Toaru Majutsu no Index ~ Bahasa Indonesia:Volume3 Chapter1

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search
Preview symbol.gif Warning: This translation is considered a PREVIEW Script.

Be warned that the degree of translation error may be higher than usual due to the translation method employed.



Please read Template:PREVIEW for further information.


Karena di versi Inggris juga ada.

Chapter 1: Imagine Breaker. Level0(and_More).[edit]

Part 1[edit]

20 Agustus, 6:10 PM.

Senja di tengah musim panas, dan Kamijou Touma sedang berjalan pulang sendirian, lelah karena kelas tambahannya. Walaupun ada alasannya, dia masih merasa kalau kembali ke sekolah untuk kelas tambahan selama liburan musim panas mengancam kewarasannya.

Karena yang disebut “kelas musim panas” biasanya dimulai tepat di hari pertama liburan musim panas, Kamijou mungkin seharusnya mengikuti kelas ini dari tanggal 19 Juli sampai 28 Juli juga.

Atau setidaknya, kemungkinan besar begitu. Kamijou tidak punya ingatan tentang apa pun yang terjadi sebelum 28 Juli, jadi dia merasa seperti sedang dihukum karena orang lain, dan bukan dirinya, bolos dari kelas itu.

Ada apa?

Kamijou berdiri membatu di depan sebuah vending machine berisi jus yang berada di sisi jalan dengan ekspresi syok.

Tidak mungkin. Ayolah. Tolong.

Dia tidak mau menyerah terlalu cepat. Kamijou yakin dia sudah memasukkan pecahan 2000 yen ke dalamnya, tapi kenapa vending machine itu tidak merespon sama sekali? Yah, dia tahu dengan baik kalau pecahan 2000 yen sudah langka sekarang, tapi itu adalah uang yang didapatkannya dengan susah payah. Sebuah mesin merebutnya uang sebesar itu darinya dan tidak merespon... kerajaan mesin mana yang sedang memberontak!? Kamijou mennarik-narik tuas kembalian dengan sia-sia, hatinya menjerit.

Sungguh sangat sial!

Dia tanpa ragu mengetahui kalau dia menendang atau menggoyangkan vending machine karena kemarahannya, alarm akan berbunyi.

Bahkan di dalam Academy City, sebuah kota yang jauh berlawanan dengan hal supernatural dibangun di Tokyo bagian Barat, seorang skeptis yang melihat Kamijou hanya bisa berpikir “Jadi memang benar-benar ada orang yang sial karena hal supernatural di dunia ini...” Kamijou memang setidak-beruntung itu.

Masih murung, Kamijou mendengar langkah kaki sepasang sepatu dari belakangnya.

“Hei... Jangan berdiri seperti orang idiot di depan vending machine. Kalau kau tidak membeli apa-apa, minggir, minggir. Aku perlu rehidrasi, kalau tidak, aku tidak akan bisa bergerak lagi.”

Ketika dia mendengar suara tiba-tiba dari belakangnya, dia didorong lembut ke samping di lengannya oleh tangan halus seorang gadis.

Tinggal di kota yang dipenuhi pelajar, ini mungkin kadang terjadi, tapi walau begitu sentuhan yang jarang terjadi itu mengejutkan Kamijou.

Apa, apa? -- Ketika Kamijou memutarkan wajahnya, dia melihat seorang siswi SMP. Gadis itu berambut sebahu warna coklat muda, wajahnya cantik tanpa perlu riasan. Dia memakai blus putih lengan pendek dengan sweater musim panas dan rok berlipat abu-abu... Kamijou rasa itu adalah seragam SMP Tokiwadai yang terkenal. Tapi memanggilnya “Ojou-sama” di depannya akan sedikit janggal. Mengeluh tentang panasnya hari itu, gadis itu lebih mirip seperti pekerja kantor penderita trauma perang yang baru saja keluar dari kereta yang penuh dibanding seorang gadis bertata krama tinggi.

... Siapa orang ini?

Apakah dia seorang kenalannya, atau orang asing yang terlalu ramah? Kamijou sedikit khawatir. Dengan hilangnya ingatan, membedakan kenalan dan orang asing adalah hal yang paling sulit. Dia tidak tahu sejauh apa dia harus melangkah ke teritori orang lain.

Insting Kamijou memberitahunya kalau gadis itu adalah seorang kenalannya. Mungkin, kalau dia bukan orang yang tak dikenal, dia perlu melangkah dengan hati-hati. Ehh, selesaikan sajalah... Kamijou menyerah.

“...Jadi, kau siapa?”

“Ini aku, namaku Misaka Mikoto! Cobalah mengingatnya, dasar tolol!!”

Ketika dia berteriak, gadis itu mengeluarkan percikan warna pucat dari poni coklat mudanya.

Sial, dia tidak punya rasa humor? Persis ketika Kamijou dengan instingnya langsung berjaga-jaga, sebuah petir berwarna pucat menyambar dari dahi gadis itu dan dengan cepat menuju Kamijou.

Walaupun dia tidak mungkin bisa bereaksi cukup cepat hanya dengan penglihatan saja, tubuh Kamijou bergerak secara insting sebelum petir itu mengenainya. Seakan tubuhnya, setelah berulang kali diserang oleh serangan listrik, mengetahui dari pengalaman bagaimana cara meresponnya.

Seperti mengusir serangga yang terbang di depan matanya, Kamijou mengayunkan tangan kanannya horizontal seperti pukulan backfist.

Cukup dengan itu saja dia berhasil menghilangkan petir yang mendekati hampir semilyar volt seolah petir itu hanya semprotan air.

Imagine Breaker.

Tak peduli kalau dia menghadapi esper, penyihir, siapa pun yang memiliki kekuatan aneh, atau bahkan mukjizat ilahi; semua yang supernatural akan ditiadakan ketika tangan kanannya menyentuhnya. Itulah kekuatan khusus Imagine Breaker.

“???”

Kamijou melihat ke gadis SMP yang memelototinya marah, yang dia pikir seharusnya ditahan untuk percobaan pembunuhan.

Tubuhnya bergerak karena insting dan menghindari serangan itu seolah dia pernah mengalami fenomena ini sebelumnya. Ketika menghadapi pedang api yang dikeluarkan oleh seseorang bernama Stiyl Magnus, Kamijou juga selamat karena instingnya. Kalau begitu...

Kamijou kehilangan ingatannya.

Dia kehilangan “ingatan”nya, tapi “pengetahuan”nya masih tetap ada, dan itu sedikit aneh.

Sebelumnya, Stiyl pasti telah mencoba menyerangnya dengan pedang api itu, walaupun dia tidak bisa mengingatnya. Mungkin itulah kenapa tubuhnya bisa bergerak dengan sendirinya.

Kalau itu benar, berarti dia juga kenalanku...? Benar, kenalanku. Sial, kenapa orang yang kukenal semuanya seperti ini!?

“Kenapa kau menangis di sana?” tanya Misaka berkacak pinggang. “Kalau kau tidak mau menggunakan mesin ini, minggir. Aku akan menggunakannya.”

“Ah...”

Kamijou melihat bolak-balik antara mesin itu dan gadis bernama Misaka Mikoto.

Walau dia berpikir kalau tidak memeringatkan orang bahwa mesin itu memakan uang itu adalah tindakan yang tidak bisa dimaafkan, tapi gadis itu telah menyerangnya. Tunggu, tidak, akan lebih buruk kalau melihatnya marah dan mengamuk... akan sangat menyeramkan.

“Mesin itu akan menelan uangmu.”

“Aku sudah tahu,” balas Mikoto.

“Kau tahu mesin itu makan uang, dan kau tetap akan membayar? Apa mesin itu kotak sumbangan atau semacamnya?”

“Kau benar-benar idiot. Ada trik yang dibutuhkan untuk mesin ini, trik licik yang akan membuatnya memuntahkan gratis sekaleng jus .”

“...”

Dia punya firasat buruk – firasat yang sangat buruk. “Trik licik”... Dia memikirkan “trik” yang gadis itu gunakan setiap hari. Dia juga memikirkan ketika mesin itu menelan uang 2000 yen-nya.

Jangan bilang kalau mesin ini rusak!

“Legenda di antara siswi SMP Tokiwadai, tendangan seperti nenek-nenek dengan kemiringan 45 derajat akan menghidupkan kembali mesin mana pun yang tak berfungsi!”

“Chaser –!” Dengan teriakan itu, dia mengirimkan tendangan setinggi roknya ke sisi mesin itu.

*Bang!* Suara dentum sesuatu yang jatuh bergema di dalam mesin itu, lalu sebuah kaleng keluar.

“Kau tahu, karena sudah usang, per yang menahan jusnya sudah longgar. Sayang kau tidak bisa memilih jus apa yang keluar – Hei, ada apa?”

“Tidak ada,” jawab Kamijou dengan nada monoton.

Di balik roknya adalah celana pendek untuk olahraga. Kamijou merasa sebagian mimpinya telah dihancurkan.

“Legenda Tokiwadai ini, apa semua putri dari Tokiwadai melakukannya?”

“Kebanyakan tidak bisa! Hampir semua tidak akan bermimpi melakukannya...”

“...” Kamijou berpikir. “Maksudku bukan begitu! Aku bertanya apakah bocah-bocah seperti kalian bersatu setiap hari untuk menghancurkan vending machine itu dengan teknik itu!”

“Tidak apa-apa, ‘kan!? Kenapa kau marah? Kami tidak secara langsung merugikanmu, ‘kan?”

“...”

“Eh? Ngomong-ngomong, sepertinya mesin ini selalu menelan uangmu—“ Berhenti di tengah kalimatnya, Mikoto terdiam. “...Jangan-jangan, apa kau sudah membeli sesuatu?”

“...”

“Hey, apa kau sudah minum? Kau benar-benar mendapat minuman? Hey, jawab dengan jujur, atau aku akan memelorotimu[1]; apa kau bengong seperti itu karena dirampok oleh mesin ini?

“...Dan kalau aku menjawabnya?”

“Tentu saja, aku akan mengirimkan foto wajah bodohmu ke seluruh dunia— Aku cuma bercanda! Cuma bercanda! Jangan menyeret kakimu seperti itu, kau benar-benar kelihatan seram!”

Kamijou menghela napas, melepaskan semua ketegangan dari tubuhnya.

Semarah apa pun dia, dia tetap tidak akan bisa mendapatkan uang 2000 yen itu kembali. Dia tadinya bermaksud membeli kembang api untuk seorang biarawati berjubah putih yang menumpang gratis di rumahnya dengan uang itu. Bahkan seharusnya dia menabungnya dan tidak membeli apa-apa dengan uang itu, tapi tidak ada gunanya memikirkan hal ini sekarang. Kurasa sekarang aku harus bertindak seperti seorang pecundang sesuai kenyataannya... pikir Kamijou sambil menurunkan pundaknya lemas dan berbalik membelakangi Mikoto.

Ketika melihat punggung Kamijou yang dibungkukkan, Mikoto menghela napas sambil berkacak pinggang.

“Kau, tunggu! Beri tahu aku, berapa banyak uang yang kaumasukkan?”

“...Tidak akan bilang, tidak bisa bilang, tidak mau bilang.”

Kamijou melihat gadis itu. Dia mungkin saja baru bertemu dengannya, tapi dia sudah menyadari kalau memberi tahu gadis itu “Aku kehilangan 2000 yen” tidak akan membuatnya mengatakan “Yah, sayang sekali!” Yang dikatakannya akan lebih seperti “Gwahahahahaha!!!” seperti tertawanya seorang komandan dari era Sengoku.[2]

Mikoto terlihat sedikit lebih serius, seolah dia merasa bertanggung jawab karena membuatnya kehilangan uang 2000 yen itu.

“Aku tidak akan tertawa, aku janji. Sebagai tambahan, aku akan mengambil uangmu kembali!”

Kenapa dia sebaik ini!? pikir Kamijou. Semua ini tidak akan terjadi kalau Mikoto tidak menendangi vending machine itu; Kamijou tidak memikirkan hal ini sejak awal.

Tapi ia sedikit takut kalau dilabeli sebagai “Si Idiot yang Kehilangan 2000 Yen pada Sebuah Mesin”, tapi kata-kata Mikoto “Aku tidak akan tertawa, benar-benar tidak akan, aku benar-benar, benar-benar tidak akan tertawa” meyakinkannya kalau tidak ada masalah untuk mengakuinya.

“...2000 yen.”

“2000 yen? Kau memasukkan sebanyak itu?” tanya Mikoto.

“Tunggu, ‘2000 yen’? Maksudmu uang kertas pecahan 2000 yen? Wow, aku mau lihat, aku benar-benar mau melihatnya! Pecahan 2000 yen yang belum dihancurkan! Heheh, ahahahahahahaha! Jadi itu kenapa vending machine-nya terkena bug! Bahkan toko serba ada sudah tidak menerima lagi pecahan 2000 yen, hahahahaha!!

Melihat Mikoto memanas sampai tingkat yang menggelikan seperti itu, dia berteriak sengit, “Pembohong!!” Dia seharusnya tidak memberitahunya tentang uang 2000 yen itu. Dia seharusnya menukarkan uang itu sebelumnya. Siapa tahu dia bisa, walau untuk sejenak, mendapatkan senyuman manis dari kasir department store, walaupun sepertinya cuma “Ooh” saja yang akan didapatkannya.

“Hohoh. Yah, mari berharap mesin ini akan memuntahkan 2000 yen itu kembali. Aku tidak akan terima kalau rongsokan ini mengeluarkan dua uang kertas pecahan 1000 yen.”

Sambil berdiri di depan mesin itu, Mikoto perlahan menempatkan telapak kanannya di atas tempat memasukkan koin.

Tiba-tiba, Kamijou memikirkan sebuah pertanyaan.

“Hey, kau, bagaimana kau akan mengambil kembali uangnya dari mesin ini?”

“’Bagaimana’, kaubilang?”

Mikoto memberinya pandangan kosong, kemudian,

Index v03 025.jpg

“Seperti ini...”

Percikan listrik warna pucat melompat keluar dari telapak kanannya dan langsung menyambar vending machine itu.

*Bam!* Mesin yang berat itu bergoyang ke kanan dan ke kiri seperti seorang pembumbung sumo. Asap hitam dari bagian dalam mesin itu membumbung keluar melalui melalui lipatan-lipatan mesin itu seperti awan asap yang terlihat di manga.

Kamijou memucat.

“Hah...? Aneh, aku tidak bermaksud menyerangnya sekuat itu. Ah, banyak kaleng jus yang keluar. Hey, uang 2000 yen-mu tidak keluar, tapi paling tidak jumlah kaleng yang keluar ini seharga 2000 yen; apa ini tidak apa-apa-? Hey, kenapa kau kabur!? Oi!”

Kamijou tidak berani berbalik. Dia berlari dengan kecepatan penuh untuk menjauhi vending machine itu bahkan satu milimeter lebih jauh. Kamijou biasanya bisa mengetahui kapan kesialan akan menyerang; dia biasanya mendapat firasat sekitar sedetik sebelum sesuatu yang salah akan terjadi. Tapi tidak kali ini.

S-sial!! Entah kenapa aku tidak memerkirakan ini, tapi aku harusnya menyadarinya lebih cepat...!!

Biasanya, menendang vending machine hanya akan menghasilkan berbunyinya alarm kecil, tapi mesin ini meraung sekuat tenaga, seolah mengeluarkan semua tenaganya yang tersimpan.

Part 2[edit]

Dia tidak bisa mengingat kenapa dia berlari. Yang dia tahu pasti hanyalah bahwa dia telah berlari sekitar sepuluh menit.

Ketika dia sadar, Kamijou sudah duduk di sebuah halte bus distrik bisnis. Sambil terduduk kelelahan, dia memandang ke langit bulan Agustus yang disinari oleh matahari tenggelam berwarna seperti api. Sebuah balon udara[3] mengambang di langit berwarna oranye, display X-Vision yang terpasang di perutnya menunjukkan berita Academy City: “Organisasi Mizuho Berhenti dari Riset Patologis Distropi Muskular.”

“Jangan mengkhayal ke tanah mimpi dan bawalah sebagian kaleng jusnya. Bukankah ini aslinya memang untukmu?” Mikoto menghela napas sambil duduk di sampingnya, melemparkan kaleng demi kaleng ke pangkuannya. Mikoto melihat baling-baling pembangkit listrik yang berputar di dekatnya dengan damai.

Dia mungkin merasa sedikit kecewa karena tidak bisa mengontrol kekuatannya dengan sempurna tadi.

“...Aku takut kalau tepat ketika aku menerima jusnya, aku akan menjadi seorang rekan kriminal. Apa yang harus kukatakan, jangan lempar kepadaku—Ow! Panas! Kenapa shiruko[4] panas ini tercampur di dalamnya?”

“Ketika ada malafungsi di mesin itu, kau tidak bisa memilih jus apa yang keluar!”

“Apa kau merasakan dendam di dalam sider kedelai hitam dan susu kedelai ini?”

“Hah? Itu bukan apa-apa. Kau harusnya bersyukur. Kita beruntung karena dua jus dari neraka, jus guarana hijau dan oden stroberi, tidak keluar.”

Dengan kata lain, Academy City juga merupakan “Kota Eksperimen”.

Dengan laboratorium riset dan universitas yang jumlahnya tak terhitung mengirimkan model tes dari produk mereka, jalanan dipenuhi dengan benda-benda eksperimental seperti automaton pembuangan sampah dan robot keamanan yang bekerja secara mandiri. Ini berarti produk yang ada baik di toko serba ada maupun vending machine berbeda, tapi...

“...Walau begitu, faktanya para pelajar masih membayar dengan uang yang sama, jadi aku ingin bertanya kenapa para petinggi tidak mengetahui ini.”

“Baiklah, baiklah; bahkan langkah kecil menuju mimpimu berarti kau itu penuh ambisi. Ah, aku mau sider plum itu,” kata Mikoto sambil mengambil sebuah kaleng dari tangan Kamijou tanpa peringatan. “Kau tahu, bahkan walau satu kaleng saja, kau tidak seharusnya selalu kabur. Walau aku memang benar-benar kuat, tidak bisakah kau menganggapku sebagai seorang yang lemah dan memandang rendah aku? Cobalah lihat seperti itu dan panggil aku Mikoto-san, oke –?

“...Apa-apaan gadis ini, membicarakan yang tidak jelas dengan bangga seperti itu?”

“Apa?” Misaka melihat ke Kamijou, memasang muka seorang pemabuk. ”...Hm, mungkin aku tidak seharusnya mengatakan itu. Tapi selama yang lemah mengaing, yang kuat bisa menyombongkan diri... Begitulah yang aku percayai. Kenapa kau berbeda? Hanya ada tujuh orang Level 5 di Academy City, jadi kenapa kau dikejar-kejar oleh preman yang setingkat dengan anjing chihuahua?”

“???”

Walaupun Mikoto mengatakannya dengan penuh percaya diri, Kamijou sama sekali tidak bisa mengingat yang seperti dikatakannya.

Kalau begitu, apakah perkataan Mikoto salah, atau dia tahu sebagian dari masa lalu Kamijou yang dirinya sendiri tidak ketahui? Tidak bisa menanyakan kedua pertanyaan itu, Kamijou membiarkan kesempatan itu lewat.

“Kau, kau seharusnya tidak menunjukkan fakta bahwa kau telah mengalahkanku, Misaka Mikoto, si Railgun. Tapi karena kau menunjukkannya, kau seharusnya tidak meminta maaf padaku di depan umum. Tapi sekarang kau melakukan itu, ‘kan? Sejak saat itu, semua orang akan mengingatnya. Mereka akan berkata, ‘Ah, Misaka Mikoto itu, bukankah dia dikalahkan seorang bocah yang kelihatan seperti habis dikejar anjing chihuahua?’” kata Misaka sambil menghabiskan sider plumnya.

“Karena kau mengalahkanku, kau harus bertanggung jawab sebagai pemenang. Aku, satu dari hanya tujuh Level 5 di Academy City, telah dikalahkan oleh seseorang yang hebat seperti itu... Aku bisa setuju dengan itu dan mengumumkannya secara terbuka, kau tahu?”

“Apa-apaan itu? Ini bukan periode Edo dengan semangat Bushido-nya...”

Tapi setelah dia mulai mengatakan itu, sebuah frasa menempel di pikirannya dan membuatnya tidak nyaman.

“Kau mengalahkan aku”?

Walaupun aku memang tidak mengingatnya, apa yang telah kulakukan hingga membuat seorang gadis mengatakan “kau harus bertanggung jawab” padaku –!!

“Uh, uhhhhhhhhhh...”

“Kenapa kau mengerang seperti itu?” tanya Mikoto jengkel. “Walau memang kau pasti juga merasa sebal. Bagaimanapun juga, kejadian itu terlihat persis seperti di manga shounen.”

Mikoto melipat tangannya marah dan menghela napasnya, walaupun Kamijou tidak melihatnya.

“Aku tidak pernah berniat untuk benar-benar mengenaimu, tapi kau menangkis semua seranganku seolah seranganku itu adalah serangan sungguhan... teknik bertarung yang sangat hebat. Walaupun aku bersifat tinggi hati dan jengkel karenanya, fakta kalau yang kaulakukan memiliki efek itu tidak bisa dimaafkan.”

“...Uhhhh... hah?”

Dia tidak pernah sungguhan ingin mengenaiku? Apa itu berarti hubungan kekuatan kami mirip dengan seorang ayah yang tertawa ketika menenangkan anaknya yang mengayunkan tangannya?

Walaupun dia menghadapi seorang electromaster[5], dia tidak pernah sekali pun menyerah pada gadis ini?

...

...Sayang sekali, Kamijou Touma.

“Sepertinya kau itu jenis orang yang kehilangan kepercayaan dirinya ketika berada dalam tekanan,” kata Mikoto tidak tertarik. “Hei, sudah cukup, minum saja. Kalau kau adalah seorang adik kelas yang diberi hadiah dari Mikoto-sensei, kau pasti pingsan karena bahagia.”

“’Pingsan’? Memangnya ada orang yang mau menerima jus yang tidak higienis ini!? Ini bukan manga shoujo; tidak mungkin kita berada dalam cerita cinta sekolah putri – kupikir.”

“...Bukan. Kalau seperti manga shoujo, akan menyenangkan.” Entah kenapa, Mikoto mengalihkan pandangannya. “Akan lebih bervariasi, kau tahu – bukan, lebih keruh?”

“Onee-sama?[6]

Sebuah suara perempuan yang nyaring seperti lonceng bergema. Wajah Mikoto kelihatan seperti ditusuk dengan es dari belakang.

Onee-sama? Onee-sama!!

“Guh,” gumam Kamijou karena telinganya tuli oleh suara tadi. Apa-apaan...!? Berbalik secepat yang dia bisa, dia melihat seorang gadis – mungkin seorang siswi kelas satu SMP – berdiri di dekat mereka, memakai seragam yang sama dengan Mikoto. Gadis berambut kuncir dua warna coklat, dengan kedua tangan di depan tubuhnya dan mata yang bersinar.

“Maa, Onee-sama! Maa, maa, maa, Onee-sama![7] Aku sedang bertanya-tanya kenapa kau tidak lagi tertarik dengan kelas musim panas, ternyata alasannya untuk ini, ya!?”

Kamijou melihat ke gadis yang duduk di sebelahnya, dan tangan Mikoto ada di kepalanya, sangat merasa kesusahan. Tapi untuk Kamijou yang tidak punya kekuatan, dia merasa kalau hati Mikoto secara misterius memberitahunya untuk tidak usah melakukan tsukkomi[8].

Sambil menekan-nekan pelipisnya dengan tangannya untuk memperringan rasa sakit kepalanya, Mikoto mulai berbicara ke gadis misterius itu.

“Aku cuma ingin memastikan, aku penasaran apa kau tadi mengatakan ‘karena ini’ atau ‘karena dia’.”

“Tentu saja aku mengatakan tentang pertemuan rahasiamu dengan lelaki di sana, ya ‘kan?”

Percikan listrik keluar dari rambut Mikoto, tapi gadis berkuncir dua itu kelihatan tidak peduli. Terbengong, Kamijou memperhatikan gadis yang tersenyum manis itu mendekati bangku tempat dia duduk dengan kecepatan mengerikan. Sial, dia datang! Tapi sebelum Kamijou bisa bergerak, gadis itu sudah menggenggam tangan Kamijou dengan kedua tangan miliknya.

“Senang berjumpa denganmu, tuan. Aku adalah pengawal Onee-sama, panggil aku Shirai Kuroko.”

“Ap?” Kamijou melihat ke tangan yang Shirai pegang, khawatir terhadap reaksi yang diperlihatkannya.

“Omong-omong, apakah kegugupan seperti ini adalah tanda bahaya kalau dia suka menggoda gadis lain?”

“Pfft!” Kamijou tergelak. Mikoto yang duduk di samping Kamijou berdiri perlahan, dan,

“KAU! Orang aneh ini bukan pacarku!”

Ditemani kata-kata dari hati yang terluka, petir menyambar dari poni Mikoto.

Shirai Kuroko melepaskan tangan Kamijou dan mundur selangkah, petir itu tidak mengenai apa-apa ketika Shirai menghilang begitu saja.

“Tch, dan dia menggunakan teleportasi di waktu seburuk ini. Kalau rumor ini tersebar, aku tidak akan mengakuinya, sialan!”

Mikoto menyerang dengan serangan listriknyake kekosongan penuh kemarahan, kelihatan sangat ingin membuat seseorang tersengat listrik. Sial, sekarang bagaimana aku bisa menenangkannya? pikir Kamijou ketika tiba-tiba sebuah suara terdengar dari belakang bangku.

“Onee-sama?”

Lagi!!! Kamijou berbalik,

Dan melihat di belakang bangku sedang berdiri Misaka Mikoto yang lain.

“Ap-?”

Dari apa yang bisa dia lihat, gadis di belakangnya tidak berbeda dengan “Misaka Mikoto”. Rambut coklat muda sebahu, wajah dan tubuh yang menarik, blus lengan pendek warna putih, sweater musim panas, dan rok berlipat. Dari ciri tubuh dan seragam sampai aksesoris, tidak ada keraguan lagi: “Misaka Mikoto” sedang berdiri di sana.

Tapi,

Kamijou mengembalikan pandangannya ke gadis yang duduk di sebelahnya. Rambut coklat muda sebahu, wajah dan tubuh yang menarik, blus lengan pendek warna putih, sweater musim panas, dan rok berlipat. Walaupun dia sudah memerkirakannya, dia sedang melihat seorang “Misaka Mikoto” yang sedang duduk.

Tapi ada beberapa perbedaan. Gadis yang berdiri di belakang bangku memakai sesuatu yang kelihatan seperti sebuah night vision goggles[9] di dahinya seperti kacamata renang yang tidak digunakan, dan matanya terlihat tanpa ekspresi. Pandangannya yang tidak fokus mengikuti bagian belakang kepala Misaka Mikoto yang sedang duduk.

“...Eh? Mereka mengganda!? Misaka nomor dua!”

Index v03 035.jpg

Kamijou dengan terkejut melihat bolak-balik antara kedua “Misaka Mikoto”. Dibandingkan dengan wajah yang duduk di sampingnya yang juga terkejut sepertinya, Misaka yang berdiri di belakang bangku hanya balas memandang tanpa ekspresi.

“Jadi,” gumam Kamijou ketika dia melihat ke Misaka yang berdiri lagi, “kau siapa?”

“‘Imouto,’[10] kata Misaka dengan cepat.”

“...”

Cara yang aneh untuk mengatakannya, pikir Kamijou. Terlalu banyak orang yang berbicara dengan aneh di sekitar Kamijou hingga sulit baginya untuk mengetahui apa mereka itu benar-benar aneh atau tidak.

“Kau, Misaka, menyebut dirimu sendiri dengan ‘Misaka’ ketika berbicara tentang dirimu sendiri? Aku tidak menyebut Misaka dengan ‘Misaka’ karena kami tidak menggunakan nama depan. Bukankah ini akan membuat kekacauan di rumah kalau kau menyebut dirimu sendiri sebagai ‘Misaka’?”

“ ‘Tapi nama Misaka masih tetap Misaka,’ jawab Misaka segera.”

“...”

Tidak mungkin Misaka menyebut dirinya sendiri sebagai “Misaka”; pasti ada aturan tidak tertulis. Kamijou melihat Mikoto yang duduk di sampingnya untuk meminta bantuan, tapi dia sekali lagi terkejut; Mikoto sedang memelototi adiknya yang diam.

“A-aku mengerti, Imouto. Tapi kalian berdua kelihatan identik – identik dalam tinggi dan berat yang sama, ya ‘kan?”

Mikoto terus memelototi Imouto.

“‘Bahan genetik kami sama,’ jawab Misaka. ‘Dan juga, menanyakan berat seorang gadis itu tidak sopan,’ kata Misaka menyuarakan pikirannya.”

Mikoto masih memelototi Imouto.

“...” Orang yang aneh, pikir Kamijou. “Kalau begitu, kurasa kalian pasti anak kembar. Hmmm, ini pertama kalinya aku melihat kembar indentik, tapi kalian berdua memang benar-benar terlihat sama. Yah, apa yang akan kaulakukan, Futago-chan[11]? Kembali ke Nee-chan[12]?”

Mikoto telah terus-terusan, terus-terusan memelototi Imouto untuk beberapa lama.

“‘Sangat naif pemikiran anak yang dangkal ini, jadi Misaka akan menjawab pertanyaanmu agar kau bisa mengetahui apa yang terjadi. Misaka datang untuk melihat dan memastikan siapa yang memiliki kekuatan yang sama, yang terdeteksi dalam radius 600 meter dari Misaka...”

Kalau mereka adalah kembar identik, maka kekuatan mereka yang sama itu cukup memungkinkan.

Walaupun dia memikirkan kemungkinan itu... Kamijou sangat takut dengan pandangan mata Mikoto.

Oh, sial. Dia adalah tipe yang benci kalau keluarganya terlihat oleh temannya di hari kunjungan orang tua, pikir Kamijou.

“‘...dan di tempat ini, aku menemukan sebuah vending machine yang rusak dan kalian berdua sedang membawa jus kalengan dalam jumlah yang banyak. Aku tidak pernah menyangka Onee-sama mau terlibat dalam pencurian,’ kata Misaka sambil mendecakkan lidahnya,” lanjut Misaka Imouto sambil berdiri tegak. “ ‘Metode apa yang harus digunakan agar Onee-sama merubah sifatnya?’ tanya Misaka dalam nada memastikan seperti polisi.”

Karena tuduhan aneh itu, Kamijou tidak punya pilihan lain selain meneruskan.

“Hei, dia itu tersangkanya, dan aku cuma seorang saksi mata, kau tahu.”

“ ‘Kebohongan hanya akan membuktikan kejahatan,’ jawab Misaka. ‘Dari pengukuran jejak yang dihasilkan oleh sengatan listrik yang berada di bagian depan vending machine, dipastikan bahwa sidik jari yang lebih baru itu adalah milikmu,’ kata Misaka memberikan buktinya padamu.”

“Bohong! Aku tidak memerkirakan adanya serangan listrik saat itu!”

“‘Itu bohong,’ jawab Misaka sejujurnya.”

“...”

“...”

Tolong aku! Sambil melihat Misaka Imouto, Kamijou terus-terusan menarik bahu Mikoto yang duduk di sampingnya.

Tapi Mikoto tidak bereaksi sama sekali. Aneh, pikir Kamijou. Kami memang baru berjumpa dengan Imouto sekitar sepuluh menit, tapi Mikoto itu adalah tipe orang yang terus berbicara dengan inisiatifnya sendiri. Apa mungkin Mikoto punya sesuatu yang tidak bisa diomongkan tentangnya?

“...?”

Kamijou melihat Mikoto yang duduk di sampingnya dengan biasa saja. Kemudian,

“...Kau! Kenapa kau berkeliaran di sekitar sini!?”

Tanpa peringatan, Mikoto yang tadinya selalu diam menaikkan suaranya dalam kemarahan yang meledak.

“Uwaah!” kata Kamijou, terkejut oleh teriakan menulikan dari sampingnya. Teriakan tinggi yang hanya dimiliki perempuan menembus gendang telingaku; seperti rasa sakit yang kurasakan setelah memakan es serut dalam jumlah banyak!

Mikoto hanya berteriak sekali itu saja sebelum kembali diam.

Seolah dia sedang menunggu pandangan dari Misaka Imouto.

Persis seperti setelah petir menyambar, keheningan menyelimuti mereka.

Balon udara melayang di langit malam. Dalam X-Vision yang terpasang di sampingnya, berita hari ini, “Virus Baru [HDC. Cerberus] Menyerbu Jaringan”, berulang-ulang dilaporkan, suara pembacanya membuat keributan aneh.

Dalam keadaan seperti itu, Misaka Imouto berdiri tegak dan melihat ke mata Mikoto dengan pandangan kosong.

“‘Satu pertanyaan atau yang lainnya... Latihan,’ jawab Misaka singkat.”

“‘Latihan’.”

Mikoto memotong napasnya seolah dipukul dari belakang, dan mengalihkan matanya. Dia menggumamkan sesuatu, tapi tidak terdengar oleh telinga Kamijou.

“??? Kalau latihan, apa Imouto-san adalah anggota Judgment</ref>Furigana: Komite Moral Publik; dibaca Judgment (Penghakiman)</ref>?”

Kalau status seorang pelajar adalah “kosong” dan “sedang latihan”, hal pertama yang masuk ke pikiran adalah “Judgment”.

Seperti yang dimengerti oleh orang yang melihat kekuatan Mikoto, kekuatan seperti itu jauh lebih mematikan dari sebuah pisau. Untuk 2.3 juta pelajar di dalam Academy City, ada organisasi-organisasi khusus yang menangani esper yang mengamuk.

Ada dua posisi yang melumpuhkan esper yang mengamuk: para pengguna senjata generasi terbaru, korps para guru yang disebut dengan Anti-Skill[13], dan para pelajar yang dipilih dari setiap sekolah yang disebut dengan Judgment.

Anggota Anti-Skill dan Judgment awalnya tidak berada lebih tinggi dari para guru dan pelajar. Untuk itu, demi masuk ke jajaran profesional mereka, seseorang harus menandatangani sembilan kontrak, melewati tiga belas tes bakat yang berbeda, dan menyelesaikan pelatihan selama empat bulan.

Mikoto menepukkan tangannya dan mengalihkan matanya dari Kamijou.

“Ah, aaah, Judgment? Ah – ah – iya, itu. Kau melakukan ini karena itu, ada banyak masalah, eh? Banyak masalah- atau haruskah kukatakan membuat capek?”

Dia mengatakannya dalam nada yang manis namun mencurigakan.

“Hei. Entah kenapa, kurasa kau berbicara seperti mengabaikan informasi dari telepon iseng.”

“Heh, aku tidak mengabaikannya. Aku hanya menyatakannya lagi dengan sesuai, jelas, tegas.” Mikoto lalu melihat ke adiknya sendiri. “Kita punya banyak yang harus dibicarakan, banyak. Hei, Imouto, bisakah kau ikut denganku sebentar?”

“Ha? Tidak, Misaka juga punya jadwal yang harus diikuti dan –”

“Sudah cukup.” Mikoto memandang lurus ke Imouto. “Ke sini.”

Nada bicara aneh yang datar itu... Kamijou seperti merasakan ada sesuatu.

Mikoto tidak punya alasan untuk melakukan sesuatu yang khusus. Dia hanya melihat wajah adiknya dan mengatakan hanya satu kalimat sambil tertawa.

Tapi satu kalimat itu. Dia telah masuk ke titik itu, pusaran perasaan curiga yang ada dalam hati Kamijou.

Mikoto melihat ke arah Kamijou. Saat itu, dia sudah kembali menjadi siswi SMP yang berisik.

“Yah, kami lewat jalan ini. Kau juga harus pikirkan jam malam asramamu juga!”

Mikoto meninggalkan Kamijou yang duduk dan mengalungkan tangannya di bahu adiknya. Dua gadis yang kelihatan biasa saja itu kemudian berjalan menuju jalan raya yang lebar.

Kamijou refleks mulai mengikuti Mikoto – tapi kemudian menghentikan dirinya sendiri.

Kembali duduk di bangku, dia bergumam sambil memandang balon udara yang melayang di langit malam,

“Sepertinya sangat pelik...” katanya pelan. “Kira-kira keluarga seperti apa yang mereka punya?”

Part 3[edit]

Tapi masih ada masalah.

“Ah, iya. Apa yang harus kulakukan dengan kaleng jus sebanyak ini?”

Kamijou melihat tumpukan sembilan belas jus kalengan dengan bingung (Mikoto cuma meminum satu kaleng sider buah plum), tapi pada akhirnya, dia tidak punya pilihan selain membawa semuanya pulang; kira-kira sejumlah 350 g*19 = 6.65 kg barang yang tidak berguna. Ketika Kamijou melakukan perhitungan yang tidak berguna itu, dia merasa dirinya jatuh lebih jauh dalam kesedihan. Keadaan pikirannya sama seperti seorang akrofobik yang tidak sengaja melihat ke bawah dari atas sebuah jembatan gantung.

Dengan itu, Kamijou Touma mulai kembali pulang di bawah senja warna merah dengan tangannya yang penuh dengan jus. Jalan perumahan menuju asrama siswa itu sempit, terlalu sempit untuk dilewati oleh mobil; tapi tepat ketika dia berpikir bahwa “mobil pasti tidak akan lewat sini”, dia hampir diterbangkan oleh mobil yang tiba-tiba mundur keluar dari garasi.

Tapi seberapa pun sialnya Kamijou, dia belum mengalami kemalangan berupa mati tersenyum karena dilindas mobil hanya lima menit jauhnya dari asrama.

“Perjalanan pulang itu sendiri adalah sebuah petualangan,” kata Kamijou sambil mengangkat kaleng-kaleng jusnya lagi.

Kaleng yang dingin harusnya akan kehilangan kedinginannya ketika berada di lengan Kamijou. Tapi dalam musim panas Jepang yang menyebalkan ini, bagaimana mungkin dia merasa seperti terkena frostbite!? Hati Kamijou berduka.

Dan ketika Kamijou memikirkan itu, dia menyadari ada sebuah bola tenis yang tiba-tiba menggelinding di depan kakinya. Yang bermain pasti telah membiarkannya, pikir Kamijou.

“Hei, hei.”

Kamijou, sadar akan bahaya jika menginjak bola tenis itu, menghentikan kakinya yang terangkat dan menggerakkannya horizontal sedikit untuk menghindari bola itu. Berbahaya; apa yang akan kulakukan kalau aku menginjaknya dan jatuh? Ketika dia memikirkan ini,

Tiba-tiba angin berhembus.

Seolah bola yang menggelinding itu memperhitungkannya, bola itu masuk ke celah antara tanah dan kaki Kamijou.

“Hiii! Hei, hei, tunggu –!”

Dengan seluruh beratnya telah berada di kakinya, sudah terlambat untuk berhenti. Kamijou, setelah menginjak bolanya, jatuh ke belakang.

Karena tumpukan kaleng jus, dia tidak bisa menyeimbangkan dirinya. Kamijou, punggungnya rata dengan tanah, terbatuk, menggeliat, dan berguling. Kesialan, dan udara bahkan tidak memberitahunya.

Kaleng jus yang harusnya ada di tangannya menggelinding dan menyebar dengan suara berkelontangan dan Kamijou yang terbaring menarik napas dalam-dalam. Yah, kurasa aku tak peduli kalau kalengnya penyok, pikirnya.

“S-sial. Sialan, apa yang telah kulakukan...?”

“Ze-ha.” Dia akhirnya bangkit sambil mengatakan itu. Ketika dia memandang sembilan belas kaleng jus yang berserakan, dia jadi putus asa. Aku masih harus berjalan sambil membawa lebih dari 6 kg barang bawaan, Kamijou yang terguncang merasa seperti telah ditombak; walaupun memikirkan itu, tidak ada jalan lain. Pada akhirnya, hanya satu orang yang harus memungutnya.

Dan ketika Kamijou, bahunya kerut, memunguti kaleng-kaleng jus, sesuatu membayanginya.

...Awan?

Oh? Dan Kamijou refleks menaikkan pandangannya.

Misaka Mikoto sedang berdiri di depannya.

Uoo!?

Merasakan tekanan dari pandangan seorang siswi SMP yang melihatnya dalam diam dari atas, Kamijou mundur secara insting.

“K-kau... eh? Kupikir kau tadi pergi membawa adikmu entah ke mana? Sekarang apa lagi? Kalau kau mau jus lagi, kau harus mengambil dua atau tiga kaleng kali ini.”

“...”

Mikoto tidak merespon perkataan Kamijou.

Ada yang aneh, pikir Kamijou. Lalu dia teringat bahwa Mikoto mengatakan sesuatu dengan petir yang tidak disengaja. Kalau Kamijou menang, dia perlu memenuhi tanggung jawabnya sebagai pemenang, katanya. Mikoto juga berkata kalau dia akan menerimanya dan mengumumkan kalau dia sudah kalah.

Dan sekarang? Bagaimanapun juga, Kamijou Touma yang dipertanyakan ini telah menginjak bola tenis, terbanting di jalan, menyerakkan jus yang dibawanya, dan harus mengumpulkannya sendirian dengan bahu dikerutkan.

Gah! Sialan, dia terlalu dekat, roknya— ngomong-ngomong, yang dipakainya tadinya celana pendek; kenapa dia menggantinya dengan celana dalam!?

Kamijou pikir siapa pun akan marah kalau ada orang yang melihat celana dalam miliknya walaupun ada kekacauan yang sedang terjadi.

Mikoto sudah melihat ke bawah ke arah Kamijou dengan matanya yang tanpa ekspresi.

“‘Kalau dibutuhkan, aku siap membantu,’ kata Misaka menawarkan bantuan sambil menghela napas.”

“???”

Jauh dari helaan napas, bahkan bukan mengeluarkan napas yang sangat kecil, Mikoto membuat Kamijou melihatnya ragu; saat itu, dia akhirnya menyadari NV goggle yang tergantung di tangan Mikoto.

“Ah, benar, kau ini tipe Imouto. Kau, kau benar-benar kelihatan seperti Mikoto.”

“‘...Mikoto?’ kata Misaka ingin bertanya balik. ‘Aah, maksudmu Onee-sama?’”

“Siapa lagi?” Seperti biasa, dia berbicara dengan lajunya sendiri, pikir Kamijou. “...Ah, benar, kau Imouto. Tidak salah lagi, aku tahu dari celana pendeknya; kau pasti telah mengubah class-mu[14].”

“Celana pendek...?”

“Tidak, itu cuma bicara sendiri! A-apa yang harus kukatakan—ah, iya! Untuk apa kaca mata militer yang tangguh itu?”

“‘Misaka tidak punya kemampuan untuk mengikuti fluks elektrik atau magnetik seperti Onee-sana, jadi alat ini dibutuhkan untuk memvisualisasikannya,’ jelas Misaka sepenuhnya.”

“...”

Jangan pikir semuanya akan menjadi sopan kalau kau memakai panggilan kehormatan[15], gerutu Kamijou dalam hati.

“‘Temperatur dan kelembaban tinggi, jadi aku melepas alat ini, tapi jika dibutuhkan, alat ini akan dipasang lagi,’ kata Misaka memberi saran.”

Sambil menggumam sendiri, Misaka Imouto menggantungkan kaca matanya ke dahinya lagi.

“Hm, eh? Tapi bukannya tadi kau dibawa oleh Aneki[16]-mu?

“Misaka datang dari arah itu, seperti yang ditunjuknya.”

Misaka Imouto menunjuk ke arah jalan. Entah kenapa, itu adalah arah yang berbeda dari arah Misaka Mikoto membawanya tadi.

“?” Kamijou memiringkan kepalanya.

“‘Daripada masalah itu, apa yang akan kaulakukan dengan jus yang berserakan ini?’ tanya Misaka. ‘Kalau begini, kau akan melanggar peraturan lalu lintas dan mungkin didenda tidak kurang dari 150.000 yen atau lebih.’”

Walau Kamijou tahu kalau Misaka Imouto yang berbeda ini tidak berbicara dengan cara yang tidak sopan atau sarkastik, tapi “hancurkan masalah yang ada di sekitar dengan segera” entah kenapa membuatnya jengkel.

Dan, ketika Kamijou memunguti kaleng jus satu demi satu dalam diam,

“‘Jika diperlukan, Misaka juga akan membantu,’ kata Misaka menawarkan diri.”

“Hah? Tidak perlu, aku bisa melakukan ini sendiri. Umumnya, bantuanmu tidak diperlukan saat apapun—mungkin.”

Tapi saat itu, sebuah truk ringan masuk ke daerah pemukiman. Truk itu berhenti di depan Kamijou, dan klaksonnya berbunyi dengan marah.

“...”

Misaka Imouto mulai mengumpulkan kaleng yang berserakan tanpa suara. Membuat seorang gadis yang tak dikenal membersihkan yang dihasilkan oleh kecerobohannya membuat Kamijou merasa malu, tapi dia tidak bisa mengatakan apa-apa dengan truk yang terus membunyikan klaksonnya, menyuruhnya agar segera pergi. Mau tidak mau, mereka masing-masing mengangkat setengah tumpukan kaleng itu.

Walau begitu, Kamijou membisikkan sesuatu setelah mengumpulkan semuanya.

“Maaf, kurasa aku harus menraktirmu makanan penutup dari toko serba ada, maaf sekali—!!”

Ketika Kamijou mengatakan itu, saat dia melihat figur Misaka Imouto lagi, napasnya terhenti.

Misaka Imouto berjongkok yang tanpa pertahanan, tidak khawatir tentang rok pendeknya. Dia diam-diam mengintip sesuatu berwarna putih-biru di antara kakinya.

Masih berjongkok, Misaka Imouto melihat ke arah Kamijou tanpa ekspresi.

“‘...Ada apa?’ tanya Misaka mencari konfirmasi.”

“Hi...!! Tidak ada, yah, tidak ada. Tidak ada apa pun yang bisa dilihat.”

“‘Sebagai perbandingan, pupilmu yang melebar, pernapasan yang cepat, detak jantung yang abnormal, dan lainnya terdeteksi,’ kata Misaka menunjukkan penaksiran objektifnya. ‘Sebagai kesimpulan, bukankah kau berada dalam tekanan mental?’ tanya Mi—“

“Bukan, bukan apa-apa! Benar-benar tidak ada apa-apa! Aku benar-benar minta maaf!”

“??”

Untuk apa dia meminta maaf? Dengan kesan seperti itu, Misaka Imouto mengangguk samar.

Truk ringan itu membunyikan klaksonnya, dan Kamijou, menyuruh dirinya sendiri, dengan buru-buru memunguti kaleng jus.

Ketika semuanya telah dipungut, truk itu dengan kasar melaju, sepertinya sangat marah. Tidak sengaja, ketika truk itu lewat, rok Misaka Imouto terangkat, tapi gadis itu tidak berpikir untuk menutup roknya.

Entah kenapa, kurasa aku perlu tahu cara membedakan kakak beradik ini, Kamijou menghela napas. Mikoto, walaupun memakai celana pendek di balik roknya, mungkin tidak akan membiarkan hal itu terjadi.

“‘Yah, kalau begitu, ke tempat mana jus ini akan ditransportasikan?’ tanya Misaka dengan tangan yang penuh kaleng jus.”

“Ah? Tidak usah, aku bisa membawa semuanya sendiri.”

“‘Yah, kalau begitu, ke tempat mana jus ini akan ditransportasikan?’ tanya Misaka memaksa.”

“Sudah kubilang tidak apa-apa, tidak perlu; kau tidak perlu membawanya...”

“Cepat.”

Dia menajamkan suaranya. Kamijou menyerah dan membiarkan Misaka Imouto membawa sebagian.

Untungnya asrama pelajar hanya lima menit jauhnya. Gedung-gedung yang identik berdiri di lokasi yang suram, tapi karena angin dari gedung-gedung itu berkumpul ke arah yang sama, itu juga adalah lokasi ladang angin nomor satu di Academy City. Gedung-gedung itu berdiri dengan jarak sedikit lebih dari dua meter. Menyelip melalui bukaan seperti gang, Kamijou dan Misaka Imouto melewati pintu darurat dan menuju elevator asrama.

Dan, tepat di depan Kamijou, sebuah robot kebersihan muncul – robot dengan roda dan pel berputar yang terpasang pada sebuah silinder dengan tinggi 80 cm dan diameter 40 cm.

Sampai titik ini, semua itu tidaklah misterius di Academy City, tapi semuanya jadi berbeda dari titik ini ke atas. Di atas robot pembersih itu, seorang maid[17] berumur 13-14 tahun duduk dengan posisi hampir sempurna.[18]

“Whee, Kamijou Touma!”

Tsuchimikado Maika. Tetangga kamar Kamijou, dia, sebagai janji seorang adik pada Tsuchimikado Motoharu, pergi ke sekolah maid dan sekarang memakai seragam maid. Sesuatu yang tidak disetujui dan ddemi perubahan suasana membuatnya kabur dari asrama perempuan dan datang ke sini sebagai seorang pelarian. Tapi walaupun ingatan Kamijou telah hilang, dia selalu bertemu dengan Maika di tempat ini, sepertinya tidak ada yang bisa dia lakukan untuk menghentikannya menyelinap ke asrama laki-laki.

“AC-nya rusak hari ini, jadi aku akan menginap di sini. Dan juga, kurasa aniki-ku[19] akan membuat keributan malam ini, jadi maafkan kami.”

“...Aku mengerti, sekolah ekonomi rumah tangga pasti mengerikan; sekolah itu bahkan tidak punya liburan musim panas.”

“Iya. ‘Maid sejati tidak pernah istirahat’, begitu prinsip sekolahku. Bahkan pada hari Sabtu dan Minggu seorang calon maid tidak bisa beristirahat, dan kalau aku tidak bergerilya kabur selama dua hari tiap minggu, aku pasti sudah tak sanggup dan keluar.”

“Akankah ini menjadi zaman es dengan maid yang memiliki kebiasaan membolos banyak diminta?”

“Tentu saja; maid yang menyelesaikan pendidikannya itu lebih banyak diminta dibanding drop-out, katanya. Omong-omong, Kamijou Touma, apa rampasan perang di tanganmu itu hasil dari lotre?”

“Aku sudah bayar semuanya (mungkin). Kalengnya mungkin sedikit kotor, tapi ambillah kalau kau mau.”

“Kalau ada teh hijau, aku ambil—“

“...Kalau begitu susu dengan teh hijau bubuk boleh untukmu.”

“Terima kasih,” kata Tsuchimikado Maika sambil mengulurkan tangan mungilnya dan mengambil teh susu dari tangan Kamijou. Kemudian, robot pembersih itu mengubah jalurnya, meninggalkan Kamijou dan Imouto di belakang. Maika mengayunkan tangannya keras-keras untuk perpisahan.

“Yang terakhir, trik nomor satu untuk menyembunyikan seorang gadis pelarian: jangan tinggalkan gadis itu di kamarmu selama siang hari. Biarkan dia berkeliaran dengan damai di kota; lalu pada malam hari, memancingnya dengan umpan adalah pilihan paling mudah. Tinggalkan dia di kamarmu sepanjang wajtu, dan suara orang yang tinggal di kamarmu akan keluar dan tetanggamu mungkin menyadarinya. Maksudku, bukankah suster itu membuat terlalu banyak keributan?”

Robot kebersihan dengan gadis yang duduk di atasnya pergi entah ke mana.

“‘Apa kau suka mengurung orang lain?’ tanya Misaka sedikit serius.”

“Bukan masalah serius; cuma menyembunyikan orang yang menumpang gratis.”

Kamijou mengatakan dengan jelas. Dia mengatakannya dengan jelas... tapi tidak ada ragu lagi, apa yang akan si gila hukum katakan? Kamijou berharap bukan penculikan anak di bawah umur atau yang lebih burul.

Kalau ada yokozuna[20] yang naik, kabelnya pasti putus, pikir Kamijou khawatir ketika menaiki elevator usang itu bersama Misaka Imouto dan naik ke lantai tujuh.

*Kinkon*, terdengar suara elektronik murahan ketika elevator itu tiba di lantai tujuh. Karena asrama Kamijou bentuknya persegi, tidak ada jalan selain lurus saja ketika keluar dari elevator.

Di depannya, di dekat pintu kamar Kamijou, adalah pegangan tangan metal yang anehnya baru. Kamijou tidak bisa mengingat seberapa keras pun dia mencoba, tapi seorang idiot sepertinya telah menggunakan api untuk membakarnya. Di sana-sini, kalau seseorang memerhatikan, dinding dan lantainya juga anehnya baru.

Dan, di depan pintu kamar Kamijou, Index dan Himegami Aisa menghadap mereka, keduanya berjongkok, tangan mengulur, dan bermain dengan seekor kucing calico. Terlihat di antara keduanya, kucing calico itu sedang dielus oleh empat tangan dan dengan senang berguling di lantai.

“...Hei, apa yang kalian berdua lakukan? Hei! Kenapa, apa kalian terkunci di luar padahal kalian tidak perlu kunci untuk masuk?”

Ketika Kamijou menaikkan suaranya, keduanya melihat ke atas ke arahnya.

“Ah, Touma. Yah, ada kutu di Sphinx, jadi kami mencarinya— eh, apa!? Touma membawa gadis yang tak dikenal lagi!”

Adalah Index, seorang gadis berusia 14-15 tahun, yang berteriak. Seorang gadis dengan nama 100% palsu, dia dibalut dalam jubah biarawati mewah berwarna putih porselen dengan sulaman emas. Di suatu tempat, ada sebuah dunia di mana seseorang bernama “Index” berada, tapi bagi Kamijou, Index diperlakukan sebagai “seorang gadis yang tanpa kusadari menjadi penumpang gelap”.

“Mungkin ini takdirnya: membuat flag dengan orang lain, dan mengikuti rute ceritanya[21].”

Yang mengatakan itu adalah Himegami Aisa, seorang gadis 16-17 tahun. Dia berambut lurus hitam panjang dan berpenampilan seperti gadis kuil biasa, tapi di lehernya menggantung sebuah salib besar dari perak, yang anehnya seperti mengambang. Bukan sebuah kejutan, karena itu adalah barrier yang diciptakan untuk menyegel kekuatan Himegami, “Deep Blood”.

Kamijou mengingat perkataan Index yang lalu tentang salib itu.

“Touma, Touma, bukankah sudah kukatakan untuk tidak menyentuh salib Celtic Aisa? Itu adalah salib dari Gereja Berjalan yang hanya bisa menghasilkan dan menjaga barrier minimum. Yah, kalau diibaratkan seperti gereja biasa, kurasa ini adalah setara dengan salib di atapnya?”

“Hah. Artinya kalau tangan kananku menyentuhnya, barrier-nya akan hilang.”

“...Ya. Sama seperti yang terjadi dengan jubahku...”

“Ha? Aku tidak bisa mendengarmu, apa?”

“Tidak ada apa-apa! Aku tidak mengatakan apa pun, jadi lupakan saja!”

Setelah itu, Kamijou digigit oleh Index yang sedikit marah dengan pipi memerah. Intinya, salib itu tidak boleh disentuh sama sekali, mungkin.

Kebetulan, karena salib itu telah menyegel kekuatan Himegami, dia dinyatakan sebagai seorang Level 0 dari sekolah elit swasta, dan didorong untuk keluar. Walaupun Kamijou bisa mendaftarkan diri ke sekolah swasta itu, persyaratan minimum adalah menjadi seorang Level 2. Seorang sarjana atletik yang berurusan dengan cedera yang melumpuhkan mungkin bisa mengerti situasi Himegami dengan mudah.

Sekarang, kalau salib itu dilepaskan, “Deep Blood” mungkin akan muncul kembali; hal ini membuat Himegami bersumpah untuk tidak akan melakukannya.

Dengan situasi seperti itu, Himegami otomatis dikeluarkan dari asrama perempuan. Tapi, jika dia keluar dari Academy City, dia mungkin dijadikan sasaran oleh penyihir karena kekuatannya. Bagi Himegami yang tak punya tujuan, tidak bisa dipercaya bahwa pembimbing Kamijou, Komoe-sensei, memungut Himegami dan menjadikannya penumpang gratis di rumahnya.

Ada juga alasan kenapa mereka berdua bisa dengan mudah bertemu secara tidak sengaja di kota yang luas ini; sebenarnya, ada tempat-tempat tertentu ke mana gadis-gadis yang kabur dari rumah spontan pergi. Komoe-sensei, seorang spesialis psikologi di bidang komunikasi, sosial, lingkungan, dan tingkah laku di antara bidang-bidang yang lain, memiliki ketangkasan berkeliling ke tempat seperti itu, menemukan gadis yang kabur, dan membawanya ke rumahnya. Bertindak dengan intuisi bagus di daerah sekitar flag, lalu men-trigger keterkejutan para siswanya karena murid pindahan di akhir libur musim panas... Kamijou memiliki firasat buruk tentang sesuatu.

Dan Himegami yang itu melirik tumpukan kaleng jus milik Kamijou.

“Ada apa dengan tumpukan barang itu? Apa kau adalah seorang yang lemah yang tidak bisa minum air keran?”

“Bukan seperti itu. Biasanya, jus tidak akan membuatmu sakit,” Kamijou menghela napas. “Ini, Index, kau bertanggung jawab tentang jus-jus ini.”

“Uh-huh. Aku suka jus, tapi aku benci pull tab[22]. Touma, bisa tolong bukakan sekaleng untukku?”

Karena Index sama sekali tidak familier dengan peradaban modern, dia mungkin tidak bisa membuka pull tab-nya. Bukan karena dia tidak tahu caranya atau punya kekuatan untuk menariknya, tapi lebih kepada, “Kalau aku menariknya berlebihan, satu atau dua kukuku mungkin patah, jadi hal ini menakutkan.”

Ketika Index yang fobia pull tab mengembalikan kalengnya pada Kamijou, pandangannya jatuh ke Misaka Imouto.

“Hah? Benar-benar, pasti ada alasan kenapa tingkat pertemuan Touma dengan gadis-gadis itu terlalu tinggi. Bagaimanapun juga, kurasa aku tidak ingin mendengarnya. Yah, siapa orangtua anak ini?”

“Ini hanya pendapat pribadiku saja: aku hanya melihat seorang gadis miskin dan malang yang sedang dikejar oleh organisasi misterius.”

“Kalian ribut sekali, diam; tidak ada seorang pun yang boleh memperlakukan orang di sekitarku dengan buruk tanpa alasan apa pun,” kata Kamijou sambil membawa jus. “...Yang tadi kubiarkan saja. Bukankah tadi kau ingin mengatakan sesuatu? Apa maksudmu dengan ‘kutu di kucing calico’?”

“Yeah,” Index mengangguk lelah. “Ketika aku bangun suatu pagi, aku menemukan Sphinx dengan kutu di mana-mana. Kurasa aku yakin futon Touma ada dalam kondisi yang buruk.”

“‘Kurasa’, pantatmu! Bukankah sudah kubilang pada kalian para bocah, ‘kucing tidak boleh ada di atas futon’? Bahkan bulu kucing yang jatuh bisa membuat futonnya jadi buruk-! Tunggu, jadi ini alasan seluruh tubuhku gatal-gatal! Aaaagh!” Kamijou berteriak. “Dan itu kenapa kalian keluar dari kamar; kamarnya sudah jadi sarang kutu! Jadi itu kenapa kalian ada di sini, sialan!”

Mata Kamijou jatuh pada gagang pintu, tapi dia ragu untuk membukanya.

Mengabaikan Kamijou yang ragu, Index memasukkan tangannya ke lengan bajunya, dan mulai mencari-cari sesuatu.

“...Eh, Index, kenapa kau mengeluarkan daun hijau dari kantungmu?”

“Ini namanya tumbuhan sage! Aku menemukannya di luar tanpa kusangka. Kau tidak tahu?”

“...”

Index v03 055.jpg

Di Academy City, obat-obatan sudah biasa digunakan dalam pengembangan kekuatan psikis. Pengetahuan obat-obatan sudah dicatat sejak dahulu.

Tumbuhan sage: dari keluarga Labiatae, perenial, berasal dari daerah Mediterania. Digunakan sebagai obat, daunnya disebut dengan daun Salvia, tumbuhan ini juga dikembangbiakkan sebagai bumbu atau tanaman hias... di tempatnya ditemukan.

“Jadi untuk apa kau mengeluarkan tanaman obat itu? Kau akan mengunyahnya untuk memulihkan HP?”

“‘Ecchi-pi’?” Index memiringkan kepalanya. “Aku tidak mengerti bahasa aneh Touma, tapi kau tahu, tumbuhan sage punya efek menyucikan. Aku akan menggunakan tanaman ini untuk mengusir kutunya seperti sihir.”

“...Aku punya firasat buruk tentang ini. Tanaman itu, apa kau akan memberinya untuk dimakan oleh si kucing, atau untuk dimakan kutunya?”

“Uh, bukan. Bakar daunnya, dan letakkan Sphinx dekat asapnya untuk mengusir kutu.”

“...”

“Seperti biasa, membakar sesuatu di dalam kamar berarti bunuh diri.”

“...”

Kamijou melihat serius ke arah Index yang menjawab dengan terus terang.

Yah, aku tahu kalau kutu benci asap, aku tahu, tapi...

Dan Himegami tanpa diduga mengayun-ayunkan tangannya.

“Jangan diam saja, di sinilah kau memotongnya. Kalau begini, kucingnya akan diasapi sampai matang.”

Kata-kata Himegami membawa Kamijou kembali dari pikirannya.

“...Ah! Iya, benar, benar. Kau tidak tahu, Index, bahwa api itu adalah salah satu hal yang paling ditakuti kucing? Kalau kau mengasapi kucingnya untuk mengusir kutu, kucingnya juga akan ikut mati!”

Aku lega, paling tidak Himegami itu nomal, pikir Kamijou, merasa sangat lega. Himegami tiba-tiba memasukkan tangannya ke lengan jubah gadis kuilnya dan mulai mencari-cari sesuatu.

“...T-tunggu, Himegami. Apa yang kaukeluarkan dari lenganmu?”

“Hm? Kalau kau menanyakanku apa, aku harus menjawab dengan ‘semprotan sihir’.”

Bagaimanapun Kamijou melihatnya, itu jelas sebuah semprotan pestisida.

“----Errr. Apa yang akan kaulakukan dengan itu?”

“Aku cukup mengarahkan semprotan sihir ini ke kutunya, dan menyemprotnya.”

“...Sudah kubilang, kutu itu makhluk hidup, kucing juga, jadi jangan keluarkan produk percobaan Academy City yang bisa membunuh kecoa dalam dua detik! Apa kalian berdua adalah tipe yang akan menyemprotkan pestisida ke wajahnya sendiri ketika nyamuk hinggap di wajahnya-!?”

“...?” Melihat keduanya saling berpandangan dengan bingung, Kamijou akan meremas kepalanya kalau tangannya tidak dipenuhi oleh kaleng jus. Yang paling mengganggunya adalah tindakan yang mereka akan lakukan itu adalah hanya karena mereka benar-benar khawatir terhadap kucing itu.

Ketika itu, Misaka Imouto yang sebelumnya diam tiba-tiba membuka mulutnya.

“‘Kalau ada diskusi yang sedang berjalan, bukankah lebih efektif untuk meletakkan jusnya lebih dulu?’ kata Misaka yang keberatan menyarankan.”

“Hm? Ah, benar, letakkan saja di lantai. Maaf, dan kau boleh ambil satu sebagai rasa terima kasih.”

“‘Tidak perlu,’ kata Mikoto membalas. ‘Yah, tidak masalah kalau aku meletakkannya di lantai, tapi harap pastikan kaleng-kaleng ini tidak jatuh tujuh lantai ke bawah,’ kata Misaka memperingatkan tentang tugas yang harus dilakukan setelahnya.”

Index dan Himegami tiba-tiba berhenti sebagai respon dari tindakan Misaka Imouto yang seperti sommelier[23] kelas dunia yang sangat sopan; mereka pasti sangat syok jika dibandingkan sebagai pembuat masalah.

“...Uwaah. Touma, Touma. Dia terlihat seperti Queen of Honor dari Kastil Windsor.”

“...Lebih mirip kalau dia itu dari abad pertengahan. Mungkin dibuat untuk mengikuti proyek robot maid.”

Misaka Imouto bahkan tidak menaikkan alisnya pada perkataan mereka.

“Kalau begitu, cara menangani kucing itu—“

“Uwaah, sambungan yang bagus... Lupakan, kau tahu sesuatu?”

“—Walaupun kau tahu, menggunakan obat anti kutu tanpa resep benar-benar direkomendasikan,’ kata Misaka menyarankan. ‘Seharusnya ada bubuk anti kutu yang bisa dipercikkan ke kucing.”

“...Yah, tapi itu obat, ‘kan. Bukankah akan jadi berbahaya pada ujungnya?”

Academy City memasukkan kurikulum pemberian obat kepada para muridnya... apa yang mereka bicarakan? Walaupun dengan pendapat ini, tidak peduli apa yang kaupikirkan tentangnya, kucing itu berumur kurang dari setahun. Daya tahan terhadap obat-obatan, apakah “berbahaya” atau “tidak berbahaya”, berbeda sesuai umur.

Tapi Misaka Imouto tidak terlihat khawatir. Yah, dia memang tidak punya ekspresi dari sananya.

“‘Tidak ada yang namanya obat yang tidak berbahaya,’ jawab Misaka dengan tepat. ‘Jika dibandingkan bahaya dari kutu dan dari obatnya, yang sebelumnya disebutkan lebih serius,’ kata Misaka memberi penjelasan tambahan.”

“...”

“‘Bahaya dari kutu dan caplak bukan hanya dermatitis,’ kata Misaka menambahkan. ‘Situasi terburuk, ada kemungkinan kutu ini akan menjadi penyebab dari diathesis alergik yang mengancam nyawa,’ kata Misaka khawatir.”

Uh-huh, pikir Kamijou terdiam.

Yah, memang katanya penyalahgunaan antibiotik akan berujung pada imunitas yang merendah, tapi ketika panas seseorang mencapai 40°C, dia tidak punya pilihan lain selain meminumnya. Dia mengerti itu dengan baik… tapi melihat kucing calico yang mendengkur dan berguling, dia tidak bisa menerima cara yang aneh. Yah, tentu saja, sesuatu harus dilakukan pada kucing yang mendengkur itu untuk mengusir kutu-kutunya.

Apa ada yang bisa dilakukan tanpa mengandalkan obat-obatan? Kamijou menggumam lembut sambil melipat tangannya, larut dalam pikiran- dan Misaka Imouto tiba-tiba mulai bicara.

“‘Singkatnya, mengeluarkan kutu dari tubuh kucing tanpa menggunakan obat-obatan itu lebih baik,’ kata Misaka memberi konfirmasi- ‘tentu saja, tanpa beralih pada asap atau pestisida.’”

“…Yah, hanya karena keduanya punya niat buruk tidak berarti mereka serius ingin melakukannya, kurasa.”

“‘Atau mungkin karena tidak ada pertolongan selain kejahatan?’ kata Misaka menjawab dengan ketakjuban.” Seperti biasa, Misaka Imouto menjawab tanpa ekspresi sedikit pun. “‘Bagaimanapun juga, kau harus mengawasi mereka berdua,’ kata Misaka memberi saran. ‘Kalau kau tidak memisahkan gadis-gadis ini dari kucing itu secepatnya, Misaka pikir penghancuran wadah harus diaplikasikan tepat saat ini,’ kata Misaka menambahkan sebelumnya.”

“…Kau secara hukum memperlakukan kehidupan seekor binatang sebagai wadah? Ayolah.”

Memangnya boleh melegislasikan hukum baru, Kamijou pikir. “Dan kita kembali ke awal. Yah, asap dan pestisida… karena pilihan itu sudah pasti ditolak, bagaimana Misaka Imouto akan mengusir kutunya?”

*Piku*, bahu Miko dan Suster bergerak bersamaan.

“Hoo. Touma baru bertemu seorang gadis jauh lebih lama dari bertemu denganku, tapi dia mengandalkan gadis itu lebih, hohoho.”

“Ini dia. Ini rencana untuk menghilangkan karakter lama dengan cepat. Fufufu. Kita tidak akan diselamatkan.”

“…”

Kamijou sudah mengabaikan mereka.

Melihat Kamijou yang kaku, Misaka Imouto bergumam tanpa ekspresi,

“‘Mengulang pertanyaannya, pestisida dan asap dilarang, dan metode apa pun yang tidak memakai obat-obatan dan bisa menjatuhkan kutu dari kucingnya dibolehkan, benar?’ tanya Misaka memastikan untuk terakhir kalinya.”

“Benar, tapi bagaimana?”

“‘Begini,’ kata Misaka segera membalas.”

Misaka Imouto mendekati kucing yang meringkuk itu dan meletakkan telapak tangannya di atasnya.

Dalam sesaat suara *pachin* dari listrik statis yang dilepaskan keluar dari telapak tangan Misaka Imouto. Mayat kutu berjatuhan dari kulit si kucing seperti benda berdebu yang digoyang. Sphinx, dengan bulu berdiri, berontak dengan ribut; Himegami memegang kucing itu di tengkuknya sebelum kucing itu terjun bebas tujuh lantai ke bawah.

“‘Kutu-kutunya dibunuh dengan frekuensi yang spesifik,’ kata Misaka memberi informasi. ‘Tipe alat penolak serangga seperti ini umumnya dijual di toko terkenal dengan diskon, jadi harusnya tidak ada masalah dengan keamanan.’”

Misaka melihat ke pintu sejenak. “‘Sedangkan untuk dalam ruangan, menggunakan pestisida tipe asap akan lebih mudah untuk membasmi hama,’ kata Misaka menyarankan lebih dulu.”

Bagaimanapun juga, tugas sudah selesai, pikir Misaka Imouto sambil berbalik dan pergi tanpa mendengar satu kata pun ucapan terima kasih.

Index, matanya mengikuti figur yang pergi itu, menggumam perlahan,

“Touma, Touma, gadis itu adalah cool beauty[24] yang sempurna, kurasa.”

Mengambil kesempatan itu, Kamijou juga bergumam,

“Aku setuju; ini adalah perintah yang tidak masuk akal, tapi ini adalah permintaanku, tolong ikuti contoh dari orang itu, walaupun sedikit.”

Catatan[edit]

  1. TN: Dalam artian membuatnya miskin, bukan memeloroti celana atau sejenisnya
  2. Perang sipil Jepang antara abad ke-15 sampai abad ke-17.
  3. TN: Bukan yang untuk anak-anak, tapi yang biasa untuk iklan. http://www.seeing-stars.com/Images/Slides/Blimp.JPG
  4. Sup kacang merah yang manis
  5. lit: Pengendali listrik
  6. Panggilan kepada kakak perempuan yang dihormati.
  7. TN: Saya ga bisa menerjemahkannya dengan baik. www.youtube.com/watch?v=WLwsbgeJuIE
  8. Jenis komedi Jepang, http://id.wikipedia.org/wiki/Manzai#Si_pintar_dan_si_bodoh
  9. Kaca mata infra merah; yang biasa dipakai militer untuk melihat dalam kegelapan.
  10. Adik perempuan, di sini digunakan sebagai nama
  11. lit: Kembar-chan
  12. Kakak perempuan
  13. Furigana: Penjaga; dibaca Anti-Skill (lit: Anti-Kekuatan)
  14. TN: Seperti dalam game Final Fantasy atau game lainnya yang bisa mengubah job.
  15. TN: Akhiran seperti -sama, -san, -chan, dll. Akhiran -sama itu menunjukkan kehormatan yang tinggi.
  16. Kakak perempuan.
  17. TN: Pembantu/pelayan wanita, biasanya berseragam
  18. Posisi duduk Jepang, duduk bersila.
  19. Kakak laki-laki
  20. Tingkat tertinggi seorang pesumo.
  21. Seperti dalam VN, galge, eroge
  22. Jenis bukaan kaleng.
  23. Pelayan spesialis minuman anggur
  24. Orang cantik yang tenang/dingin.


Previous Prolog Return to Main Page Forward to Chapter 2