User:NaG4

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Pada titik ini, langit yang luas akan membuat orang berpikir dari galaksi besar di balik itu.

Ini «luasnya langit» adalah perasaan bahwa virtual reality tidak akan pernah bisa menduplikasi. Musim gugur yang sudah lewat terasa sudah dilupakan, dan langit biru tampak seperti kawanan domba karena mereka berkumpul tinggi di udara bersama dengan awan tebal. Di atas kabel terdapat dua burung pipit bertengger di sana, dan pesawat militer yang terbang di udara mencerminkan kembali sinar matahari. Shino menatap pemandangan yang luas dan tak berujung, dan tampak seperti dia tidak akan terganggu oleh itu.

Angin sekarang akan dianggap hangat untuk pertengahan Desember, dan kebisingan para siswa saat pulang sekolah tidak akan mencapai bagian belakang sekolah. Biasanya, langit di ibukota Tokyo akan ditutupi dengan abu-abu tipis, tapi hari ini, itu tampak seperti sebuah kota di utara. Shino duduk di samping tempat pembibitan bunga dengan tanah hitam lalu menaruh tasnya di atas lututnya. Dan kemudian, ia membiarkan bergerak jiwanya melalui angkasa tak terbatas selama sekitar 10 menit.

Namun, beberapa saat kemudian, beberapa langkah disertai dengan tawa terdengar saat mereka tiba dekat Shino dan menariknya kembali dari angkasa ke bumi. Dia membalikan lehernya dan mencoba yang terbaik untuk melirik, menarik selendang putihnya dan menunggu para penganggu itu untuk mendekat.

Endou dan dua sahabatnya datang dari arah barat laut dari gedung sekolah dan tempat pembakaran yang besar. Mereka menyeringai saat melihat Shino dan menunjukkan senyum kejam. Tangan kiri Shino mengambil tas dan berkata, " Karena kalian yang mengundang ku seharusnya kalian, tidak terlambat." Setelah mendengar Shino mengatakannya, seorang antek Endou mengedipkan kelopak matanya yang tebal, lalu tersenyum dan berteriak,

"Asada, kau benar-benar jahat saat ini, kan!" antek yang lain juga mengatakannya dengan nada yang sama,

"Ya ~ bukankah ini terlalu berlebihan menyambut teman mu seperti itu?"

3 orang, yang jaraknya sekitar 2m dari Shino, mereka berpikir bahwa mereka bisa memberikan penampilan mengancam yang mereka pikir akan paling efektif. Shino menatap tajam seperti mata predator dari serangga ke arah Endou yang berdiri di tengah.

Keduanya tetap diam selama beberapa detik. Endou kemudian tersenyum dan mengangkat dagu.

"Oh well, kita kan teman jadi kalau kita ada maslaah , kau harus membantu kami. Kami sedikit kesulitan di sini ... "

Mendengar dia mengatakannya, dua lainnya mulai tertawa.

"jadi kau hanya perlu meminjamkan kami ¥ 20.000 terlebih dahulu."

Endou mengatakannya seperti saat dia sedang meminjam karet penghapus.

Shino melepas kacamatanya NXT optik yang bahkan tidak memiliki resep pada lensanya, dan memasukkannya ke dalam saku roknya. Dia memandang mereka dengan pandangan ……… trio di Endou, dan mengatakan setiap kata dengan jelas.

"Aku sudah mengatakannya sebelumnya,aku tidak punya uang untuk dipinjamkan kepadamu. "

Pada saat itu, mata Endou menyempitkan matanya seperti kabel, dia memberikan pandangan keras kepala dari wajahnya dan berkata dengan suara dalam. “…. Jangan berpikir untuk melanjutkan menjadi arrogan.ngomong-ngomong, aku benar-benar membawa barang itu bersamaku dari kakak,jadi jangan menangis .Asada .”

“…. Terserah”

Shino berpikir bahwa mereka tidak akan berani untuk membawa senjata api ke sekolah,tapi Endou menyeringai dan memasukan tangannya ke dalam tas.

“Aku dengar ini dapat membuat lobang di papan tulis tipis,kakak bilang agar tidak menggunakannya untuk menembak orang, tapi kau tak akan mendengarnya kan Asada ? kau akan menggunakannya”

Mata Shino langsung tertuju pada sebuah senjata api berwarna hitam.

Jantungnya berdetak kenjang, deringan di telinganya menyebabkan suara-suara menghilang . Dia mulai bernafas dengan keras . dan persaan yang dingin mulai menjalar ke ujung jarinya.

Tetapi. Shino menggertakan giginya dan memotivasi seluruh kekuatannya mentalnya untuk mengalihkan pandangan dari senjata api tersebut, matanya bergerak dari tangan kanan Endou yang memegang senjata api ,lalu ke lengannya, lalu ke bahunya, rambutnya dan terakhir muka Endou.

Mata Endou berdenyut dengan pembuluh darahnya yang menunjukan kegembiraan yang berlebihan , dan selaput pelanginya berubah menjadi warna hitam pekat. Pemilik senjata api tersebut adalah cacing yang menyedihkan yang telah mabuk kekejaman.

Terror yang sebenarnya bukanlah senjata tersebut tetapi yang memegangnya .

Barangkali karena Shino tidak menunjukan expresi yang di harapkan, Endou menyeringai dan mengatakan kata-kata ini .

“Menangislah Asada, dan berlututlah dan meminta maaf, jika tidak aku akan benar-benar menembakmu”.

Lalu dia membidik kea rah bahu kiri Shino sebelum tersenyum, Bahunya dan lengannya tersentak sedikit, dan Shino secepatnya tau bahwa dia akan menekan pelatuknya , Tetapi, pelurunya tidak tertembak.

“Sialan , Apa yang terjadi ?”

Lalu dia terus menekan pelatuknya berulang kali, tetapi dia hanya dapat mendengar suara plastik yang tergesek dengan plastik yang lain.

Shino mengambil nafas panjang, memberikan kekuatan untuk seluruh tubuhnya,melepas tasnya ke lantai dan mengapai lengannya .

Shino menggunakan ibu jari kirinya untuk mendorong ke bawah pergelangan tangan kanan Endou, dan senjata yang ada di gengamannya melemah . Shino lalu menggeser jari telunjuk menuju pengaman pelatuk, dan pegangannya dengan mudah berpindah ketangannya senjata tersebut terasa seperti plastic tapi itu sangat berat.

“senjata pemerintah 1911 ? kakakmu sepertinya menyukai model traditional , hanya tidak pas untuk seleraku , mungkin”

Shino mengatakannya dan menunjukan bagian kiri dari senjata tersebut kepada Endou.

“senjata pemerintah mempunyai pengaman tangan dan pengaman panggangan , kau tidak akan bisa menembakkan peluru kalau tidak membuka dua pengaman tersebut.”

Clak,clak dengan suara ini kedua pengaman tersebut sudah terbuka. “juga ini adalah senjata sekali tembak, jadi kau harus mengangkat palunya sebelum mulai.”

Shino mengangkat palunya ke atas dengan ibu jarinya dan pelatuknya terangkat ke atas sedikit dengan suara yang agak keras.

Shino memalingkan pandangannya dari Endou dan kelompoknya yang membingungkan dan melihat ke sekitar , menemukan jajaran bak plastic berwarna biru sejauh 6 meter di samping tempat pembakaran sampah, dan di dalamnya terdapat kaleng .

Shino lalu meletakan tangannya di pegangan dan mengambil sikap awal membidik, lalu mengeker menggunakan mata kannya , membidik kea rah kaleng plastic kosong tersebut , mempertimbangkan sebentar , dan menaikan senjata itu sedikit ke atas , menarik nafas panjang , dan menarik pelatuknya

“ PA ! !” . Dengan suara yang lembut , beberapa dorongan mendorong tangan Shino , senjata benar-benar membuat dorongan dan peluru oranye terbang keluar .

Karena Shino belum akrab dengan lintasan peluru senjata ini, dia piker peluru pertama ini akan meleset,akan tetapi peluru tersebut berhasil menghantam bagian atas dari kaleng tersebut ,dan membuat Shino sendiri terkejut, alumunium tersebut mengeluarkan suara “ KLANG ! “, berputar ke atas dan akhirnya terjatuh dari bak tersebut.

Fuu, Shino melihat dan menurunkan senjata tersebut . kearoganan Endou sudah lama hilang sejak dia hanya berdiri dan terkejut disana , saat Shino melihatnya, Endou menutup mulutnya dan menarik langkah mundur dan berkata.

“Tidak …Tidak…”

Setelah mendengar suaranya yang menyedihkan , Shino merelaxsasikan pandangan di sekitrnya.

“….. Memang benar ini seharusnya tidak di pakau untuk menembak orang lain ”

Dia mengatakannya sambil mengendurkan kembali palunya sebelum menutup kedua pengaman itu, saat Shino mengembalikan senjata tersebut ,badan Endou menghentak, tetapi masih meraih senjata tersebut tepat waktu.

Shino mengambl tas sekolahnya dan memakai syalnya kembali, dia mengatakan selamat tinggal kepada 3 orang di belakangnya dan berjalan maju, tetapi Endou dan komplotannya tidak merespon sama sekali, trio tersebut hanya biasa berdiri terdiam sampai Shino berjalan ke sudut dan menghilanh dari pandangan.

Saat dia tidak lagi melihat Endou , kaki Shino kehilangan kekuatannya dan seperti dia akan jatuh ke lantai , akhirnya dia dapat berdiri dengan membantunya menggunakan bangunan sekolah.

Bunyi petir terdengar di telingan Shino , dan darah mengalir dengan cepet melalui pelipis, kebaliakan aliran asam membuat tenggorokannya sakit sedikit, jika semua orang akan mengatakan kepadanya apa yang harus dia lakukan mengenai yang dia lakukan tadi, dia akan berkata bahwa aku tidak akan mengulanginya lagi.

Walau begitu – ini kan mempertimbangkan langkah pertama .

Shino memaksa kakinya yang lemah untuk berjalan dan membuatnya berjalan menjauh, dinginnya berat dari model senjata tadi masih tertinggal di tangan Shino dan tak akan bisa hilang, tetapi setelah meletakkan tangannya di bawah angin kering yang dingin, tangannya sudah pulih, dia mengambil kaca matanya dengan jari nya yang mati rasa dan memakainya.

Dia melewati corridor yang tersambung dengan tangga di bagian barat halaman sekolah dan ruangan olahraga, mencapai bagian samping lapangan setelah berjalan sedikit , melewati anggota klub olahraga yang sedang berlari dan menyemangati dirinya sendiri, melewati pepohonan di bagian selatan arena, dan pagar utama terlihat di depannya.

Murid-murid sedang berjalan berkelompok dan saat Shino akan melewati mereka dan menuju gerbang depan dia merasa ada sesuau yang salah.

Beberapa murid perempuan berdiri di samping gerbang melihat kea rah gerbang sekolah dan mengobrol sesuatu yang Shino tidak tahu.

Dia menyadari bahwa mereka adalah teman sekalasnya yang mempunyai hubungan yang baik dengan mereka berdua dan dia berjalan menuju mereka.

Perempuan berambut panjang dan mengunakan kacamata berlensa hitam menyadari Shino dan tersenyum sembari melmbaikan tangannya kepada Shino.

“Asada san apakah kamu mau pulang ?

“ya – apa yang kalian lakukan ? “

Saat dia menanyakan hal itu, perempuan yang lain dengan rambut berwarna kacang kenari yang diikat dua tersenyum dan berkata

“dengarkan aku, laki-laki itu yang ada di gerbang yang memakai seragam yang bukan dari sekolah dia memarkir sepedanya di sana dan bahkan membawa dua helm , kayaknya dia menunggu seseorang dari sekolah kita , itu adalah gossip kecil, tapi kami ingin tahu siapa yang seberani ini memanggil pacarnya ke gerbang dan dating menjemputnya ? “

Saat dia mendengar jawaban itu , Shino segera menyadari bahwa wajahnya sangat putih , dia mencek jamnya dan menjerit dalam hati ‘tidak mungkin’.

Laki-laki itu telah setuju untuk ketemuan di depan gerbang pada jam segini, dan bahkan dia pernah berkata ‘jangan’ mebuang-buang ongkos bus mu aku akan dating untuk menjemputmu , akan tetapi dia tidak menjaga sikap dan bahkan memarkir kendaraannya di depan gerbang-

---tidak, dia tidak mungkin melakukannya

Shino lalu menyandarkan badannya ke dinding dan mengintip keluar melalui gerbang sekolah, setelah itu dia merasa sangan lemah. Siswa laki-laki itu yang memakai seragam yang tidak pernah dia liat sebelumnya sedang bersandar di motornya dan itu memiliki 3 ban di bawah. Dia sedang memegang dua helm dan memandang ke langit dengan cara berbicara yang membingungkan – tidak salah lagi , dia adalah laki-laki yang dia baru kenal 2 hari yang lalu.

Berpikir bahwa dia harus berkata hai dan duduk di kursi belakang dan dilihat oleh lusinan orang, wajah Shino pun memerah, dia berkomat-kamit di dalam hatinya ‘aku ingin log out dari sini’, dan menekan keberaniannya yang terakhir dan berbalik ke temen sekelasnya di sampingnya.

“Eh…. Sebenarnya….dia…. dia teman ku ….“

Dia mengatakannya dengan suara yang sangat haus sampai-sampai sulit untuk di dengar , mata dari kedua gadis itu melebar

“Eh…. Asada san ?” “teman macam apa ?”

Gadis yang lain juga berkata seperti itu , menyadari tatapan yang dia dapatkan dari keributan yang tadi , Shino hanya bisa merangkul tasnya dan berjalan kebelakang.

“Ma….maaf” Dan dia mulau meminta maaf dan mulai berlali untuk suatu alasan ,Shino sudah melewati gerbang sekolah yang berwarna hijau perak dan sampai ke belakang diinding sembari mendengar teriakan dari belakang

“ jelaskan semuanya dengan jelas padaku besok”

Walaupun dia sudah sampai di sampingnya dan mengalihkan pandangannya sambil memperlihatkan senyum malas di wajahnya

“Ah, Selamat sore sinon”

Bertemu dia bawah sinar matahari yang bersinar seperti ini lagi, aku merasa KIRITO di dunia nyata memiliki kelemahan yang terlihat seperti meninggalkan daratan, rambut hitamnya yang sedikit panjang membuat kulitnya tampak lebih cerah, dan tubuhnya yang ramping sangat mengejutkan dan mirip dengan perempuan dan tampak sama dengan avatrnya di dunia virtual.

Perasaan yang lemah ini, atau mungkin, kehadiran yang lemah ini mengingatkan Shino bahwa dia sekali menghabiskan 2 tahun di dalam tawanan, dan menyebabkan dia untuk tetap menyimpan kata-katanya yang menyakitkan hati.

“….Selamat sore…. Maaf telah membuat mu menunggu “

“ ini bukan apa-apa. Aku juga baru sampai – ngomong-ngomong ….. bagaimana ya rasanya …”

Saat itu juga , Kirito akhirnya menyadari bahwa para siswa yang melihat dari dekat gerbang . Dia melihat sekitar dan berkata.

“….Semuanya melihat kea rah kita…”

“Pl…please…”

Suara Shino terdapat sedikit kengganan

“ Tidakkah orang akan melihat jika kau memarkir motor mu di depan sekolah orang lain !? “

“B…benarkah ? Lalu… ”

Laki-laki itu memberikan senyum yang menggoda, Shino pernah melihat senyuman yang seperti itu beberapa kali di dunia Virtual.

“ Jika kita terus ada disini, apakah guru kedisiplinana kan berlari kesini dan membuat kehebohan ? itu terdengar menyenangkan “

“ Ja… Jangan bercanda ! “

Faktanya guru mungkin akan dating kesini . secara insting Shino berbalik kearah gerbang sekolah dan berkata dengan lembut.

“ Ce, Cepatlah dan kita pergi !”

“ Oke Oke…. “

Kirito memberikan helm berwarna hijau muda yang mengantung di gantungan kepada Shino dan tersenyum.

Laki-laki ini mempermalukanku seperti imp yang nakal , sama seperti saat di GGO. AKU tidak dapat di bodohi dengan penampilannya – Shino berkata pada dirinya sendiri jauh di dalam hatinya saat dia menerima helm tersebut. Dia menggandeng tasnya ke samping dan setengah memakai helm, lalu dia berhenti sepertinya dia tidak tahu caranya mengaitkan gespernya. Lalu tiba-tiba

“ Permisi sebentar”

Kirito menggapai tangannya dan dengan cepat mengaitkan gespernya , muak Shino kembali memerah lalu dia cepat-cepat menurunkan kaca helmnya , dia sudah mulai berpikir apa yang akan dia katakana kepada teman-temannya besok.

“…Sinon,jadi… apakah kau merasa nyaman dengan rok mu ?”

“ aku punya celana olahraga di dalam ”

“ lagi pula kamu tidak bisa melihatnya dari kursi depan ”

Setelah melakukan tembakan balasan , Shino dengan cepat duduk di kursi belakang motor . Sama seperti saat dia duduk di boncengan Honda coyote 90 kakeknya, dia melakukannya seperti itu.

“ lalu…. Sebaiknya kau memegang dengan erat ”

Kirito memutar kuncinya, lalu mesin dalam mengeluarkan suara seperti mengaum , lalu dia menyusutkan lehernya, Namun, getaran yang mencapai pinggangnya dan bau dari gas yang di keluarkan dari knalpot adalah sebuah kenangan dan dia tidak dapat melakukan apa-apa kecuali tersenyum , lalu dia melingkarkan tangannya di sekitar tubuh langsing Kirito.

Ini merupakan sedikit masalah baginya berangkat dari Bunkyo area di Yushima ke tujuan mereka area central di Giza, jika dia naik kereta bawah tanah , itu akan sangat mudah berpergian dari pada di atas tanah.

Mereka mengemudi dari Ochonomizu , ke tol Chidoya sebelum mencapai Koukyo , motor itu melaju pelan di sekitar parit untuk alasan keamanan , beruntungnya , cuaca hari ini sangat cerah , dan angin yang berhembus ke mukanya terasa sangat nyaman , setelah bergerak melalui gerbang utama mereka pergi melalui tol Uchibori lalu jalan raya Harumi, belok kiri , melalui jembatan JR dan sampai ke Ginza Yonchome.

Lagi pula kecepatan melaju mereka saat ini memiliki perbedaan besar saat mereka mengemudikan Buggy 3 roda unutk kabur dari Death Gun , mereka menghabiskan waktu sekitar 15 menit untuk mencapai tujuan mereka. Kirito dengan cepat memarkir motornya.

Shino memegang helm di tangannya dan dia telah di bawa oleh kirito ke café kelas atas yang belum pernah dia liat sebelumnya , Saat dia mendorong pintu masuknya , pelayan dengan kemeja putih dengan dasi hitam sedang membungkuk kepada mereka . Shino tak dapat berbuat kecuali panik dan melihat sesuatu hal yang memalukan.

Mendengar pelayan bertanya meja untuk 2 orang ?, dia merasa apakah itu seperti ... dan menjadi lebih panik. Namun, suara tanpa menahan diri tiba-tiba terdengar, merusak suasana kelas tinggi keseluruhan.

"Oi ~ Kirito-kun, di sini!"

"Ah ... kita punya janji dengan orang itu."