Tokyo Ravens (Indonesia):Volume 1 Chapter 2

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Chapter 2 - Dimulainya Pemujaan[edit]

Bagian 1[edit]

“Uh … Mengapa kau ada di sini?”

“… Liburan musim panasku dimulai hari ini.”

“Oh, aku mengerti, jadi kau pulang?”

“Ya …”

Natsume menjawab setiap pertanyaan Harutora dengan suara kaku.

Harutora dan Nastume berdiri di sisi jembatan kala senja, bersandar sedikit di pagar yang dicat berbintik.

Angin yang bertiup lembut menerpa mereka bedua, membawa sedikit kesejukkan. Matahari tenggelam di arah barat, dan dengan cepat langit terlihat dalam warna malam.

“Berapa lama kau akan di sini?”

“… Sekitar satu minggu.”

“Oh, liburan musim panas Akademi Omnyou benar-benar pendek.”

“… Sebenarnya, bukan sesingkat itu.”

“Hah?”

“Di sana, aku memiliki banyak hal yang harus dilakukan.”

“Uh, oh, aku mengerti.”

Merasa tidak tertarik Harutora menggaruk pipinya, mengalihkan sudut matanya dari Natsume.

Kepalanya sedikit menunduk, melihat kakinya sendiri. Untuk beberapa alasan, dia terlihat sedikit marah. Di sisi lain, wajah Natsume selalu memiliki sedikit tanda ketidakpuasan, dan terlihat sangat kontras dengan kecantikannya.

Dia adalah seorang gadis di mana kata ‘indah’ lebih cocok menggambarkannya daripada ‘imut’, yang memberikan kesan tenang yang melebihi usia sebenarnya.

Bulu matanya yang panjang, hidung mengembangnya, dan pipi yang tipis, dengan garis halus dari dagu ke bawah lehernya seperti bunga mekar dalam bayang-bayang, tapi yang terbaik hanyalah wajah bagian luar. Jika dicermati lebih dalam, dia akan melihat kebanggaan dan semangat mengetahui tersembunyi dalam hatinya. Rambut hitam yang melayang mengikuti angin yang menari bebas tanpa memperhatikan citra dirinya.

Hanya ada ruang sejauh satu meter antara mereka berdua, dan mereka melakukan percakapan ini itu, masing-masing dari mereka mencari kata untuk diungkapkan.

Juga, mereka telah memilih arah yang berbeda untuk melangkah maju.

Mereka akrab satu sama lain, tetapi tidak saling memahami—ini membuat Harutora bingung. Keduanya tidak bertemu untuk waktu yang lama, tetapi dia tidak memiliki sesuatu untuk dikatakan.

Mereka tidak merasa asing satu sama lain ketika masih anak-anak, tetapi karena mereka telah masuk sekolah menengah, mereka tetap berhubungan seperti ini. Natsume yang lahir di keluarga utama telah diharapkan menjadi Onmyouji sejak dirinya masih kecil, dan telah menerima pelatihan dasar yang memadai.

Mentalitas serta orang-orang yang berada disekelilingnya jauh berbedea dari Harutora, yang tidak pernah memiliki sedikitpun bakat yang terlihat.

“Bagaimana keseharian di Akademi Onmyou?”

“… Maksudmu, bagaimana?”

“Apakah itu menarik?”

“… Aku tidak tahu, aku tak yakin.”

“A, Aku mengerti. Uh, itu berbeda dari sekolah tinggi yang normal. Apakah itu melelahkan?”

“Adapun melelahkan, dibandingkan dengan Akademi Onmyou, ‘tradisi’ lebih …”

Harutora terkejut. Sudah lama semenjak dia mendengar perkataan itu.

“Hah?”

“Oh, tidak, sama sekali tidak …”

Natsume segera mengomentari, dan Harutora tidak memberikan pertanyaan lebih lanjut, dengan perasaan canggung mencari topik baru.

“Bagaimana dengan Tokyo? Apakah nyaman untuk tinggal di sana?”

“… Itu cukup nyaman.”

“A, Aku mengerti. Kau mungkin bertemu dengan beberapa teman baru di sana, kan?”

“Teman-teman, katamu?”

“Hah? Kau tidak memiliki teman baru?”

“… Aku tidak terlalu yakin.”

Nada bicara Natsume tidak terlalu jelas, dan jawabannya sangat membosankan. Pandangan seseorang yang tidak diketahuinya, sikapnya mungkin tampak dingin dan penuh emosi.

Sebenarnya, Natsume sangat pemalu semenjak kecil. Bahkan lebih ke pendiam, tetapi karena ada pihak lain yakni Harutora, dia telah berbicara lebih banyak jika dibandingkan berbicara dengan orang lain.

“Haha, jangan khawatir, kau tidak pernah terlihat bersahabat.”

“Benar.”

“Kau tidak diganggu, kan?”

“Kau tidak perlu mengkhawatirkan itu. Selama kau memiliki kekuatan, kau tidak perlu takut dipandang rendah.”

Sikap ketika dia berbicara sopan, tetapi perkataannya ketika berbicara tidak segan sama sekali. Cara Natsume menjawab tidak berubah semenjak kecil, dan Harutora tidak bisa menahan senyum kecutnya.

“Kau berbicara langsung seperti sebelumnya.”

“… Aku berbicara kebenaran.”

“Tapi, kau tidak akan mendapatkan teman jika seperti itu.”

Dia membicarakan kebenarannya secara serampangan.

Kemudian, dia melihat kalau suasana hati Natsume mulai mengayun aneh, seperti kemarahan yang meledak keluar dari topeng dibalik wajahnya.

Dia mencoba untuk menghentikan dirinya sendiri, tapi sayangnya sudah terlambat.

“… Lalu, Harutora-kun?”

“Apa?”

“Aku akan bertanya, setelah kau masuk SMA, apa teman-teman yang kau temui berguna untukmu?”

“Ber, Berguna … Teman tidak ada hubungannya dengan berguna atau tidaknya, kan?”

“Apakah seperti itu?”

“Ya. Jika kau merasa bahagia ketika bersama-sama, kau akan menganggap mereka sebagai teman.”

Harutora mencoba untuk tidak kehilangan ketenangannya, membalas pernyataan Natsume yang bertentangan sambil tersenyum.

Namun, Natsume kemudian berbicara dengan nada dingin:

“Teman adalah orang yang akan bersaing denganmu dan belajar darinya.”

“Se, Semua teman tidak bisa seperti itu, kan?”

“Tidak, kau tidak mempercayainya karena kau bermalas-malasan setiap hari, kenapa kelompok yang tidak ada bagusnya berada di sekitarmu.”

“… Hei.”

Nada bicara Harutora disertai kemarahan yang tidak mampu ditahan.

Pada saat itu, pancaran mata Natsume menunjukkan penyesalan.

Tapi, di saat berikutnya, matanya memberikan sinyal yang lebih agresif, seolah-olah untuk mengthilangkan penyesalan.

“… Harutora-kun, kau harusnya tahu tentang kondisi keluarga Tsuchimikado saat ini, kan? Aku adalah pewaris berikutnyaa yang akan mewarisi keluarga ini. Aku memiliki tugas sebagai kepala keluarga berikutnya, dan aku tidak memiliki waktu untuk melewati hari-hari tanpa melakukan apapun, aku juga tidak memiliki waktu untuk bergaul dengan teman-teman yang tidak berguna sepanjang hari.”

Citra lucunya berubah, berbentuk pisau yang tajam. Tidak da kemarahan dalam nada bicaranya, tetapi itu seperti katana yang terhunus, dipenuhi dengan ketenangan.

Dan.

“… Aku berbeda darimu.”

Saat dia mengucapkan kata-kata terakhir, senyum dingin muncul di wajahnya. Dia benar-benar tidak bisa melawan sikap Natsume.

Harutora mengetahui kalau dia benar, mereka berdua benar-benar berbeda. Tidak, dia hanya merasa marah karena perbedaan mereka.

“… Kata-katamu kejam seperti biasanya.”

“Aku berbicara kebenaran, seperti yang kukatakan barusan.”

“Seperti yang diharapkan dari anak ajaib, bahkan perkataanmu berbeda dari orang lain.”

“Mengatakan kebenaran tidak ada hubungannya dengan keajaiban atau sifat seseorang.”

Harutora lebih tinggi setengah kepala dari Natsume. Dia memandang rendah, tetapi Natsume melihat dengan kepala terangkat, kedua tatapan saling bertemu di udara, guguran bunga api tidak terlihat.

Tapi, Harutora mengamati jikalau situasi tidak menguntungkan baginya. Dia ‘berutang’ pada Natsume. Bahkan jika dia tidak merasa kalau dirinya memiliki tanggung jawab dalam bentuk apapun, dia benar-benar merasa menyesal.

Jadi …

“… Kau sungguh tidak lucu sama sekali.”

Dia menyerangnya dengan kata-kata, kemudian dengan cepat berbalik seolah-olah dirinya hendak melarikan diri.

Tanggapan Natsume setelah mendengar perkataan itu jauh dari sikap konfrontatifnya. Sejak Harutora berbalik, dia tidak memperhatikan—mata teman bermainnya semasa kecil telah memerah.

“… Jangan khawatir.”

Natsume menekan sedikit suaranya yang gemetar, memberitahu Harutora.

“Aku tidak akan meminta untuk merubah cara hidupmu, kamu dapat melanjutkan kehidupanmu yang bahagia. Aku yang akan menjaga Tsuchimikado—keluarga kita—Seorang diri.”

Berbeda dengan pukulan lemah serta mengancam yang dilontarkan putra dari keluarga cabang, perkataan Natsume memukul telak Harutora.

Harutora tidak mampu membalasnya, dan dengan cepat Natsume memulihkan kontrol atas dirinya sendiri ketika dirinya melihat Harutora yang terdiam.

Dia mengangguk ringan dengan beradab yang hampir bisa dikatakan sebagai ‘terlalu sopan’.

“… Selamat malam.”

Setelah mengatakannya, dia membuat belokan yang rapi, kemudian berjalan melintasi jembatan.

Setelah rambut hitam yang indah jatuh di punggungnya, dia pergi tanpa berbalik.

Merasa cemas dan jengkel dalam hatinya, Harutora mengerutkan wajah.

Dia tidak mempu menggerakan kakinya, dan hanya bisa terdiam melihat kepergian Natsume.

“… Cih.”

Dia berdecak.

… “Pembohong.”

Harutora harus mengakui, dia benar-benar berhutang pada Natsume.

Bagian 2[edit]

Cuaca cerah di hari berikutnya, cuaca yang pas untuk mengadakan sebuah festival kembang api.

Lokasi festival berada di sebuah kuil yang ada di luar kota, dan mencakup area tepi sungai di belakang kuil. Mungkin dikarenakan benyaknya orang yang ada atau antusiasme yang diluapkan oleh pengunjung, kegerahan hari itu tidak tanggung-tanggung. Suara bising yang hidup lebih sering terdengar, dan matahari pada musim panas tercampur dengan udara, seolah-olah hanya dengan bernapas sekali saja dapat merasakan rasa musim panas.

“… Kau tidak melihat si gadis ajaib dari keluarga utama selama setengah tahun, dan segera berselisih setelah kalian melihat satu sama lain.”

Touji bersandar pada dinding batu besar yang mengelilingi kuil, mengatakan sesuatu yang tidak masuk akal dengan maksud menggoda.

Harutora dan Touji telah menyelesaikan kelas remedial mereka, dan mereka menunggu di lokasi yang telah disepakati. Hokuto terlambat, dan tidak menunjukkan batang hidungnya.

Di saat mereka menunggu Hokuto datang, Harutora memberitahu Touji tentang kejadian kemarin malam. Dia tidak berencana untuk membicarakan tentang hal itu, tetapi mata Touji yang tajam telah melihat sikap Harutora yang berbeda dibandingkan kemarin, dan secara tidak terduga, teman sekelasnya ini merupakan master persuasi. Entah bagaimana, Harutora tidak hanya meluapkan percakapannya di jembatan, tetapi bahkan berbicara mengenai hubungannya dengan Natsume.

“Apa yang sebenarnya kau pikirkan? ” “Kau menyebalkan.”

“… Kau terlalu jujur …”

“Kalian tidak bisa berbicara sama sekali. Lain kali aku pergi bersama seorang gadis, kau lebih baik tidak datang denganku.”

Dari bawah bandananya, Touji tersenyum dingin. Harutora berjongkok di tanah, dia merasa terganggu.

Tr1 065.png

Harutora akan selalu menunjukkan sikap sebaik mungkin, tapi pada akhirnya tidak banyak nomor gadis di dalam ponselnya—nomor yang cukup sedikit—dan itu akan menjadi kesulitan yang besar baginya untuk melakukan pendekatan yang lebih kompleks.

“Kuakui aku agak kekanak-kanakan di akhir … tapi dia memprovokasiku terlebih dahulu.”

“Tidak peduli siapa orangnya, kau tidak akan pernah bisa berbicara dengan para gadis.”

Touji benar-benar tidak peduli saat dia berbicara tanpa ampun, tapi Harutora tidak mengumpulkan kekuatan untuk membalas.

“Tapi, seperti yang diharapkan dari sebuah keluarga besar, bahkan keluarga cabang harus mematuhi tradisi dan menjadi shikigami keluarga utama …”

Touji tidak keberatan untuk menunduk pada Harutora, bergumam sinis.

‘Shikigami’ disebut sebagai pelayan yang dimanipulasi oleh Onmyouji, ‘shiki’ artinya ‘perbudakan’, dan shikigami berarti ‘roh yang menjadi pelaksana tugas mereka.’

Contohnya, ‘General Onmyoudou’ merupakan Agensi Resmi Onmyou dengan prioritas menggunakan Shikigami buatan manusia, yang diciptakan dengan menempatkan energi magis menjadi ‘inti’ pada pembuluh darah. Shikigami yang sederhana bisa dibuat di tempat, serta semua jenis kepribadian—pembuatan Shikigami.

‘Tradisi’ dari keluarga Tsuchimikado adalah keluarga cabang harus melayani keluarga utama sebagai seorang shikigami.

“Hei, tenanglah, dalam kasus itu, apakah Yakou juga memiliki shikigami seperti itu?”

“Aku tidak tahu. Dia mungkin punya, meskipun aku tidak begitu yakin.”

“Shikigami Yakou adalah Hishamaru dan Kakugyouki … Apa mereka manusia?”

“Aku sudah bilang kalau aku tidak tahu.”

Touji menunjukkan rasa ingin tahu yang kuat, tetapi Harutora menghentikannya dengan santai.

“Kalau dipikir-pikir, terlepas dari Yakou, bukankah kau berpikir terlalu serius untuk mematuhi ‘tradisi’ itu sekarang? Itu terlalu ribet.”

“… Kau tidak bermaksud untuk mengatakan ‘ribet’ kan?”

Tatapan Touji menjadi lebih dingin. Wajah Harutora memerah, membantah: ‘Itu adalah hal yang sama!’

“Dalam kasus apapun, itu tidak cocok sama sekali! Tidak heran ayah mengatakan padaku untuk tidak terlalu khawatir.”

“Apakah seperti itu?”

“Bukankah begitu? Pikirkan ini, memaksa seseorang untuk menjadi shikigami, bukankah hal itu mengabaikan hak asasi manusia! Tradisi semacam itu tidak melihat orang-orang sebagai manusia sama sekali!”

Kebanyakan orang akan berpikir tentang memanipulasi shikigami dan menggunakan daya tarik ketika ditanya mengenai teknik sihir paling representatif dari Onmyouji.

Namun, shikigami merupakan rekan dan penjaga pekerja lapangan, dan secara kasarnya, mereka adalah pelayan atau budak, bahkan ‘alat’.

Namun …

“Ada banyak situasi di mana seseorang menjadi shikigami.”

“Jangan membual, shikigami dapat menghilang dimanapun dan kapanpun.”

“Itu hanya kiasan. Sederhananya, shikigami sebenarnya merupakan bawahan yang bertindak sesuai dengan perintah tuannya. Misalnya ninja yang mengabdi selama periode Perang Amerika semacam shikigami.”

“… Apapun itu, itu adalah masa lalu.”

“Dari sudut pandang modern, hubungan antara pekerja lapangan dan shikigami hampir sama dengan pelatih dan atlet … Uh, itu sedikit berbeda dengan ketaatan mutlak.”

“Apa maksudmu, sedikit berbeda! Bagian itulah yang paling penting!”

Harutora memikirkan percakapan kemarin di jembatan. Ketaatan mutlak untuk mengabdi pada Natsume? Mustahil. Dia tidak bisa melakukannya. Itu bahkan bukan pertanyaan apakah dia memiliki bakat sebagai Onmyouji lagi.

“… Di sisi lain, jika aku mampu melihat roh, akan ada peluang tinggi aku akan berakhir seperti itu …”

Dari nada bicara Natsume kemarin, dia mungkin berkomitmen untuk membangun kembali keluarga Tsuchimikado. Itu merupakan dampak dari posisi atau kepribadiannya? Apapun itu, Harutora benar-benar tertarik untuk mendampingi teman masa kecilnya demi mengejar ambisi yang tinggi itu.

“Apanya yang ‘teman tidak berguna’, apanya yang ‘kewajiban sebagai pewaris keluarga’ … Apa dia tidak bosan untuk mendramatisir hal-hal seperti itu?”

“Dia gadis yang jujur.”

“Jujur bagaimana? Ha.”

“‘Aku kesepian’ … Itulah maksud pewaris selanjutnya dari keluarga utama, kan?”

Touji memandang Harutora, tatapannya sejenak melintas dengan cahaya yang tajam. Kata-katanya terasa tidak terduga bagi Harutora, yang bergumam untuk beberapa waktu.

… Itu Natsume, menunjukkan kelemahannya padaku? Tapi … bagaimana jika …

Tapi, itu tidak mungkin. Orang-orang khusus yang ingin menjadi Onmyuji berkumpul di Akademi Onmyou tempat Natsume menimba ilmu, dan tentu saja para siswa mengetahui hubungan antara keluarga Tsuchimikado dan Tsuchimikado Yakou. Natsume, seorang diri, berteman dengan orang-orang seperti itu, mempelajari Onmyoudou.

Selain itu, Natsume memang berbakat, dan sangat mungkin bisa menyebabkan kecemburuan atau kebencian. Mengingat kepribadiannya, itu sangat sulit untuk membayangkannya mampu menemukan teman sekelompok yang bahagia atau menyingkirkan emosi negatifnya. Dalam hal ini, mungkinkah dia menghabiskan setiap hari di Tokyo dalam keadaan sedih?

“….”

Harutora mengerutkan kening, tampak tertekan dan terdiam. Touji menunduk melihat Harutora penuh perhatian, seakan dia pikir dia akan menjadi sederhana dan mudah untuk dipahami.

“… Oke, kau hanya ditolak, jangan merasa terganggu, ini bukanlah akhir dunia, kan?” Tatapan Touji beralih ke belakang Harutora saat dirinya berbicara sambil mengangkat bahu.

Harutora menghentikan murungnya, melihat ke atas dengan ekspresi kesal.

“Siapa yang kau katakan ditolak?”

“… Siapa juga yang ditolak?”

Terdengar suara menakutkan yang terdengar seperti sebuah gunung api yang akan meletus. Itu adalah Hokuto.

Touji menyeringai, dan Harutora yang berjongkok di tanah segera berdiri. Harutora berbalik untuk menyelesaikan kesalahpahamannya, tetapi tersedak seperti perkataan itu akan meninggalkan mulutnya.

Mata kosongnya melebar.

Melihat reaksi Harutora, Hokuto berkata: “… Apa …” dan menoleh sambil melihat Harutora dari sudut matanya. Dia berpura-pura tenang, tetapi wajahnya memerah karena dugaan dan tegang, dan jari kakinya cemas berputar-putar menelusuri tanah.

Touji batuk ringan.

Harutora segera berbicara:

“Ka, Kau telat, Hokuto.”

“… Maaf.”

Touji batuk kembali.

“Um, tidak, tidak apa-apa … Nah … Apa yang terjadi, kamu berpakaian seperti itu?”

Kali ini Touji tidak batuk lagi, sebagai gantinya dia mendesah ringan. Hokuto perlahan tegang menggembungkan pipinya.

“Tidak! Aku hanya mengenakan yukata karena aku pergi ke sebuah festival, apa ada yang salah?!”

Hokuto saat ini sedang mengenakan yukata.

Itu adalah yukata berwarna hitam, dihiasi oleh peoni(sejenis bunga) berwarna putih dan kupu-kupu di bagian atasnya, dengan sabuk merah muda yang elegan. Seluruh bagian tubuhnya memberikan aura tradisional dan matang, seolah-olah dia adalah orang yang berbeda dibandingkan Hokuto yang kemarin.

“Tidak,, tidak, maaf! … Melihatmu berpakaian seperti ini, aku merasa itu tidak menggambarkanmu … aku, aku terkejut karena penampilanmu terlihat tidak terduga, jadi aku meragaukan mataku sendiri …”

Aktivitas gunung berapi di jantung Hokuto menjadi lebih aktif dan lebih aktif lagi setiap kali Harutora membuka mulutnya bingung, terlihat seperti akan meletus setiap saat. Mata penuh kegembiraan yang dipenuhi air mata secara bertahap menatap Harutora. Touji yang berdiri di belakang Harutora, menutupi wajahnya karena dia tak mampu bertahan.

Tapi …

“Tapi … itu terlihat cocok untukmu. Itu benar-benar mengejutkanku.”

Sesaat sebelum gunung berapi meletus, kemarahan Hokuto menghilang.

“… Be, Benarkah?”

“Ya, bagaimana mengatakannya … Ini terlihat segar, dan lebih dewasa dibandingkan biasanya.”

Harutora juga tidak benar-benar jelas mengenai apa yang dikatakannya, dan berbicara ragu, jujur mengatakan apa yang ada di hatinya.

Hokuto memindahkan tatapannya, seakan memata-matai ekspresi Harutora. Dia tidak melakukan sesuatu, tetapi detak jantungnya bertambah cepat.

Tidak lama setelah itu, Hokuto menyatakan perasaan puasnya, santai dan merilekskan dirinya.

“… Terima kasih.”

Dia pura-pura tenang, sudut bibirnya membentuk senyum, dan mengucapkan terima kasih dalam diam.

Keduanya tenggelam dalam keheningan.

Tatapan Hokuto menjentikkan sekitarnya, tampak malu-malu, dan Harutora masih berdiri, juga gelisah dan cemas. Keduanya tampak seperti mereka ingin membuka mulut, tetapi mereka tidak bisa menangkap kesempatan.

Keheningan itu berlanjut.

Touji diam-diam menghitung sampai dengan seratus.

Setelah itu, dia memutuskan untuk terus menunggu.

“Baiklah, karena Hokuto ada di sini juga, kita harus bersiap untuk pergi melihat-lihat, kan?”

Harutora dan Hokuto menganggukkan kepala mereka sedikit, seolah-olah mereka merasa lega.



Sayangnya, aura dewasa Hokuto tidak berlangsung lama.

“Berikutnya, permen kapas! Aku ingin makan permen kapas!”

“… Kenapa kau tidak memakan manisan apel yang ada di tangan kanan dan pisang coklat di tangan kiri terlebih dahulu.”

“Harutora, ada topeng! Hei, bagus yang mana? Mana yang menurutmu bagus?”

“Badut itu … Tidak, aku bercanda! Aku bercanda, jangan menendangku dengan sandalmu!”

“Aku melihat ada ikan mas! Yeah!”

“Tunggu! Jangan lari menggunakan yukata! Orang jenis apa yang mampu berlari cepat menggunakan yukata?!”

Dia merupakan tipikal orang yang sangat ceria, begitu ceria sampai dirinya ditakuti oleh siswa SD yang berjalan bersamanya, setelah benar-benar kembali ke sikap tomboinya yang normal.

Touji tertegun.

“… Apakah dia juga seperti ini tahun lalu?”

“Dia lebih buruk ketika tahun lalu.”

Harutora menjawab dengan senyum kering dari belakang Hokuto.

Biasanya Hokuto akan sesekali menjadi kekanakan, tetapi begitu dia memasuki perayaan ini, dia nampak terlihat seperti dia telah berbuah sepenuhnya menjadi seorang anak. “Harutora, lihat ini!”, “Harutora, ke sini!”—Matanya menyorot dengan cahaya sambil menarik lengan Harutora, menunjuk ke stan satu per satu.

Sebenarnya, Harutora terkadang merasa seperti dirinya tidak bisa mengikutinya, tetapi begitu melihat senyuman Hokuto yang riang, dia akan dimarahi dan dikata-katai. Itu adalah hal yang menyenangkan ketika melihat wajah orang lain yang sedang merasa senang.

Juga, ketika dia bersama dengan Hokuto yang naif, dia tidak akan mengingat masa lalu.

Dulu, ketika dia masih anak kecil. Setiap kali dia berkunjung ke kediaman keluarga utama, teman masa kecilnya akan merasa gembira, wajahnya memerah dipenuhi kebahagiaan.

Dia akan mendengarkan apapun yang Harutora katakan, selalu mengikutinya …

Seaca spontan Harutora memikirkan sebuah pertanyaan.

… Apakah dia datang ke festival?

Dia tidak bisa membanyangkannya. Natsume mungkin tidak mengetahui sesuatu yang menyenangkan lebih dari siapapun, dengan bodohnya terbelenggu nama Tsuchimikado, dan hidup dengan belajar dan berlatih setiap hari.

Sementara dia bersenang-senang pada saat ini, apa yang dilakukannya—

Kemudian—

“… Harutora?”

Touji memanggilnya diam-diam, Harutora seketika terkejut.

“Ada apa?”

“Uh … Tidak, bukan apa-apa.”

Harutora tersenyum, kilauan itu membuat kesadarannya kembali ke festival yang ada di hadapannya.

Matahari terbenam di arah barat, dan lampu yang tergantung di atas kios dengan deretan lentera menerangi sekitarnya. Pertunjukkan kembang api akan segera dimulai dalam beberapa saat.

Saat itu, Hokuto, yang semula berjongkok melebarkan matanya melihat ikan mas, berdiri.

“Ah! Apa itu? aku belum pernah melihat itu sebelumnya!”

“Oh, itu adalah permainan menembak, terasa nostagia.”

Pada waktu yang sama dengan Harutora berbicara, Hokuto sudah bergegas ke stan dengan permainan menembak.

Harutora segera mengejarnya, dan Touji mengikuti dari belakang. Ada sepasang yang terlihat seperti anak kuliahan sedang mengambil tantangannya, dan Hokuto berdiri ke samping setelah bergegas ke barisan depan, dengan hati-hati mengamati mereka.

“… Jadi cara bermainnya seperti itu, kau menggunakan pistol mainan untuk menjatuhkan hadiah yang ada di sana, kan? Kemudian kau bisa mendapatkan hadiah setelah menjatuhkan …”

“Kau tidak pernah bermain?”

“Bukankah aku hanya mengatakan kalau aku tidak pernah melihat itu sebelumnya!”

Berkata demikian, Hokuto membayar harga untuk sekali bermain (dua ratus yen) kepada manajer stan.

Manajer memberinya pistol mainan.

“… Bagaimana cara menggunakannya?”

Dia menatap Harutora, kemudian Harutora mengambil pistol manian dari tangannya, menarik pegas, dan menaruh peluru gabus ke moncong pistol.

“Kemudian kau hanya perlu menarik pelatuknya saja.”

“Terima kasih! Kemudian, ayo kita lihat, hadiah apa yang harus kudapatkan?”

“Dengar, Hokuto, kau tidak bisa mendapatkan hadiah besar apapun yang kau inginkan dalam permainan jenis ini, tidak hanya kau akan mengenai mereka, bahkan jika kau mengenainya, hadiah tidak akan jatuh karena terlalu berat. Secara teori, kau harus menetapkan targetmu pada baris yang ditempatkan paling depan, mereka adalah hadiah yang relatif lebih mudah didapatkan.”

“Ah, aku gagal.”

“Dengarkan aku!”

Hokuto mulai menembak, dan tidak mengenai hadiah apapun. Dia berani mengarahkan senjatanya pada baris tertinggi, dengan pita yang berada dalam kotak sebagai targetnya, dia benar-benar menolak usulan Harutora.

Touji mengunyah cumi-cumi panggang yang telah dibelinya beberapa saat yang lalu, mengikuti kegembiraannya dari samping. Bau kecap yang terpanggang mampu meneteskan air liur.

“Uu, sungguh, semuanya tidak kena!”

“Itu salahmu sendiri.”

“Harutora, aku ingin hadiah itu.”

“Jangan menyusahkan.”

“Bagaimana dengan Touji? Kau terlihat seperti kau telah ahli dengan jenis permainan seperti ini.”

“Tidak tertarik.”

Mendengar jawaban dingin mereka, Hokuto memperlihatkan tampilan mengejek, mengatakan ‘sangat tidak berguna’. Kemudian, dia membayar dua ratus yen lagi, dan menantangnya kembali.

Tentu saja, targetnya adalah pita dalam kotak yang ada di barisan tertinggi. Dia membungkuk ke depan sebanyak mungkin, memperpanjang laras senapannya, dan bagian bawah yukatanya dianggat tinggi, membuat Harutora tersipu.

Tapi, hasilnya tetap sama, tidak ada yang kena. Hokuto cukup gila untuk menginjak-injak tanah.

“Menjengkelkan! Itu bahkan tidak mengenainya!”

“Aku mengatakan tidak ada gunanya mengincar hadiah besar.”

“Sekali lagi!”

“Menyerah saja.”

“Tidak! Aku ingin itu!”

Dia benar-benar seperti anak kecil. ‘Harutora.’ Touji yang berdiri di belakangnya, menempatkan kata-kata malasnya seakan ingin dia untuk memikirkan sesuatu. Bergumam ‘apapun itu tidak ada hubungannya denganku’ dalam hatinya, Harutora menerima pistol mainan yang Hokuto serahkan, dan membayar dua ratus yen.

“Tapi aku benar-benar buruk dalam permainan ini …”

Sama seperti pengakuannya, tembakannya melengkung satu demi satu.

Keberuntungan Harutora mungkin yang terburuk, dan terlepas apapun tujuannya, peluru akan melayang menuju ke arah mustahil. Uang yang ada di dompetnya perlahan habis, dan bahkan ketika seperti itu, Hokuto masih tidak membiarkannya pergi, dan uang uang seribu yen dihabiskan dengan cepat.

“Jika sekarang pelurunya tidak kena, menyerahlah.”

Setelah mengatakannya, dia memasukkan peluru terakhir.

Jantung Hokuto cemas saat menatap Harutora.

Kemudian, dia tersipu seolah memikirkan sesuatu.

Saat ini Harutora sedang membidik. Hokuto terlihat sedikit ragu, tetapi dia masih menurunkan pandangannya, menempatkan wajahnya dekat dengan telinga Harutora.

“Hei, Harutora.”

“… Jangan bicara denganku sekarang.”

“Jika kau mendapatkan hadiah yang …”

“Jangan bicara padaku.”

“Aku akan memberimu ciuman.”

Tangannya kehilangan kendali untuk sesaat.

Peluru gabus yang tidak jelas melaju pada arah yang sama dengan arah laras senapan, mengenai kotak pita. Kotak tersebut mengeluarkan suara tiba-tiba kosong, terjatuh.

Hokuto melompat-lompat, berteriak keras. Cumi-cumi yang Touji makan menyangkut di mulutnya, bertepuk tangan santai. Tapi, Harutora tidak menunjukkan kegelisahan.

“Ho, Hokuto, kau …!”

“Hah? Ada apa denganku?”

“Eh, itu, kau berkata … Jika aku mendapatkan hadiah yang …”

“Apa? Apa itu, Harutora?”

Hokuto memalsukan penampilannya yang sederhana, tersenyum tipis dan sedikit memiringkan kepalanya. Itu jelas senyuman seorang kriminal.

‘Cih!’ Harutora menyesalinya, tetapi suasana saat itu tidak cocok untuk membesarkan apa yang baru saja terjadi atau terus memberikan pertanyaan.

Sebenarnya, jika itu dilihat kembali, hal itu akan menyebabkan kesulitan untuk Harutora.

“… Sejak kapan kau mempelajarinya …”

“Hmm? Aku belum mendapatkan apapun yang kau katakan sampai saat ini.”

Hokuto tertawa dan berbalik, dan setelah diamati lebih dekat, orang dapat melihat kalau setengah dari itu hanya untuk menutupi rasa malunya. Tampaknya Harutora bukan satu-satunya yang takut akan risiko yang tidak diketahui.

Yang menakjubkannya adalah kalau hadiah besar yang Hokuto bersikeras mendapatkannya ternyata botol sabun dan sedotan.

Satu set gelembung tiup anak-anak untuk bermain dengan menempatkannya dalam sebuah kotak hadiah, dan menempatkannya paling tinggi hanya untuk menipu pelanggan.

“Tidak heran itu terjatuh dalam satu tembakan.”

Touji tertawa. Wajah Harutora memerah saat dia melihat hasil kerja sia-sianya.

Tetapi Hokuto sama sekali tidak memasukannya ke dalam hati.

“Tidak apa-apa, ini yang kuinginkan.”

Dia melepaskan ikatan pita di sekitar kotak, dengan cekatan mengikat ke rambutnya.

Tr1 079.png

Itu adalah pita merah muda yang indah, warna yang senada dengan sabuk di yukata Hokuto. Dengan pita yang terikat di rambutnya, terlihat itu telah diatur sejak awal.

“Ah.” Harutora membuat suara pujian.

“Sekarang bagaimana?”

“Kau tidak cocok mengenakannya.”

Harutora berbicara sinis, mengambil kesempatan untuk membalas godaannya sekarang.

Tapi, Hokuto tidak bergeming. Dia menatap mata Harutora dengan wajah serius.

“Terlihat manis?”

“….”

“Sangat manis, kan?”

“….”

“Katakan kalau ini manis!”

“… Oke, aku tahu. Manis, itu manis.”

“Sangat?”

“Kubilang, karena kau memaksaku untuk mengatakannya …”

“….”

“Manis! Itu benar-benar manis!”

Harutora hanya bisa memujinya berulang kali saat berhadapan seolah dia akan memukulnya setiap saat. Hokuto tersenyum ringan setelah mendengar itu, dia melonggarkan seluruh tubuh.

“Aku menang.”

“O, Oke …”

“Sebenarnya, Harutora merupakan Bakatora yang tidak mengerti hati perempuan. Jika kau dengan sungguh mengatakan kalau yukataku terlihat manis ketika kau melihatnya, kita tidak harus membuang begitu banyak usaha.”

“Hei, tenanglah. Hanya untuk membuatku mengatakan kata manis, kau mengenakan yukata yang tidak dipakai dan membuatku menghabiskan seribu yen pada permainan menembak hanya untuk mendapatkan pita?”

“Aku menang.”

“… Baik, aku kalah.”

Harutora merasa lelah, melemaskan bahunya. Hokuto tersenyum ceria, dengan perasaan senang bermain dengan pita.

“Aku akan menyimpannya.”

“Lakukan apa yang kauinginkan, tetapi itu sangatlah murah.”

“Tak apa, karena …”

“Apa?”

“Tidak … Bukan apa-apa.”

Hokuto tersenyum malu-malu, mengambil gelembung tiup.

Dia memasukkan bagian depan jerami ke dalam air sabun, kemudian mengkerutkan bibirnya, menuip ke arah jerami.

Gelembung berkedip dalam warna pelangi terbang melalui langit malam.

Beberapa anak yang datang dengan orang tuanya bersorak satu demi satu setelah melihat gelembung. Yang bersorak adalah seorang anak kecil dan seorang gadis kecil yang menggenggam tangan anak itu, seakan mereka sepasang saudara kandung. Meski reaksi dari pasangan itu memohon pada Hokuto, saat dia meniup gelembung ke arah kedua anak tersebut. Gumpalan gelembung berkeliaran, meledak dan menghilang tanpa suara.

… Kekanakan …

Hokuto memandang orang dewasa yang berbicara mengenai gadis yang memakai pita bermain dengan anak-anak, bahkan tanpa adanya jejak kekanakan.

Harutora tertegun, kemudian merasa lucu, menyeringai.

Hokuto melihat Harutora tersenyum padanya, dan meniup gelembung di wajahnya. “Hei, jangan menganggu!” Harutora segera berlari—Hokuto mengejar, dan saudara kandung itu tertawa bahkan terdengar lebih bahagia.

Untuk beberapa waktu, senyum muncul di wajah setiap orang.

Mungkin adegan mencolok ini adalah memori musim panas yang akan dikenang di masa depan.

“Baiklah … Apa yang harus kita lakukan selanjutnya, Harutora? Kita harus segera pergi, kan?”

Touji selesai makan cumi-cumi panggang, dan setelah memeriksa jam, membisikkan kata-kata di telinga Harutora.

Ini sudah hampir waktunya untuk pertunjukkan kembang api, dan meskipun mereka bisa melihat kembang api dari sini, kembang api akan ditembakkan dari tepi sungai, sehingga pemandangan terbaik ada di sana.

Saat itu, Hokuto yang berpisah dengan saudara kandung itu tersenyum seraya memanggi: “Ah, tunggu sebentar, aku akan segera kembali!”, Berpisah dari Harutora dan Touji, dan tiba-tiba berlari. Mereka berdua saling memandang heran.

“Apa yang dia lakukan?”

“Entahlah.”

Meskipun mereka tidak mengerti, mereka tidak berpikir itu akan baik untuk menunggu pada posisi mereka, sehingga mereka mengangkat bahu dan mengikuti Hokuto.

Hokuto berlari ke bagian dalam kuil.

Mereka berjalan naik melewati tangga kecil, melewati bagian bawah gerbang merah khas kuil di Jepang. Tidak ada lentera hias di sekitar kuil, tetapi ada lampu penerangan yang terbuat dari batu alam.

Berjalan lebih jauh ke dalam, lebih lanjut mereka pergi meninggalkan keramaian dan hiruk pikuk di belakang mereka. Suara serangga masuk di telinga mereka, dan perasaan malam pada musim panas melayang melalui lingkungan dengan pencahayaan remang-remang dengan kuil sebagai pusatnya.

Mereka menemukan Hokuto segera. Dia asyik berdoa di depan dinding kuil di mana papan-papan kecil berisi doa digantungkan.

“Apa yang kau lakukan?”

“Ah … Bu, Bukankah aku memberitahu kalian untuk menunggu.”

Hokuto segera menutupi papan doanya setelah mendengar panggilan mendadak padanya. Sayangnya, meskipun pendaran cahaya dari lampu batu itu samar, kata-kata yang tertulis di papan doa itu masih dapat terlihat jelas.

‘Aku harap Harutora menjadi Onmyouji.’

“… Kau …”

Suasana yang awalnya menyenangkan membeku dalam sekejap, dan kepergian Hokuto secara sembunyi-sembunyi serta topik yang dia tidak diharapkan untuk datang pada saat ini membuatnya marah.

“… Hokuto, apakah kau tidak pernah puas? Aku pikir tidak apa membiarkanmu bebas beberapa waktu.”

“Karena …”

“Tidak ada, karena! Mengapa kau melakukan segala cara untuk membuatku menjadi Onmyouji, apakah kau membenciku hidup dengan normal?!”

“Aku, aku tidak mengatakan itu, ini hanya untuk kepentingan Harutora—”

Hokuto menyangkalnya. Tapi kali ini, topik yang biasanya membuatnya lelah dan tercengang misterius telah membangkitkan kemarahannya, dan dia bahkan merasa terkejut.

Dia mengerti alasannya.

… ‘Aku tidak memiliki waktu untuk melewati hari tanpa melakukan apapun dan aku juga tidak memiliki waktu untuk bergaul dengan teman-teman yang tidak berguna sepanjang hari.’

Perkataan Hokuto terdengar di telinganya seperti kata-kata dari teman masa kecilnya.

Tapi, ini salah. Ini tidak seperti itu.

Dia ingin Hokuto setidaknya paham kalau ini tidak terjadi.

“… Hei, Hokuto.”

Dia menekan emosi gelisah, berbicara kata demi kata:

“Mungkin aku memang hidup membosankan, tidak signifikan dan lemah, tapi aku menyukainya. Aku menyukai hari-hari di mana aku bisa bergaul denganmu dan Touji serta melakukan hal-hal bodoh setiap harinya.”

“Pembohong.” Natsume telah mencelanya seperti ini sekali.

Natsume berbicara yang susungguhnya. Dia telah melanggar perjanjian mereka, dan tidak memenuhi janjinya untuk melindungi dirinya, dan telah sengaja melarikan diri ke kehidupan normal dengan orang normal. Dia tidak bisa melakukan apapun jika Natsume menghukumnya karena ini.

Tetapi untuk Hokuto—Dia tidak ingin mendengar Hokuto, yang menjalani kehidupan yang normal sepertinya, berkata untuk menyangkal kehidupannya.

“Hokuto …”

Harutora berpikir secara mendalam, mengambil langkah menuju Hokuto. Touji berseru ‘Harutora’ seolah-olah untuk menghentikannya, tapi dia sengaja mengabaikannya.

Hokuto melihat seolah dia sedang dipojokkan, menahan napas.

Harutora tidak membiarkan Hokuto pergi, menatap tajam matanya.

“Pada saat ini, aku tidak ingin lari dari Onmyouji atau keluarga Tsuchimikado untuk membuat relasi dan menghancurkan hidupku saat ini. Tidakkah kau berpikir seperti itu? Hah, Hokuto?”

Hokuto menggigit bibirnya.

Setelah sekian lama, tersiksa dalam diam …

Dia menurunkan matanya, tidak mengatakan sepatah kata pun.

Tanggapan Hokuto membawa kejutan yang tidak terduga, bahkan dirinya merasa kalau dia telah dikhianati.

“… Oh, jadi begitu.”

Dia merasa marah yang mendidih dalam dirinya, tetapi dia tidak berencana untuk menahan kemarahan itu. Dia menempatkan tangannya ke belakang punggung Hokuto, mengabaikan teriakanya dan menyingkirkan lengan yang berusaha keras untuk menghentikannya, dan meraih papan doa tersebut.

Dia menjatuhkan papan doa, melemparkannya ke tanah.

Hokuto meratap lemah.

“Apa yang kamu lakukan!”

Dia berlari ke papan doa yang telah jatuh ke tanah, dibersihkan kotoran darinya, dan memegang erat-erat ke dadanya. Seolah-olah dia bergerak untuk menjaga benda berharga, dan hanya tertahan di mata Harutora. Dia berbalik dengan angkuh, tidak membiarkan dirinya melihat tatapan Hokuto yang berkaca-kaca.

“… Harutora, idiot!”

Hokuto berteriak, bergegas pergi. Punggungnya menghilang dalam sekejap dari sisi lain gerbang merah kuil tersebut. Suara gemerincing dari sandal secara bertahap berpindah, tetapi dia masih keras kepala melihat ke depan.

Setelah cukup lama.

“… Dia pergi.”

Touji diam-diam menyaksikan situasinya, dengan tenang membuka mulutnya. Harutora tidak mampu menahan amarahnya yang meningkat, dengan nada pahit dia bergumam: ‘… Sial!’

“Oh, pemuda itu, tidaklah buruk.”

Touji berbicara santai seperti biasa, tetapi Harutora tidak memiliki energi untuk menanggapinya.

“… Apakah kau berpikir itu salahku?”

“Tidak, jujur, Hokuto yang salah.”

Touji memberikan alasan yang tidak terduga. Harutora memandang Touji heran, tetapi hanya melihatnya terus berbicara dengan tenang seperti biasanya.

“Kau hanya ‘tidak berguna’.”

Perkataan Touji ini tajam menusuk telinganya, dan Harutora merasakan sensasi yang sangat dalam ketika mendengarnya. Energi cadangannya yang semula menghilang, dan dia pingsan seperti bola kempis.

“Selamat, kau telah ditolak dua malam berturut-turut. Melihat ini, kau benar-benar laki-laki yang dicintai, Harutora.”

“Diamlah. Jujur, aku sangat frustasi sekarang.”

“Ini bukan hanya sihir yang mampu menusuk.”

“… Apa maksudnya itu?”

“Maksudku, Hokuto yang sedang terluka pasti merasa lebih buruk sekarang.”

Harutora tidak bisa membantu tetapi seketika muram ketika mendengarnya.

Saat ini, air mata berkilauan di mata Hokuto. Harutora sudah sangat marah, Hokuto sakit hati, dan juga—dia telah melakukannya dengan sengaja.

“Apa yang akan kau lakukan? Apa kau ingin mengejarnya? Jika kau berubah pikiran, aku akan memukulmu beberapa kali.”

“Mengapa kau harus memukulku?”

“Untuk membantu mendorongmu. Ini tugasku melakukannya ketika hal semacam ini datang.”

Touji menyeringai.

Sekarang, Touji terlihat melunak, tetapi yang sebenarnya dia telah menjadi penjahat yang begis sepanjang waktu, memukul dan menendang orang untuk sarapan. Harutora mengangkat tangannya, mengabaikan anjurannya.

Dia sedikit tenang.

… Aku berada di atas …

Touji mungkin mengatakan Hokuto berada di pihak yang salah karena itu adalah hukuman untuk temannya. Dibandingkan dengan Harutora yang merupakan salah seorang teman yang lebih diutamakan, tidak terlalu dekat dengan Hokuto, sehingga dia bisa mengatakan kalau dia ‘salah’.

Hubungan persahabatan tidak dapat dipaksakan. Mengambil contoh yang ektrim, mungkin Hokuto percaya kalau Harutora bukan ‘teman’, dan dia bebas untuk melakukannya.

Tentu saja, Harutora tidak berpikir Hokuto memandang rendah dirinya, dan mereka berdua sudah saling mengenal untuk waktu yang lama. Tetapi, bahkan jika Harutora berpikir Hokuto adalah seorang teman yang berharga, Hokuto tidak perlu menanggapi pendapat dengan pikiran atau sikap yang serupa. Namun berbeda keduanya melihat satu sama lain, itu bukanlah alasan untuk mengkritik orang lain.

“… Aku akan pergi menemuinya.”

Harutora merenungkan kehidupan ke depannya. Touji dan Hokuto adalah dua bagian yang tidak terpisahkan dari hidupnya.

Pada saat itu,

“… tahan.”

Tiba-tiba seseorang berbicara.

Seseorang yang berbicara dengan mereka adalah orang yang nampaknya muncul dari bagian gelap kuil. Seorang pria yang mengenakan setelan hitam dan berkacamata hitam. Harutora dan Touji melihat pakaian yang sangat tidak cocok untuk festival, dan secara tidak sadar mundur setengah langkah.

“Maaf mengganggu kalian berdua, tetapi aku mendengar percakapanmu, dan aku mendengar kalau ada seseorang dari keluarga Tsuchimikado di sini.”

Pria itu menundukkan kepalanya hormat, seolah-olah dia tidak melihat ekspresi keduanya.

Dia berkata kepada Harutora yang bingung:

“Sebenarnya, aku mencari seseorang dari keluarga Tsuchimikado atas perintah tuan. Bisakah kau meminjamkan sedikit waktu untuk bertemu tuanku?”

Bagian 3[edit]

Pria itu membawa Harutora dan Touji ke dekat kios tempat mereka bermain permainan menembak sebelumnya.

Harutora telah berencana untuk menolak ketika orang itu mengatakan tujuannya pada mereka. Untuk saat ini, permasalahan dengan Hokuto belum terselesaikan, dan jika hal tesebut tidak menganggunya, dia tidak ingin berjalan dengan pria asing ini.

Meskipun Harutora sangat tidak bersedia, Touji telah menjawabnya sendiri, dan itulah sebabnya mereka meninggalkan kuil dan sekarang mengikuti di belakang pria itu.

“Apa yang seharusnya kulakukan pada Hokuto?”

“Aku mengirimkan pesan teks, menyuruhnya untuk menunggu sebentar.”

Harutora bertanya, tidak yakin, tetapi Touji menjawabnya dengan teliti.

Mereka berjalan di belakang pria tersebut saat berbicara.

“Aku tahu kamu mempedulikan Hokuto, tetapi kita harus memprioritaskan untuk berurusan dengan situasai di sini. Orang itu mencarimu karena dia mengetahui kalau kau berasal dari keluarga Tsuchimikado. Jika kau melarikan diri sekarang, mungkin nantinya akan mendapatkan masalah lagi.”

“Kenapa? Mereka ingin menemukan seseorang dari keluarga Tsuchimikado, dan tidak adakah seseorang dari keluarga utama ataupun ayah yang lebih cocok dibandingkanku?”

“Sebagian besar benar, tetapi mereka sengaja datang ke tempat semacam ini, dan menemukanmu yang benar-benar terlihat seperti seorang pelajar. Apakah kau merasa kalau itu aneh?”

“Lalu aku harus memiliki alasan yang memadai …”

“Dan ada kemungkinan yang tinggi jikalau orang tersebut bukan manusia.”

“Apa?”

“Apa kau tertarik?”

Touji menyeringai dihadapan Harutora yang terkaget.

Touji pada dasarnya adalah seorang teman yang dapat dipercaya. Tetapi bagian yang merepotkannya adalah kalau dirinya menyukai berpetualang ke tempat-tempat yang berbahaya. Tidak, ini tidak selalu benar, dia membenci hal-hal yang merepotkan, dan lebih tepatnya, apa yang disukainya adalah kegembiraan.

“… Ada ‘menyukai kedamaian’.

“Aku cinta damai, tetapi aku menyukai kegembiraan lainnya.”

Dia menjawab dengan nada tenang, matanya mencari-cari tanpa melewai setiap sudut. Dibandingkan dengan Harutora yang penuh akan firasat yang menyenangkan, dia nampak senang untuk memulai bersenandung.

Orang-orang membanjiri tepi sungai, dan festival itu masih sangat hidup. Pakaian pria lebih banyak dalam kelompok orang-orang yang senang.

Pria itu membawa Harutora dan Touji ke depan stan yang menjual hot dog.

“… Aku membawa orangnya.”

Tidak hanya Harutora, bahkan Touji juga terkejut setelah melihat orang yang berbalik.

Seseorang yang berputar adalah gadis muda.

Usianya jelas lebih muda dari Harutora, dan dia terlihat seperti SMP. Dia menerima hot dog, mengeluarkan banyak saus tomat (meskipun dirinya bahkan tidak memandang mastard) sebelum berbalik.

Mata yang bulat tajam memandang Harutora dan Touji.

“… Hm, jadi kau.”

Suara dan penampilan luar terlihat seperti anak kecil, tetapi sikap dan nada suaranya sangat sombong.

Dia memiliki rambut panjang berwarna emas yang diikat ponytail. Pakaiannya merupakan apa yang disebut sebagai gaya loli-gothic, dan dia bagian atas tubuhnya mengenakan rompi kotak-kotak merah dan hitam terang, lebih rendah dia mengenakan rok mini berenda dengan motif banyak detail dan pernak-pernik, dengan sepatu bot kulit yang terpasang pada kakinya.

Gaun aneh nan cantik secara bersamaan dengan perasaan yang tidak terduga itu memberikan kesan seperti bunga yang mekar di pulau utara yang menyembunyikan racun berbisa.

Setelah gadis itu menegaskan kalau mereka telah tiba, mulut kecilnya mengunyah sedikit hotdog.

Dia mengunyah perlahan, menggunakan tangannya yang bebas untuk mengkertakan.

Sosok pria tersebut menghilang bersamaan dengan itu.

Mata Harutora melebar, tetapi dia tidak salah melihat. Di tempat orang itu menghilang—sekiranya pada bagian hatinya—muncul secarik kertas kecil.

Bentuk kertas tersebut seperti tongkat, dengan segitiga yang berada di bagian atasnya. Ini merupakan bentuk menyerupai boneka—tubuh shikigami itu semacam alat.

“Dia seorang shikigami?!”

Harutora bergumam.

Menurut pengetahuannya yang buruk, orang tersebut merupakan shikigami manusia buatan yang sederhana, dan pekerja lapangan memanipulasinya secara langsung atau memberi perintah terlebih dahulu dan shikigami akan melakukan tugas mereka.

Tetapi, sebuah shikigami sederhana yang nampak begitu mirip manusia sangat jarang terjadi. Touji sudah melihat identitas pria tersebut, tapi Harutora gagal untuk melihat jikalau orang tersebut adalah shikigami.

Gadis itu terkejut menatap Harutora, membuat suara cemoohan ‘humph’.

“Apa kau merasa takut, kau dapat memberitahu dengan mudah, dan bahkan aku memasang penghalang.”

Setelah dirinya mengatakan itu, Harutora melihat sekeliling, memang, sesosok pria itu menghilang, tetapi tidak ada satupun pengunjung festival terdekat yang melihat kejadian itu. Mungkin ini yang si gadis bicarakan, kalau penghalang telah dipasang berkenaan dengan beberapa jenis sihir yang menghilangkan pandangan dan pendengaran orang.

Gadis itu mengumpulkan boneka dengan tenang, memasukannya ke dalam sakunya.

“Kau, kau …”

Siapa dia? Touji membuka mulutnya bahkan sebelum Harutora selesai berbicara:

“… Aku melihatmu di majalah. Kau adalah salah satu anggota termuda ‘Dua Belas Komandan Suci’, sang ‘anak ajaib’ Dairenji Suzuka, kan?”

Mendengar perkataan Touji, Harutora terdiam untuk waktu yang sedikit lama.

… Dua Belas Komandan Suci? Gadis ini?

Harutora menatap gadis tersebut dengan mata terbelalak, sehingga terdengar ‘Oh?’, dan nampaknya dia bersiap untuk menghadapi mereka berdua.

“Pengetahuanmu cukup luas, tetapi itu hal yang wajar bagi seseorang dari keluarga Tsuchimikado mengetahui hal semacam itu. Memang benar, aku Dairenji Suzuka.”

Sang gadis—Suzuka—berbicara, menunjukkan tatapan provokatif ketika dirinya menatap Touji.

“Hallo dan senang bertemu dengan anda, aku mendengar rumor tentang anda, dan aku ingin berbicara dengan anda untuk waktu yang cukup lama.”

Tetapannya lekat, tetapi Touji menyembunyikan ekspresinya dengan senyuman.

Lalu, dia sedikit mengangkat bahu.

“Sayangnya, aku hanyalah orang normal, dan dialah Tsuchimikado.”

“Huh? Orang ini?”

Suzuka berkedip intens, kemudian mengerutkan kening, menatap Harutora dengan ekspresi bingung.

Bahkan setelah dia menggunakan ‘Anda’ ketika berbicara dengan Touji, tetapi dia menyebut Harutora dengan ‘orang ini’. Harutora nampak tidak senang, dan menatap kembali Suzuka tanpa sepatah kata.

Melihatnya seperti ini, dia benar-benar seperti anak SMP. Terlepas dari tali pendek yang melilit lehernya atau baju yang menunjukkan bahunya, dia memberikan kesan lemah dan tidak berdaya. Khususnya, pakaian serta sikap arogannya terlihat seperti anak yang berpura-pura menjadi orang dewasa.

Lebih teliti, tumpukan takoyaki, manisan apel, dan permen kapas yang dikantongi dalam kantong plastik yang tergantung di sikunya. Dia juga mengunyah hot dog di mulutnya, dan itu nampak seolah-olah dirinya adalah seorang anak yang membeli sesuatu tanpa adanya perencanaan sama sekali.

Tetapi gadis ini memang menjadi yang mampu memanipulasi shikigami sederhana. Tidak, jika dia memang benar salah satu dari Dua Belas Komandan Suci, sebuah shikigami sederhana bukanlah apa-apa padanya, selebihnya, dia merupakan salah satu Onmyouji dengan peringkat tertinggi di Jepang.

“Hmph, jadi itu kau … Itu sedikit tidak terduga. Aku mendengar jika kau adalah anak ajaib sebelumku, tetapi pada pandangan pertama kau tidak nampak seperti itu. rumor itu palsu …”

Cara Suzuka mengungkapkan emosinya cukup gamblang, dan dia nampak sangat sedih, berbicara blak-blakan.

“… Hei, apakah kau si ‘anak ajaib’—”

Harutora merasa jengkel, dan hendak membalas topiknya, namun tiba-tiba Touji menempatkan tangannya pada bahu Harutora.

“Ya, tenanglah. Jadi itu berarti kalau ketenaranmu telah di kenal di kalangan Onmyouji, benar kan, Natsume?”

“Huh? … Ah.”

Harutora terkejut, melihat Touji. Touji mengedipkan matanya.

… Aku mengerti, dia …

Suzuka keliru menganggap Harutora sebagai Natsume. Dengan itu, pertanyaan mengapa shikigami yang dipanggilnya menyerupai seorang pelajar seperti Harutora—pertanyaan Touji beberapa saat lalu—telah terjawab. Itu berarti dia mencari seseorang dari keluarga Tsuchimikado, tetapi tidak berkata kalau yang dicari orang itu adalah Tsuchimikado Natsume.

“Terserahlah, apakah rumor tersebut benar atau tidak, aku tidak memiliki waktu lagi.”

Suzuka berbicara kemudian melangkah pergi, menunjukkan sikap seolah-olah Harutora dan Touji harus mengikutinya.

Harutora mengambil peluang untuk berdiskusi dengan Touji sacara sembunyi.

“… Dia tidak tahu kalau Natsume seorang gadis?”

“… Sepertinya, bahkan dia berkata itu adalah pertama kalinya dia bertemu dengannya.”

“… Haruskah kita membiarkannya berpikiran keliru seperti itu? Dia adalah salah satu dari Dua Belas Komandan Suci, kau tahu.”

“Ini kesalahannya sendiri.”

Touji menjawab, sikapnya santai seperti biasanya.

Harutora merasa hal-hal seperti ini sangatlah tidak baik. Saat itu, Suzuka berbalik, kemudian bertanya “Apa yang kalian lakukan diam-diam?” dengan nada yang tajam. Harutora memandang Touji, melihat jikalau matanya mengungkapkan ‘pergilah’, dan mendesah ringan.

Dia mengikuti Suzuka.

“… Apa kau memiliki urusan dengan Nat … denganku?”

“Bodoh, kenapa juga aku harus datang dari Tokyo ke tempat seperti pedesaan.”

Suzuka berjalan maju tanpa berbalik, membalas dengan sikap yang arogan.

“Tapi, bagus juga kalau aku memakai jaringanku untuk melakukan pencarian. Kediaman Tsuchimikado pasti memiliki banyak penghalang, dan aku berpikir tentang bagaimana cara membuatmu keluar, tetapi aku tidak pernah berpikir kalau aku akan bertemu denganmu di festival yang ada di pedesaan kumuh.

"Bagaimana beruntungnya diriku.”

Suzuka tertawa keras. mungkin ini adalah keberuntungan untuknya, tetapi itu sangatlah buruk bagi Harutora. Tetapi, hal semacam ini sering terjadi.

“… Maaf, kau nampaknya seperti menikmati sebuah festival pedesaan lusuh ini.”

“Sh, diam! Ini pertama kalinya aku mengunjungi festival, jadi ni sangatlah baru. Ini hanyalah keingintahuanku, ada masalah?!”

Dia nampaknya berencana mengintimidasi secara verbal, tetapi sayangnya pipinya memerah. Mungkin dia baru saja datang ke tempat ini untuk melihat festival.

Apakah gadis ini memang salah satu dari Dua Belas Komandan Suci? Harutora ragu, dan menatap Touji di sisinya, tetapi dia menyembunyikan ekspresinya seperti sebelumnya, memfokuskan diri untuk melihat sang gadis.

“… Jadi? Untuk apa kau mencariku?”

“Hanya hal kecil, aku ingin kau ikut dalam percobaanku, dan membantuku.”

“Percobaan? Percobaan seperti apa?”

“Yah, itu …”

Suzuka terhenti, dan melangkah maju sambil mempersiapkan dirinya.

“Aku~seorang anak ajaib dalam bidang sihir, tetapi karena aku masih muda, hampir semua departemen penelitian melarangku masuk. Meskipun itu bukanlah masalah.”

Dia mengunyah hotdog sambil berbicara.

“… Begitu?”

“Topik penelitianku yang sebenarnya adalah aspek Onmyoudo Tsuchimikado Yakou.”

Harutora terdiam untuk sementara waktu setelah mendengarnya.

Nama yang tabu bagi kalangan keluarga Tsuchimikado—Tidak, seluruh Onmyouji di Jepang.

“Sihir modern memiliki perbedaaan signifikan dengan sihir sebelum zaman Yakou, Kau sangat tahu itu, kan?”

“Ke, Ketimpangan?”

Harutora tiba-tiba bertanya sembari tercengang. Tidak seperti Natsume, Harutora adalah orang asing dalam hal sihir.

Tetapi, Suzuka tidak memperhatikan reaksi Harutora.

“Ini ‘teknik’ ajaib, mengecualikan denominasi kepercayaan.”

Harutora menjawab dengan suara ambigu: “Eh …”

Di sisi lain, Touji terlihat lebih terkejut dengan penjelasan itu.

“Denominasi kepercayaan? Tidak sederhana dan populer?”

Suzuka mendengar respon Touji, dan tertawa jijik.

“Hahaha, jawabannya ada di buku teks? Benar, itu juga merupakan keistimewaannya, tetapi faktor yang paling penting untuk membentuk fitur ini adalah ‘Pengecualian dari denominasi kepercayaan”. Hanya dengan memutuskan hubungan antara sihir dan agama, kita mampu untuk membuat gerbang sihir. Ini merupakan lompatan besar untuk masa depan teknik sihir.”

Suzuka kembali menatap keduanya dengan ekspresi puas. Seperti yang diharapkan dari seseorang yang memenuhi syarat untuk menjadi ‘Onmyouji Kelas Satu Nasional’, dia berbicara secara fasih dengan nada yang penuh keyakinan.

“Tapi.” Suzuka kemudian melanjutkan penjelasannya. “Di sisi lain, melakukan hal ini juga merupakan salah satu tujuan penting dari sihir—teknik dan metode dari ‘golongan tertentu’—untuk meniadakannya dari sistem … Apa kau tahu apa itu?”

Tanya Suzuka lagi. Harutora telah lama menyerah, dan Touji tidak berbicara, menunggu jawabannya.

Suzuka berhenti berjalan, menghadap mereka lagi.

Saat itu, candaan yang normal berubah menjadi suram, dan menyipitkan matanya seolah ingin menusuk mereka dengan tatapan tajam.

“Sihir roh, yang berkaitan dengan keberadaan jiwa dan dunia setelah kematian.” katanya dengan nada serius.

“Sihir … roh?”

Harutora terdiam untuk sementara waktu, dan cahaya yang tajam melintas di mata Touji.

Saat itu, suara ledakan yang samar terdengar dari kejauhan.

Pertama, ‘Boom!’ mengoyak udara, dan sesaat setelahnya, ‘Bang’ yang mengguncang atmosfer, dan bunga api raksasa mekar di langit.

Kembang api.

Warna merah, hijau, kuning, dan biru bermekaran di tengah latar belakang langit malam yang hitam. Semua pengunjung festival yang semula memeriksa stan mengangkat kepala mereka, bersorak.

Tepuk tangan dan sorak-sorai terdengar teratur di tengah-tengah pujian. Cahaya kembang api menerangi tanah, menciptakan bayangan yang luar biasa indahnya.

Suzuka menatap langit malam seolah kehilangan kesadaran, terlihat seperti pengunjung lainnya.

Ini merupakan kali pertamanya mengunjungi festival, dan nampaknya itu juga pertama kalinya melihat kembang api.

“… Hu, huhu, mereka indah …”

Nada bicaranya keras, tetapi matanya memperhatikan kembang api, tidak jauh berbeda dengan reaksi Hokuto sebelumnya. Sikapnya berbalik dari sikap sombong dan kuatnya dan sekarang sangat cocok pada usianya—Tidak, bahkan lebih muda.

… Ada apa dengan anak ini?

Harutora merasa bingung untuk beberapa alasan.

Ada perbedaan besar antara penampilannya saat melihat kembang api dengan ekspresi menakutkan yang dia tunjukkan di awal, dan Harutora yakin.

Khususnya, gadis ini sudah menyebutkan sihir roh kemudian dunia setelah kematian, yang membawa kesan tidak masuk akal sama sekali, mungkin hanya sebuah firasat.

Kembang api bersinar, menjatuhkan benang perak dan emas seperti hujan.

Harutora terbatuk datar, dan Suzuka segera menenangkan diri.

“Ngo, Ngomong-ngomong.” Dia telah stabil, lanjut berbicara seolah-olah tidak terjadi apapun: “‘Onmyoudou Modern’ ku hanya menyebutkannya namun bukan berarti ‘Umum’. Dalam sistem ‘General Onmyoudou’, yang mampu dikatakan sinonim untuk sihir modern, tidak ada sihir yang berkaitan dengan sihir roh atau dunia setelah kematian.”

“… Memangnya kenapa?”

“Apa?” Harutora bertanya, dan Suzuka cepat bertanya, mengerutkan kening.

“Apakah kau terlalu bodoh? Bukankah aku hanya memberitahumu mengenai topik penelitianku? Sederhananya, Onmyoudou yang diselesaikan Tsuchimikado Yakou bukanlah apa yang kita lihat saat ini.”

“Huh, tapi—”

Harutora hendak mengajukan pertanyaan, tapi Touji menyelanya lagi.

“Bukankah Onmyoudou yang dibuat Yakou saat ini banyak digunakan sebagai gaya khas ‘General’?”

Touji mengajukkan pertanyaan Harutora di awal. Mungkin dirinya menganggap Suzuka mengira Harutora adalah Natsume, dan jika Harutora terlalu mudah bertanya, dia kemungkinan akan ketahuan.

Harapannya, Suzuka dengan cepat memberikan ekspresi arogan terhadapnya.

“Orang luar memang tidak berpengetahuan! Dengar, konsep dasar Onmyoudou yang dikembangkan Yakou saat ini berbeda dari ‘General’, itu tidak sesederhana ‘General’, tetapi lebih kompleks, dan itu jauh lebih besar! ‘General’ yang sekarang adalah hanya tertinggal sisa yang digunakan oleh penerus Yakou untuk mengkompensasi ketidakberdayaan mereka, dan secara efisien, membuatnya menjadi sisa, itulah penjelasan Onmyoudou ‘yang paling mudah dimengerti’.”

Suzuka marah, tapi sedikit senyum sepintas terlihat di wajahnya.

Itu merupakan senyum mengejek, membawa penghinaan yang buruk untuknya. Senyum di wajah gadis itu nampak tidak cocok dengan langit malam yang diterangi oleh kembang api.

“Pikirkan hal ini, pada saat Yakou menerima permintaan militer untuk membuat Onmyoudou baru, dan diharuskan untuk menyelesaikannya dalam waktu yang sangat singkat, jadi sangat jelas sesuatu yang kompleks, tidak didokumentasikan, dan tidak mudah dipahami selama proses pembuatannya, bayangan raksasa yang ada pada Onmyoudou saat ini bahkan tidak bisa dibandingkan dengan apapun, mengandung kekuatan yang lebih kuat dari apa yang dia— Tsuchimikado Yakou—buat disebut ‘Imperial Onmyoudou’.”

Kembang api melintas dia atas kepala gadis itu. Harutora menahan napas, memandang seorang gadis yang ada di hadapannya.

Dia merasa kalau tubuh Suzuka yang kecil tidak memberikan kesan jahat, dan tidak berguna tetapi kurang yakin apakah dia bisa melihat roh, ada kemungkinan kalau dia melihat hantu. Suasana dingin yang tidak dapat dijelaskan dan gemetar dalam diam menyebar ke seluruh tubuh.

Akhirnya, dia mengatakan ini:

“Tentu saja, sihir yang berkaitan dengan roh termasuk di antaranya, dan sihir misteriusnya akan segera menghilang.”

… Orang ini …

Akhirnya Harutora paham benar, gadis yang ada di depannya—gadis ini lebih muda darinya yang terlihat lemah dan tidak berdaya—merupakan seorang ‘Onmyouji’ yang tidak berhubungan dengan pakaian manis yang dikenakannya serta sikap arogannya—dia memang memiliki ‘kekuatan’.

Dia menelan ludah.

“Kau tadi mengatakan kalau kau ingin aku membantu dalam sebuah penelitian, kan? Dengan kata lain …”

Harutora berbicara untuk memastikan, dan Suzuka mengangguk santai.

“Benar, aku ingin kau membantuku melakukan sihir reinkarnasi jiwa di tanganku. Tapi kau tidak perlu takut, selama kau mematuhi perintahku, kau tidak akan mendapat masalah.”

Perkataannya jelas bukan sebuah permintaan, tetapi sebuah perintah, bahkan bisa dikatakan sebagai ancaman. Dalam pikiran Suzuka, bantuan Harutora— lebih tepatnya, Natsume—sangatlah membantu.

Tetapi, dia masih memiliki keraguan dalam hatinya.

“… Se, Sebagian besar aku memahami apa yang kau katakan. Tetapi kenapa kau perlu bantuan Na—membutuhkan bantuanku? Karena kau adalah salah satu dari Dua Belas Komandan Suci, kau seharusnya bisa menemukan bantuan, Onmyouji yang lebih hebat, kan?”

Bagaimanapun manjanya Natsume, sisi baiknya dia hanyalah seorang pelajar. Siapapun yang menjadi Onmyouji Kelas Satu Nasional bisa memanfaatkan Onmyouji khusus sesuai hatinya.

Tanggapan Suzuka terhadap pertanyaan Harutora itu sangatlah aneh.

Penampilannya nampak dingin sejenak.

“… Aku tidak berada dalam suasana hati untuk bermain-main, apa kau akan terus bermain bodoh?”

“A, Apa yang kau katakan?”

“Hanya ada satu alasan kenapa aku memilihmu, itu karena ‘kehidupan sebelumnya’.”

“Ap …”

Harutora tidak mengerti apa yang Suzuka katakan, dan hanya merasa dingin, secara tidak sengaja menutup mulutnya. Di sampingnya, Touji menunjukkan ekspresi muram yang jarang diperlihatkannya.

Kembang api terjalin indah di langit malam, masing-masing di antaranya menerangi tanah, silih berganti antara terang dan gelap dengan kecepatan yang membutakan.

“Pewaris Tsuchimikado selanjutnya, Tsuchimikado Natsume.”

Suzuka menyipitkan matanya, menatap Harutora dalam diam, dan perlahan-lahan berbicara:

“Sepertinya informasi dari luar memang tapat, kau nampaknya tidak memliki ingatan di kehidupanmu sebelumnya. Atau mungkin, rumor itu palsu … Tapi aku masih akan mencobanya, karena, setelahnya, kau telah sukses menggunakan sihir ini—‘Ritual taizan Fukun’.”

Suzuka melangkah maju, dan Harutora merasakan tekanan yang dalam pada saat yang sama ketika mundur ke belakang.

—Orang ini sangat berbahaya!

Harutora kembali tertutupi oleh keringat dingin.

Lalu.

Sebuah bayangan memotong langit malam yang bersinar akibat kembang api yang terbang di atas mereka.

Banyangan tersebut menyelinap di antara mereka berdua, mengabaikan kelembaban dan terhenti sementara masih melayang di udara.

Itu adalah burung walet berwarna biru gelap.

Ketika mata Harutora terbelalak dan Touji berhati-hati:

“—Berhenti di sana! Dairenji Suzuka, sesuai dengan hukum Onmyou, kau ditangkap!”

Sang burung walet berbicara, dan ketika suara tersebut terdengar, tubuhnya pecah.

Sayapnya terbuka lebar, bulu mereka merembak keluar seakan penuh, dan menjadi pelengkap yang tidak terhitung jumlahnya yang keluar seperti jari-jari tangan, mencoba untuk membungkus Suzuka.

“I, Ini—”

“Tipe pengikat?!”

Touji berteriak di samping Harutora yang terkejut.

Di lain sisi, meskipun Suzuka sedang diserang oleh burung walet, bibirnya menyeringai dan sombong. Dia mengatakan ‘hmphed’ dengan dingin, melempar kantong plastik di lengannya, dan tentakel mencoba untuk menghentikannya di udara.

Sesosok manusia muncul dari balik punggungnya.

Yang muncul di hadapan mereka terlihat seakan-akan berasal dari dimensi lain, tingginya dua meter, dengan tiga lengan panjang di kedua sisi tubuhnya, sebuah raksasa kurus yang terlihat terbuat dari logam.

Asura.

“Ke, Kenapa ada lebih dari satu shikigami?”

Shikigami yang mengenakan topeng tanpa ekspresi di wajahnya, dan itu lebih terlihat seperti sebuah mesin yang memiliki enam lengan mekanik yang dipasang ke suatu makhluk hidup. Kaku, shikigami anorganik yang terlihat tidak menunjukkan emosi apapun diam-diam memberikan perasaan intimidasi.

Shikigami menggenggam tentakel sang walet, merobek mereka dengan paksa. Walet hancur, menjadi bentuk jimat yang robek—sejenis shikigami buatan manusia. Shikigami hancur menjadi potongan-potongan kecil, melayang perlahan ke tanah.

Penghalang di sekeliling Suzuka nampaknya telah rusak, dan pengunjung festival yang melihat keributan itu berteriak satu per satu, berjalan ke segala arah, dan manajer stan juga segera meninggalkan kios mereka, melarikan diri ke sekitarnya.

Tanpa kecuali Harutora dan Touji. Mereka memberi jarak antara mereka dan Suzuka serta shikigami itu, bersembunyi di dalam sebuah stan yang menjual mie goreng.

“Itu merupakan shikigami buatan manusia yang diciptakan oleh Agensi resmi Onmyou. Model umum shikigami yang serbaguna, ‘M3 Asura’.”

Touji—bahkan dalam kekacauan ini—berbicara dengan penuh semangat.

“Bagaimana dengan walet?”

“‘WA1 Walet Cambuk’, shikigami pengikat yang dihasilkan oleh sihir gabungan.”

“Aku tidak bertanya tentang itu, yang ingin kutahu siapa yang memanipulasinya!”

Di saat yang sama ketika Harutora mengajukkan pertanyaan, sang pengendali segera muncul.

“Berhenti sekarang! Kami sudah memblokade area sekitar, menyerahlah!”

Sepuluh orang yang memakai jaket atau jas muncul di hadapan mereka, dan berusaha untuk mengelilingi Suzuka, mengarahkan senjata mereka padanya. Di antara mereka, ada juga yang memegang jimat di tangan mereka.

Harutora dan Touji bersembunyi di bawah penggorengan besi.

“Apa yang terjadi?”

“Apa mereka Penyidik Sihir?”

Touji berbicara tenang di sebelah Harutora yang panik.

Harutora juga mengetahui tentang Penyidik Sihir—mereka merupakan peneliti kekuatan jahat. Seperti nama mereka, mereka bertugas menyelidiki pengguna sihir yang melakukan tindak kejahatan serta Onmyouji yang tidak taat peraturan, para ahli di personil anti-sihir. Melihat Onmyouji sebagai petugas pemadam kebakaran atau petugas penyelamat dari Onmyouji, Penyidik Sihir bagaikan polisi.

“Tapi, kenapa Penyidik Sihir melakukan hal seperti itu? bukankah orang itu merupakan salah satu Dua Belas Komandan Suci? Bukankah mereka berteman?”

Selama Harutora bingung, para Penyidik Sihir telah mengelilingi Suzuka tanpa meninggalkan celah.

Mereka penuh dengan nafsu membunuh, dan itu tidaklah mungkin untuk mengatakan kalau orang dewasa dari kelompok ini sedang berurusan dengan seorang gadis yang berusia sekitar SMP.

Suzuka mulai megeluarkan ekspresi sombongnya.

“… Kalian sangat mengganggu. Kenapa hanya orang-orang baru, dan semuanya merupakan ikan teri seperti sebelumnya. Kelompokmu benar-benar tidak bisa belajar.”

Suzuka kembali berbicara sinis, dan ‘Asura’ sang shikigami menunggu di belakang punggungnya.

Tetapi, para Penyidik Sihir tidak merasa tersinggung.

“Dairenji Suzuka, meskipun kau adalah Onmyouji Kelas Satu Nasional, kau tidak memiliki pengalaman bertempur. Meskipun bawahanku kalah darimu di gedung Agensi Onmyou, apakah kau pikir bisa melarikan diri dari perburuan Tim Kedua Penyidik Sihir? Kami tidak segan untuk menembak, jadi jangan melakukan perlawanan yang sia-sia!”

Beberapa ‘Walet Cambuk’ sang shikigami pengikat menglilingi udara, dan peringatan pengarahan senjata tidak nampak seperti sebuah lelucon. Wajah Harutora menghijau, dan Touji bersiul ringan.

Namun.

“Apakah aku berkata akan lari? Jangan membuatku tertawa.”

Tindakan gadis itu menyebabkan Penyidik Sihir bereaksi, dan mereka berpindah. Mereka merapal mantera, melemparkan jimat. Itu adalah simbol kayu yang merupakan salah satu dari lima elemen.

Jimat yang dilemparkan mengambil kekuatan magis dari sang pekerja lapangan, menggeliat dan mengeluarkan duri. Asura segera maju untuk melindungi tuannya, tetapi tidak mampu menghindari duri yang membungkus tubuhnya, dan pergerakannya terhenti detik itu juga.

Dengan begitu, pertahanan Suzuka menghilang sesaat. Tetapi, mengambil keuntungan dari waktu kehilangan Asura, pasukan muda memiliki penanggulangan yang lebih terencana.

Dengan kedua tangan, dia mengangkat buku yang diambilnya dari saku. Ini merupakan sebuah buku hardcover yang memiliki ukuran mendekati normal—sebuah kitab suci dengan sampul berwarna merah darah.

“Bukankah kau pikir itu tidak menarik untuk memiliki shikigami buatan manusia yang diproduksi massal sebagai lawan? Ini kesempatan yang bagus untuk membiarkanmu bertemu dengan shikigami khusus dari Komandan Suci—”

“Arise.” Dia memanggil shikigami.

Senyum jahat terlukis di wajah Suzuka ketika berbicara kepada Kepala Penyidik Sihir.

Kemudian, cahaya yang tenggelam dari kembang api di langit malam memenuhi kitab suci di tangannya. Cover merah darah berbalik kemudian terbuka dengan sendirinya seakan ditiup dengan angin kencang, halaman-halaman menjadi gaduh. Halaman tersebut robek satu per satu, melayang di udara.

Tr1 113.png

Halaman tersebut menari di udara kemudian terlipat, berkumpul, dan menumpuk, membentuk sesuatu.

Singa, ular, elang, dan macan tutul.

Hewan tersebut diumpamakan sebagai origami hidup, tetapi ukuran mereka hampir menyerupai aslinya, dan mereka sangat bersemangat, seolah-olah mereka memang hewan sungguhan.

Hewan tersebut memberikan suasana mengancam layaknya shikigami.

“… Pergi.”

Suzuka memberikan perintah singkat—shikigami mengikuti perintahnya.

Ada lima puluh lebih shikigami.

“Apa ini—?!”

Wajah Harutora dan Touji pucat, dan mereka melompat ke bawah meja besi. Sekelompok besar shikigami dengan cepat menuju stan festival, melompat di atas meja, dan terus berlari.

Itu terlihat seperti longsoran kertas yang menyebar cepat ke segala arah dengan Suzuka sebagai pusatnya. Stan-stan terguling, lentera jatuh, dan makanan terinjak-injak. Satu per satu lampu dihancurkan, seketika terlihat seperti area sekitar akan tenggelam dalam kegelapan, api menyebar ke stan di sebelahnya, dan lidah api menari-nari dengan sang angin, bercampur dengan kembang api di langit malam.

Satu per satu Penyidik Sihir mundur dan melakukan serangan balasan.

Tembak.

Shikigami yang tertembak gemetar dan berhenti bergerak, seolah-olah mengalami gangguan sinyal, dan bentuk mereka menjadi kabur serta sosok mereka seperti sebuah wadah yang kehilangan inti.

Ini merupakan fenomena yang dikenal sebagai ‘lag’. Shikigami—terutama buatan manusia—tidak tahan dengan dampak dari serangan fisik.

Tetapi, ‘lag’ hanya akan membuat pergerakan shikigami terhenti untuk sementara waku. Penyidik Sihir memanggil berbagai macam shikigami, tetapi shikigami ini kesulitan menjaga tuan mereka. Beberapa Penyidik Sihir di antara mereka menggunakan jimat untuk membuat api, membakar shikigami, namun hanya membakar satu atau dua shikigami yang tidak akan menyelesaikan kegentingan mereka.

“Bagaimana mungkin kita terlibat dalam perang sihir?”

“Seperti yang diharapkan dari Harutora, Ketidakberuntungan dalam tingkat yang mengejutkan.”

“Aku? Jadi ini salahku?!”

Touji menghadapi bahaya dikarenakan penasaran, tetapi sekarang dengan santainya menyalahkan Harutora.

Ngomong-ngomong, mereka sungguh tidak berada dengan situasi sebelumnya, dan mereka menghadapi situasi menegangkan antara hidup dan mati.

“Apanya yang salah, semuanya? Karena kau tidak mampu menang melawan shikigami, mengharuskanmu memakai jimat?”

Suzuka menggoda pertunjukkan memalukan Penyidik Sihir, tertawa keras sementara melukis jimat dari sakunya.

“Sempurna, hari ini cukup panas.”

Dia tertawa, melemparkan jimat di tangannya.

Itu merupakan jimat yang merupakan salah satu dari lima elemen—air.

Jimat tersebut bersinar, mengeluarkan air dalam jumlah besar. Jika shikigami bagaikan longsor, kali ini adalah air bah

“Wah—”

Harutora dan Touji juga dilahap oleh air bah, dan berteriak dengan mulut yang dipenuhi air, membuatnya sulit bernapas karena mereka menggerakan lengan dan kaki. Tetapi, mereka tidak basah sama sekali. Ini bukan air asli, tetapi air yang diciptakan oleh sihir.

“Hentikan semburan airnya! Pembentukan tanah, Orde!”

Beberapa Penyidik Sihir berjuang dalam air, melawan balik menggunakan jimat.

Mereka menempelkan jimat berelemen tanah, dan dengan cepat tanah membesar dan menghalangi aliran air, seperti air sihir sihir yang diciptakan secara bersamaan mengalir ke tanah.

Semua Penyidik Sihir melemparkan semua jimat mereka secara bersamaan, akhirnya mereka menghentikan air tersebut. Dalam jangka waktu itu, Suzuka hanya mencibir, shikigaminya benar-benar tidak terpengaruh oleh air bah. Bahkan orang-orang diluar bisa mengetahui kalau Penyidik Sihir yang sedang terpojok.

… Dia, dia terlalu kuat! …

Harutora yang berasal dari keluarga cabang Tsuchimikado, dan telah beberapa kali melihat sihir asli, tetapi ini adalah pertama kalinya melihat sihir berskala besar dengan mata kepalanya sendiri. Sama seperti tayangan kemarin, Dua Belas Komandan Suci adalah kelompok Onmyouji yang luar biasa.

“… Situasinya memburuk! Harutora, ayo cari kesempatan untuk melarikan diri.”

“Ba, Baiklah!”

Harutora menyetujui usulan Touji tanpa basa-basi.

Dalam kasus ini, terbang akan lebih mudah dibandingkan dengan melarikan diri dari tempat ini. Dia bisa melihat kalau Touji nampaknya serius ketika mengamati situasi di sekelilingnya, dan benar-benar putus asa mencari cara untuk melarikan diri.

Jadi—

“Aku akan menemuimu nanti, Touji.”

“Ap—”

Harutora meninggalkan Touji yang terkejut, bergegas keluar dari stan.

Touji memanggilnya dari belakang, tetapi dia mengabaikannya. Target Suzuka adalah Natsume, dan dia mempercayai kalau Harutora adalah Natsume.

Kesempatan Touji berhasil melarikan diri akan lebih tinggi jika mereka berdua tidak bersama.

Dia berlari di antara stan, mengelak di antara celah shikigami, memaksa dirinya untuk bergerak.

Touji tidak mengikutinya, dan itu naluriah. Dalam situasi seperti sekarang, mengejar Harutora akan sia-sia. Ini akan lebih membantunya untuk melarikan diri dan meminta bantuan. Touji menyerah pada keputusannya, namun tetap saja, ada rasa cemas dan sesal dalam hatinya.

“Ah!”

Di saat menghindari stan yang roboh, Harutora menabrak shikigami yang berbentuk seperti kerbau. Dengan cepat menghindari tanduknya, namun dia masih terjatuh ke belakang kerbau, jatuh di tanah.

Setelah terjatuh, dia hampir terinjak-injak secara kejam oleh shikigami berbentuk kuda. Dia segera melompat keluar dari jalanan, dan shikigami berbentuk serigala melewatinya dengan taring yang terbuka. Dia mengeluarkan keringat dingin, melarikan diri tanpa cedera bahkan sehelai rambut pun.

Shikigami milik Suzuka mungkin hanya melihat Penyidik Sihir dan shikigaminya sebagai musuh, dan menyerangnya merupakan sebuah kebetulan, tetapi pada saat yang sama mereka tidak peduli selama tidak merugikannya.

… Apapun itu, untuk sekarang …!

Harutora bersembunyi dalam bayangan, dan Suzuka sepertinya belum melihatnya di tengah pertempuran sihir. Jika pertempuran ini terus berlanjut, mungkin tidak hanya Touji, bahkan dirinya mungkin bisa melarikan diri dengan mudah.

Sayangnya, hal-hal tidak berjalan seperti yang dia inginkan. Dia tiba-tiba terhenti.

Di balik stan yang roboh …

Dua anak kecil yang belum menyelamatkan diri sedang berjongkok di sana.

“Hei, kalian berdua!”

Anak tersebut mendengar suara Harutora, dan mengangkat kepala mereka. Mereka adalah seorang anak kecil dan gadis kecil. Harutora terkejut. Mereka adalah sepasang saudara yang dengan cerianya bersorak ketika Hokuto meniup gelembung.

Keduanya nampak seperti mereka mengingat Harutora, atau mungkin karena merasa terlalu panik, dan mereka segera keluar dari tempat persembunyian di sudut stan menuju Harutora.

Kemudian—

“Bodoh, menyingkirlah!”

Pada saat mereka keluar dari stan, shikigami berbentuk beruang raksasa melompati stan yang roboh.

Harutora mengerahkan energinya dan segera melaju. Sang adik melihat adanya bahaya dan menjerit, sekaligus tersandung dan jatuh. Wajah anak yang pergi nampak pucat, dan pada saat dirinya memikirkan untuk menyelamatkan adiknya, bayangan shikigami berada di atasnya.

Dia tidak dapat mencapainya.

Harutora berencana menggunakan tubuhnya untuk melindungi keduanya, tetapi terlepas dari itu, shikigami berubah kembali menjadi kertas tanpa adanya peringatan, menjadi serpihan kertas ringan yang melayang turun ke kepala gadis itu.

Tak hanya itu, shikigami yang lain juga kembali menjadi kertas—bentuk awal seperti Kitab Suci. Penyidik Sihir tidak menduga adegan yang tersuguhkan di hadapan mereka, dan keheningan menyelimuti area sekitar.

“… Ke, Kenapa?” mata Harutora melebar, dan dia bergumam dengan nada pelan—Pada saat itu, dia mendengar Suzuka membentak.

Dia berbalik untuk melihat belakangnya, melihat Suzuka menatap ke arahnya—tetapi Harutora tidak ada di matanya, mereka adalah sepasang saudara yang tidak bergerak di tanah, tertegun.

—Orang itu.

Dia telah menyelamatkan mereka, kan? Harutora merasa kalau hal itu agak mustahil, kemudian, tangannya menyentuh punggung Harutora dan melayang di udara.

“Apa yang terjadi?!” Dia yang panik kemudian berbalik. Asura sang shikigami serbaguna milik Suzuka yang telah dipanggil sejak awal telah ada di belakangnya, memegangnya.

“Ini tidak menyenangkan, ayo selesaikan ini.”

Mengatakan hal ini, Suzuka melemparkan jimat berelemen air lagi.

Kali ini, yang muncul adalah kabut bukannya air bah. Dia tidak bisa melihat kaki di depannya, seolah terhalang kabut, kabut lembut mengaburkan pandangan semua orang.

Penyidik Sihir berteriak.

“—Ah!”

Asura mengangkat Harutora, melompat ke atas keluar dari kabut yang menyebar. Kabut diperluas ke arah di bawahnya. Tinggi sekali. Dia bisa melihat banyaknya stan dan kuil yang luas sesaat. “Bang.” Sebuah kembang api meledak di atas kepalanya, kembang api terakhir akan dilihatnya sebentar lagi.

“Jalan ini.”

Dia menoleh ke arah sumber suara, dan Suzuka juga berada di udara, menaiki shikigami lain berbentuk binatang buas yang dipanggilnya.

Setelah memastikan kalau itu adalah Suzuka, Asura melompat lebih tinggi.

Mereka melompat ke langit, lalu turun. Asura nampaknya tidak bisa terbang, dan hanya melompat ke sana dan ke sini sambil membawa Harutora yang berteriak, mempercepat langkahnya di tanah. Shikigami Suzuka melaju di samping Asura, yang terus maju.

Secara bertahap mereka mendekati hutan di dalam area kuil, melewati cabang pohon, dan terbang ke bagian dalam hutan.

Mereka mendarat.

Secara terus menerus, kejutan menyerang tubuhnya. Reaksi ‘lag’ yang berkelanjutan muncul pada shikigami, dan berlutut di tanah.

Asura merupakan shikigami kelas atas yang bisa melakukan berbagai perintah, tetapi mengulang lompatan bukanlah fungsinya, dan hanya mampu membuat gerakan lompatan setelah Suzuka sebagai tuannya memberikan energi magis yang kuat ke dalamnya.

“Ah, ahahaha …”

Asura mendarat di sudut paling terpencil dari kuil, tepatnya di sisi berlawanan dari tepi sungai.

Di satu sisi merupakan dinding batu yang mengelilingi sebagai pembatas, dan sisi lain adalah hutan. Jarak antara dinding batu sama dengan hutan. Tempat ini cukup jauh dari jalan yang banyak pengunjung seperti sebelumnya, dan tanah ditutupi dengan rumput liar yang tumbuh secara acak.

Harutora masih digenggam sementara Suzuka turun dengan santai, menaiki shikigami.

Dia melompat dari belakang shikigami tersebut.

“Jangan hanya berdiri di sana, kita akan segera pergi, orang-orang pasti akan terus mengejar.”

“Tu, Tu, Tunggu sebentar, kepalaku masih pusing …”

“Apa? Menyedihkan sekali. Apakah kau benar-benar pewaris selanjutnya keluarga Tsuchimikado?”

Suzuka mencemooh tampa ampun. ‘Tidak’. Apakah akan terdengar santai jika dia menjawab seperti itu. Tidak, setelahnya dia mengatakan hal seperti itu, dia pasti akan ditinggalkan di sini, dan mungkin dirinya akan menjadi cukup gila untuk membunuhnya setelah dia tahu kalau dia sudah ditipu.

Tapi.

“H, Hei …”

“Apa? Aku memperingatkanmu, kau tidak boleh menolak—”

“Apa kau meninggalkan pertarungan hanya untuk menyelamatkan kedua anak itu?”

Suzuka merapatkan bibirnya.

Harutora melihat lebih dekat, dan dia membentak seolah menentangnya.

“Pertanyaan macam apa yang kau tanyakan? Itu tidak ada hubungannya denganmu.”

Suzuka menjawab, tetapi itu tanggapan yang jelas, dan kemarahannya itu hanya untuk menyembunyikan rasa malunya, sikap sederhana yang cocok dengan usianya.

“Kalau dipikir-pikir, kau bahkan tidak menggunakan jimatmu? Kau hanya berlari. Kau tidak memiliki kekuatan untuk menyelamatkan siapapun, kau terlalu sombong dengan kekuatanmu!”

“… Jadi kau menyelamatkan mereka untukku, untuk menyelamatkanku?”

“… Ya.”

Suzuka terdiam lagi. Serangkaian pertanyaan hinggap di dalam pikiran Harutora ketika melihat sikapnya.

Suzuka merupakan salah satu dari Dua Belas Komandan Suci, tetapi sedang diburu oleh Penyidik Sihir. Penyidik Sihir kebanyakan memburu Kriminal menangani penyalahgunaan sihir. Dengan kata lain, dia telah melakukan kejahatan—atau sedang mempersiapkan untuk melakukan suatu tindak kejahatan.

Menghubungkan dengan tindakan kejahatan yang disangkakan kepadanya dan berbicara mengenai sihir roh, dia pasti menanggung beberapa risiko untuk bereksperimen dengan sihir ini.

“… Bolehkah aku bertanya, apa yang kau rencanakan dengan melakukan sihir roh?”

Harutora masih digenggam Asura.

Tetapi dirinya masih bisa menatap mata Suzuka secara langsung, mengajukkan pertanyaan secara langsung.

Wajah Suzuka menjadi kemerahan untuk sesaat. Awalnya dia berencana menunjukkan sikap yang sama seperti sebelumnya dan menjawab, tetapi menghadapi pandangan Harutora, bibirnya terbuka perlahan kehilangan energinya.

Tatapannya dengan cara dia menatap Harutora berubah, sebagaimana dia mendengar suara sepasang saudara sebelumnya.

Tampilan seorang gadis lugu.

“… Aku ingin menghidupkan kembali saudaraku.”

Kata Suzuka pelan.

Suara kembang api menggema melalui hutan tanpa adanya orang sama sekali, dan mata Harutora melebar terkaget.

“Me, Menghidupkan … Jadi …”

Apa yang dia bicarakan? Pikir Harutora, dan merasa kalau itu luar biasa. Suzuka mengabaikan reaksinya, wajahnya cemberut, kemudian menoleh.

Lalu—

“Harutora!”

Wajah Harutora menjadi pucat.

Suzuka berbalik dengan cepat, dan Harutora menoleh ke arah sumber suara. Seorang gadis yang mengenakan yukata segera memasuki hutan.

Itu adalah Hokuto.

Harutora telah kehilangan alasannya.

“Bodoh, jangan datang ke sini!”

“Tidak! Lepaskan Harutora!”

Hokuto berteriak, dengan kemauan yang kuat dalam matanya yang menunjukkan kecemasannya untuk menyelamatkan Harutora, nampak seperti dirinya tidak menyadari sosok shikigami tersebut.

Kemudian—

“… Harutora?”

Pipi Suzuka bergetar, menatap kejam Harutora. “Ah.” kata Harutora dengan suara yang terkejut.

“… Apa yang terjadi? Kau bukan Tsuchimikado Natsume?”

“Bukan …”

“Jawab aku!”

Suzuka menjadi sangat kuat. Sejak Hokuto di sini, menjadi jelas hanya akan mendatangkan bahaya.

“… N, Natsume adalah sahabatku. Aku adalah Tsuchimikado Harutora, anggota keluarga cabang.”

“Ke, Keluarga cabang? Apa yang kau katakan! Jangan bercanda!”

Dia menggenggam dada Harutora, mengepalkan giginya.

“Kau bohong!”

“Tidak, nah, kau yang pertama membuat kesalahan.”

“Diam, kau hina! Aku akan membunuhmu!”

Suzuka benar-benar marah, dengan lengan tipis yang menggenggam dada Harutora tidak bisa berhenti gemetar.

Hokuto segera berlari.

“Jangan ke sini, jelek! Jika kau ke sini, aku akan membunuhnya!”

Hokuto berhenti bergerak setelah mendengar perkataan Suzuka yang penuh amarah, tetapi dia tidak menyerah, menunggu kesempatan untuk mendekat, seperti yang bisa dikatakan dari ekspresinya yang sesaat.

Hokuto tidak mengetahui identitas asli Suzuka, tidak pernah melihat pertempuran sihir dengan mata kepalanya sendiri, atau mungkin dia mengetahui jenis Asura. Harutora khawatir karena dia paham benar dengan kepribadian pantang menyerah Hokuto.

Di sisi lain, Suzuka menarik dada Harutora, tidak bergerak.

Dia terlihat seperti masih marah namun secara bersamaan memikirkan apa langkah berikutnya untuk diambil. Bahkan jika kemarahannya belum hilang, dia masih menyampingkan perasaannya, berpikir keras bagaimana cara memperbaiki kesalahan ini.

Setelah beberapa saat, tangan Suzuka menjadi santai, berbicara lembut:

“… Aku berencana untuk menyelesaikan ini dengan baik-baik … Terserahlah.”

Bagaimana metodenya tepat sebelum berdamai—Hanya ketika kata-kata tersebut akan segera keluar dari tenggorokannya, Harutora panik menelan mereka kembali.

Suzuka perhalan memberi perintah pada Hatutora, yang tidak memiliki cara untuk melawan.

“Peringatkan pada Tsuchimikado Natsume yang asli, ‘Aku akan menemukan dan menangkapmu’, mengerti? Pastikan untuk menyampaikannya secara pribadi!”

“… Mengerti.”

Nada Suzuka seolah kejam, dan Harutora enggan untuk mengangguk.

Dia menatap Harutora, sedikit kemarahan masih membara di matanya. Lalu, dirinya segera melirik Hokuto.

“… Apa gadis itu pacarmu?”

“Bu, Bukan!”

Jawab Harutora cemas. Itu akan menakutkan jika Suzuka marah karena menipunya tentang Hokuto.

“Pembohong, dari sikapnya dia tidak terlihat seperti seorang teman.”

“Aku mengatakan yang sebenarnya! Dia hanya seseorang yang datang mengunjungi festival bersamaku!”

Harutora membantah dengan nada panik, dan Suzuka menunjukkan ekspresi dingin, ketika menatapnya.

Tiba-tiba, senyum jahat muncul di wajahnya.

“Aku tidak akan berbohong padamu lagi …”

Sensasi dingin menyerang melalui bagian belakang Harutora, dia tidak bisa membantu tetapi ingin mengatakan ‘berhenti’.

Dia masih belum mengatakannya, ketika dadanya tiba-tiba ditarik paksa dan pada saat yang sama wajah Suzuka mendekat dengan cepat.

Sensasi lembut menyentuh bibirnya.

Mata Harutora melebar, dan Hokuto tersentak.

Suzuka hanya menutup mata, menggerakan tangan pada lehenya seperti dirinya ingin memeluk kepala Harutora, ‘Nn …’ membiarkan napasnya keluar.

Setelah dirinya perlahan dan sengaja mencium Harutora, dia membiarkannya pergi.

Kemudian, Asura juga melepaskan tangannya, dan tubuh Harutora terjun ke tanah.

Suzuka menunjukkan senyum, melihat Harutora yang berlutut di tanah. Kemudian dirinya dan Asura pergi bersama shikigami berbentuk binatang buas dan terbang ke langit malam.

Dia berteriak di udara:

“Sayang, sampaikan pesannya dengan benar (Mengerti)?”

Setelah mengatakannya, dia membumbung tinggi ke langit malam penuh kembang api yang terang.

Semua yang tersisa hanyalah sensasi di bibirnya.

Saat dia pergi, dia mengedipkan mata penuh kedengkian pada Hokuto.



Pukulan pertama, kemudian bertanya—Harutora mengharapkan situasi semacam ini datang, tetapi siapa yang bisa mengetahui apa yang akan terjadi selanjutnya.

Dia menggeleng, mengusap wajahnya, dan berlari menuju Hokuto.

“Hokuto, kau baik-baik saja?”

Setelah shikigami Suzuka menghilang, Hokuto berdiri ketakutan di tanah, seakan jiwanya telah diambil. Meskipun begitu, dia tidak bisa gegabah. Harutora memprediksi—sebenarnya mengharapkan—Hokuto akan berubah menjadi galak pada detik berikutnya, menderu marah: ‘Kau mesum!’

Sayangnya, dia salah menduga.

Hokuto perlahan berbalik ke arah Harutora yang sedang bergegas menuju ke arahnya.

Lalu, dia tiba-tiba mulai menangis:

“Ho, Hokuto?”

Suara Harutora terdengar serak. Hokuto tidak henti-hentinya menangis, diam-diam meneteskan air mata, kemudian terisak, dan akhirnya mulai menangis keras. Hal ini membuat Harutora sangat tertekan.

“Ho, Hokuto? Ada yang salah? Apa kau terluka? Atau kau takut? Tidak, bagaimanapun, tak apa, sekarang dia sudah pergi. Tenanglah, ya?”

Harutora tidak berdaya di hadapan Hokuto. Kembang api masih bermekaran di langit malam, dan bunga api malayang naik dan cahaya dari kembang api turun ke bumi bagaikan hujan sore hari di musim panas.

Di bawah cahaya terang dari kembang api—

“Harutora, bodoh!”

Hokuto akhirnya berbicara.

Dia terisak-isak, berbicara sedikit demi sedikit:

“Keterlaluan, Harutora … Kau melemparkan papan doaku ke tanah, dan tidak mengejarku … Dan Touji mengirimkan pesan … Aku menunggu, tetapi kau tidak datang. Lalu kegaduhan terjadi, dan kau terlibat di dalamnya … a, aku berpikir kalau itu akan baik-baik saja setelah melihat Touji tidak apa-apa, tetapi aku tidak berpikir kau akan di bawa pergi …”

“Ka, Kau bertemu Touji?”

“Ya! Itu sebabnya aku sangat khawatir … aku khawatir kau mati, dan mengejarmu seperti orang gila, aku ingin menyelamatkanmu! Kemudian apa? Kenapa kau berciuman dengan gadis itu! Aku benar-benar salah menilaimu. Keterlaluan, itu keterlaluan! Uuu …”

Hokuto terisak keras, berdiri, terengah-engah, bahkan tidak menyeka air mata yang meluap dari matanya.

Dia membuka mulutnya, menangis penuh rasa sakit lagi.

Harutora tidak melakukan apapun.

“Harutora, kau sangat bodoh! Aku membencimu, aku tidak peduli … Uu … Aku tidak peduli tentangmu …”

“Ma, Maaf, telah membuatmu khawatir, aku sungguh meminta maaf.”

“Apa … Uu … Maaf apanya, kau bahkan tidak mengerti perasaan orang lain … uu … Ba, Bahkan kau mencium …”

“Dia yang menggodaku! Tidakkah kau melihatnya? Terlebih, kau bukan orang yang harus mencium dengan paksaan, itu adalah aku, kenapa kau yang menangis?”

Otak Harutora kehilangan fungsinya di hadapan Hokuto yang menangis, pada saat itu kata-kata terakhir terlontarkan dari mulutnya, wajah Hokuto yang menangis berubah menjadi kesakitan.

Dia mengulurkan tangannya, mendorong Harutora. Harutora terhuyung, melihat Hokuto terguncang.

“Bakatora!”

Hokuto berteriak:

“Siapa yang akan senang menonton orang yang mereka suka mencium orang lain! Apakah kau tahu betapa menyakitkannya, bagaimana sepinya, betapa sulitnya menanggung perasaan ini!”

Bang—Sebuah kembang api menjulang tinggi di langit malam.

Hujan cahaya menerangi Hokuto.

Harutora terdiam untuk sementara waktu, membeku.

Mata Hokuto penuh dengan air mata, menatap Harutora.

Matanya memerah, mata basahnya, dengan cahaya yang kuat dan bersinar terang di kedalamannya.

Pada saat itu Hokuto kemudian menjadi gadis paling cantik yang pernah dilihat dalam hidupnya.

Hokuto bergumam, seolah berusaha menahan air matanya. Dia menutupi wajahnya dengan ujung yukata, menyeka air mata, kemudian berbalik, melarikan diri dari Harutora.

“—Ho, Hokuto!”

Harutora mengejar, tetapi dirinya takut akan tersandung dan jatuh jika mengejarnya, dan tidak mampu berlari dengan kekuatan penuh.

Punggung Hokuto menghilang ke dalam hutan.

Harutora masih berdiri seorang diri, kembang api mekar di atas kepalanya kemudian menghilang.


Balik ke Chapter 1 Kembali ke Halaman Utama Lanjut ke Chapter 3