Toaru Majutsu no Index ~ Bahasa Indonesia:Volume14 Chapter2

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Chapter 2: Sebuah Pelatuk yang Menjadi Pukulan Penentu. Muzzle_of_a_Gun.[edit]

Part 1[edit]

Setelah berpisah dengan Mikoto, Kamijou pergi menuju mal dekat stasiun seperti yang direncanakannya sejak awal. Dia melihat bagian barang segar di basement tingkat satu dan memutuskan untuk membeli sayuran yang cukup untuk empat hari karena harganya yang murah hari itu.

(...Hm, bagian yang menjual makanan siap saji kelihatannya populer, sedangkan di bagian daging, sayuran, dan bahan-bahan lainnya tidak banyak orang.)

(Apa sudah semakin sedikit yang memasak sendiri sekarang ini?)

Kamijou memiringkan kepalanya bingung ketika memikirkan ini dan meninggalkan toko itu.

Dia melihat ke atas ke arah balon udara yang melayang di atas, memperlihatkan berita. Sama seperti sebelumnya, berita ini tentang protes-protes di Amerika...atau begitulah yang dia pikir. Berita kali ini sepertinya tentang Rusia. Semua berita yang ada adalah tentang protes-protes yang terjadi, jadi sulit untuk membedakan antara cerita lama dan yang baru.

“...”

Kamijou berhenti untuk berpikir sambil memegang kantung belanjaannya dengan kedua tangan.

Dia tidak bisa mengeluarkan apa yang Mikoto katakan padanya dari kepalanya.

Bukannya tidak ada sebab di balik demonstrasi-demonstrasi dan protes-protes di seluruh dunia; masalah ini terlalu besar dan terlalu banyak penyebabnya, dan karenanya tidak ada cara sederhana untuk menyelesaikannya.

Mikoto mungkin benci karena digunakan dalam insiden tanggal 30 September. Usaha mereka untuk mengembalikan kedamaian malah digunakan untuk membawa kekacauan yang benar-benar lain dari sebelumnya.

Kamijou juga ingin melakukan sesuatu tentang hal ini.

Vento dari Depan yang menyebabkan kekacauan itu memang memiliki alasan untuk melakukannya. Dan Kazakiri Hyouka yang berdiri di titik tengah antara Sains dan Sihir tidak menginginkan kekacauan itu. Yang sekarang melemparkan dunia ke dalam kekacauan adalah sekumpulan orang “dari luar”. Ini jelas salah.

Tapi...

(Apa yang bisa kulakukan...?)

Kamijou menggertakkan giginya sambil memandangi balon udara yang melayang di udara.

(Masalah ini harus diselesaikan. Yang ingin kulakukan sudah jelas, tapi apa yang bisa kulakukan?)

Dia bisa mengontak Tsuchimikado yang mengenal sisi bawah Academy City. Atau dia bisa mengontak Kanzaki dan yang lainnya di Gereja Anglikan. Tapi Kamijou bahkan tidak bisa membayangkan orang sehebat mereka bisa sepenuhnya menyelesaikan sebuah masalah yang sudah tumbuh begitu besar. Dia merasa bahwa bekerja di balik layar untuk mencegah masalahnya menjadi sebesar ini adalah cara mereka manangani mereka hal seperti ni.

(Yah, berdiri di sini tidak akan menyelesaikan apapun. Dan aku bahkan tidak tahu caranya mengontak Gereja Anglikan. Kurasa aku sebaiknya kembali ke asrama dan mengunjungi Tsuchimikado.)

(Dan aku perlu bicara padanya tentang kaburnya dia dari hukuman mencabut rumput.)

(Kurasa memiliki kontak dengan seorang agen seperti Tsuchimikado membuatku berada pada posisi yang lebih baik dari murid kebanyakan...)

Kamijou memaksakan pikirannya ke arah yang lebih positif dan mulai berjalan menyusuri jalan yang remang.

Mungkin karena pikiran yang berputar-putar di kepalanya, tapi kantung belanjaan di tangannya terasa lebih berat dari biasanya. Saat itu adalah waktu di mana semua orang mulai pulang jadi jalanan memang padat, tapi dia masih merasa seperti menabrak lebih banyak orang dibandingkan biasanya. Dia mulai berpikir menyiapkan makan malam dan menyiapkan bak mandi setelah dia sampai di asrama akan sangat menyusahkan dan mulai bertanya-tanya apakah ada resep mudah yang hanya perlu menggunakan microwave atau rice cooker dan melompati bagian paling sulit dalam memasak makan malam. Sepertinya Index akan menggigitnya karena tidak tahan menunggu dan melihatnya memasak makan malam dengan santai seperti biasanya.

Ketika memikirkan semua ini, dia bertabrakan dengan orang lain lagi.

Kali ini seorang wanita tua yang kelihatan seperti berumur 50 atau 60-an.

“Oh, maaf.”

“Tidak apa-apa.”

Wanita itu tersenyum anggun dan menundukkan kepalanya.

Punggungnya tidak bungkuk, tapi tingginya sekitar dua kali lebih kecil dari Kamijou bahkan ketika berdiri. Dia memakai pakaian yang cukup tebal untuk ukuran awal Oktober, dengan sebuah mantel yang terlipat di tangannya yang dilipat dan sebuah syal di lehernya. Kamijou mengasumsikan mungkin dia mudah kedinginan.

Wanita tua itu mengangkat kepalanya yang tadi ditundukkan dan mulai berbicara dengan nada tenang.

“Akulah yang harusnya minta maaf.”

“Tidak, tidak. Akulah yang menabrakmu.”

“Bukan, bukan. Bukan tentang itu.”

Kamijou baru saja akan menaikkan alisnya pada kalimat wanita tua itu ketika dia melanjutkan perkataannya.

“Aku perlu meminta maaf untuk masalah yang akan kusebabkan untukmu sekarang.”

Kamijou mendengar sebuah suara metalik.

Dia menurunkan pandangannya ke tempat suara itu berasal-daerah di depan perutnya.

Tangan wanita tua itu juga ada di sana. Tetapi kain tipis dari mantel yang terlipat di atasnya menyembunyikan area dari sikunya hingga tepat setelah pergelangan tangannya, jadi Kamijou tidak bisa melihat dengan jelas.

Yang dia tahu pasti hanyalah apa yang dirasakannya di perutnya.

Rasanya seperti ujung sebuah tongkat keras dan tubuh Kamijou sedikit menegang karena perasaan itu.

“Maafkan aku. Aku benar-benar minta maaf.”

Wanita tua itu mengatakan kata-kata tersebut dengan perlahan dan menundukkan kepalanya sekali lagi.

Part 2[edit]

Misaka Mikoto tiba-tiba berhenti.

(Nnn...)

Dia sepenuhnya lupa ketika bertemu idiot itu, tapi ada yang ingin dibicarakannya dengan Kamijou.

(...Ichihanaransai.)[1]

Dia ingin bicara padanya tentang event semacam festival budaya yang digelar di seluruh Academy City itu. Hari pembukaan festival tahun ini masih lebih dari sebulan jauhnya, tapi karena hasil buruk dari Daihaseisai[2] (hasil sebenarnya adalah campuran bagus dan jelek, tapi karena inilah dia mulai memikirkannya sejak sekarang), dia merasa bahwa dia harus segera mengambil tindakan untuk memastikan kesuksesan di Ichihanaransai.

(Setelah dipikir-pikir, hampir setengah dari tujuh hari Daihaseisai cuma masalah berturut-turut yang berkaitan dengan idiot itu. Kalau itu yang akan terjadi, aku harusnya mengekang kendalinya dari awal...)

Tentu saja, tindakan yang akan dilakukannya adalah membuat Kamijou berjanji untuk berkeliling di festival bersamanya.

(Kenapa harus berakhir seperti ini? ...Yah, kurasa aku bisa menanyakannya lewat telepon.)

Mikoto memutuskan untuk melakukan itu dan mengeluarkan ponselnya.

Dia mengambil paket pasangan[3] dengan Kamijou di ponselnya pada 30 September, jadi dia memiliki nomor Kamijou di ponselnya.

(Merencanakannya benar-benar menyusahkan, tapi kurasa sekarang cukup berguna.)

Tapi setelah dia menggerakkan kursor ke nomor Kamijou di daftar nomor, matanya terhenti pada tanda antena di layar.

Tidak ada sinyal.

“...!!”

Mikoto melihat sekelilingnya, tapi jalan tempat dia berdiri sebenarnya tidak begitu kecil, jadi dia berlari ke jalan yang lebih besar. Dia memperhatikan tanda antena di ujung layar dan ketika dia mendapat sinyal yang baik, dia menggerakkan kursornya kembali ke nomor Kamijou dan menekan tombol panggil.

Tetapi dia hanya mendapatkan pesan tanpa emosi yang mengatakan bahwa telepon yang ditujunya tidak dapat dihubungi.

Kali ini ponsel Kamijou yang tidak punya sinyal.

“Be-benda ini sulit digunakan... Apa gunanya sebuah ponsel kalau kau tidak bisa menggunakannya untuk menelepon orang lain ketika dibutuhkan!?”

Mikoto menyimpan ponselnya dengan ekspresi kesal di wajahnya, melihat sekeliling, lalu berlari untuk mencari Kamijou.

Belum begitu lama sejak mereka berpisah.

Pasti dia masih berjalan di sekitar daerah ini.


Part 3[edit]

Kamijou dan si wanita tua berjalan bersamping-sampingan menyusuri jalan.

Ada banyak orang di sekitar mereka, tapi tidak ada yang melihat mereka lebih dari sekali. Mereka kelihatan tidak lebih dari seorang siswa SMA yang membawa kantung belanjaan dan seorang wanita tua dengan mantel di atas tangannya. Apa ada yang terlihat lebih tidak berbahaya dari itu?

Kamijou melirik ke samping ke wanita itu tanpa memutar kepalanya, dan wanita itu tersenyum yang kelihatan tidak cocok dengan situasi yang ada.

“Kau tidak perlu segugup itu.”

Dia menyuruh Kamijou untuk mematikan ponselnya dan memberikan sedikit instruksi seperti ke mana Kamijou harus berjalan. Kamijou tidak bisa menolak karena benda yang disembunyikan oleh mantelnya. Dia tidak tahu benda apa sebenarnya itu, tapi dia tahu dia tidak bisa menurunkan kewaspadaannya.

Dia berpikir bahwa dia mungkin bisa membalikkan situasi ini jika dia menunggu kesempatan yang datang dan menyerang wanita itu.

(Tapi aku tidak tahu apa yang dipegangnya... Kalau aku mengambil tindakan yang salah, semuanya bisa berubah dari buruk menjadi lebih buruk.)

Sementara Kamijou memikirkan semua ini, wanita itu berbicara dengan pelan.

“Cukup bersikap seperti biasa. Aku tidak bilang bahwa kau tidak boleh bergerak sama sekali.”

“Yeah, ...Kau bilang begitu, tapi apa yang ada di balik mantel itu?”

“Hatsyuu!”

“Hati-hati!!”

Si wanita tiba-tiba bersin dan Kamijou berteriak tanpa berpikir.

Siswa-siswa lain di daerah itu melihat Kamijou dengan pandangan aneh, tapi pandangan mereka segera pindah ke arah lain.

“Sudah kubilang, kau tidak perlu khawatir. Apa yang begitu kautakutkan?”

“Yang paling utama adalah apapun itu yang ada di balik mantelmu hingga perlu disembunyikan!! Memangnya apa yang kau tekan ke sisi badanku!?”

“Oh, kau tidak perlu khawatir tentang itu. Benda itu tidak akan meletus hanya dengan bersin saja.”

“M-meletus? Jadi benda itu sama seperti yang kupikirkan!?”

“Dan suaranya juga cukup besar. Meskipun ada alat kecil di atasnya yang meredam suaranya.”

“Itu petunjuk yang cukup besar!!”

Perkataan itu membuat Kamijou gemetar ketakutan, tapi wanita tua itu sepertinya tidak peduli.

Ketika Kamijou dikawal, dia sadar bahwa mereka telah meninggalkan distrik perbelanjaan besar, berbelok ke jalan kecil, dan sekarang sedang menuju ke sebuah daerah dengan asrama siswa yang berjejer. Tapi daerah itu bukan daerah tempat asramanya berada. Dan asrama-asrama ini pasti tidak membolehkan hewan peliharaan karena Kamijou melihat beberapa siswi SD berkumpul di depan salah satu gedung dan memberikan kaleng makanan pada beberapa kucing liar.

Kemudian si wanita tua tiba-tiba berhenti.

“Kita sampai.”

“?”

Bahkan setelah mendengar itu, Kamijou tidak benar-benar mengerti apa yang terjadi.

Mereka telah sampai ke sebuah taman untuk anak-anak.

Tempat itu tidak kelihatan seperti daerah yang disisihkan khusus untuk menjadi taman, tapi lebih seperti dibuat hanya untuk mengisi lahan sisa dari proyek pembangunan. Mungkin karena jumlah standar perlengkapan taman bermain yang dipaksakan ke dalamnya, tapi taman itu terasa padat.

(Kenapa di sini???)

Sambil melihat tempat masuk ke taman yang sudah ditelantarkan itu, Kamijou memiringkan kepalanya ke samping dengan bingung.

Paling tidak dia tidak dibawa ke semacam “tempat khusus” seperti yang dia pikirkan setelah seseorang menodongkan sesuatu ke sisinya di jalan.

“Maafkan aku tentang semua ini. Sekarang mari masuk.”

Sambil mengatakan ini, wanita itu terus menodongkan apapun yang ada di balik mantelnya ke sisi tubuh Kamijou. Kamijou tidak punya pilihan lain selain melakukan apa yang disuruhnya, tapi tidak dapat membayangkan apa keuntungan yang didapat wanita itu dengan masuknya Kamijou ke dalam taman.

Mematuhi instrusi si wanita, Kamijou duduk di sampingnya di atas sebuah bangku di ujung taman.

Kamijou tadinya memperkirakan bahwa ada seseorang yang menunggu mereka di taman atau ada seseorang yang akan dating dan menemui mereka di sana, tapi rasanya bukan seperti itu.

Kamijou menunduk sedikit dan meletakkan kantung belanjaannya di tanah. Si wanita tidak menghentikannya. Jika Kamijou punya senjata di sepatunya, dia bisa melawan balik, tapi dia bukan tipe yang mempersenjatai dirinya sendiri seperti ninja.

Dia berpikir untuk melempar batu ke wanita itu, tapi menyadari bahwa jika dia tidak memiliki kesempatan pasti, yang berhasil dilakukannya hanyalah meningkatkan kewaspadaan wanita itu.

Dia memutuskan untuk menyerah untuk saat itu dan kembali duduk.

Lalu dia menanyakan wanita itu sebuah pertanyaan.

“Jadi? Apa yang kau coba mulai di sini?”

“Tidak, tidak. Bukan masalah besar seperti itu.”

Si wanita tua dengan “sesuatu yang besar” yang tersembunyi di balik mantel yang ditodongkan ke sisi tubuh Kamijou tersenyum ketika berbicara.

“Mari kita bicara.”

“Bicara?”

“Ya. Tentang kekacauan besar yang terjadi di seluruh dunia.”

Part 4[edit]

Dia tidak bisa menemukan si idiot itu.

“Aneh...”

Mikoto kembali ke jalan kecil tempatnya tadi berdiri dan memiringkan kepalanya kebingungan sambil terus mencari.

Dia tidak merasa bahwa sudah lama sejak mereka berpisah, tapi Kamijou tidak ada di depan stasiun di mana mereka sebelumnya bertemu, dan bahkan ketika dia mencari di jalan-jalan yang berbeda dari sana, dia tidak bisa menemukan Kamijou.

(Mungkin dia masuk ke salah satu toko di sini.)

(Atau mungkin dia naik kereta atau bus dan pergi.)

(...Sebenarnya di mana asrama si idiot itu? Aku bukan stalker, jadi aku tidak tahu ke mana aku harus pergi untuk bertemu dengannya.)

Karena dia selalu berjumpa dengan Kamijou di jalan, dia rasa asrama Kamijou tidak cukup jauh. Tapi ketika dia benar-benar memikirkannya, dia tidak tahu sedikit pun di mana Kamijou tinggal.

Mikoto melipat tangannya.

(Yah, bukannya aku harus bicara padanya tentang Ichihanaransai sekarang. Aku bisa pergi untuk hari ini.)

Tepat setelah dia memiliki pikiran gembira itu, dia melihat sebuah jalan kecil di ujung penglihatannya dan mulai merasa gugup.

(...Ku-kurasa aku bisa mencarinya sedikit lebih lama lagi.)

Dan dengan itu, dia mengeluarkan peta GPS di ponselnya untuk melihat apakah ada jalan yang belum dia periksa.

Tapi kemudian dia melihat wajah Shirai Kuroko di kerumunan orang yang sedang pulang ke rumah masing-masing.

Mikoto dengan cepat bersembunyi di balik salah satu gedung di dekatnya.

(H-hah? ...Kenapa aku sembunyi?)

Dia menanyakan itu pada dirinya sendiri karena entah kenapa dia punya firasat bahwa dia tidak boleh membiarkan adik kelas berkuncir dua itu melihatnya di sini. Shirai adalah seorang Teleporter, jadi akan sulit bagi Mikoto untuk kabur darinya dengan kedua kakinya jika ketahuan.

Shirai, seorang Level 4, sedang berjalan menyusuri jalan sambil berbicara dengan gadis di sampingnya.

Dari jumlah besar bunga buatan di kepalanya, gadis itu kemungkinan besar adalah Uiharu Kazari dari Judgment.

(...)

Dia merasa dua orang gadis itu sedang berjalan ke arahnya, jadi Mikoto bergerak dari balik gedung ke sebuah jalan kecil di sampingnya. Dia lalu berjalan terus lebih ke dalam lagi.

Dan kemudian dia menyadarinya...

(Hm? Aku tidak tahu jalan ini???)

Dia melihat sekelilingnya lagi, tapi dia tidak mengenali apapun yang ada di sana.

Dia pikir dia familier dengan hampir keseluruhan Distrik 7, tapi ini pertama kalinya dia ada di sini.

Tempat itu adalah area pemukiman biasa di Academy City. Tentu saja, sebagai sebuah area pemukiman Academy City, tempat itu tidak terdiri dari gedung-gedung apartemen atau rumah-rumah; tempat itu adalah sebuah blok berisi asrama-asrama siswa. Barisan gedung bertingkat 5 sampai 10 yang tidak cukup pantas untuk disebut gedung tinggi. Ada area sampah tepat di bawah sebuah kincir angin. Seseorang pasti menggunakan gerakan kincir angin itu untuk mengusir gagak dan merpati dari sana.

Karena di SMP Tokiwadai seluruh makanan disediakan oleh sekolah, wangi hidangan makan malam yang datang dari area itu terasa sangat enak bagi Mikoto.

“...Yah, ini tidak buruk. Aku akan mencari di sekitar sini, lalu cukup untuk hari ini.”

Dia memutuskannya begitu saja, lalu berjalan menyusuri area pemukiman itu.

Part 5[edit]

Kamijou memperhatikan wanita tua itu dengan curiga.

Hanya ada satu hal yang mungkin dia maksudkan dengan kekacauan yang menyebar ke seluruh dunia. Dan itu adalah protes-protes dan demonstrasi-demonstrasi skala besar yang dilakukan oleh pendukung Academy City dan pendukung Katolik Roma.

Tapi...

“...Apa maksudmu kita akan bicara tentang itu? Tidak ada apapun yang perlu kaudiskusikan denganku tentang hal itu.”

“Oh, tapi sebenarnya ada. Aku perlu pendapatmu tentang itu untuk menyelesaikan masalah yang terjadi.”

“Bukankah kau seharusnya meminta pendapat orang dari PBB atau presiden negara tertentu?”

“Organisasi-organisasi yang berisi negara biasanya lemah terhadap konflik agama dan ideologi.”

Wanita itu berbicara dengan nada yang mulus.

Kamijou tidak menyangkanya.

“Organisasi-organisasi yang biasanya disebut dengan negara punya catatan buruk dalam menyelesaikan masalah seperti ini. Banyak negara yang mengatakan bahwa mereka telah menyelesaikannya, tapi kebanyakan hanya membungkam masalah itu dengan kekuatan militer. Seringkali, ini hanya memperburuk situasi yang terjadi.”

Wanita itu terus berbicara di taman yang sudah ditelantarkan itu.

Ada banyak tipe orang intelek, tapi dia terlihat sangat mirip dengan seorang pengajar.

“Kekacauan yang sekarang terjadi di seluruh dunia ini cukup serius. Tidak hanya masalah ini tidak akan mudah diselesaikan, tapi juga akan menyebabkan masalah-masalah yang lebih buruk lagi. Jika tidak ditangani dengan tepat, ini bahkan akan berujung pada pemberontakan-pemberontakan yang akan melumpuhkan seluruh neagara. Protes dan demonstrasi yang terjadi tidak dihentikan dengan kekuatan militer untuk mencegah itu terjadi. Apa yang negara-negara di seluruh dunia sebenarnya inginkan adalah sebuah contoh cara menyelesaikan masalah sulit seperti ini untuk diikuti. Semua negara itu sedang menunggu negara lain untuk bergerak agar mereka bisa melihat apakah cara itu berhasil dan efek-efek apa yang dihasilkan tindakan itu.”

“...Sebenarnya kau ini siapa?”

Kamijou menanyakan pertanyaannya dengan hati-hati.

Wanita yang duduk di sampingnya tidak terlihat seperti seorang agen yang ahli dalam pertarungan atau pembunuhan seperti Tsuchimikado Motoharu atau Stiyl Magnus.

Caranya berbicara mengingatkan Kamijou pada seorang pengajar, tapi seorang guru biasa tidak akan menyembunyikan senjata di balik mantelnya hanya untuk mengontak Kamijou.

(...Dia kelihatan berbeda dari orang-orang yang pernah kutemui sebelumnya.)

Itulah yang sedang Kamijou pikirkan ketika dia mendengarkan jawaban dari wanita itu dengan waspada.

“Oyagune Monaka.”

Tapi dia hanya memberikan nama panjangnya pada Kamijou.

Dan dia meneruskannya dengan sesuatu yang bahkan lebih mengejutkan lagi.

“Aku adalah anggota Dewan Direktur Academy City. Ini harusnya cukup untuk memberitahumu apa yang perlu kau ketahui.”

“...Apa?”

Kamijou merespon tanpa berpikir.

Dewan Direktur adalah grup yang hanya terdiri dari 12 orang yang mengelola seluruh Academy City. Grup itu pada dasarnya adalah institusi tertinggi di kota itu. Dia pernah mendengar bahwa ada seorang “Pengawas Umum” yang bahkan berada di atas mereka, tapi keistimewaan Dewan Direktur itu benar-benar di luar norma.

Tapi pada saat yang sama...

(...Apa dia benar-benar seperti apa yang dikatakannya?)

Salah satu dari 12 anggota Dewan Direktur Academy City harusnya memiliki penjaga pribadi atau bisa mengontrol Anti-Skill sepenuhnya hanya dengan sebuah perintah. Dia datang sendiri untuk mengontak Kamijou itu aneh. Dan ditambah lagi dengan membawa senjata. Dan juga, sebuah taman kecil untuk anak-anak tidak memiliki skala seperti yang kaupikirkan untuk pertemuan seperti ini.

Sementara Kamijou meragukan perkataannya, wanita yang menyebut dirinya sendiri Oyafune Monaka hanya tersenyum.

“Kau tidak memercayaiku?”

“Oh, umm. Aku cuma sedang berpikir kalau syalmu terlihat terlalu pendek. Kupikir seorang anggota Dewan Direktur harusnya memakai syal yang lebih bagus dari itu.”

Kamijou hanya mengeluarkan perkataan itu dalam kebingungannya, tapi sepertinya ini membuat Oyafune terkejut. Dia tiba-tiba memindahkan satu tangannya ke lehernya dan menyentuh syal miliknya.

“I-ini buatan tangan dari putriku untukku. Aku tidak akan membiarkanmu mengatakan hal jelek tentangnya.”

“O-oh, aku mengerti.”

Kamijou mengangguk canggung, tapi kemudian sesuatu terlintas di pikirannya.

“Tunggu dulu. Putrimu sekarang pasti sudah dewasa. Tapi kalau begitu, tingkat kemampuan seperti itu... Oke, oke!! Aku tidak akan membicarakannya lagi! Kita bisa bicara tentang hal lain, jadi berhenti menggoyangkan apapun yang ada di mantelmu itu!!”

Dia memutuskan untuk berhenti memprovokasinya tanpa tujuan setelah itu.

(Oyafune Monaka. Dewan Direktur.)

Kamijou mengambil kesimpulan bahwa dua informasi itu mungkin tidak benar.

(Tapi dia mungkin mendekatiku dengan nama palsu untuk memberiku beberapa informasi asli. Aku tidak suka digunakan oleh orang lain, tapi selama aku bisa memilih dan memutuskan bagaimana aku melakukan apa yang mereka inginkan, kurasa aku bisa menerimanya.)

“...Jadi apa sebenarnya yang ingin kaubicarakan?”

Kamijou langsung menuju masalah utama dan Oyafune mengangguk senang.

“Sebuah masalah besar sedang terjadi di dunia. Masalah itu adalah sejenis kekacauan yang muncul dalam bentuk demonstrasi dan protes-protes.”

“Aku juga tahu itu.”

“Aku ingin memintamu untuk menyelesaikan masalah itu.”

“Bagaimana?”

Kamijou menurunkan alisnya karena perkataan wanita itu dan bicara.

“Kalau aku bisa menyelesaikannya sendiri, aku akan dengan senang hati melakukannya. Aku yakin ada banyak orang di seluruh dunia yang memikirkan hal yang sama, tapi itu tidak mengubah apapun. Belum ada sedikit pun yang diselesaikan. Kita semua tahu kalau masalah itu harus diselesaikan, tapi belum ada yang menyelesaikannya. Apa kau tahu kenapa?” Kamijou meneruskan tanpa menunggu respon dari Oyafune.

“Karena tidak ada ‘alasan’ atau ‘sebab’ sederhana di baliknya. Tidak ada yang bisa memecahkan soal yang tidak memiliki jawaban. Jadi meskipun orang-orang menginvestigasi masalah ini hanya untuk menunjukkannya pada orang lain, tidak ada yang melakukan apapun tentang masalah ini. Apa masalah ini bisa dipecahkan? Kau pasti tidak sedang menyuruhku untuk pergi keliling dunia dan membujuk setiap orang yang mengikuti protes dan demonstrasi untuk berhenti.”

“Omong-omong...”

Oyafune Monaka merespon tanpa sedikit pun tanda-tanda keraguan.

Sepertinya dia sudah memprediksi pertanyaan Kamijou.

“Bagaimana jika ada ‘alasan’ atau ‘sebab’ sederhana di baliknya?”

“Apa?”

“Itulah kenapa aku bicara dengamu. Aku menginginkan sesuatu yang kaumiliki yang tidak dimiliki oleh seorang pun di PBB dan diplomat negara mana pun.”

“Dan apa itu?”

“Tangan kananmu.”

“...”

Sesuatu yang hanya dimiliki oleh Kamijou Touma.

Dia menurunkan pandangannya ke tangan kanannya tanpa bermaksud melakukannya.

Imagine Breaker.

Pasti itulah yang dia maksud. Tangan itu memiliki kemampuan khusus untuk meniadakan segala jenis kekuatan supernatural, entah sihir maupun psikis. Tapi tangan itu tidak memilik efek apapun pada peristiwa-peristiwa biasa yang tidak memiliki unsur supernatural seperti demonstrasi dan protes.

Yang berarti...

“Maksudmu...itu yang sedang terjadi?”

“Benar.”

“Jadi ada suatu hal supernatural di balik semua kekacauan ini dan kalau aku menghancurkannya semua akan kembali menjadi normal? Ini bukan hasil dari apa yang terjadi pada 30 September; ini adalah suatu hal yang terus berlanjut sejak saat itu? Dan aku bisa menyelesaikan semua ini karenanya?”

“Tepat sekali.”

Oyafune hanya mengangguk.

“Omong-omong, Academy City bukanlah sumber dari kekacauan ini. Menurut Pengawas Umum, grup religius terbesar di dunia, Gereja Katolik Roma, juga memiliki sebuah institusi ilmiah pengembangan kemampuan psikis juga.”

“...?”

Kamijou baru saja akan menurunkan alisnya karena komentar Oyafune, tapi kemudian dia mengerti.

Itulah yang dikatakan Academy City pada dunia luas.

Bagi mereka, sihir itu tidak ada.   Identitas dari fenomena yang dikenal dengan “sihir” disebut secara ilmiah sebagai “kekuatan psikis”.

Topik pembicaraan mereka sampai ke sini, tapi jika Kamijou membenarkan pemikiran yang salah itu, semuanya hanya akan menjadi lebih rumit.

Oyafune melanjutkan bicaranya dari sudut pandang yang murni “ilmiah”.

“Tentu saja, kita di Academy City tidak memiliki keuntungan apapun yang bisa didapatkan dari kekacauan ini. Jadi orang yang berada di baliknya pasti adalah Katolik Roma.”

“Begitu...”

Kamijou mengangguk, tapi ketika dia sudah tenang, dia menyadari ada sesuatu yang menganggunya.

“Tapi tunggu dulu. Mereka juga tidak mendapat keuntungan dari kekacauan ini. Demonstrasi dan protes-protes itu terjadi di kehidupan sehari-hari anggota gereja mereka. Jadi anggota gereja merekalah yang paling menderita karena ini. Kau tidak mendapatkan apapun dengan membuat orang-orang di sisimu menderita.”

“Bagaimana jika mereka punya keuntungan yang didapatkan dari kekacauan ini?”

“...Apa?”

“Cukup sederhana.”

Oyafune berkata dengan lancar.

“Contohnya, jumlah resmi penganut ajaran Gereja Katolik Roma adalah sekitar 2 milyar. Itu adalah jumlah yang menakutkan. Bahkan jika kau menghitung semua penduduk Academy City dari yang paling muda hingga yang tertua, kita cuma punya 2.3 juta orang. Jika akhirnya pecah perang terbuka, kita tidak akan punya kesempatan hanya dari perbedaan itu saja. Bahkan meskipun kau memperhitungkan faktor-faktor lain, sulit dibayangkan untuk menang dengan perbedaan sebesar itu.”

“Apa tujuanmu mengatakan itu?”

“Oh, apa kau tidak merasa aneh?”

Oyafune menjawab pertanyaan Kamijou dengan pertanyaan miliknya sendiri.

“Gereja Katolik Roma bisa menghancurkan Academy City sekarang juga. Jadi kenapa mereka memilih untuk menyebabkan demonstrasi dan protes-protes di seluruh dunia? Kenapa mereka tidak memilih metode pasti untuk menghancurkan Academy City hanya dengan jumlah? Pastinya sebuah serangan yang terpusat akan lebih efektif dibandingkan mengacau secara terpisah di seluruh dunia. Cara ini rasanya terlalu tidak langsung, bukan? Jika mereka benar-benar bisa mengontrol 2 milyar orang, mereka harusnya langsung menyelesaikannya.”

“Maksudmu mereka...?”

“Maksudku begitu.”

Oyafune tersenyum.

Informasi yang mengatakan bahwa mereka bisa mengendalikan 2 milyar orang itu bohong. Kalau mereka bisa melakukan itu, mereka pasti sudah melakukannya sekarang. Mungkin memang benar bahwa ada 2 milyar orang di seluruh dunia yang memakai salib Gereja Katolik Roma, membawa-bawa Injil, dan pergi ke gereja tiap Minggu.”

“Tapi,” Oyafune Monaka menggerakkan bibirnya.

“Pertanyaannya sekarang menjadi berapa banya orang yang mau melakukan pembunuhan atas nama gereja. Dan mungkin memang ada beberapa yang mau. Dunia sekarang dipikirkan terbagi menjadi dua. Antara Academy City dan sebuah grup religius raksasa. Tapi...apakah itu benar? Apakah garis yang memisahkannya sejelas itu?”

“...”

“Orang-orang yang pergi ke gereja tiap Minggu menonton TV dan menggunakan ponsel. Atlet yang melatih tubuhnya dengan ilmu obat-obatan untuk olahraga mungkin berdoa pada Tuhan sebelum pertandingan besar. ...Begitulah dunia di luar Academy City. Garisnya cukup samar dan orang-orang membangun dunia mereka sendiri dari apa yang mereka percayai dengan menggunakan yang terbaik dari kedua dunia itu.”

“Sisi Sains dan sisi Sihir...saling menimpa...”

Oyafune terlihat bingung dan mengatakan “Sisi Sisir...?” karena apa yang digumamkan Kamijou.

Tapi kemudian dia melanjutkan.

“Ya. Mayoritas orang-orang di dunia berpikir seperti itu dan mayoritas biasanya menang. Mereka tersebar dengan tipis. Orang-orang merencanakan hidupnya di sekitar pinjaman dari bank yang dikelola oleh organisasi-organisasi yang terkait dengan Academy City dan di saat yang sama mereka menikah di gereja Katolik Roma. Orang-orang seperti itu yang mengambil keuntungan dari sains dan agama memenuhi bumi.”

“Jadi,” Kamijou mulai bicara.

Dia bisa merasakan tenggorokannya mulai mengering.

“Gereja Katolik Roma sedang berusaha memenangkan suara orang-orang yang mengambil keuntungan dari kedua sisi itu?”

“Tepat sekali. Mereka tidak ingin orang mengambil keuntungan dari kedua sisi. Mereka ingin penggunaan eksklusif dari tiap-tiap orang di dalam 2 milyar orang itu. Mereka ingin sebanyak mungkin sekutu yang bisa didapatkan. Jadi mereka telah memulai sesuatu. Dan sebagai hasilnya, mereka telah menggerakkan gerigi-gerigi yang memulai demonstrasi-demonstrasi ini.”

Oyafune telah menyebutnya sebagai “sesuatu”.

“Sesuatu” itu adalah kunci dari insiden ini.

“Tujuan mereka bukanlah memulai demonstrasi. Mereka menggunakan ‘kekacauan’ ini untuk menambah jumlah mereka dan menggunakan Academy City untuk memperkokoh fondasi mereka untuk menyerang dunia.”

Kata-kata Oyafune jelas berasal dari sisi Sains.

Kamijou tidak terlalu suka caranya bicara, tapi berdebat tentang itu tidak akan membantu sedikit pun.

“Academy City khususnya merasa khawatir karena tindakan yang telah diambil oleh Gereja Katolik Roma.”

“Apa kau benar-benar takut bahwa demonstrasi-demonstrasi ini akan membawa orang-orang ke sisi Katolik Roma?”

“Itu salah satunya,” balas Oyafune.

“Tapi meskipun itu tidak terjadi, demonstrasi-demonstrasi ini bisa berujung pada perkembangan lain. Kami sekarang sedang bersiap untuk satu hal yang kami sebut dengan ‘pengeboman ekonomi’.”

“Pengeboman…ekonomi?”

“Jika terus berlanjut sampai waktu yang lama, kekacauan ini bisa memberi dampak negative pada ekonomi. Dan itu bisa menjadi pelatuk sebuah kepanikan global. Bahkan meskipun Gereja Katolik Roma tidak tumbuh karenanya, ini bisa mengoyak-ngoyak Academy City.”

Pembicaraan tentang ekonomi dan kepanikan bukanlah suatu hal yang berarti banyak bagi seorang siswa SMA seperti Kamijou.

Dia menanyakan sebuah pertanyaan pada Oyafune yang duduk di sebelahnya.

“…Apa negara-negara modern bisa dihancurkan semudah itu? Negara-negara itu sampai sekarang belum menunjukkan tanda-tanda terpengaruh oleh kekacauan ini. Dan aku tidak begitu tahu tentang uang atau ekonomi di tingkat nasional, tapi aku tidak bisa percaya sebuah pasukan besar hancur karena suatu hal seperti ekonomi.”

“Perwakilan dan simbol dunia ilmiah di luar Academy City sebagian besar adalah kekuatan militer besar dunia. Tapi negara-negara itu khususnya lemah pada ekonomi.”

Oyafune dengan perlahan menjawab pertanyaan Kamijou.

“Menjaga kekuatan militer memerlukan jumlah dana yang sangat besar. Dan di saat terjadinya kekacauan glopbal, persediaan untuk dana tersebut terbatas. Dan tak peduli seberapa turunnya pendapatan negara, jumlah yang harus dikeluarkan untuk menjaga kekuatan militer selalu berjumlah sama. Jadi yang akan paling menderita ketika terjadi kepanikan ekonomi adalah kekuatan militer mayor dunia. Semakin besar militernya, semakin parah mereka hancur.”

Kamijou tidak bisa memercayainya.

Beberapa kekuatan militer besar dunia terpikir olehnya, tapi dia tidak bisa membayangkan satu pun dari mereka terkena pengaruh besar oleh kejadian ini.

“Tapi negara-negara dengan militer yang besar itu menyimpan cadangan minyak dan amunisi, ‘kan? Apa mereka tidak bisa bertahan selama beberapa tahun dengan mengandalkan itu?”

“Ha ha. Perang tidak dimulai ketika cadangan darurat habis. Ketika itu terjadi, mereka tidak lagi bisa melawan. Ketika kelihatannya cadangan darurat itu pasti akan habis, mereka menarik pelatuknya. Dan kurasa sebuah kekuatan besar yang menarik pelatuk cukup untuk mengoyak dunia ilmiah yang pusatnya diduduki oleh Academy City.”

Pernyataan penuh keputusan dari Oyafune membuat Kamijou terdiam.

Dia pasti punya perhitungan di dalam kepalanya yang mendukung pendapatnya.

“Aku tidak tahu apakah ini terkait dengan alur kejadian yang mungkin terjadi itu, tapi Academy City sedang berusaha mati-matian mengumpulkan dana untuk perang.” Oyafune melanjutkan bicaranya.

“Kami mungkin sedang mencoba untuk mengalahkan perbedaan jumlah itu dengan perlengkapan terbaru dan persenjataan tanpa awak. Atau mungkin ada alasan lain. Kami melakukannya dengan membuat senjata yang relatif tidak signifikan yang untuk membuatnya tidak memerlukan teknologi yang begitu canggih, dan menjualnya dengan harga tinggi sebagai senjata termutakhir yang dibuat oleh Academy City. Dan kami melakukan semua itu dengan alas an merendahkan kelas senjata yang dipertunjukkan dalam ekshibisi dan untuk menunjukkan bahwa barang-barang itu diproduksi secara massal.”

“…”

“Sementara itu, Gereja Katolik Roma juga mengumpulkan dana untuk perang dalam bentuk ‘persembahan’ dari penganut ajaran gereja. Mereka melakukan itu dengan alasan bahwa dana itu akan dipakai untuk membantu mengembalikan dunia ke dalam kedamaian dari kekacauan sekarang ini. Orang-orang yang melakukan pengumpulan dananya sebenarnya tidak punya rencana nyata untuk dana itu, tapi atasan mereka dengan jelas mengatakan bahwa dana itu akan digunakan untuk membawa kedamaian.”

Semakin besar kekacauan ini tummbuh, semakin banyak “dana” yang akan mereka terima.

Gereja Katolik Roma adalah sebuah denominasi raksasa yang terdiri dari 2 milyar penganut. Jika setiap anggota memberikan satu yen saja, mereka akan memiliki 2 milyar yen. Tentu saja, mereka tidak diharuskan untuk memberi, jadi banyak dari mereka yang tidak akan memberikan uangnya. Tapi sepertinya ada tradisi di antara orang kaya di mana semakin banyak yang diberikan seseorang, semakin tinggi status yang mereka dapatkan, jadi sepertinya mereka bisa dengan mudah mendapatkan lebih dari 2 milyar yen.

“Sepertinya indulgensi telah kembali dalam bentuk lain.”

Kamijou tidak begitu mengerti apa yang dikatakan Oyafune.

(Apa “indulgensi” itu semacam istilah sejarah?)

“Tidak termasuk orang-orang yang benar-benar taat, kebanyakan akan memilih sains dibandingkan agama mereka jika mereka harus memilih yang mana yang lebih menguntungkan. Orang-orang mengatakan bahwa surga itu ada, tapi kau tidak pernah mendengar mereka mengatakan karenanya mereka tidak peduli jika mereka mati. Sains itu praktis dan juga begitu mudah dimengerti. Kemudahan untuk mengertinyalah alasan yang membuat begitu banyak orang mendekati sains. Tapi beberapa orang tidak suka ini. Orang-orang itu telah menggunakan semacam trik. Dan trik itu memiliki efek pada cara kerja gerigi-gerigi dalam pikiran manusia. Inilah yang menyebabkan kekacauan besar yang sedang kita lihat. Begitulah aku melihat situasi ini.”

“…”

Tapi apa memang benar begitu?

Sebagai contoh, apakah begitu sulitnya berpikir bahwa Academy City yang berada di balik masalah ini, bukan Gereja Katolik Roma? Academy City dengan 2.3 juta penduduknya harus melawan Gereja Katolik Roma dengan 2 milyar penganutnya. Jadi mungkin saja mereka menyebabkan kekacauan ini di dalam Gereja Katolik Roma untuk mengikis jumlah mereka sebanyak mungkin. Apa begitu sulitnya berpikir bahwa hal ini mungkin terjadi?

(…Ini rumit.)

Memang benar bahwa Gereja Katolik Roma berada di pusat demonstrasi dan protes yang terjadi, tapi potensi perang mereka tidak tersebar tipis seperti yang dikatakan Oyafune Monaka. Dia berpikir seperti itu hanya karena dia tidak mengerti sisi sihir dari gereja. Kamijou tidak bisa membayangkan pemain besar dari Gereja Katolik Roma seperti Agnese Sanctis atau Biagio Busoni ikut dalam demonstrasi-demonstrasi itu.

Sulit untuk dipikirkan bahwa rencana yang dihasilkan Academy City ini akan mengurangi potensi perang Gereja yang sebenarnya.

Dan bahkan meskipun orang-orang yang ikut dalam demonstrasi ini adalah orang-orang yang berada di titik tengah antara sihir dan sains, mereka masih tetap diperlukan untuk menjaga agar ekonomi kapitalis tetap berjalan. Jika orang-orang yang harusnya bekerja malah terfokus pada demonstrasi, itu saja bisa menjadi pukulan bagi ekonomi. Dan jika ada 2 milyar orang, itu akan menjadi pukulan yang cukup telak. Jika mereka memerlukan uang untuk membiayai perang, mereka tidak perlu susah-susah melakukan sesuatu yang akan mengempiskan persediaan dana mereka.

Kamijou memang berpikir bahwa sudah sepantasnya berpikir bahwa Gereja Katolik Roma berada di balik kekacauan ini jika memang benar-benar ada konspirasi di baliknya. Bagaimanapun juga, mereka bisa mengambil orang-orang yang jatuh ke sisi mereka.

Dan jika ini terkait dengan sisi bawah yang tersembunyi dari Gereja Katolik Roma, Imagine Breaker akan menjadi cukup berharga.

“Tapi…”

Setelah memikirkan semua itu, Kamijou mulai bicara.

“Meskipun Gereja Katolik Roma menyebabkan ini dan meskipun mereka menggunakan semacam trik untuk melakukannya, apa yang sebenarnya mereka lakukan? Kekuatanku cukup terbatas. Kita tidak tahu di mana mereka berada atau apa yang mereka gunakan. Aku tidak bisa melakukan apapun pada hal seperti itu. Kalau kau ingin aku melakukan sesuatu, paling tidak kau harus membimbingku ke tempat yang harus kudatangi untuk melakukannya.”

“Ya. Tentang itu-“

Oyafune Monaka mulai berbicara, tapi tiba-tiba berhenti.

Sesosok figur baru telah muncul di taman kecil untuk anak-anak itu.

“Tsuchimikado?”

Kamijou tanpa sengaja menggumamkan nama itu ketika melihat wajah yang memakai sunglasses milik figur tersebut.

Dia adalah teman sekelas Kamijou, Tsuchimikado Motoharu. Dia berada bersama dengan Kamijou sampai sekolah selesai, tapi ketika waktu untuk hukuman mencabut rumput mereka tiba, dia tiba-tiba menghilang. Kamijou berpikir untuk menanyakannya tentang itu, tapi sadar bahwa ini bukan waktunya.

Atmosfer yang ada terlalu salah untuk pertanyaan seperti itu.

Tsuchimikado dipenuhi aura yang berbeda dari biasanya.

“Apa kau sudah menyelesaikan diskusimu?”

Tsuchimikado tidak sedang berbicara pada Kamijou.

Matanya yang ditutupi oleh lensa biru sunglasses-nya hanya melihat pada Oyafune Monaka.

Dan Oyafune tidak terlihat terkejut oleh kemunculannya.

Dia mungkin mengenalnya sebagai agen yang bernama Tsuchimikado Motoharu.

“Belum sepenuhnya, tapi tidak masalah… Kau bisa menangani sisanya.”

“Aku mengerti.”

Tsuchimikado merespon dengan singkat.

Dia lalu menghela napas pendek seperti sedang bersiap untuk melakukan tugas yang melelahkan.

“Aku yakin kau sudah menetapkan hatimu tentang ini.”

“Sudah, sejak kemarin.”

“Kalau begitu, kau tidak masalah jika aku mulai?”

“Tidak ada yang perlu kauragukan.”

Oyafune Monaka tersenyum sambil menjawab dan Tsuchimikado sedikit mengalihkan pandangannya.

Tsuchimikado lalu menggerakkan tangannya ke belakangnya dan mengeluarkan sesuatu dari ikat pinggangnya.

“…Tsuchimikado?”

Kamijou sudah sedikit bingung karena percakapan yang berlanjut tanpa dirinya, tapi sekarang dia melihat sesuatu yang benar-benar tidak bisa dipercayainya.

Tsuchimikado sedang memegang sepotong metal warna hitam yang bersinar di tangan kanannya.

Panjangnya sekitar 15 centimeter.

Benda itu adalah…

(…Pistol?)

Bahkan setelah mengerti itu, Kamijou tidak bisa melakukan apapun untuk menghentikan Tsuchimikado Motoharu.

Bukan karena dia tidak bisa menebak apa yang akan dilakukan Tsuchimikado setelahnya.

Karena dia tidak bisa percaya bahwa Tsuchimikado melakukan sesuatu seburuk yang kelihatannya akan dilakukannya.

Dor!! Suara tembakan terdengar di taman kecil untuk anak-anak itu.

Meskipun begitu, Oyafune Monaka terus tersenyum.

Tubuhnya gemetar dan dia jatuh dari bangku dan tumbang ke tanah.

Part 6[edit]

Mikoto sedikit terkejut karena sebuah suara besar yang tiba-tiba terdengar.

Suara itu terdengar seperti ledakan mesiu.

Suara nyaring itu menembus telinganya dan bergema ke langit.

(A-apa itu???)

Dia pikir mungkin itu adalah kembang api, tapi Oktober bukanlah musim untuk kembang api.[4]

Mungkin juga suara itu berasal dari seorang esper dengan sejenis kekuatan yang terkait dengan api.

Dia mendengar suara jendela-jendela yang terbuka dari asrama-asrama siswa di daerah itu. Suara sekeras itu memang menarik perhatian orang banyak. Tapi tidak satu siswa pun yang sampai meninggalkan gedung tempat mereka berada. Suara itu tidak cukup menarik perhatian siapapun untuk meninggalkan persiapan makan malam mereka.

(Jadi seorang esper sedang menyebabkan masalah, hm?)

Mikoto tidak telalu ingin menangani masalah itu sekarang, tapi dia tetap menuju ke arah suara itu.

Dia adalah si Electromaster Level 5, Railgun. Dia bisa menangani hampir semua esper sendirian dan dia merasa percaya diri bahwa dia bisa menangani masalah apapun yang menjebaknya. Jika seorang esper yang mengamuk dan Anti-Skill sedang bertarung, dia bisa masuk ke tengah semua itu dan keluar tanpa tergores sedikit pun.

Meskipun begitu, dia pernah menghadapi sesuatu yang tidak bisa ditanganinya sendiri sebbelumnya...

(...Khh!! B-bagaimanapun juga, aku hanya perlu menuju arah suara itu. Apa arahnya dari sini?)

Mikoto menggeleng-gelengkan kepalanya untuk memusatkan pikirannya dan berjalan ke arah suara itu berasal.

Dia tidak bisa melihat hal lain selain asrama-asrama siswa di area pemukiman ini.

Part 7[edit]

Oyafune Monaka telah ditembak di perutnya.

Butuh beberapa detik bagi Kamijou untuk menyadari fakta itu.

Dan Tsuchimikado Motoharu telah menembaknya.

Butuh beberapa detik lagi untuk membiarkan fakta itu meresap.

Oyafune tidak melawan. Dia menodongkan sesuatu yang tersembunyi di balik mantelnya ke sisi tubuh Kamijou, tapi tampaknya dia bahkan tidak mencoba untuk mengarahkannya pada Tsuchimikado. Dia telah menerima peluru itu ketika dia mengerti semua yang terjadi dengan baik. Begitulah kelihatannya.

(Tsuchi...mikado?)

Kamijou dengan perlahan mengalihkan pandangannya dari tubuh Oyafune yang roboh.

Tidak ada perubahan yang terjadi pada ekspresi Tsuchimikado.

Pistol yang dipegang di tangan kanannya masih mengeluarkan sejumput asap putih. Tsuchimikado memindahkan pistol itu ke balik punggungnya, memasukkannya ke ikat pinggangnya, dan menyembunyikannya di balik jas seragam sekolahnya. Dia lalu mengambil selongsong kosong yang jatuh ke tanah dan memasukkannya ke dalam katntungnya.

Dia melakukan semua ini seolah-olah ini hanyalah sebuah tugas yang tidak menarik baginya.

Dan kemudian emosi Kamijou meledak.

“Tsuchimikadoooooooooo!!”

Index v14 101.jpg

Kamijou dengan penuh tenaga berdiri dari bangkunya dan mencengkeram baju Tsuchimikado. Bahkan setelah itu, tidak ada perubahan pada mata di balik sunglasses itu. Ketika Kamijou menyadari hal ini, dia mengepalkan tinjunya nyaris murni karena refleks dan memukul wajah Tsuchimikado sekeras mungkin. Dia merasakan perasaan khas dari memukul seseorang di jemari dan pergelangan tangannya. Tubuh bagian atas Tsuchimikado membengkok ke belakang dan dia jatuh ke tanah. Tapi bahkan ketika dia jatuh ke posisi duduk, ekspresinya tidak berubah. Dia jelas tidak merasakan sakit sedikit pun.

(Dasar berengsek!!)

Kamijou menggertakkan giginya dan maju selangkah.

Tapi ada yang menghalanginya.

Sebuah tangan lemah sedang memegang pergelangan kakinya.

Oyafune Monaka, wanita yang baru saja ditembak Tsuchimikado.

“...Tolong...”

Dia berbicara meskipun bibirnya rapat dengan tanah.

“Tolong jangan...salahkan dia...”

Kata-kata itu cukup untuk melemparkan Kamijou ke dalam kebingungan.

Oyafune Monaka meneruskan.

Dia tersenyum ketika berbicara.

Itu adalah ekspresi terima kasih untuk kemarahan Kamijou pada situasi itu.

“Tindakanku...bukanlah tindakan seorang perwakilan Academy City... Pendapatku...berbeda dengan orang-orang dalam Dewan Direktur secara keseluruhan...”

“Apa?”

“Mereka ingin perang ini memanas...dan kehancuran seutuhnya grup ilmiah lain yang menyebut dirinya sendiri sebagai agama yang mewakili Gereja Katolik Roma... Mereka ingin mengambil keuntungan dari kekacauan ini, jadi mereka tidak ingin hal ini diselesaikan dengan mudah...”

Kamijou melihat ke wajah Tsuchimikado lagi.

Seperti sebelumnya, ekspresinya tidak berubah.

Itu adalah wajah seseorang yang telah mengetahui semuanya sejak awal.

“Membiarkan perang ini memanas itu...benar-benar absurd... Ini harus dihentikan.”

Oyafune bicara dengan perlahan.

Ada rasa sakit yang tercampur dalam kata-katanya.

“Tapi bahkan sebagai seorang anggota Dewan Direktur...kekuatan yang kumiliki terbatas. Aku tidak bisa membalikkan situasi ini... Jika kau melawan keinginan orang yang ‘di atas’, kekuatanmu akan dicopot dan yang bisa kaulakukan sangata terbatas. Jadi aku harus mengontak seseorang yang bisa menghancurkan situasi ini...”

Dia melihat ke atas ke arah Kamijou.

Dia terus berbicara sambil melihat Kamijou tepat di mata.

“...Pertemuanku denganmu pada akhirnya akan diketahui. Dan kemudian aku harus ‘dihukum’ karena pengkhianatan. Aku bisa mencegahnya jika cuma aku saja...tapi kalau aku melakukan itu, target ‘hukuman’-nya akan berubah.”

Target.

Kamijou merasakan rasa ngeri menjalar di tulang belakangnya ketika memikirkan itu.

“Jadi kalau kau kabur, mereka akan mengincar keluargamu...?”

“...”

Oyafune tidak menjawab.

Itu adalah keheningan dari seseorang yang tidak ingin membuat orang lain khawatir.

“...Aku...memintanya untuk melakukan ini.”

Oyafune pindah ke topik yang lain.

“Ketahuilah... Dia bilang dia tidak ingin melakukan ini. Jadi tolong jangan salahkan dia... Dia memberikanku ‘hukuman’-ku dengan sedikit meleset dari organ vitalku... Akulah yang memberinya permintaan sekonyol itu...”

“Jangan bicara.”

Akhirnya Tsuchimikado Motoharu berbicara.

Dia dengan perlahan berdiri dan melihat ke bawah ke wajah Oyafune Monaka.

Kamijou tidak bisa melihat ekspresinya dari tempat dia berdiri.

Tapi dia tidak benar-benar ingin melihatnya.

“Aku akan menangani sisanya. Kau telah menjalankan bagianmu dengan sempurnya. Aku yakin banyak hal yang ingin kautanyakan padaku, tapi cuma satu jawaban yang bisa kuberikan: Jangan khawatir. Kau hanya perlu mengingat itu.”

Senyuman Oyafune melebar dengan perlahan karena kata-kata Tsuchimikado.

Ada sebuah syal buatan-tangan, tapi tidak begitu bagus, di lehernya.

Kemungkinan besar itulah tujuan Oyafune Monaka bertarung.

Alasannya menghentikan perselisihan antara Academy City dan Gereja Katolik Roma dan untuk memastikan bahwa dia menerima “hukuman” karena tindakannya ada di sana.

Tsuchimikado berjongkok dan memeriksa barang-barang milik Oyafune. Dia mengeluarkan sebuah ponsel dan memanggil ambulans. Dia lalu menghapus sidik jarinya dan meletakkan ponsel itu ke tanah.

Kemudian dia mengeluarkan sesuatu dari mantel milik Oyafune.

Benda itu terlihat seperti sebuah pistol kecil untuk pertahanan-diri.

Tsuchimikado meletakkannya di ikat pinggangnya dan melihat ke arah Kamijou.

“Kita harus bergerak, Kami-yan.”

“Aku mengerti.”

Kamijou menggertakkan giginya dan memandangi wanita bodoh yang tergeletak di tanah.

“...Dia susah payah mengatur semua ini hanya untuk membuatku bergerak. Apa-apaan itu? Tidak langsung juga ada batasnya.”

Kamijou Touma sebenarnya bukanlah orang yang terkenal.

Jika dia ingin Kamijou bergerak, dia hanya perlu memberitahunya apa yang harus Kamijou lakukan.

Dan meskipun begitu, dia mempertaruhkan hidupnya hanya untuk permintaan kecil seperti itu.

Kamijou mengepalkan tinju kanannya ketika memikirkan itu.

“Kita tidak punya waktu. Aku akan jelaskan nanti.”

Tsuchimikado melanjutkan bicaranya.

“Kita akan menuju Distrik 23. Ada pesawat yang menunggu kita. Itu adalah satu-satunya yang dipersiapkan Oyafune Monaka dengan kekuatannya. Kita tidak boleh menyia-nyiakannya.”

“Sialan...”

Kamijou menggumamkan itu ketika mengikuti Tsuchimikado keluar dari taman untuk anak-anak itu.

Satu-satunya yang tersisa di taman itu adalah Oyafune Monaka yang dipenuhi darah.

Kamijou menggertakkan giginya ketika dia mendengar suara sirine ambulans dari kejauhan.

Part 8[edit]

Misaka Mikoto menemukan sebuah taman kecil untuk anak-anak.

Tempat itu tidak terlihat seperti area yang memang disisihkan untuk sebuah taman; lebih seperti taman itu dibuat untuk mengisi lahan sisa setelah asrama siswa di sekitarnya dibangun.

Ada sejumlah kendaraan yang parkir di depan tempat masuknya.

Kendaraan milik Anti-Skill.

Mikoto mulai berjalan ke arah itu, tapi seorang pria berbaju serba hitam menghalangi jalannya. Tempat masuknya disegel dengan sejumlah lapisan pita kuning.

Dia melirik ke area yang lebih dalam di taman itu.

Ada sejumlah pria Anti-Skill seperti pria di depannya yang berkumpul di dalam, tapi tidak ada “orang biasa”. Mereka tampaknya sedang memeriksa area di sekitar sebuah bangku di pinggir taman.

Dia tidak tahu sama sekali apa yang terjadi di sana.

Dia tidak tahu apa yang terjadi, tapi apapun itu, tampaknya sudah selesai.

Di antara baris 2[edit]

“Sepertinya ‘Kursi Kanan Tuhan’ adalah sebuah grup yang berusaha menang dari ‘dosa awal’.”

Suara Lidvia Lorenzetti terdengar nyaring di dalam ruang interogasi kecil di Menara London.

Alis mata Stiyl dan Agnese terangkat sedikit karenanya. Tidak ada istilah yang lebih dikenal di Gereja Kristen dibandingkan dosa awal.

“Maksudmu ‘dosa’ yang diterima Adam dan Hawa ketika memakan buah dari Pohon Pengetahuan? ‘Dosa’ yang diteruskan ke seluruh umat manusia karena kita adalah keturunan mereka?”

“Benar, sampai di situ ada di Perjanjian Lama.”

Lidvia mengambil alih percakapan itu dan melanjutkan.

“Dan di Perjanjian Baru, ‘Putra Tuhan’ memainkan peran yang menghilangkan ‘dosa’ itu. Dia disalib agar dia bisa mewarisi dosa seluruh umat manusia dan menghilangkannya sendiri. Karena ini, jika kita berdoa pada salib, makan darah dan daging Tuhan dalam misa, dan menjaga keimanan kita sampai saat terakhir, ‘dosa’ kita akan dicuci pada ‘Penghakiman Akhir’ dan kita akan dibimbing menuju ‘Kerajaan Suci’.”

“Omong-omong,” kata Lidvia.

“...Ada sebuah pengecualian dari dosa awal ini.”

“Pengecualian?”

Agnese menanyakan pertanyaan ini tanpa berpikir sambil mencatat semuanya di atas perkamen.

Stiyl memelototi Agnese, tapi membiarkan percakapan itu diteruskan.

“Ada seseorang yang tidak memiliki ‘dosa’ yang harusnya diberikan ke seluruh manusia.”

Dari sana, Stiyl bisa mengerti siapa yang sedang dibicarakannya.

“Perawan Maria.”

Biagio yang terikat pada kursi di samping Lidvia mendecakkan lidahnya.

Meskipun begitu Stiyl tetap meneruskan.

“Sebagai wanita yang melahirkan ‘Putra Tuhan’, dosa Perawan Maria hilang karena dia tersentuh begitu dalam oleh Roh Kudus. Ini dikenal sebagai ‘Konsepsi Imakulasi’. Dengan kata lain, Perawan Maria tidak memiliki ‘dosa awal’. Karena seluruh umat manusia turun dari Adam dan Hawa, mereka menanggung ‘dosa awal’ dan meneruskannya pada anak-anak mereka.”

“Dan karena itu ada sebuah pengecualian.

Itulah respon sederhana dari Lidvia.

“Dalam Perjanjian Baru, karena tidak ada cara lain untuk menghilangkan ‘dosa awal’ selain dengan diambil oleh ‘Putra Tuhan’-lah dia mengambil jalan menuju eksekusi. Jika kau mengambil itu sebagai dasar dan menambahkan fakta bahwa ‘dosa’ Perawan Maria telah hilang, kurasa jawabannya sudah jelas.”

“Kau mengatakan ada metode untuk menghilangkan ‘dosa awal’ selain dengan beriman pada ‘Putra Tuhan’?”

“Dengan mantra yang bisa dibilang curang, ya. Aku pernah dengar bahwa ‘Kursi Kanan Tuhan’ telah berhasil mengencerkan ‘dosa’ mereka sebanyak mungkin, tapi mereka belum berhasil menghilangkannya seluruhnya.”

Lidvia terikat pada kursinya, tapi dia bicara dengan ketenangan seolah-olah dia berada dalam kendali penuh.

“Tapi karena mereka telah menghilangkan ‘dosa’ mereka meskipun tidak sepenuhnya, mereka bisa merapal mantra dengan tingkat yang melebihi apa yang bisa dilakukan orang biasa. Katanya mereka bahkan bisa menggunakan mantra-mantra yang biasanya tidak bisa digunakan yang berhubungan dengan malaikat dan Sang Raja.”

“...Yah, kurasa menghilangkan ‘dosa awal’ itu benar-benar tujuan akhir dari umat manusia. Dan jika kau berhasil melakukannya, ‘kualitas’-mu sebagai manusia bisa mendekati kualitas seorang malaikat. Tapi...”

“Ya. ‘Dosa’ dalam kasus ini juga berarti buah dari Pohon Pengetahuan. Kalau kau kehilangannya, kau juga kehilangan kemampuan menjadi penyihir biasa dan menggunakan sihir yang memang ditujukan untuk digunakan manusia.”

Stiyl sedikit menghela napasnya.

Penghilangan “dosa awal”.

Tidak terlalu sulit membayangkan kedalaman Gereja Katolik Roma memegang bom seperti itu. Dihilangkannya “dosa awal” seseorang melalui keimanan dalam Gereja Kristen dan dibimbing ke “Kerajaan Suci” yang dibuat Tuhan setelah melalui “Penghakiman Akhir” dianggap sebagai kebahagiaan yang sesungguhnya. Sangat sesuai bagi Gereja Katolik Roma untuk selalu meriset ritual rahasia yang akan menghilangkan “dosa awal”.

Setelah memikirkan semua itu, Stiyl bertanya pada Lidvia.

“Jadi tujuan akhir dari ‘Kursi Kanan Tuhan’ adalah sepenuhnya menghilangkan ‘dosa’ yang tersisa di tubuh mereka?”

Jika mereka berhasil melakukannya, “Kursi Kanan Tuhan” bisa dengan bebas menggunakan mantra para malaikat. Dan ketika mereka bisa melakukan itu, bahkan mungkin saja seorang Santo tidak bisa menghentikan mereka.

“Hee hee.”

“Bukan itu?”

“Tidak. Menghilangkan ‘dosa’ mereka hanyalah satu jalan untuk mencapai tujuan bagi ‘Kursi Kanan Tuhan’. Tujuan akhir mereka adalah sesuatu yang benar-benar berbeda.”

“...Menghilangkan ‘dosa awal’ itu sendiri adalah prestasi yang cukup besar. Dan itu cuma sekadar jalan untuk mencapai tujuan?”

(Kalau begitu, apa tujuan asli mereka?)

Lidvia menahan tawanya dan melanjutkan bicaranya.

“Mereka sudah mengumumkan tujuan mereka keras-keras sejak awal.”

“Apa?”

“‘Kursi Kanan Tuhan’. Itulah yang diincar mereka.”

Catatan[edit]

  1. lit: Festival Pertunjukan Terdepan
  2. lit: Festival Bintang Juara; Festival olah raga antarsekolah Academy City.
  3. Paket tarif telepon
  4. Biasanya kembang api dinyalakan di musim panas, Juli-Agustus/September


Previous Chapter 1 Return to Main Page Forward to Chapter 3