otaknya, seperti perpustakaan sihir.”

Bagaimana mungkin hal seperti ini ada?

Grimoir apa? Ingatan Sempurna apa? Ini semua konyol.

Namun, masalahnya bukanlah apakah semua ini nyata, melainkan ada gadis yang ditebas oleh orang–orang yang percaya pada hal ini.

“Namun, dia sendiri tidak memiliki kekuatan sihir, jadi dia tak berbahaya. .”

Penyihir itu dengan senang menggetarkan rokok di mulutnya sambil berkata,

“Hanya saja, karena penyetop telah dipersiapkan, berarti gereja pasti memiliki suatu alasan. Tapi, hal seperti ini tidak ada hubungannya dengan penyhir sepertiku. Yang ingin kutekankan hanyalah bahwa 103.000 grimoir itu berbahaya. Pasti akan ada banyak masalah jika dia jatuh ke tangan orang jahat yang ingin menggunakan grimoir-grimoir itu, jadi kami melindunginya.”

“Melin…dungi…?”

Kamijou tertegun. Saat ini, Index sedang terbaring dalam kolam darah, tapi bisa-bisanya dia mengatakan hal seperti itu.

“Ya, melindungi. Tak masalah seberapa baik dan bijaksananya dia, gadis itu tetap tidak akan tahan terhadap interogasi dan siksaan dengan obat. Hanya memikirkan kalo dia sampai jatuh ke tangan orang-orang seperti mereka saja sudah membuat hatiku sakit, lho!”

“…”

Bagian tubuh Kamijou mulai gemetar.

Ini bukan hanya kemarahan biasa, rasa merinding mulai muncul di lengan Kamijou. Pria di hadapannya percaya bahwa dia benar. Dia hidup tanpa pernah melihat kesalahannya sendiri. Melihat orang seperti ini, Kamijou merasa dia seperti dilempar ke dalam kolam penuh ribuan siput; rasa mual menyebar di seluruh tubuhnya.

Sebuah kalimat muncul di pikiran Kamijou: Sebuah kelompok agama fanatik.

Orang – orang ini menyakiti orang lain karena khayalan tanpa dasar mereka, membuatnya sangat marah, sudah mencapai batas.

“Kau bajingan…!”

Seperti merespon terhadap kemarahannya, Kamijou merasa tangan kanannya juga bertambah panas.

Kakinya yang sebelumnya seperti tertanam di lantai kini mulai bergerak tanpa sadar. Kamijou menerjang ke arah si penyhir dengan tubuhnya, bagaikan peluru meriam. Tangan kanannya terkepal keras, sampai dia merasa hampir menghancurkan jarinya.

Tangan kanan Kamijou tidak berguna; tangannya tidak mampu mengalahkan berandalan, tidak bisa meningkatkan nilai tesnya, dan juga tidak bisa membantunya menggoda cewek.

Tapi paling tidak tangannya bisa digunakan untuk meninju bajingan yang ada di depannya.

“Namaku Stiyl Magnus- tapi saat ini sebaiknya kusebut namaku Fortis931…”

Penyihir itu terlihat tidak bergerak sambil tersenyum ringan, menggetarkan rokoknya.

Setelah itu, penyihir itu mulai menggumamkan suatu kata–kata dengan lembut, dan dengan ekspresi wajah seperti sedang mengenalkan kucing tersayangnya yang baru saja lahir pada seseorang, dia mulai menjelaskan pada Kamijou,

“Itu nama sihirku. Kurasa kau tidak familier dengan nama sihir, 'kan? Untuk suatu alasan, ketika kami para penyihir menggunakan sihir, kami dilarang untuk menyebutkan nama asli kami. Ini adalah tradisi kuno yang diturunkan turun temurun, jadi aku tidak tahu alasan pastinya…”

Keduanya berjarak sekitar lima belas meter.

Kamijou Touma menghapus setengah jaraknya hanya dengan tiga langkah.

“’Fortis’… dalam Bahasa Jepang, atinya ‘kuat’; namun demikian, asal katanya tidak penting. Yang penting bagi para penyihir, meneriakkan nama sihirnya tidak hanya berarti kami akan menggunakan sihir; tapi juga mewakili—“

Kamijou maju dua langkah.

Tapi senyum penyihir itu tidak menghilang. Mungkin untuknya, Kamijou tidak cukup hebat untuk membuatnya berhenti tersenyum.

“—nama membunuh.”

Sang penyihir Stiyl Magnus mengeluarkan roko dari mulutnya, dan menjentikkannya ke samping.

Dengan abu dan nyala api, rokok itu terbang lurus melewati pagar besi, dan menyentuh tembok gedung tetangga.

Sebuah garis oranye mengikuti jejak asapnya, mengenai tembok, dan mengeluarkan percikan.

“Kenaz (Wahai api) —“

Setelah Stiyl membisikkan ini, garis oranye ini tiba – tiba meledak.

Pedang api muncul dalam wujud garis lurus seolah-olah seseorang menyemprotkan selang kebakaran yang berisi bensin.

Cat di tembok perlahan menghitam, seperti ada pemantik yang digunakan untuk membakarnya.

Hanya dengan melihatnya, mata Kamijou seperti sedang dibakar. Secara reflek dia berhenti berlari lalu menutupi wajahnya dengan tangannya.

Dia berhenti begitu mendadak, seolah-olah kakinya telah dipaku di lantai.

Keraguan muncul dalam benaknya.

Imagine Breaker dikatakan bisa menghilangkan kekuatan supernatural apa pun. Bahkan Railgun sang esper Level 5, Biri-Biri, yang bisa menghancurkan tempat perlindungan antinuklir, mampu ditiadakan dengan tangan kanannya.

Namun, hanya ada satu masalah.

Kamijou belum pernah melihat kekuatan supernatural selain kekuatan psikis.

Dengan kata lain, dia belum pernah mencoba ini sebelumnya.

Mencobanya pada sihir.

Benarkah tangan kanannya ampuh dalam menghadapi kekuatan aneh seperti sihir?

“—Purisaz Naupiz Gebo (Berikan berkah dari penderitaan sang raksasa)!”

Kamijou melihat senyum si penyihir dari celah jari-jarinya.

Stiyl Magnus tersenyum sambil mengayunkan pedang apinya ke Kamijou Touma.

Saat pedang api itu menyentuh Kamijou, pedang api itu kehilangan bentuknya, dan meledak di semua arah seperti letusan gunung api.

Panas, kilatan cahaya, ledakan, dan asap muncul di sekitarnya.

“Apa aku sedikit kelewatan?”

Penyihir itu bergumam sendiri.

Pemandangan di depannya terlihat seperti baru saja dibom. Stiyl menggaruk kepalanya. Dia menoleh ke sana kemari untuk memastikan tidak ada orang yang datang ke tempat itu. Hari ini adalah hari pertama liburan musim panas, jadi hampir semua orang yang tinggal di sini sedang tidak ada di tempat. Tapi jika ada hikikomori [6] pasti akan timbul banyak masalah.

Pandangan di depannya dikaburkan oleh asap hitam dan api.

Namun, dia merasa tidak perlu memeriksa kondisi si bocah. Tubuh manusia akan langsung meleleh sebelum sempat terbakar jika berada pada temperatur di atas 2000 derajat Celsius. Tetapi serangan yang bagaikan api neraka tadi bahkan memiliki suhu sebesar 3000 derajat Celsius. Takdir anak ini sudah pasti seperti pagar besi yang sudah meleleh seperti permen. Tubuhnya pasti sudah tersebar ke segala arah bagaikan permen karet yang menempel di sana-sini.

Stiyl mengeluh, berpikir,

“Untungnya aku sengaja membuatnya marah dan menyingkirkannya dari Index. Jika dia menggunakan Index untuk melindungi dirinya, ini akan jadi lebih rumit.”

Setelah dipikir-pikir, dia tidak bisa membawa kembali Index sekarang.

Stiyl mengeluh lagi. Tembok api di depannya menghalanginya langkahnya untuk sampai ke tempat Index berada. Jika ada tangga darurat di sisi lainnya, dia bisa saja memutar dan menggunakannya, tapi bisa saja Index akan menemui ajalnya jika dia tertangkap dalam api ketika dia sedang memutar.

Stiyl menggelengkan kepalanya dengan enggan. Setelah itu, dia mencoba melihat lewat asap tebal itu dan berkata,

“Maaf mengganggumu, tapi kau telah gagal. Melihat standarmu, sepertinya kau tidak akan bisa mengalahkanku walau kita bertarung 1000 kali.”

“Siapa katamu… yang tidak tidak bisa mengalahkanmu?”

Suara yang keluar dari api neraka menyebabkan sang penyihir membeku.

*BOOM!* Diawali dengan suara seperti raungan, dinding api dan asap mulai berputar-putar, hingga akhirnya lenyap.

Seperti tornado yang tiba–tiba muncul di tengah–tengah api dan asap.

Kamijou Touma berdiri di situ.

Pagar besi meleleh seperti permen, cat di lantai dan tembok menjadi terkelupas, dan cahaya yang meleleh di bawah panas yang luar biasa terus menitik ke bawah, tapi dalam neraka yang berapi–api ini, anak laki–laki itu masih berdiri di sana tanpa terluka sedikit pun.

“Benar, apa yang aku takutkan…?”

Kamijou dengan kesal memelintir bibirnya sambil bergumam pada dirinya sendiri.

“Bukankah tangan kanan ini yang menghancurkan Gereja Berjalan milik Index… ?”

Sejujurnya, Kamijou tidak mengerti apa itu sihir.

Dia tidak mengerti bagaimana sihir bekerja, dan tidak mengerti konveksi macam apa yang bekerja di udara yang tak terlihat. Bahkan jika ada seseorang yang menjelaskan padanya, dia hanya akan tahu sekitar setengahnya saja.

Namun, Kamijou si idiot ini tahu satu hal:

Pada akhirnya, sihir tetaplah kekuatan supernatural.

Api merah terang yang tertiup pergi belum sepenuhnya padam.

Api yang tersisa mengelilingi Kamijou seperti lingkaran sempurna, terus membakar. Tapi…

“Menyingkirlah!”

Kamijou mengatakan ini sambil menyentuh api itu dengan tangan kanannya, dan dalam sekejap, api sihir yang panasnya melebihi 3000 derajat Celcius itu menghilang.

Seperti meniup semua lilin yang ada di kue ulang tahun.

Kamijou Touma melihat penyihir yang ada di depannya.

Penyihir di depannya mulai terlihat kebingungan seperti manusia normal jika melihat peristiwa tak teduga seperti ini.

Benar, para penyihir itu juga manusia biasa.

Mereka akan merasa sakit jika dipukul, mereka akan berdarah jika dilukai dengan pisau murah sekalipun.

Mereka hanyalah manusia biasa.

Kaki Kamijou tak lagi dipenuhi rasa ketakutan dan tubuhnya tak lagi dibekukan oleh kengeriannya.

Tangan dan kaki Kamijou mulai bergerak.

BERGERAK!

“…Ugh…”

Di lain pihak, Stiyl merasa takut melihat fenomena yang tidak bisa dijelaskan ini, dan mengambil satu langkah mundur.

Melihat sekelilingnya, serangan itu sepertinya tidak memiliki celah. Jika begitu, apa anak laki–laki ini sekuat itu hingga bisa menahan suhu 3000 derajat Celsius? Tidak, manusia tidak bisa bertahan terhadap api itu.

Kamijou Touma tidak peduli apa yang Stiyl pikirkan.

Dengan tangan kanan yang dikepalkan sekeras batu, Kamijou pelan–pelan bergerak ke arah Stiyl, mengambil selangkah maju.

“Cheh!’”

Stiyl mengayunkan tangan kanannya secara horizontal, dan membuat pedang api baru, menerbangkannya ke arah Kamijou.

Pedang itu meledak lagi. Api dan asap bertebaran.

Tapi setelah api dan asap menyebar, Kamijou Touma masih berdiri di situ.

…Jangan–jangan… dia bisa menggunakan sihir?

Stiyl bergumam sendiri. Tapi, dia cepat–cepat menyangkal asumsi itu. Tak mungkin ada penyihir di negara ini yang tahu lebih banyak tentang Natal daripada sihir, padahal Natal yang mereka ketahui hanya sebatas hari untuk berkencan.

Dan… dan di samping itu… jika Index, yang tidak memiliki kekuatan sihir, bersekutu dengan penyihir lain, dia tidak perlu kabur.

Semengerikan itulah memori yang dimiliki Index.

103.000 grimoir yang dibawanya bahkan lebih berbahaya dari senjata nuklir.

Semua nyawa akan mati, apel akan selalu jatuh, 1 ditambah 1 akan selalu sama dengan 2. Dengan grimoir-grimoir itu, kau bisa mengubah hukum yang seharusnya alami dan tak mungkin bisa diubah tersebut. Hukum tersebut bisa dihancurkan lalu ditulis ulang kembali untuk menciptakan suatu hukum baru. Kau bisa membuat 1 ditambah 1 menjadi 3, apel–apel akan jatuh ke atas, dan nyawa yang sudah mati dapat dihidupkan kembali.

Seorang penyihir yang bisa melakukan ini disebut Majin.

Hal ini tidak merujuk pada dewa dunia iblis[7], tapi pada penyihir yang telah benar-benar menguasai sihir hingga sampai pada taraf telah memasuki wilayah Tuhan.

Seorang Dewa Sihir.

Walau begitu, dia tidak bisa merasakan kekuatan sihir apa pun dari anak ini.

Dia seharusnya bisa mengatahui jika anak ini adalah seorang penyhir hanya dengan sekali lihat, tapi anak di depannya itu tidak memiliki bau milik dunia yang sama dengannya.

Jadi, bagaimana dia melakukannya?

“!!”

Untuk menyembunyikan gemetarannya, Stiyl mengayunkan pedang apinya pada Kamijou.

Kali ini, pedangnya tidak meledak.

Kamijou menggunakan tangna kanannya untuk memukul pedang api itu seperti sedang mengusir lalat, dan pada waktu itu, pedang api itu hancur berantakan seperti kaca pecah, dan lenyap dari udara.

Pedang api bersuhu 3000 derajat Celsius telah dihancurkan oleh tangan kanan yang tidak ditingkatkan kekuatannya oleh sihir.

“...Ah...”

Tiba–tiba, betul–betul tiba–tiba, Stiyl Magnus memikirkan sesuatu.

Gereja Berjalan di pakaian suster Index mempunyai barrier kelas Paus, dan kekuatannya bisa menandingi Katedral London. Barrier ini dikatakan tidak bisa dirusak kalau naga St. George belum turun.

Namun, Gereja Berjalan Index telah sepenuhnya hancur. Terbukti dari Kanzaki yang mampu menebasnya.

Siapa yang melakukannya? Dan Bagaimana?

“...”

Kamijou sudah berada tepat di depan Stiyl.

Satu langkah lagi, dan dia akan ada dalam jangkauan tinjunya.

“...MTWOFFTO (Satu dari lima elemen yang membentuk dunia), IIGOIIF (oh pencipta api agung)...”

Stiyl mulai mengeluarkan keringat dingin. Untuknya, organisme yang memakai seragam musim panas dan memiliki bentuk manusia ini mungkin bukan manusia di balik kulitnya, tapi suatu material misterius dan tebal. Memikirkan tentang ini, dia merasa dingin mengalir di tulang belakangnya.

“IIBOL (Cahaya penyelamatan yang melahirkan kehidupan),AIIAOE (Cahaya penghukum yang menghukum para penjahat)… IIMH (Dengan membawa kedamaian dan keseimbangan pada waktu yang sama),AIIBOD (juga menghancurkan kemalangan gelap dan dingin)… IINF (Api adalah namanya),IIMS (pedang adalah gelarnya)! ICR (Terbentuklah),MMBOP (Jadilah kekuatan yang memakan tubuhku ) —!”

Bagian dada dari jubah pendeta Stiyl mulai robek, dan suatu kekuatan dari dalam menyebabkan kancing bajunya lepas.

*BOOM!* Sebuah ledakan besar bisa didengar- hasil dari api menyerap oksigen. Sebuah gumpalan api raksasa keluar dari dalam mantelnya. Itu bukan sekadar gumpalan api biasa.

Di pusat api merah terang terdapat suatu inti yang setebal dan sehitam-pekat minyak yang terus menitik. Inti itu terlihat seperti manusia, dan inti yang terus terbakar ini membuat orang berpikir tentang burung di laut yang dinodai oleh minyak setelah ada kecelakaan kapal tanker di laut.

Namanya adalah Innocentius, artinya adalah ”Kau pasti kubunuh."

Sang dewa api raksasa dengan niat membunuh itu merentangkan kedua tangannya, menerjang Kamijou Touma seperti sebuah meriam—

“JANGAN MENGHALANGIKU!”

*THOMP!*

Kamijou dengan kesal mengayunkan punggung tangannya, seperti mendorong jaring laba–laba ke samping.

Kamijou dengan mudahnya menghancurkan kartu truf terakhir Stiyl Magnus. Sang manusia minyak yang seperti dewa api raksasa ini meledak lalu tersebar di lantai, seperti bola air yang ditusuk jarum.

“…?”

Tapi, Kamijou Touma tidak mengambil langkah ke depan. Tentu saja, tidak ada suatu alasan jelas.

Kamijou hanya melihat Stiyl terus tertawa terkekeh–kekeh bahkan setelah kartu andalannya sudah ditangani. Ekspresi ini membuat Kamijou takut untuk mengambil langkah terakhir dengan mudahnya.

Suara cairan kental bergelembung bisa didengar di seluruh tempat itu.

“Apa… ?”

Kamijou panik sambil mundur selangkah. Pada saat itu, buih hitam berkumpul dari seluruh tempat, dan kembali membentuk sebuah bentuk manusia. Jika dia sudah mengambil langkah maju, dia pasti sudah diserang dari semua arah oleh api.

Kamijou bingung dengan apa yang terjadi di handapannya. Jika pernyataannya tentang efek Imagine Breaker dari tangan kanannya itu benar, maka bahkan keajaiban yang digambarkan di legenda pun bisa dihancurkan. Selama sihir juga disebut kekuatan supernatural, seharusnya kekuatan itu menghilang sepenuhnya setelah tersentuh sekali, tapi…

Minyak dalam api itu bergerak, berubah bentuk, dan akhirnya membentuk sebuah raksasa yang membawa pedang 2 tangan,

Tidak, itu bukan pedang, melainkan salib raksasa yang panjangnya lebih dari 2 meter dan biasa digunakan untuk menyalib seseorang.

Raksasa itu mengangkat salib itu dengan kedua tangannya, dan menghantamkannya kepada Kamijou seperti kapak.

“…!”

Kamijou dengan cepat menggunakan tangan kanannya untuk menepisnya. Di samping kemampuan tangan kanannya, Kamijou hanya seorang murid SMA biasa. Melihat serangan yang datang seperti ini, dia tidak bisa melihat dengan jelas dan menghindarinya.

*CLANG!* Salib dan tangan kanan bertabrakan.

Kali ini, salib itu tidak menghilang. Kamijou merasa tangan kanannya seperti memegang lapisan karet. Akan tetapi, dia merasa tangan kanannya tidak akan bertahan lama. Di samping itu, musuhnya menggunakan dua tangan, dan Kamijou hanya bisa menggunakan satu. Salib api itu mulai mendekati Kamijou dari atas.

Kamijou, yang tidak tahu apa yang terjadi, menyadari sesuatu. Benda bertubuh api yang disebut Innocentius ini bereaksi terhadap tangan kanan Kamijou, tapi dia bisa langsung hidup kembali setelah dihancurkan. Waktu di antara penghancuran dan kebangkitannya bahkan sepertinya tidak sampai sepersepuluh detik.

Kemampuan tangan kanannya telah tersegel.

Sekali dia melepaskan tangan kanannya, Kamijou akan dibakar menjadi debu oleh Innocentius.

Rune."

Kamijou sepertinya mendengar sesuatu.

Situasi tegang ini membuatnya tidak bisa menoleh ke belakang. Namun, Kamijou bisa mendengar suara orang yang bicara itu.

“… Ke-24 huruf yang melambangkan misteri dan rahasia telah digunakan sebagai bahasa sihir oleh orang–orang Jerman sejab abad ke-2, dan dikatakan bahwa bahasa itu adalah asal-muasal bahasa Inggris Kuno.”

Meski Kamijou bisa mendengar suara Index, dia masih tidak bisa percaya.

“Apa…?”

Dengan keadaan tubuhnya yang seperti itu, kenapa dia bisa bicara dengan begitu tenang?

“… Menyerang Innocentius secara langsung tidak efektif. Sebelum ukiran rune di lantai, atap, dan dinding dihapus, dia akan terus hidup kembali.

Kamijou menggunakan tangan kirinya untuk memegang lengan kanannya, nyaris tidak bisa menahan salib itu.

Dengan takut-takut, dia menatap ke belakang.

Gadis itu masih berbaring di sana. Tapi, Kamijou tidak bisa memanggil-“nya” Index karena mata gadis itu tampak seperti robot tanpa emosi.

Dengan setiap kata yang dikatakan gadis itu, lukanya terus mengeluarkan darah.

Namun, gadis itu tidak peduli pada luka di punggungnya; dia seperti sebuah mesin yang dirancang untuk menjelaskan sihir.

“Kau… k- kau Index, 'kan?”

“Ya. Aku adalah perpustakaan sihir yang tergabung dengan Sektor 0 dari Anglikan Inggris, ‘Necessarius’. Nama diriku adalah Index Librorum Prohibitorum, tapi dapat disingkat Index.”

Melihat bagaimana perpustakaan sihir bernama bertindak seperti ini, Kamijou merasa seluruh tubuhnya dingin, bahkan lupa kalau dia hampir dihancurkan oleh dewa api raksasa.

“Aku sudah mengakhiri pengenalan diri, jadi aku akan kembali pada penjelasan tentang rune. Sederhananya, mereka seperti pantulan bulan di danau; walaupun seseorang menggunakan pedang untuk menebasnya, itu tidak ada artinya. Jika seseorang ingin memotong bulan di air, mereka harus menghancurkan bulan yang asli di langit.”

Setelah Index mengatakan ini, Kamijou ingat pada musuh di depannya.

Apa maksudnya bahwa ini bukan tubuh utama dari kekuatan supernatural ini? Seperti hubungan antara film dan foto, akankah sang dewa api raksasa terus hidup kembali jika kekuatan supernatural lain yang membuatnya hidup kembali dihancurkan?

Walaupun begitu, Kamijou tetap belum percaya sepenuhnya pada perkataan Index.

Kamijou tetap mengganggap sihir itu tidak nyata meskipun telah mengalami semua kejadian ini.

Mengingat tangan kanannya telah disegel oleh Innocentius, Kamijou terjebak dan tidak bisa bergerak sedikit pun. Namu dia bisa tetap mencoba menguji perkataan Index. Dalam keadaan Index yang seperti ini, tidak mungkin Kamijou meminta bantuan darinya.

“Abu menjadi abu… “

Kamijou terbelalak. Dari balik dewa api raksasa, Stiyl membuat pedang api dengan tangan kanannya.

“Debu menjadi debu… “

Sebuah pedang api berwarna biru keputihan muncul di tangan kirinya; tidak ada suara yang dibuatnya.

“… Squeamish Bloody Rood!”

Dengan teriakan yang penuh semangat, dua pedang api diayunkan secara horizontal ke arah sang dewa api raksasa dari kanan dan kiri seperti sebuah gunting. Kamijou, yang tangan kanannya disegel oleh Innocentius, tidak bisa menahannya.

Sial… sial… Harus kabur dulu—!

Kamijou Touma bahkan tidak diberi kesempatan untuk berteriak.

Dua pedang api mengenai dewa api raksasa, dan, seperti bom raksasa yang sudah disulut, sebuah ledakan besar terjadi.

Part 7[edit]

Ketika api dan asap lenyap, keadaan sekeliling terlihat seperti neraka.

Pagar besi melumer layaknya permen, bahkan ubin di lantainya telah meleleh menjadi sesuatu seperti lem. Cat pada dinding terkelupas hingga semennya terlihat.

Si bocah tak terlihat di mana pun.

Biar begitu, Stiyl mendengar langkah kaki seseorang yang berlari sepanjang tangga turun koridor.

"...Innocentius," bisiknya dan api yang menjalar di sekitar kembali ke bentuk manusia, pergi menuju tangga, dan mengikuti langkah kaki.

Stiyl terlihat takjub. Tak ada yang sehebat itu bisa terjadi. Sesaat sebelum ledakan, ketika Stiyl mengayunkan dua pedang apinya hingga menembus dewa api raksasa, Kamijou telah kabur dengan tangan kanannya dan melompati tangga.

Saat dia jatuh, ia menggenggam tangga satu lantai di bawahnya dan menarik dirinya sendiri ke koridor. Dia menariknya dengan keberanian murni, ya .. itu terbilang nekat

"Tapi..."

Stiyl tersenyum lembut. Kamijou kini tahu kelemahan rune berkat pengetahuan dari 103,000 grimoir milik Index. Seperti yang dia bilang, sihir rune yang Stiyl gunakan telah diaktifkan oleh ukiran itu. Bisa juga diartikan bahwa dengan menghapus ukiran itu akan meniadakan bahkan sihir yang terhebat sekalipun.

"Jadi apa?" Ekspresi Stiyl nampak tidak cemas. "Kau tak akan bisa melakukannya. Mustahil bagimu untuk menghapus seluruh rune yang diukir di gedung ini."

"A..Aku kira, aku benar-benar akan mati tadi!!"

Setelah melompat ke pagar lantai 7 dengan nekat, jantung Kamijou masih berdebar dalam dadanya.

Saat ia berlari menyusuri koridor, dia melihat sekitar. Dia belum benar-benar percaya pada apa yang Index katakan. Dia hanya mencoba untuk menjauh dari Innocentius agar dia bisa mendapat beberapa waktu untuk mempersiapkan dirinya.

"Sialan! Apa apaan ini!?"

Sulit bagi Kamijou untuk tidak berteriak ketika dia melihat apa yang ada di hadapannya.

Dia tidak perlu bertanya-tanya di mana rune itu terukir pada gedung asrama. Faktanya, dia telah menemukan mereka. Mereka ada di lantai, di pintu, dan di tabung pemadam api. Secarik kertas sekitar ukuran kartu telepon tersangkut di seluruh gedung seperti Hoichi si Tanpa Telinga.

Berdasarkan saran Index (dia sebenarnya tidak suka harus mengingat wajah Index yang mirip boneka saat memberinya saran), dia menduga bahwa sihir itu seperti sinyal pemblokir yang kemudian disebut sebagai barrier dan rune seperti antena yang mengirimkan sinyal. Tapi bisakah dia menyobek satu per satu dari puluhan ribu "antena"?.

Dengan deruan oksigen yang terhisap, sebuah api berbentuk manusia jatuh ke sisi berlawanan dari pagar besi.

"Sial!!"

Jika dia tertangkap lagi, dia tidak akan bisa menyobek kertas-kertas itu. Kamijou cepat-cepat melesat ke tangga darurat di sisinya. Saat melompat lebih jauh ke bawah, dia bisa melihat carikan kertas ditempel di pojokan tangga dan atap dengan simbol aneh tertulis di sana. Simbol itu pasti adalah rune.

Mereka jelas-jelas telah diproduksi masal dengan mesin fotokopi.

Kamijou hampir meneriakkan "Bagaimana sebuah salinan sampah seperti itu bisa berkerja!?" tapi ia ingat bahwa lampiran di manga shoujo bisa digunakan untuk ramalan tarot dan bahkan kitab diproduksi masal di toko percetakan.

(Tau kan... hal gaib itu gak wajar)

Dia merasa ingin menangis. Puluhan ribu "ukiran rune" itu agaknya tertempel di seluruh gedung. Bisakah dia menemukannya satu per satu? Saat ini pun, Stiyl masih terus menempelkan kertas kopian di gedung.

Seakan-akan ingin memutuskan rangkaian pikirannya, Innocentius melompat dari tangga di atas.

"Sial!"

Kamijou menyerah untuk melanjutkan menuruni anak tangga dan berlari menuju koridor di samping. Ketika dewa api raksasa mendarat di lantai, api menyebar di sekitar dan mengisi koridor bahkan saat api itu memantul karena menghantam lantai.

Koridor itu lurus, dan Kamijou tak mungkin lolos dari Innocentius jika hanya mengandalkan kecepatan.

"...!"

Kamijou melihat jalan masuk menuju tangga darurat. Berdasarkan papan penunjuk, dia berada di lantai kedua.

Dengan auman, Innocentius menerjang maju untuk menangkap tangan kanan Kamijou.

"Uu-uwah!!"

Bukannya menggunakan tangan kanannya atau berlari spanjang koridor, Kamijou malah memilih melompati tangga lantai kedua.

Setelah Kamijou melompat, dia baru sadar bahwa di bawah adalah aspal dan ada beberapa sepeda yang berhenti di sana.

"Waaaaaaaahhhhhhhhh!!!"

Dia berhasil mendarat di antara dua sepada, tapi tetap saja dia masih mendarat di aspal yang keras. Dia mencoba untuk menekuk lututnya untuk meredam jatuhnya, tapi dia mendengar suara yang tak enak dari pergelangan kakinya. Dia hanya melompat dari lantai dua, sehingga kakainya tidak ada yang patah. Namun, tampaknya dia melukai kedua pergelangan kakinya.

Dia mendengar deruan api yang menghisap oksigen datang dari atas.

"!?"

Kamijou bergegas berdiri, sambil menendangi sepeda, namun pengejarnya tidak juga turun.

"?"

Kamijou melihat ke atas dengan muka heran.

Masih membuat suara raungan, Innocentius bergelantungan di tangga lantai kedua dan memerhatikan Kamijou yang ada di bawah. Seperti ada tembok tak terlihat yang menahannya untuk mengikuti Kamijou.

Rupanya, rune itu hanya diletakan di gedung asrama. Kamijou berhasil untuk kabur dari api Stiyl dengan meninggalkan gedung.

Melihat hal tersebut, sepertinya dia kini tahu sedikit tentang sistem tak terlihat dari sihir. Dia tidak sedang melawan musuh tak masuk akal seperti penyihir di RPG yang bisa melakukan apa pun dengan merapalkan mantra. Malah, lawannya bertindak berdasarkan peraturan yang sama dengan PSY yang Kamijou tahu.

Dia menghela napas.

Setelah nyawanya terbebas dari segala ancaman, Kamijou merasa lemas. Dia duduk di tanah tanpa pikir panjang. Dia sama sekali tidak takut. Malahan, dia diserang oleh perasaan lain yang lebih seperti kelelahan. Dia mulai berpikiran jika dia bisa kabur dari bahaya hanya dengan melarikan diri saja.

"Aku tahu, polisi" oceh Kamijou.

Mengapa ia tidak memikirkan itu sebelumnya? Polisi Academy City bisa dibilang unit spesial anti-esper. Kamijou bisa saja melaporkannya kepada mereka daripada harus membahayakan hidupnya sndiri.

Kamijou mengecek saku celananya, tapi telepon genggamnya telah diremukkan oleh kakinya sendiri pagi itu.

Kamijou memerhatikan jalan. Dia mencari telepon umum.

Dia tidak melakukan itu untuk melarikan diri.

"...Maksudmu jika aku akan turun ke neraka, kamu akan menemaniku?"

Dan kata itu masih menancap di dadanya.

Dia sama sekali tidak melakukan sesuatu yang salah. Dia sama sekali tidak melakukan sesuatu yang salah. Tapi...

Dalam situasi yang sama, Index kembali untuk Kamijou Touma. Kamijou hanya tak bisa memercayai dia telah mengalami kejadian berbahaya bersama orang asing yang baru dia kenal tak lebih dari setengah jam itu.

"Sialan. Itu benar. Jika aku tidak ingin mengikutimu ke dasar neraka," Kamijou tersenyum, "aku hanya perlu membawa mu keluar dari sana."

Dia merasa sudah saatnya dia mengerti.

Dia tidak tahu bagaimana sihir bekerja, tapi dia tidak perlu tahu apa yang terjadi di tempat yang tidak bisa dia lihat. Dia bisa mengirim email tanpa perlu diagram sirkuit pada HPnya.

"...Haaah. Setelah mengerti hal itu, ternyata sihir cuma biasa-biasa saja."

Dia tahu harus berbuat apa, jadi sekarang dia hanya cukup mencobanya.

Bahkan bila dia gagal, itu masih lebih baik daripada tidak melakukan apa-apa.

Sebuah pagar besi membengkok lalu patah. Patahan yang berkilau jingga itu jatuh ke bawah. Kamijou dengan segera berguling menjauh.

Dia mungkin sudah sadar, tapi dia masih harus melakukan sesuatu pada Innocentius itu sebelum bisa menyelamatkan Index. Masalah sebenarnya terletak pada puluhan ribu rune itu. Bisakah dia menyobek semua kertas yang tertempel di gedung?

"Kau tahu, aku kaget alarm kebakaran tidak berbunyi setelah semua apa yang terjadi."

Dia mengatakan itu tanpa pikir panjang, tapi Kamijou Touma membatu saat dia mengucapkannya.

Alarm kebakaran?


Alarm kebakaran yang terpasang di sekeliling gedung tiba-tiba berbunyi pada saat yang bersamaan.

"!?"

Di tengah-tengah deruan suara bagaikan badai yang terdengar sekeras serangan bom, Stiyl melihat langit-langit.

Tiba-tiba, sprinkler yang terpasang di langit-langit menyemprotkan air laksana badai hujan buatan. Karena merasa pemadam kebakaran akan terlalu merepotkan jika sampai datang, Stiyl telah menuliskan perintahnya kepada Innocentius agar ia tidak menyentuh sensor keamanan. Itu berarti Kamijou Touma-lah yang menekan tombol alarm kebakaran.

Apakah dia pikir dengan begitu dia dapat mematikan api Innocentius?

Pemikiran seperti itu sangat konyol, tapi si penyihir yang basah kuyup hanya karena alasan tak masuk akal seperti merasa sangat marah dan jengkel hingga rasanya pembuluh darah di dalam kepalanya akan pecah.

Stiyl memerhatikan alarm kebakaran merah pada dinding dengan jengkel.

Sebenarnya mudah untuk mematikan alarmnya, tapi dia tidak bisa menghentikannya sendiri. Karena sekarang sedang liburan musim panas, sebagian besar penghuni asrama tidak ada di tempat, tapi akan sangat merepotkan bila pemadam kebakaran sampai datang.

"...Hm."

Stiyl memeriksa sekitar dan lalu dengan cepat membawa Index dan pergi. Tujuannya adalah membawa kembali Index, jadi tak ada alasan dia sampai harus terlihat sebagai pembunuh Kamijou. Dengan waktu yang tersisa sebelum pemadam kebakaran datang, dia bisa meninggalkan Innocentius dalam mode pengejaran otomatis dan bocah itu akan mendapatkan pelukan api nyaman yang akan membuatnya menjadi arang atau abu.

(Ini tidak berarti elevator terhenti, 'kan?)

Dia mendengar bahwa elevator dibuat berhenti bila dalam keadaan darurat. Jika benar, itu akan membuat Stiyl frustasi. Dia sekarang berada di lantai 7. Walaupun Index adalah seorang gadis, menggendong orang pingsan turun lewat tangga akan sanggat melelahkan.

Itulah kenapa dia lega saat mendengar bunyi ding seperti microwave yang datang dari belakang.

Lalu dia menyadarinya.

Siapa itu? Siapa yang berada dalam elevator?

Ini adalah malam libur musim panas dan dia sudah mengecek untuk meyakinkan bahwa semua siswa telah meninggalkan asrama, sehingga gedung telah sepi. Lalu siapa itu dan mengapa mereka memerlukan elevator?

Pintu elevator berdering saat terbuka. Sebuah langkah kaki di lantai yang basah karena siraman air dari sprinkler bergema di sepanjang lorong.

Stiyl memutar tubuhnya perlahan.

Dia sama tidak tahu kenapa badannya gemetaran.

Kamijou Touma berdiri di sana.

(Apa? Apa yang terjadi pada Innocentius?)

Pikirannya berputar-putar dengan kacau di kepala Stiyl. Innocentius bisa diibaratkan rudal pengejar pada pesawat tempur. Setelah sasarannya terkunci, takkan ada yang bisa menghindarinya. Tak peduli kau lari atau sembunyi, ia akan menggunakan api 3000 derajat celsius-nya untuk melelehkan semua dinding maupun rintangan, wala penghalangnya terbuat dari baja sekalipun, dan akan terus mengejarmu. Seharusnya takkan bisa lolos hanya dengan sekadar berlari di sekitar gedung.

Tapi ternyata Kamijou Touma berdiri di sana.

Dia berdiri di sana tak terpengaruh, tak terhentikan, tak terbantahkan, dan yang paling penting, seorang musuh alami yang tanpa keraguan.

"Jika dipikir, rune seharusnya terukir di dinding atau di lantai, 'kan?" kata Kamijou saat hujan buatan yang dingin menghujaninya. "Sungguh, kau itu benar-benar hebat. Sejujurnya, aku tak akan menang jika kau mengukirnya dengan sebuah pisau. Silakan menyombongkan diri kalau mau."

Saatnya dia berbicara, Kamijou Touma mengangkat tangan kanannya dan menunjuk ke atas kepalanya.

Dia menunjuk ke langit-langit. Ke sprinkler.

"....Tidak Mungkin! Api bersuhu 3000 derajat tak akan bisa dipadamkan dengan itu!"

"Jangan bodoh. Bukan apinya. Bagaimana kau menempelkan benda itu segala tempat di gedung ini?"

Stiyl lalu mengingat kembali puluhan ribu kertas rune yang ia pasang di asrama.

Kertas lemah pada air. Bahkan anak TK pun tahu itu.

Dengan menyemprotkan air ke seluruh gedung dengan sprinkler, tidak masalah jika ada puluhan ribu rune di sana. Dia tidak perlu berlari mengelilingi gedung. Bahkan, dia bisa menekan satu tombol dan menghancurkan semua carikan kertas.

Otot muka si penyihir pun kejang.

"Innocentius!"

Sekejap setalah dia meneriakkan itu, pintu elevator di belakang Kamijou meleleh seperti permen dan si dewa api raksasa merayap sepanjang koridor.

Tiap kali tetesan air jatuh ke badan apinya, tetesan-tetesan itu menguap dengan suara dengusan buas.

"Ha Ha Ha. Ah ha ha ha ha ha! Hebat! Kau punya indra bertarung seorang genius! Tapi kau kurang pengalaman. Kertas kopian tidak sama dengan kertas toilet. Hanya karena sedikit basah, kertas-kertas itu tidak akan benar-benar terlarut!" Si penyihir melebarkan tangannya ketika tawa meledak dari mulutnya lalu dia berteriak, "Bunuh dia!"

Innocentius mengayunkan tangannya seperti sebuah palu.

"Menyingkirlah."

Kamijou Touma membuat satu pernyataan. Dia bahkan tidak memutar badannya.

Tangan kanan Kamijou menyentuh si dewa api raksasa dengan punggung tangannya dan dewa api itu akhirnya meledak ke seluruh penjuru dengan suara yang menyedihkan.

"Apa!?"

Jantung Stiyl Magnus berhenti sekejap saking terkejutnya.

Setelah meledak, Innocentius tidak hidup kembali. Potongan daging seperti oli bekas terpercik ke seluruh tempat dan yang bisa mereka lakukan hanya sedikit menggeliat.

"Ti...dak....mungkin...bagaimana....bisa! Rune-ku belum hancur!"

"Bagaimana dengan tintanya?" Kelihatannya perlu 5 tahun untuk suara Kamijou Touma sampai ke telinga Stiyl. "Bahkan bila kertas kopian belum hancur, air akan membuat tinta luntur," kata Kamijou, "walaupun tampaknya belum semuanya luntur."

Bagian yang menggeliat dari Innocentius hilang menjadi udara seiring dengan guyuran hujan buatan dari sprinkler. Seolah-olah tinta pada kertas kopian yang ditempel di gedung satu per satu luntur karena siraman air, mengakibatkan Innocentius kehilangan kekuatan sedikit demi sedikit.

Potongan daging menghilang satu per satu hingga akhirnya yang terakhir lebur dan menghilang.

"Innocentius...Innocentius!"

Kata-kata si penyihir itu seperti orang yang meneriaki gagang telepon setelah teleponnya diputus.

"Lalu sekarang."

Kamijou Touma menggambil langkah maju menuju Stiyl Magnus.

"Inno...centius...," kata si penyihir... namun tak ada yang menjawab.

Kamijou Touma menggambil langkah maju lagi menuju Stiyl Magnus.

"Innocentius...Innocentius, Innocentius!" teriak si penyihir.... namun tetap saja tidak ada yang muncul.

Kamijou Touma akhirnya mulai menerjang maju menuju Stiyl Magnus seperti peluru.

"A-abu untuk abu, debu untuk debu, Squeamish Bloody Rood" Si penyihir akhirnya berteriak, tapi bahkan tidak ada pedang api muncul, apalagi dari dewa api raksasa.

Kamijou Touma mulai mendekati Stiyl Magnus dan semakin mendekat.

Dia mengepalkan tinjunya.

Dia mengepalkan tangan kanannya yang benar-benar normal. Dia mengepalkan tangan kanannya yang tak akan berguna kecuali dia gunakan itu pada suatu macam kekuatan supernatural. Dia mengepalkan tangan kanannya yang tidak mampu mengalahkan bahkan seorang berandalan, tidak bisa meningkatkan nilai tesnya, dan juga tidak bisa membantunya menggoda cewek.

Tapi tangan kanannya bisa juga berguna.

Lagi pula, dia bisa menggunakannya untuk memukul bajingan yang berdiri di hadapannya.

Tinju Kamijou Touma mendarat di muka si penyihir.

Badan si penyihir berputar seperti baling-baling bambu dan belakang kepalanya membentur pagar besi.


Catatan[edit]

  1. Suster yang dimaksud adalah suster gereja dan dalam bahasa Inggris Suster=Sister= adik perempuan
  2. otaku adalah maniak anime/manga Jepang
  3. Suit Jepang, kertas-batu-gunting
  4. Indeks ini maksudnya adalah suatu indeks buku, bukan namanya sediri
  5. Neverland di sini mengacu pada pulau fiksi dalam cerita Peter Pan karya J. M. Barrie.
  6. Orang yang suka mengurung diri di kamarnya
  7. (魔神 Majin, lit. "Magic God") Kanji pertama bisa berarti sihir atau iblis
Previous Ilustrasi Return to Main Page Forward to Chapter 2