Unlimited Fafnir (Indonesia):Jilid 1 Bab 2

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Status: Incomplete

Part 1

Melihat ruangan putih itu, aku teringat kembali pertemuan pertamaku dengan dia.

Ya, itu terjadi tiga tahun lalu.

Setelah aku menyerahkan diriku sendiri sebagai D, aku disuntik dengan semacam obat dan tidak sadarkan diri. Ketika aku terbangun, aku berada di ruangan yang sempit.

Langit-langit, lantai dan dindingnya semua berwarna putih. Berdiri di depanku adalah seorang pria muda dengan seragam militer.

—siapa dia? Seseorang yang aku kenal? Atau seseorang yang baru bertemu?

Aku tidak punya ide walau sekeras apapun aku berpikir. Dengan satu pengecualian, semuanya tampak sangat kabur dan tidak jelas.

Menatap padaku, pria itu kemudian berbicara:

"...Walaupun penyebabnya tidak diketahui, kau tampaknya rusak dengan pas. Dengan tambahan bakat langkamu membuatku sangat menyukaimu."

Sura pria itu sangat keras, kuat dan tegas seakan dia tidak membolehkan siapapun untuk melewatkan kata-katanya.

"Bagaimana? Apa kau mau bekerja dibawahku? Itu pekerjaan yang sangat berarti. Kau bisa menyelamatkan ratusan, ribuan, bahkan puluhan ribu orang. Kau memang kau memang sangat cocok dengan pekerjaan ini."

Aku tidak bisa menjawab walaupun aku diberi sebuah pertanyaan.

Karena mulutku disumbat. Tangan dan kakiku juga diikat.

melihatku, pria itu tersenyum dan mengulurkan tangannya padaku. Aku berpikir dia akan mengeluarkan benda yang menyumbat mulutku—tapi pria itu ternyata memegangku di bagian rambut.

Memaksa kepalaku menunduk dengan dorongan, dia membuatku untuk mengangguk.

"Benarkah? Jadi kau setuju? Terima kasih. Mulai dari hari ini, kau adalah bawahanku."

Pria itu tersenyum sambil berbicara.

Sebuah hawa dingin yang tidak dapat dijelaskan terdapat di sekujur tulang belakangku. Ini bukan perbincangan, ini hanya sekedar formalitas.

Dan pada saat itu juga aku sadar bahwa takdir sudah ditentukan.

Yang keluar dari mulut pria ini adalah masa depanku, takdirku kedepan.

"Kau pasti bisa mencapainya. Kau pasti akan jadi pembunuh yang bisa menyelamatkan ribuan, miliaran—"

Part 2

"Eh, dimana tempat ini?"

"Hah... akhirnya kau bangun. Sekolah sudah selesai. Ini adalah ruang UKS, Iris. Aku membawamu kesini setelah kau pingsan."

Iris mengedipkan matanya dan melihat langit-langit putih sementara aku menjelaskan padanya.

Setelah ledakan dari kegagalan perubahan mithril, Shinomiya-sensei langsung menghubungi bagian administrasi. Tidak lama Wanita yang memanggil dirinya perawat datang.

Walaupun suster bilang Iris baik-baik saja tanpa cedera parah, hanya untuk berjaga-jaga dia masih dibawa ke ruang UKS dan istirahat. Aku dengan suka rela tinggal untuk merawatnya.

Tidak lama, suster itu harus pergi untuk menghadiri suatu hal, dan meninggalkan Iris dan aku sendirian saat ini.

"Mononobe...? Ahhh... aku mengacaukannya lagi, benar?"

Dia sepertinya mengubungkan ingatannya. Dengan ekspresi murung, Iris berbicara.

"Ya, ledakan itu menghembuskan mu sepenuhnya. Kegagalan besar yang tidak bisa lebih mudah dan jelas."

"Kau sangat jahat... bukankah kau seharusnya menyemangati dan menghiburku pada saat seperti ini?"

Iris bilang itu sambil tersenyum masam.

"Dukungan setengah seperti itu untuk memberimu harapan tak berdasar hanya akan membuatmu mengulangi kesalahan yang sama—atau itu bahkan bisa membuatnya lebih buruk. Orang yang tidak bisa menghadapi kesalahan mereka cenderung mati lebih awal—itu sesuatu yang aku pelajari dari NIFL."

"Menghadapi kesalahan..."

"Ya, selain itu, Iris, kau pasti berpikir kau berhasil selama kau berpikir kau berusaha keras, bukan?"

"B-Bagaimana kau tau!?"

Iris membuat ekspresi terkejut.

"Aku bisa tau dari sebelum latihan."

"A-Apa aku gagal besar?"

"Ya, kau memang gagal besar hari ini, Iris."

Aku mengangguk setuju. Iris menurunkan bahunya dan bertanya kembali dengan suara kecil:

"Seorang idiot, tolol dan tidak berguna?"

"Kalau sekarang, mungkin tidak ada cara untuk menyangkal kritikan tersebut."

"Benarkah...? Kalau begitu aku rasa mustahil bagiku untuk bergabung dengan satuan Counter-Dragon ..."

Iris menghela napas berat.

"Iris, kau ingin bergabung satuan Counter-Dragon? Tapi itu merupakan pekerjaan paling berbahaya, menempatkan dirimu sendiri di garis depan, kau tau?"

"Ya... karena itulah alasanku datang ke Midgard."

Iris mengangguk untuk membenarkan kemudian berbicara seakan melihat ke kejauhan:

"Aku... sebelum satu tahun yang lalu, selalu hidup secara biasa di dunia luar. Tapi ketika aku berada di kapal laut dengan keluargaku, Dragon putih—Leviathan 'Putih'—yang saat itu sedang melewat ... menyebabkan kapal kami tenggelam."

"Sebuah bencana dragon huh..."

Aku bergumam dengan marah. Bencana yang disebabkan hanya dari gerakan para Dragon disebut bencana Dragon. Tiga tahun lalu, Mitsuki dan aku sama-sama mengalami bencana Dragon yang disebabkan oleh Hekatonkeir "Biru".

"Itu benar... karena bencana Dragon itu, semuanya mati. Kemudian Kekuatanku bangkit untuk pertama kalinya... aku satu-satunya yang selamat."

Senyuman yang terdapat di wajah Iris tidak membawa keceriaannya yang biasa. Melainkan elemen celaan diri sendiri.

"Karena tidak ada seorangpun yang melihatku menggunakan kekuatanku pada saat itu, aku bisa tetap diam dan melanjutkan hidup di luar... tapi aku mengakui identitasku sebagai D oleh diriku sendiri."

"...Kau berniat untuk membalas dendam terhadap para Dragon?"

"Bagaimana aku mengatakannya...? Sebenarnya, aku tidak punya perasaan negatif seperti benci di hatiku... tapi aku berpikir aku harus melangkah kedepan untuk bertarung. Untuk alasan itulah aku selamat."

Melihat padaku, mata Iris bersinar dengan tekad yang kuat.

Melihat matanya yang teguh, aku tidak bisa menolong untuk terkesiap. Pada saat yang dulu ketika Mitsuki bilang dia akan melindungi kota, dia juga memperlihatkan mata yang sama.

"...Itu artinya kau masih tidak berniat untuk menyerah, bukan?"

"Huh?"

"Walaupun kau baru saja bilang bergabung dengan Counter-Dragon Squad itu mustahil, kau tidak berniat untuk menyerah dengan tesnya, bukan?"

"I-Itu tentu saja! walaupun aku masih sering gagal... aku akan bekerja keras!"

Mendengar jawaban yang diharapkan, aku tersenyum.

"Sudah kubilang, hanya bekerja keras saja tidak cukup. Kau jangan terus mengulangi kesalahan yang sama."

"Urgh... aku mengerti logika ini, tapi bahkan jika aku mengerti, aku masih tidak bisa melakukannya..."

Melihat Iris berkecil hati, aku membuat keputusan di hatiku.

"Iris, berapa banyak sesi latihan semuanya sebelum tes?"

"Uh, aku rasa tidak ada kesempatan lagi untuk menggunakan tempat latihan nomber tiga... kita hanya bisa melakukan latihan dasar dari sekarang di tempat yang lebih kecil."

"Hmm... itu bisa bagus. Kita kehabisan pilihan jika tidak ada waktu untuk latihan. apa latihan sendiri sepulang sekolah diperbolehkan disini?"

"Menggunakan tempat latihan membutuhkan persetujuan dan seseorang untuk mengawasi."

"Oh oke, kalau begitu, aku akan mendiskusikannya dengan Mitsuki terlebih dahulu. Jika persetujuan itu diperbolehkan, mulai besok ayo mulai latihan bersama sepulang sekolah."

"Eh... latihan bersama?"

Mulut Iris terbuka lebar terkejut.

"Ya, latihan hari ini terpaksa terganggu. Aku sangat pemula dalam cara bertarung dengan Dragon, jadi aku harus belajar gaya bertarung Midgard secepat mungkin."

"Mononobe..."

Air mata menggenang di mata Iris.

"H-Hei! Kenapa kau menangis?"

"Aku-Aku tidak tau..."

Melihat air matanya mengalir tanpa henti, aku secepatnya menenangkan dia.

Tapi Iris tidak bisa berhenti menangis untuk waktu yang lama...

Part 3

"Latihan sepulang sekolah... Benarkah?"

Karena menemani Iris sepanjang waktu sampai kondisinya kembali stabil, aku pulang terlambat. Setibanya aku datang ke asrama, aku langsung pergi ke ruang makan untuk memberitahu ide latihan sepulang sekolah kepada Mitsuki.

Ini sudah lewat jam 7 malam. Disusun di meja makan adalah makanan yang disiapkan oleh robot rumah tangga, mereka terlihat tidak tersentuh. Mungkin Mitsuki selama ini menungguku pulang.

"Ya, aku dengar kita bisa latihan selama kita mendapat persetujuan."

"Benar, aturan seperti itu ada... yang lebih penting, kita harus makan dulu dan kau bisa memberitahuku tentang itu. Makanannya akan mulai dingin."

Mitsuki menunjuk pada makan malam yang terdapat di meja.

"Kau benar. Maaf karena membuatmu menunggu. Ayo makan."

"Ya, bon appetit."

Mitsuki menepuk tangannya kemudian mengambil sumpitnya. Sementara mengambil makanan dengan sumpit. Aku melanjutkan perbincangan.

"Kami butuh waktu untuk latihan. kondisi Iris sangat jelas hari ini sementara aku tidak tau apapun karena baru saja pindah. Kalau seperti ini, tidak butuh seorang jenius untuk memprediksi hasil tes minggu depan. Kami tidak akan lulus."

"Itu memang benar..."

Untuk suatu alasan, Mitsuki bereaksi lambat. Menancapkan sumpitnya di saury panggang, dia ragu-ragu untuk mengobrol.

Makanan hari ini semuanya ala jepang. di atas meja terdapat semua makanan kesukaanku. Mungkin karena Mitsuki lebih suka makanan ala barat, jadi dia sepertinya menyiapkan ini untukku.

"Jadi aku rasa aku harus mendiskusikan ini langsung dengan Shinomiya-sensei?"

"Tidak, kedudukanku cukup untuk memberikan persetujuan. Tidak perlu merepotkan Shinomiya-sensei, tapi... Nii-san, kenapa kau sangat ingin menolong Iris-san?"

Mitsuki bertanya dengan nada bicaranya sedikit marah.

"Apa aku sangat terlihat mendukung Iris?"

"Ya, cukup."

Mitsuki menatapku dengan menyipitkan matanya. Jawabannya datang tanpa keraguan sama sekali.

"Kalau itu masalahnya... aku rasa itu karena Iris bekerja sekeras mungkin."

"Bekerja sekeras mungkin?"

"Iya, seseorang yang bekerja sekeras yang dia bisa... entah bagaimana itu terasa mustahil mengabaikan orang seperti itu."

Sama seperti Mitsuki tiga tahun lalu—

Aku menambahkan kata-kata itu di pikiranku sambil tersenyum kepada Mitsuki.

"Hmm... N-Nii-san, kau terlalu baik, tapi... memang itu patut dipuji karena kau melakukan ini demi motif tertentu. Mau bagaimana lagi, kalau begitu aku akan mengambil tugas sebagai pengawas—"

Disaat Mitsuki membuat keputusannya, alarm tiba-tiba berbunyi di sekitar.

"A-Apa?"

Aku melihat keluar jendela di ruang makan dengan terkejut, hanya untuk melihat jam menara sekolah yang berada di tengah pulau bersinar dengan warna merah.

'Peringatan darurat, peringatan darurat —Peringatan Level E, Tipe Kuning. Saya ulangi, Peringatan Level E, Tipe Kuning!'

Suara peringatan itu datang dari pengeras suara di dalam asrama tapi Mitsuki tidak berdiri dari kursinya. Melainkan dia terus makan makanannya dengan anggun.

"Mitsuki, apa sekarang ini waktunya untuk makan dengan santai? Ada peringatan!"

"Memang, tapi peringatan itu bilang tipe Kuning, yang artinya Hraesvelgr ‘Kuning’ datang kepulau ini."

" Apa yang kau bicarakan!?"

"Tapi karena itu hanya Level E, itu artinya Hraesvelgr hanya melewati zona peringatan, hanya itu saja. tipe peringatan seperti ini biasanya terjadi satu atau dua kali dalam sebulan. Tenang, ini akan segera berakhir."

Tidak lama setelah Mitsuki selesai kemudian suara peringatan berhenti. Cahaya merah juga mati.

'Target telah meninggalkan zona peringatan. Semua unit, harap kembali ke posisi semula.'

Kali ini, suara penyiar itu tenang. Aku menghela napas lega dan kembali makan di meja makan.

"Membuatku kaget saja... aku pikir Dragon itu akan menyerang. Itu karena saat siang hari para Dragon mengincar tempat ini."

"Dragon mulai pergerakan mereka setelah salah satu tanda dragon dari D berubah warna. Saat ini, aku belum mendapat laporan semacam itu. "

Setelah menyelesaikan kalimat ini, Mitsuki meminum sup Misonya dan menyelesaikan makan malamnya.

Aku cepat-cepat memasukan sisa makan ke mulutku.

"—Hidangan yang sangat enak."

"Cerima kasih acas makananya..."

Dengan makanan dimulutku, aku bergumam jawaban kepada Mitsuki

"Itu sangat tidak sopan Nii-san. Mengabaikan etika akan memperburuk kesan dari orang lain padamu, jadi tolong perhatikanlah. Ayo."

"—Terima kasih atas makanannya."

"Lulus. Jadi, Nii-san, aku akan mengelilingi sekolah dulu. Walaupun tidak terjadi apa-apa, masih ada hal-hal setelah kejadian untuk ditangani. Aku akan mengambil kesempatan ini untuk melengkapi prosedur untuk penggunaan tempat latihan."

"Terima kasih, Mitsuki!"

Aku berdiri untuk berterima kasih padanya.

"Ini bukan sesuatu yang pantas untuk berterima kasih padaku. Ssebagai ketua OSIS, sudah sewajarnya untuk membantu para siswa yang ingin meningkatkan dirinya."

"walaupun itu yang terjadi, aku masih berhutang padamu."

Aku berterima kasih lagi. Mitsuki menghindari kontak mata.

"Aku-Aku tadi terganggu barusan. Aku mengawasi untuk mencegahmu melakukan segala kelakuan dengan Iris-san yang melanggar moral publik, Nii-san. Aku akan mengawasi kalian dengan teliti."

"Apa yang kau katakan? Kita hanya akan berlatih."

"Siapa yang tau jika itu tujuan sebenarnya... dari yang aku lihat, pemanasan hari ini sudah sangat mencurigakan."

Mitsuki menatap dingin padaku.

"Ugh... Jangan khawatir, aku akan berhati-hati. Aku tidak akan membiarkan hal yang seperti itu terjadi lagi."

"Tolong Nii-san. Karena ini hal yang sangat penting tapi terlalu sulit bagiku untuk membicarakkannya didepan perempuan lain... Ketahuilah bahwa interaksi tidak pantas antara jenis kelamin lain itu sangat dilarang! Bukan karena masalah moral publik, itu menyebabkan kehilangan yang lebih serius."

"Kehilangan?"

"Kau tau ini bukan? kami para D kehilangan kekuatan untuk menciptakan materi gelap setelah kami berumur dua puluh tahun atau selebihnya—atau hamil." Bilang Mitsuki, pipinya sedikit memerah.

"Aku sudah mendengar rumor seperti itu sebelumnya... jadi itu memang benar?"

Aku sangat terkejut. Pada dasarnya, hanya Midgard yang memegang informasi sebenarnya tentang D. Banyak rumor yang beredar di dunia itu sepenuhnya buatan. Aku sebenarnya berpikir bahwa rumor kehamilan itu salah satunya.

"Apa...? Jadi itu tingkat kepandaianmu? Sangat beruntung bagiku untuk memutuskan mengingatkanmu sebelumnya sebagai pencegahan... Jika kau mengambil kekuatan seseorang, Nii-san, kau mungkin akan diserahkan pada pertemuan pengadilan dan dihukum dengan hukuman berat. Tolong, kau harus... Berhati-hati. "

Mitsuki menatapku dengan marah dari jarak yang sangat-sangat dekat, memperingatkanku lagi dan lagi.

Menghadapi tekanan ini, aku tidak punya pilihan hanya mengangguk setuju.


Part 4

Part 5

Part 6

Kembali ke Bab 1 Halaman Utama Menuju ke Bab 3