Monogatari Series Bahasa Indonesia
You can speak in English or in Indonesian. / Anda dapat menggunakan bahasa Inggris maupun Indonesia.
Moderators: Fringe Security Bureau, Senior Editors, Senior Translators, Alt. Language Translator/Editor, Executive Council, Project Translators, Project Editors
- Interferenter
- Literature Club Member
- Posts: 31
- Joined: Tue Sep 25, 2012 6:59 am
- Favourite Light Novel:
Re: Monogatari Series Bahasa Indonesia
Post by Interferenter »
waaaah.... monogatari yaaa....
katanya novel yang susah di translate yaaa...
tapi, sepadan lah dengan keunikannya...
baca yang english nya masih gak ngerti joke nya itu...
kebanyakan pake kanji semua ....
katanya novel yang susah di translate yaaa...
tapi, sepadan lah dengan keunikannya...
baca yang english nya masih gak ngerti joke nya itu...
kebanyakan pake kanji semua ....
noitaminA
-
- Astral Realm
Re: Monogatari Series Bahasa Indonesia
Post by K4zuya »
eto, saya mau gabung ke project ini, boleh kan? caranya gimana, progres udah segimana nih? onegai, lagi butuh kerjaan *bow
cara gabung ke project gimana nih? mau ikut nimbrung ke project ini
cara gabung ke project gimana nih? mau ikut nimbrung ke project ini
- Tony Yon
- Kyon's Imouto-Chan
- Posts: 468
- Joined: Sun Jan 22, 2012 12:53 am
- Favourite Light Novel: Utsuro no Hako to Zero no Maria
- Location: wish-crushing cinema
- Contact:
Re: Monogatari Series Bahasa Indonesia
gomen gomen, yg ngurus proyek ini, etou, lupa siapa. Ah, kalau mau gabung langsung aja ke halaman utama bakemonogatari bahasa indonesia, ada tulisan mendaftar warna biru, klik aja. Di situ ada daftar bab, yg belum ada namanya berarti belum ada yg nerjemahin. Taruh namamu disamping bab yg mau kamu terjemahin. :3
Basically KIA
-
- Astral Realm
Re: Monogatari Series Bahasa Indonesia
Post by K4zuya »
yosh, 3 minggu kedepan Hitagi Crab bisa beres klo ngga ada halangan apa2. Ganbatte!!!
- Tony Yon
- Kyon's Imouto-Chan
- Posts: 468
- Joined: Sun Jan 22, 2012 12:53 am
- Favourite Light Novel: Utsuro no Hako to Zero no Maria
- Location: wish-crushing cinema
- Contact:
Re: Monogatari Series Bahasa Indonesia
good luck!K4zuya wrote:yosh, 3 minggu kedepan Hitagi Crab bisa beres klo ngga ada halangan apa2. Ganbatte!!!
Basically KIA
- Mikia
- Mikuru's Master
- Posts: 29
- Joined: Tue Dec 25, 2012 9:35 am
- Favourite Light Novel:
Re: Monogatari Series Bahasa Indonesia
Koyomimonogatari, Koyomi Stone 001
aku gak tau apa punya niat yang cukup untuk menyelesaikan bab ini, jadi untuk sementara dipost disini dulu
untuk sementara tsukkominya dibiarkan dulu
002
003
mencoba sedikit lebih bebas kali ini, yah walaupun masih ada beberapa kata-kata dan struktur kalimat yang masih belum terlalu kukuasai...
004
tinggal 8 halaman lagi
Spoiler! :
Mengenal Hanekawa Tsubasa hanya setelah sekelas dengannya pada awal bulan april, jika bicara mengenai perasaanku tentang pergi sekolah, perasaanku mengenai jalan ke sekolah, perasaan seperti apa ketika berjalan kaki, yah sebenarnya tidak ada perasaan apa-apa.
Persaan ketika berjalan kaki.
Aku tidak bisa memikirkan jalannya menjadi sesuatu jelas.
Aku tidak bisa menemukan alasan yang jelas untuk pergi sekolah.
Dibangunkan adik-adikku, memakai seragam sekolah, menaiki sepeda, rutinitas menuju sekolah persiapan yang tidak cocok untukku sma swasta naoetsu, pekerjaan rutin seperti pr, sudah 2 tahun aku mengulanginya tetapi, apakah semua pengulangan itu memiliki arti, ataukah tidak ada artinya, aku tidak memikirkannya.
Tidak, jika aku memikirkan untuk memikirkannya pun, karena hal itu adalah pertanyaan yang sama sekali tidak ada jawabannya, harus dikatakan mungkin aku sudah berhenti memikirkannya sejak lama.
Tetapi, sepertinya di negeri Jepang ini, sebagian besar anak laki-laki dan perempuannya memiliki gelar murid sma, sudah seharusnya begitu, tidak terkecuali bagiku---- untuk menyelesaikan wajib belajar, tidak harus selalu pergi sekolah, dengan kata lain paling tidak dari pandangan masyarakat yang seharusnya "aku pergi sekolah dengan keinginan sendiri" untuk menerima pelajaran hidup di sma, jauh dari alasan yang nyata, bahkan tidak mampu menemukan alasan yang abstrak karena keluasannya, mungkinkah ini bukan niat sebenarnya kebanyakan anak laki-laki dan perempuan.
Kehadiran minimal ditanamkan dengan sangat jelas ke kakiku, menurut orang luar, aku ini seperti hantu jika dibandingkan dengan murid sma sepenuhnya, karena itu ketika menuju sekolah, setiap hari aku memiringkan kepala dan berpandangan kosong, jika begitu mungkin aku benar-benar menjadi hantu.
Nah, bukannya aku tidak puas.
Ketika aku memikirkan hal itu sembarangan sesekali, pikiranku menjadi sedikit tidak enak, bukannya tidak puas ---seandainya tidak harus pergi ke sekolah, seandainya tidak harus melakukan sesuatu sejauh itu, adakah yang bisa dilakukan seandainya hal-hal tersebut tidak ada.
Tetapi aku tidak memiliki apa-apa --- karena itu aku tidak memiliki apa-apa.
Menjadi siswa sma.
Tempatnya berada di sekolah.
Aku dapat menjamin diriku sebagai diri sendiri.
Terutama sekali, yang patut disebutkan saat semester pertama kelas tiga sma dimulai, tepat sebelum liburan musim semi --- aku telah mengalami liburan musim panas seperti neraka.
Mungkin aku telah lupa kalau aku hanya seorang siswa sma biasa, mungkin tidak bisa kembali pergi ke sekolah lagi, aku telah melihat bagian terdalam neraka.
Normal adalah hal yang paling bahagia, kehebatan dari hari hari yang biasa, kebenaran dari kata-kata biasa seperti itu, kebenaran dari sejarah, aku telah menyadarinya dengan pahit pada liburan musim semi itu --- karena itu jaminannya harusnya apa yang selamat dariku. Tetapi biarpun begitu aku sambil terus bersepeda ke sekolah pada bulan April, ingin tahu mengapa aku yang sepertinya biasa-biasa saja, seperti aturan yang telah ditetapkan pergi bersekolah --- lalu mengikuti pelajaran dan pulang sekolah, merasa aneh.
Hal yang aneh.
Jika telah mengalami neraka seperti itu, aku menyadari seharusnya hari-hari yang biasa itu adalah sebuah berkah dan menjaganya dengan hati-hati, walaupun sepertinya aku telah menghabiskan hari demi hari dengan hati-hati --- aku telah mengulang kembali dari neraka, bagaimanapun juga hanya aku.
Bahaya berlalu, tuhan terlupakan, aku juga ingin tahu apa neraka bisa terlupakan. .---> peribahasa ini ditulis dengan 'jika sudah melalui tenggorokan, panas pun akan terlupakan', neraka sepertinya permainan dari kata panas ini
Aku pernah bicara dengan Hanekawa soal itu sekali.
Berkah hari-hari biasa untukku, aku tidak bisa mengerti nilainya, aku bicara dengannya tanpa perasaan bukannya tanpa peduli --- dan ia menjawabnya seperti ini.
Dengan rasa aman yang mengalir dari senyumnya yang membuat orang bisa percaya ia mungkin tahu segalanya seperti biasanya, ia memberitahuku seperti ini.
"Begitulah Araragi. Bicara mengenai hari-hari biasa, tentu saja karena hal itu "ada". Hal yang "ada" itu, baik "berkah" maupun "nilainya" itu tidak dapat dirasakan. Jalani jalan yang ada, itu jelas."
Persaan ketika berjalan kaki.
Aku tidak bisa memikirkan jalannya menjadi sesuatu jelas.
Aku tidak bisa menemukan alasan yang jelas untuk pergi sekolah.
Dibangunkan adik-adikku, memakai seragam sekolah, menaiki sepeda, rutinitas menuju sekolah persiapan yang tidak cocok untukku sma swasta naoetsu, pekerjaan rutin seperti pr, sudah 2 tahun aku mengulanginya tetapi, apakah semua pengulangan itu memiliki arti, ataukah tidak ada artinya, aku tidak memikirkannya.
Tidak, jika aku memikirkan untuk memikirkannya pun, karena hal itu adalah pertanyaan yang sama sekali tidak ada jawabannya, harus dikatakan mungkin aku sudah berhenti memikirkannya sejak lama.
Tetapi, sepertinya di negeri Jepang ini, sebagian besar anak laki-laki dan perempuannya memiliki gelar murid sma, sudah seharusnya begitu, tidak terkecuali bagiku---- untuk menyelesaikan wajib belajar, tidak harus selalu pergi sekolah, dengan kata lain paling tidak dari pandangan masyarakat yang seharusnya "aku pergi sekolah dengan keinginan sendiri" untuk menerima pelajaran hidup di sma, jauh dari alasan yang nyata, bahkan tidak mampu menemukan alasan yang abstrak karena keluasannya, mungkinkah ini bukan niat sebenarnya kebanyakan anak laki-laki dan perempuan.
Kehadiran minimal ditanamkan dengan sangat jelas ke kakiku, menurut orang luar, aku ini seperti hantu jika dibandingkan dengan murid sma sepenuhnya, karena itu ketika menuju sekolah, setiap hari aku memiringkan kepala dan berpandangan kosong, jika begitu mungkin aku benar-benar menjadi hantu.
Nah, bukannya aku tidak puas.
Ketika aku memikirkan hal itu sembarangan sesekali, pikiranku menjadi sedikit tidak enak, bukannya tidak puas ---seandainya tidak harus pergi ke sekolah, seandainya tidak harus melakukan sesuatu sejauh itu, adakah yang bisa dilakukan seandainya hal-hal tersebut tidak ada.
Tetapi aku tidak memiliki apa-apa --- karena itu aku tidak memiliki apa-apa.
Menjadi siswa sma.
Tempatnya berada di sekolah.
Aku dapat menjamin diriku sebagai diri sendiri.
Terutama sekali, yang patut disebutkan saat semester pertama kelas tiga sma dimulai, tepat sebelum liburan musim semi --- aku telah mengalami liburan musim panas seperti neraka.
Mungkin aku telah lupa kalau aku hanya seorang siswa sma biasa, mungkin tidak bisa kembali pergi ke sekolah lagi, aku telah melihat bagian terdalam neraka.
Normal adalah hal yang paling bahagia, kehebatan dari hari hari yang biasa, kebenaran dari kata-kata biasa seperti itu, kebenaran dari sejarah, aku telah menyadarinya dengan pahit pada liburan musim semi itu --- karena itu jaminannya harusnya apa yang selamat dariku. Tetapi biarpun begitu aku sambil terus bersepeda ke sekolah pada bulan April, ingin tahu mengapa aku yang sepertinya biasa-biasa saja, seperti aturan yang telah ditetapkan pergi bersekolah --- lalu mengikuti pelajaran dan pulang sekolah, merasa aneh.
Hal yang aneh.
Jika telah mengalami neraka seperti itu, aku menyadari seharusnya hari-hari yang biasa itu adalah sebuah berkah dan menjaganya dengan hati-hati, walaupun sepertinya aku telah menghabiskan hari demi hari dengan hati-hati --- aku telah mengulang kembali dari neraka, bagaimanapun juga hanya aku.
Bahaya berlalu, tuhan terlupakan, aku juga ingin tahu apa neraka bisa terlupakan. .---> peribahasa ini ditulis dengan 'jika sudah melalui tenggorokan, panas pun akan terlupakan', neraka sepertinya permainan dari kata panas ini
Aku pernah bicara dengan Hanekawa soal itu sekali.
Berkah hari-hari biasa untukku, aku tidak bisa mengerti nilainya, aku bicara dengannya tanpa perasaan bukannya tanpa peduli --- dan ia menjawabnya seperti ini.
Dengan rasa aman yang mengalir dari senyumnya yang membuat orang bisa percaya ia mungkin tahu segalanya seperti biasanya, ia memberitahuku seperti ini.
"Begitulah Araragi. Bicara mengenai hari-hari biasa, tentu saja karena hal itu "ada". Hal yang "ada" itu, baik "berkah" maupun "nilainya" itu tidak dapat dirasakan. Jalani jalan yang ada, itu jelas."
untuk sementara tsukkominya dibiarkan dulu
002
Spoiler! :
"Apa ? Batu ?"
"Ya. Batu"
"Batu itu...... yang jatuh dijalan kah ? Atau batu permata ?"
"Tidak, tidak mungkin batu permata"
Walaupun katanya tidak mungkin, karena aku masih belum bisa memahami sepenuhnya pembicaraan ini, aku tidak bisa membedakan ada atau tidak adanya kemungkinan itu.
Jika dikatakan keadaannya tidak dapat dimengerti.
Biarpun begitu, menjaga keadaan yang tidak dapat dimengerti bukannlah tujuanku sebenarnya --- aku lemah dalam keadaan yang membingungkan. Karena itu aku memutuskan untuk memahaminya satu demi satu secara berurutan dari awal sampai akhir. Dasar susunannya yaitu mengikuti urutannya.
Hari ini 14 april, ini adalah ruangan kelas sepulang sekolah --- selain itu, tidak ada orang lain di kelas ini, aku berdua dengan Hanekawa sedang rapat untuk pesta malam (*懇親会- dari google, intinya suatu pertemuan untuk keakraban gitu) kelas yang akan diadakan minggu depan. Jika dikatakan mengapa aku dan Hanekawa mengadakan rapat seperti ini, itu karena aku adalah wakil ketua kelas dan Hanekawa adalah ketua kelas --- bukan, awalnya rapat ini seharusnya diikuti oleh masing-masing ketua dari tiap grup, paling tidak perwakilannya, tetapi karena baik semua orang memiliki urusan penting yang tidak bisa ditinggalkan ataupun tidak, mereka tidak hadir seperti biasa.
Urusan penting itu, yah walaupun belum tentu sepenuhnya bohong, tetapi tingkat partisipasi yang mengerikan ini tidak salah lagi karena didukung oleh perasaan aman untuk menyerahkan yakni "Jika diserahkan kepada Hanekawa, biasanya akan baik-baik saja" , ketika berpikir begitu, sepertinya keunggulan Hanekawa adalah suatu kesalahan. Bisa dikatakan sebagai suatu kejahatan yang cukup besar.
Ketika ada gangguan sepertiku pun, keunggulannya mengabaikan dan tak terpengaruh sekitar memanjakanku ---yah, bagiku suatu keadaan dimana bisa bicara hanya berdua saja dengan Hanekawa, tentu saja menyenangkan.
Nah, bukannya ada maksud lain, pada sma naoetsu, ketika menjadi siswa kelas tiga, hampir semuanya mengikuti ujian dan suasana hatinya gelisah, dalam situasi ini sebuah pertemuan kelas sepertinya akan mencapai suasana yang membahayakan, dinilai dari orang gagal sepertiku, itu benar-benar tempat yang tidak menyenangkan.
Dengan kata lain, daripada bahagia hanya berdua saja dengan Hanekawa, aku lebih bahagia karena keadaan dimana tidak ada siswa-siswa lain yang gelisah---walau ujiannya diadakan esok pun, Hanekawa yang mungkin memiliki kemampuan untuk lulus dengan sangat baik di universitas mana saja di seluruh dunia tak acuh dengan suasana gelisah.
Jika dikatakan tak acuh, aku sama sekali tidak tertarik mengikuti ujian di sekolah ini, jangankan itu, lulus saja aku masih belum jelas, karena itu tidak ada hubungannya dengan suasana gelisah, dengan demikian, kedua peserta rapat ini yang berkumpul ini, mungkin merupakan dua pilihan terbaik yang memang harus berkumpul.
Bagaimanapun juga, karena pada dasarnya bagiku merepotkan, mungkin aku juga akan pulang jika ada urusan penting, namun sayangnya aku sedang santai/ waktu luang. Sepertinya sampai mati akan bebas. Daripada berkelahi dengan adik-adik perempuanku di rumah, pilihan untuk menemui Hanekawa sepertinya lebih hidup.
Lalu, di tengah rapat.
Mungkin lebih tepat jika kusebutkan ketika susunan topik pembicaraan sudah hampir selesai, kesempatan untuk mengobrol soal sesuatu.
"Batu."
Lalu.
Hanekawalah yang mulai berbicara.
"Batu ?"
"......Tidak. Jadi kenapa harus batu ? "
Batu.
Atau mungkin maksudnya kemauan (*sama-sama ishi) ?
Araragi memiliki kemauan yang lemah, sepertinya akan terjadi pembicaraan seperti ini ---sebenarnya, harusnya tidak ada arus yang mendorong jalan hidupku seperti itu. Walaupun penting untuk mengikuti pertemuan dengan tenang.
"Maksudnya batu kan...... ah"
Kata Hanekawa.
Entah bagaimana ia tidak seperti biasanya, cara bicaranya anehnya jadi tidak jelas --- daripada kukatakan begitu, aku masih belum bisa memutuskan bagaimana cara mengungkapkan 'itu' yang pas.
Ia kebingungan.
Kebingungan dalam menilai --- tidak.
Karena aku masih belum bisa memutuskan tingkatan untuk 'itu', dan karena tidak ada tingkatan untuk menyebut 'itu', maka aku tidak berani memutuskannya.
Karena itu ia mengatakan batu --- dengan tidak jelas.
Perasaan seperti itu.
"Yah, jika harus kukatakan --- patung batu kah ?"
"Patung batu ?"
"Tidak, walaupun sepertinya bukan patung batu."
"........."
"Makanya jika harus kukatakan kan. Begitu."
Ehehe, senyum Hanekawa.
Betapa manisnya, tetapi setelah melakukan perintah (*command komputer) itu, ia menertawakanku.
Sedangkan aku sendiri, walaupun memutuskan tanpa ragu-ragu menerima tawa itu, 'batu (atau patung batu)' itu memenangkan perhatian.
"Oi Hanekawa. Batu itu apaan ?"
"Ah. Baiklah. Seharusnya kamu tidak menanyakan orang apa yang kamu sendiri tidak mengerti."
"Kata-kata bijaknya sudah kelewatan."
Tanya pada orang apa yang tidak dimengerti.
Apa ia tidak tahu peribahasa bertanya malu satu kali, tidak bertanya malu seumur hidup ? --- Tidak, haruskah peribahasa yang kuketahui tidak asing bagi Hanekawa ?
"Tapi yah, bukannya pekerjaannya Oshino mengumpulkan cerita semacam itu --- Rasanya."
"Cerita semacam itu ?"
"Legenda kota. Gosip jalanan. Kabar angin."
Hanekawa berkata sambil menghitung dengan jarinya.
"---Karena itu, tujuh misteri sekolah pun juga termasuk kan."
"Tujuh misteri ? Heh ?"
"Tidak-tidak, tidak harus tujuh misteri. Tapi begini, di tempat yang bernama sekolah, bukannya ada cerita hantu tentang harta karun ? Atau dulunya kuburan, atau ada serangan udara saat perang, seperti itu ---"
"Eh ? Jadi sma naoetsu adalah sekolah yang memiliki sejarah seperti itu ?"
"Tidak ada"
Bagaimana bisa !?
Yah, walaupun aku juga tidak tahu mengenai sejarah sekolah ini --- Tidak mengetahui asal-usul sekolah yang kau datangi berarti, jika dipikir baik-baik adalah suatu cerita yang tak dapat dipercaya. Ini dikarenakan hal itu seperti perasaan yang tidak dimengerti dengan baik ketika harus pergi ke suatu tempat yang tidak terlalu dimengerti.
Sesuatu yang sangat jelas.
Itu juga --- sesuatu yang sangat tidak kumengerti.
"Fuu......, aku tidak memikirkan mengenai sekolah ini, ringkasnya misteri pertama adalah ...... "
"Tidak ada, karenanya itu sama sekali tidak keren."
Hanekawa melempar tsukkomi.
Bukannya aku tidak senang.
Apa tidak mengikuti leluconnya ? Walaupun Hanekawa berkarakter serius, tapi ia bukanlah orang yang tidak mengerti humor, jika demikian maka bukannya sama sekali tidak menarik, apalagi tidak menyenangkan, agak mengejutkan menurutku.
Sembari masih disitu, adakah anak laki-laki yang bahagia jika dikatai tidak keren oleh anak perempuan ?
"Biarpun kau tidak sampai tidak mengacuhkannya, aneh kan jika hal itu menjadi yang nomor satu"
Ia terus menerus mencari kesalahanku.
Lebih cocok disebut bimbingan daripada tsukkomi.
Sikapnya yang membetulkan apa yang harus dibetulkan dengan seksama, tentu saja sebuah sikap yang sangat bagus menurutku walaupun mengarahkan hal itu kepadaku bukanlah maksudku sebenarnya.
Bukan maksudku sebenarnya, atau memang enggan, yah mungkin lebih baik kalau kukatakan aku tidak menyukai ini.
Aku tidak menyukainya, atau lebih baik jika dikatakan aku menyerah.
"Karena gedung sekolah dan lainnya masih cukup baru, jadi menurutku sekolah ini bukan sekolah tua seperti yang ada sebelum perang."
Pada brosur tentang sekolah atau semacamnya, ulang tahun keberapa sejak pendiriannya, adakah angka seperti itu ditampilkan ? Walaupun nampaknya ditampilkan, bahkan jika memang benar sepertinya aku tidak mengingatnya dengan baik...... pertama-tama, aku tidak melihat angka itu dengan ketertarikan.
"Sejauh ini, walaupun ada fasilitas seperti sekolah sebelumnya, sejarah untuk sma naoetsu adalah delapan belas tahun. Tahun ini delapan belas tahun. Kurang lebih seumuran dengan kita."
"Hee...... jadi lebih......"
Aku hampir saja mengatakan jadi lebih tua daripada dugaanku, tetapi mengingat bahwa sekolah ini seumuran denganku dan Hanekawa, mungkin aku akan mengatakan tidak setua itu.
Tetapi hebatnya Hanekawa.
Beda dariku, ia memahami dengan tepat sejarah dan asal-usul sekolah yang didatanginya --- mungkin sewaktu kelas tiga smp saat mengikuti ujian masuk, sepertinya ia telah memeriksa dengan detail tempat seperti apa sebenarnya yang akan dimasukinya sebagai sma.
Tidak, sejak sebelum itu, ada juga kemungkinan ia mengetahuinya sebagai sesuatu yang berada dalam wilayah akal sehat --- yang mana pun, ia anak smp yang mengerikan.
"Ng ? Apanya ? Jadi lebih ?"
"Tidak...... hanya terpikir separuhnya."
"Ahaha. Begitu ? Tapi berbicara mengenai tujuh misteri, biarpun begitu tidak ada sedikitpun sejarahnya --- di sekolah ini, siswa yang meninggal karena kecelakaan, sepertinya tidak ada cerita semacam itu."
"Sepertinya tidak ada......"
Begitu.
Begitulah adanya ---bagaimana kehidupan dan kematian manusia. Itu bukan jenis informasi yang dicari ketika mengerjakan ujian, tetapi menurutku itu juga bukan berada di dalam wilayah akal sehat.
Sejarah selama delapan belas tahun, sejarah sekolah, menurutku itu informasi yang tidak dapat dimengerti jika tidak membaca dengan teliti dan terperinci.
"Dengan kata lain, seperti yang kau katakan. Cerita hantu yang seperti cerita hantu, sepertinya, tidak ada cerita seperti itu di sma naoetsu."
"Hmm...... yeah, walaupun aku juga tidak pernah mendengarnya secara langsung"
Terlebih lagi keadaanku, seperti yang kukatakan, sejak awal seperti memutuskan terasing dari soal gosip antara siswa.
Si anu dan si anu jadian, si anu dan si anu sepertinya bertengkar, topik hangat semacam itu, memang aku tidak ingin mengetahuinya.
Walaupun aku tidak punya niat untuk mengadakan revolusi terhadap dunia sekarang yang berlimpahan informasi, aku tidak ingin berpura-pura menjadi orang yang berpengetahuan luas ataupun tahu segalanya. Sudah jelas. Sebuah pendirian yang ingin hidup terpisah dari berita.
Meski begitu di satu sisi pada saat yang sama aku mengagumi orang yang "mengetahui segalanya" seperti Hanekawa, jalan hidupku pun jadi setengah-setengah, ya, setengah-setengah.
"Errr......, cerita apa ya ? Maaf, Hanekawa. Memang berhentinya berlebihan, aku jadi tidak bisa mengikutimu......"
"Eh? Heey, Araragi, makanya jangan bilang begitu. Batu ---"
"Aku tidak mengerti apa yang disebut batu itu. Aku ingin penjelasan secara berurutan."
"Tidak segera ?"
Hanekawa berkata dengan kebingungan.
Ah apapun itu,pastinya Hanekawa sendiri bertujuan seperti itu---bermaksud memberikan penjelasan yang mudah dimengerti dari awal hingga akhir, kenyataannya, jika orang yang bertanya mendengarkan, penjelasan Hanekawa memang mudah untuk dimengerti.
Tetapi, sayangnya bagiku, hal itu sama saja dengan bahasa planet. Percakapan itu seharusnya menyamakan level dengan lawan bicaranya. Tentu saja, dari yang tinggi ke yang rendah.
Minimal, aku ingin penjelasan apakah ini cerita tentang batu kah, atau cerita tentang hantu kah.
"Nng. Anu, jadi - "
Menerima permintaan dariku, Hanekawa berkata dengan sedikit malu-malu/susah.
"--- Cerita hantu* tentang batu ?"
"?"
Tangga batu ? (*sama-sama kaidan)
"Ya. Batu"
"Batu itu...... yang jatuh dijalan kah ? Atau batu permata ?"
"Tidak, tidak mungkin batu permata"
Walaupun katanya tidak mungkin, karena aku masih belum bisa memahami sepenuhnya pembicaraan ini, aku tidak bisa membedakan ada atau tidak adanya kemungkinan itu.
Jika dikatakan keadaannya tidak dapat dimengerti.
Biarpun begitu, menjaga keadaan yang tidak dapat dimengerti bukannlah tujuanku sebenarnya --- aku lemah dalam keadaan yang membingungkan. Karena itu aku memutuskan untuk memahaminya satu demi satu secara berurutan dari awal sampai akhir. Dasar susunannya yaitu mengikuti urutannya.
Hari ini 14 april, ini adalah ruangan kelas sepulang sekolah --- selain itu, tidak ada orang lain di kelas ini, aku berdua dengan Hanekawa sedang rapat untuk pesta malam (*懇親会- dari google, intinya suatu pertemuan untuk keakraban gitu) kelas yang akan diadakan minggu depan. Jika dikatakan mengapa aku dan Hanekawa mengadakan rapat seperti ini, itu karena aku adalah wakil ketua kelas dan Hanekawa adalah ketua kelas --- bukan, awalnya rapat ini seharusnya diikuti oleh masing-masing ketua dari tiap grup, paling tidak perwakilannya, tetapi karena baik semua orang memiliki urusan penting yang tidak bisa ditinggalkan ataupun tidak, mereka tidak hadir seperti biasa.
Urusan penting itu, yah walaupun belum tentu sepenuhnya bohong, tetapi tingkat partisipasi yang mengerikan ini tidak salah lagi karena didukung oleh perasaan aman untuk menyerahkan yakni "Jika diserahkan kepada Hanekawa, biasanya akan baik-baik saja" , ketika berpikir begitu, sepertinya keunggulan Hanekawa adalah suatu kesalahan. Bisa dikatakan sebagai suatu kejahatan yang cukup besar.
Ketika ada gangguan sepertiku pun, keunggulannya mengabaikan dan tak terpengaruh sekitar memanjakanku ---yah, bagiku suatu keadaan dimana bisa bicara hanya berdua saja dengan Hanekawa, tentu saja menyenangkan.
Nah, bukannya ada maksud lain, pada sma naoetsu, ketika menjadi siswa kelas tiga, hampir semuanya mengikuti ujian dan suasana hatinya gelisah, dalam situasi ini sebuah pertemuan kelas sepertinya akan mencapai suasana yang membahayakan, dinilai dari orang gagal sepertiku, itu benar-benar tempat yang tidak menyenangkan.
Dengan kata lain, daripada bahagia hanya berdua saja dengan Hanekawa, aku lebih bahagia karena keadaan dimana tidak ada siswa-siswa lain yang gelisah---walau ujiannya diadakan esok pun, Hanekawa yang mungkin memiliki kemampuan untuk lulus dengan sangat baik di universitas mana saja di seluruh dunia tak acuh dengan suasana gelisah.
Jika dikatakan tak acuh, aku sama sekali tidak tertarik mengikuti ujian di sekolah ini, jangankan itu, lulus saja aku masih belum jelas, karena itu tidak ada hubungannya dengan suasana gelisah, dengan demikian, kedua peserta rapat ini yang berkumpul ini, mungkin merupakan dua pilihan terbaik yang memang harus berkumpul.
Bagaimanapun juga, karena pada dasarnya bagiku merepotkan, mungkin aku juga akan pulang jika ada urusan penting, namun sayangnya aku sedang santai/ waktu luang. Sepertinya sampai mati akan bebas. Daripada berkelahi dengan adik-adik perempuanku di rumah, pilihan untuk menemui Hanekawa sepertinya lebih hidup.
Lalu, di tengah rapat.
Mungkin lebih tepat jika kusebutkan ketika susunan topik pembicaraan sudah hampir selesai, kesempatan untuk mengobrol soal sesuatu.
"Batu."
Lalu.
Hanekawalah yang mulai berbicara.
"Batu ?"
"......Tidak. Jadi kenapa harus batu ? "
Batu.
Atau mungkin maksudnya kemauan (*sama-sama ishi) ?
Araragi memiliki kemauan yang lemah, sepertinya akan terjadi pembicaraan seperti ini ---sebenarnya, harusnya tidak ada arus yang mendorong jalan hidupku seperti itu. Walaupun penting untuk mengikuti pertemuan dengan tenang.
"Maksudnya batu kan...... ah"
Kata Hanekawa.
Entah bagaimana ia tidak seperti biasanya, cara bicaranya anehnya jadi tidak jelas --- daripada kukatakan begitu, aku masih belum bisa memutuskan bagaimana cara mengungkapkan 'itu' yang pas.
Ia kebingungan.
Kebingungan dalam menilai --- tidak.
Karena aku masih belum bisa memutuskan tingkatan untuk 'itu', dan karena tidak ada tingkatan untuk menyebut 'itu', maka aku tidak berani memutuskannya.
Karena itu ia mengatakan batu --- dengan tidak jelas.
Perasaan seperti itu.
"Yah, jika harus kukatakan --- patung batu kah ?"
"Patung batu ?"
"Tidak, walaupun sepertinya bukan patung batu."
"........."
"Makanya jika harus kukatakan kan. Begitu."
Ehehe, senyum Hanekawa.
Betapa manisnya, tetapi setelah melakukan perintah (*command komputer) itu, ia menertawakanku.
Sedangkan aku sendiri, walaupun memutuskan tanpa ragu-ragu menerima tawa itu, 'batu (atau patung batu)' itu memenangkan perhatian.
"Oi Hanekawa. Batu itu apaan ?"
"Ah. Baiklah. Seharusnya kamu tidak menanyakan orang apa yang kamu sendiri tidak mengerti."
"Kata-kata bijaknya sudah kelewatan."
Tanya pada orang apa yang tidak dimengerti.
Apa ia tidak tahu peribahasa bertanya malu satu kali, tidak bertanya malu seumur hidup ? --- Tidak, haruskah peribahasa yang kuketahui tidak asing bagi Hanekawa ?
"Tapi yah, bukannya pekerjaannya Oshino mengumpulkan cerita semacam itu --- Rasanya."
"Cerita semacam itu ?"
"Legenda kota. Gosip jalanan. Kabar angin."
Hanekawa berkata sambil menghitung dengan jarinya.
"---Karena itu, tujuh misteri sekolah pun juga termasuk kan."
"Tujuh misteri ? Heh ?"
"Tidak-tidak, tidak harus tujuh misteri. Tapi begini, di tempat yang bernama sekolah, bukannya ada cerita hantu tentang harta karun ? Atau dulunya kuburan, atau ada serangan udara saat perang, seperti itu ---"
"Eh ? Jadi sma naoetsu adalah sekolah yang memiliki sejarah seperti itu ?"
"Tidak ada"
Bagaimana bisa !?
Yah, walaupun aku juga tidak tahu mengenai sejarah sekolah ini --- Tidak mengetahui asal-usul sekolah yang kau datangi berarti, jika dipikir baik-baik adalah suatu cerita yang tak dapat dipercaya. Ini dikarenakan hal itu seperti perasaan yang tidak dimengerti dengan baik ketika harus pergi ke suatu tempat yang tidak terlalu dimengerti.
Sesuatu yang sangat jelas.
Itu juga --- sesuatu yang sangat tidak kumengerti.
"Fuu......, aku tidak memikirkan mengenai sekolah ini, ringkasnya misteri pertama adalah ...... "
"Tidak ada, karenanya itu sama sekali tidak keren."
Hanekawa melempar tsukkomi.
Bukannya aku tidak senang.
Apa tidak mengikuti leluconnya ? Walaupun Hanekawa berkarakter serius, tapi ia bukanlah orang yang tidak mengerti humor, jika demikian maka bukannya sama sekali tidak menarik, apalagi tidak menyenangkan, agak mengejutkan menurutku.
Sembari masih disitu, adakah anak laki-laki yang bahagia jika dikatai tidak keren oleh anak perempuan ?
"Biarpun kau tidak sampai tidak mengacuhkannya, aneh kan jika hal itu menjadi yang nomor satu"
Ia terus menerus mencari kesalahanku.
Lebih cocok disebut bimbingan daripada tsukkomi.
Sikapnya yang membetulkan apa yang harus dibetulkan dengan seksama, tentu saja sebuah sikap yang sangat bagus menurutku walaupun mengarahkan hal itu kepadaku bukanlah maksudku sebenarnya.
Bukan maksudku sebenarnya, atau memang enggan, yah mungkin lebih baik kalau kukatakan aku tidak menyukai ini.
Aku tidak menyukainya, atau lebih baik jika dikatakan aku menyerah.
"Karena gedung sekolah dan lainnya masih cukup baru, jadi menurutku sekolah ini bukan sekolah tua seperti yang ada sebelum perang."
Pada brosur tentang sekolah atau semacamnya, ulang tahun keberapa sejak pendiriannya, adakah angka seperti itu ditampilkan ? Walaupun nampaknya ditampilkan, bahkan jika memang benar sepertinya aku tidak mengingatnya dengan baik...... pertama-tama, aku tidak melihat angka itu dengan ketertarikan.
"Sejauh ini, walaupun ada fasilitas seperti sekolah sebelumnya, sejarah untuk sma naoetsu adalah delapan belas tahun. Tahun ini delapan belas tahun. Kurang lebih seumuran dengan kita."
"Hee...... jadi lebih......"
Aku hampir saja mengatakan jadi lebih tua daripada dugaanku, tetapi mengingat bahwa sekolah ini seumuran denganku dan Hanekawa, mungkin aku akan mengatakan tidak setua itu.
Tetapi hebatnya Hanekawa.
Beda dariku, ia memahami dengan tepat sejarah dan asal-usul sekolah yang didatanginya --- mungkin sewaktu kelas tiga smp saat mengikuti ujian masuk, sepertinya ia telah memeriksa dengan detail tempat seperti apa sebenarnya yang akan dimasukinya sebagai sma.
Tidak, sejak sebelum itu, ada juga kemungkinan ia mengetahuinya sebagai sesuatu yang berada dalam wilayah akal sehat --- yang mana pun, ia anak smp yang mengerikan.
"Ng ? Apanya ? Jadi lebih ?"
"Tidak...... hanya terpikir separuhnya."
"Ahaha. Begitu ? Tapi berbicara mengenai tujuh misteri, biarpun begitu tidak ada sedikitpun sejarahnya --- di sekolah ini, siswa yang meninggal karena kecelakaan, sepertinya tidak ada cerita semacam itu."
"Sepertinya tidak ada......"
Begitu.
Begitulah adanya ---bagaimana kehidupan dan kematian manusia. Itu bukan jenis informasi yang dicari ketika mengerjakan ujian, tetapi menurutku itu juga bukan berada di dalam wilayah akal sehat.
Sejarah selama delapan belas tahun, sejarah sekolah, menurutku itu informasi yang tidak dapat dimengerti jika tidak membaca dengan teliti dan terperinci.
"Dengan kata lain, seperti yang kau katakan. Cerita hantu yang seperti cerita hantu, sepertinya, tidak ada cerita seperti itu di sma naoetsu."
"Hmm...... yeah, walaupun aku juga tidak pernah mendengarnya secara langsung"
Terlebih lagi keadaanku, seperti yang kukatakan, sejak awal seperti memutuskan terasing dari soal gosip antara siswa.
Si anu dan si anu jadian, si anu dan si anu sepertinya bertengkar, topik hangat semacam itu, memang aku tidak ingin mengetahuinya.
Walaupun aku tidak punya niat untuk mengadakan revolusi terhadap dunia sekarang yang berlimpahan informasi, aku tidak ingin berpura-pura menjadi orang yang berpengetahuan luas ataupun tahu segalanya. Sudah jelas. Sebuah pendirian yang ingin hidup terpisah dari berita.
Meski begitu di satu sisi pada saat yang sama aku mengagumi orang yang "mengetahui segalanya" seperti Hanekawa, jalan hidupku pun jadi setengah-setengah, ya, setengah-setengah.
"Errr......, cerita apa ya ? Maaf, Hanekawa. Memang berhentinya berlebihan, aku jadi tidak bisa mengikutimu......"
"Eh? Heey, Araragi, makanya jangan bilang begitu. Batu ---"
"Aku tidak mengerti apa yang disebut batu itu. Aku ingin penjelasan secara berurutan."
"Tidak segera ?"
Hanekawa berkata dengan kebingungan.
Ah apapun itu,pastinya Hanekawa sendiri bertujuan seperti itu---bermaksud memberikan penjelasan yang mudah dimengerti dari awal hingga akhir, kenyataannya, jika orang yang bertanya mendengarkan, penjelasan Hanekawa memang mudah untuk dimengerti.
Tetapi, sayangnya bagiku, hal itu sama saja dengan bahasa planet. Percakapan itu seharusnya menyamakan level dengan lawan bicaranya. Tentu saja, dari yang tinggi ke yang rendah.
Minimal, aku ingin penjelasan apakah ini cerita tentang batu kah, atau cerita tentang hantu kah.
"Nng. Anu, jadi - "
Menerima permintaan dariku, Hanekawa berkata dengan sedikit malu-malu/susah.
"--- Cerita hantu* tentang batu ?"
"?"
Tangga batu ? (*sama-sama kaidan)
Spoiler! :
Bukan tangga batu.
Jika memang itu, Hanekawa tentu akan menyebut anak tangga yang terbuat dari batu sejak awal, berpura-pura seperti ini, lebih baik bila disebut tidak bisa membawakan cerita yang berputar-putar.
Cerita hantu tentang batu.
Tetapi, biar menyebut cerita hantu tentang batu pun, bahkan jika dibicarakan pun, sebenarnya pembicaraannya tidak berlanjut --- seperti biasa, alasannya karena aku tidak mengerti.
Tapi.
"Ah ~"
Tapi setelah itu, aku selesai menutup pintu kelas, kemudian diajak Hanekawa mendatangi halaman sma naoetsu, kurang lebih perkembangannya seperti itu.
Walau kukatakan perkembangan pun, perkembangan itu hanya ada di kepalaku --- sebenarnya juga tidak ada yang bergerak.
Keadaannya sendiri tidak bergerak seperti batu.
Karena aku diajak ke halaman itu tanpa diberitahu tujuannya, kukira aku akan diajak ke tempat pembuangan sampah di seberang sana, ternyata tempat tujuannya adalah petak bunga di halaman.
Tidak.
Batu yang ada di petak bunga.
Batu itu pun.
Seperti batu, tidak bisa bergerak.
"---Jadi begitu ya. Tapi...... ini susah dijelaskan, keduanya 'batu' dan 'patung batu'...... Tidak."
Tentu bukannya aku tidak mengerti kenapa Hanekawa berhenti dengan penjelasan yang tidak jelas--- petak bunga di halaman, siapa yang mau merawatnya ? Kalau menurutku teka-tekinya ada di tengah-tengah petak bunga, ada batu itu.
Batu.
Jika harus dikatakan, patung batu --- tetapi, itu karena aku memaksa Hanekawa melakukan yang tidak-tidak, jika memang harus dikatakan pun, 'patung' itu tidak terlihat.
Batu yang terbalik.
Itu sendiri pun hanya sebuah batu---jika harus dikatakan atau dipaksa mengatakan pun,tidak ada alasan yang cukup untuk menggambarkannya sebagai 'patung batu'.
Ini dikarenakan batu itu diletakkan di dalam kuil kecil --- diletakkan di dalam kuil kecil , lalu dengan sopannya sampai sesajen pun diberikan.
"............."
Nah, 'dengan sopannya' itu sebuah ekspresi yang agak sedikit berlebihan. Meletakkan sesajen, membangun kuil kecil, adalah kekasaran yang jauh dari sopan--- atau daripada itu, ketidakahlian. Aku sama sekali tidak menganggap cara pembuatannya mengikuti proses yang benar, daripada itu secara keseluruhan, seperti hasil pekerjaan anak-anak, hasil dari permainan rumah-rumahan anak-anak.
"Kuil kecil yang sepertinya akan hancur berkeping-keping jika ditendang......"
"Menendang kuil kecil ide yang mengerikan Araragi......"
Kamu akan kualat nanti, kata Hanekawa.
Yah, itu seperti yang dikatakan Hanekawa--- pada liburan musim semi, pastinya ideku bisa pakai sedikit kekerasan mungkin.
Terlebih lagi, terlepas dari akan kualat atau tidak, jika benar-benar menendangnya, mungkin hanya kuil kecil itu saja yang terlihat dipaku dengan papan kayu dengan bentuk seperti itu yang mudah hancur berkeping-keping, sedangkan batu yang dipuja di dalamnya tidak mungkin.
Malahan mungkin tulangkulah yang akan patah.
Walau ukuran batu ini jelas tidak sebesar batu besar, tapi juga bukan seperti kerikil yang akan terbang jika ditendang.
Walaupun aku tidak tahu ukuran yang tepat karena aku tidak membawa alat pengukur, diperkirakan ukurannya seperti bola rugby.
Bola rugby yang tidak rata--- itu pun bola rugby yang sedikit kotor. Dari ukurannya, aku dapat menduga gadis seperti Hanekawa tidak mampu mengangkatnya karena bobotnya--- anak laki-laki seperti aku pun, kurasa mungkin juga tidak mampu mengangkatnya, aku tidak ingin meletakkan tangan sembarangan.
Aku tidak ingin menunjukkan kesalahan semacam itu di depan Hanekawa.
Karena aku anak sma yang suka pamer.
"Hanekawa. Yang kau katakan tadi soal batu ini kah ?"
"Ya. Begitulah."
"Errr..."
Ketika ia mengangguk, di situlah pembicaraannya berakhir.
Tapi dalam situasi ini, jika aku harus melanjutkan/meneruskan setelah ini, pertanyaan yang tepat seperti apa?
"---Sesajen ini, apa Hanekawa yang melakukannya ?"
"Tidak mungkin. Aku tidak membawa kue ke sekolah."
"Begitu ya......"
Entah dimana pembicaraannya jadi menyimpang.
Terhubung tetapi tidak terhubung.
Tapi yah, tentu kuil kecil itu pula, bisa dikatakan kesederhanaanya, perasaan buatan tangan membanjiri meja kayu sesajen yang diletakkan permen murahan di atasnya, tidak membawanya sebelum ini, menurutku bukan selera Hanekawa.
Gadis ini sepertinya memakan kudapan yang lebih gaya---karena sepertinya ia hidup dengan mengonsumsi gula dalam jumlah besar, tidak mungkin ia membenci makanan yang manis-manis.
"Awalnya aku ingin mengatakan apa tetapi--- lihat, pada liburan musim semi kita telah berhutang sepenuhnya pada Oshino kan ? Lalu menurutku walaupun kita belum bisa berterima kasih---"
"Berterima kasih......"
Tidak.
Saat liburan musim semi yang berhutang pada Oshino bukannya "kita", hanya aku sendiri, terlebih lagi mengenai hal itu, aku dimintai biaya secara khusus (total lima juta yen), jadi pemikiran Hanekawa mengenai "belum bisa berterima kasih" dengan Oshino tidak masuk akal, di sekitar situ, ada gadis yang tidak beralasan.
Jika harus mengatakan, tidak ada selain aku yang seharusnya berpikir mengenai belum bisa berterima kasih apa saja pada Hanekawa--- nah, selain itu tidak mungkin aku memikirkannya, walaupun untuk itu aku bertahan dengan gelar yang tidak pantas yaitu wakil ketua kelas...... kali ini pun mengikutinya ke halaman juga, tapi sejak awal, jika aku juga "melakukan sesuatu",apakah itu akan bermanfaat bagi Hanekawa ?
Aku menjadi hampa ketika memikirkan itu.
Aku juga tidak tahu bahwa aku sedang memikirkan hal semacam itu---tidak, bisa jadi aku mungkin mengetahuinya, Hanekawa melanjutkan penjelasannya.
"---Mm Oshino mengumpulkan cerita kaii kan ? atau bisa dikatakan itu bisnis utamanya Oshino...... pekerjaannya kan ?"
"Pekerjaan ? Tapi, dia melakukan pekerjaan seperti apa ? Saat kau bilang mengumpulkan cerita kaii, entah bagaimana aku merasa pernah mendengarnya...... Jika harus dikatakan, bukannya itu ada di wilayah hobi ?"
Secara khusus mengumpulkannya ke dalam buku, memublikasikannya pada masyarakat ilmiah, aku tidak bisa memikirkannya sebagai tindakan yang berfokus pada yang kusebut tadi.
Tidak memiliki tempat tinggal tetap,…… lelaki tidak tegas yang hidupnya melarat itu......
"Mengumpulkan cerita kaii itu, sama sekali tidak menghasilkan uang. Perekonomian tidak akan berjalan kan ?"
"Pekerjaan itu bukan hanya soal uang, Araragi "
"........."
Kata-kata yang berat.
Inikah yang dikatakan oleh anak sma ?--- jika dipikir, sebaliknya, mungkin justru karena anak smalah jadi bisa mengatakan itu. Tetapi menurutku untuk Hanekawa, hanya sejak setelah benar-benar bekerja baru bisa mengatakan hal ini.
"Kembali ke cerita. Ugh. Karena itu, jikalau di sma naoetsu ada tujuh misteri, ada yang seperti "cerita hantu sekolah", menurutku Oshino akan memberikan informasinya. Harusnya kita berterima kasih."
"Berterima...kasih ? Tidak, aku sama sekali tidak bermaksud meredam perasaanmu, Kaii yang dikumpulkan Oshino bukannya hal yang lebih nyata ? Vampir misalnya......"
"Jangan membatasi 'Cerita hantu sekolah' sebagai sesuatu yang tidak nyata. Terlebih lagi, jika bicara soal popularitas, 'cerita hantu sekolah' masuk elite dalam wilayah kaii. Mungkin tidak ada orang yang tahu 'kerakera onna', tetapi bila 'Hanako di toilet', semua orang tahu kan ?"
"Yeah......, jika barometer kaii adalah ketenarannya, tingkat popularitasnya mungkin adalah hal yang penting......"
Hal seperti itu adalah paradoks kebudayaan.
Ketika sudah terlalu populer, nantinya akan dihubungkan dengan murahan dan pasaran...... akan menjauh dari apa yang disebut elegan.
"Justru karena tenar itu jadi terkait dengan legenda kota atau gosip jalanan...... Apakah masalahnya tingkatnya ? Bicara soal pertimbangan......,jika semua orang tahu, bukannya tidak ada artinya menggosip ?"
"Kalau Oshino, karena tidak ada yang meminta rasa elegan kan ? Menurutku gosip adalah soal budaya populer."
"Huuh. Biarpun mungkin begitu, bagaimana ya. Bukan maksudku mengabaikan perasaanmu, tapi jika aku membawa 'cerita hantu sekolah' dia akan tertawa mengejekku kan ?"
"Oshino bukan orang seperti itu."
"........."
Apa yang menurutku 'orang seperti itu' entah bagaimana sepertinya berbeda dengan Hanekawa.
"Nah, bukan begitu. Singkatnya Hanekawa, apa yang ingin kukatakan, yang diketahui semua orang, 'cerita hantu sekolah' yang popularitasnya tinggi itu, bukanlah yang diminta Oshino...... informasi seperti itu tentunya, ia memilikinya kan ?"
"Bagaimana ya. Tentu saja, walau mungkin ia memilikinya, 'cerita hantu sekolah' itu kan tiap sekolah punya variasinya masing-masing, apalagi--- jika sudah jadi orang dewasa akan sulit masuk ke sekolah kan ? Maksudku jika dilihat dari orang dewasa seperti Oshino, bukannya itu jenis cerita kaii yang susah didapatkan ?"
"Susah didapatkan---"
Ah.
Begitu--- karena aku sendiri siswa sma, pergi ke sekolah adalah sesuatu yang sepertinya 'wajar', walaupun ceritanya tidak langsung dapat ditangkap jika dikatakan dengan tiba-tiba pun, tentu saja orang luar, apalagi orang dewasa, akan susah masuk ke sekolah, mungkin tidak ada ruang yang tertutup. Terlebih orang dewasa dengan tipe seperti Oshino......, orang dewasa yang tidak memiliki pekerjaan tetap seperti pekerjaan tetap, juga tidak memiliki tempat tinggal tetap seperti tempat tinggal tetap, jika melakukannya dengan buruk, mungkin akan dilaporkan bahkan jika hanya selangkah memasuki tempat ini.
Karena itu, jika dipikir menyelidiki cerita kaii dalam sekolah, walaupun terpaksa mendengarkannya secara tersendiri dari siswa yang sekolah, adalah perbuatan orang yang mencurigakan.
Ketika bukan acara televisi, dimana pengumpulan data secara resmi ditawarkan, menerima penolakan di depan rumah adalah yang paling bisa dilakukan......
"Aku mengerti. Karena itu Hanekawa, kamu selidiki 'cerita hantu sekolah', lalu beritahu/ajarkan sendiri pada Oshino"
"Jika kau memakai ungkapkan seperti mengajarkan, itu sombong---lebih baik memberikan. Apalagi seperti yang kamu katakan, Oshino mungkin tidak memerlukannnya. Tapi biarpun begitu, ingin melakukan segala yang bisa dilakukan kan ?"
"......Tidak. Selama mengenai kehidupan, aku tidak ingin menjadi aktif."
Abaikan ingin melakukan segala yang bisa dilakukan, sebisa mungkin tidak ingin melakukan apapun adalah dasar dari pedoman hidupku.
Tetapi, keluh Hanekawa.
"Seperti yang kau katakan sebelumnya. Walaupun aku menyelidikinya, karena sejarah sma naoetsu yang kita datangi ini masih belum bisa dikatakan dalam, yang seperti cerita hantu itu, sama sekali belum terbentuk---ah, menurutku ini jadi sia-sia"
Hanekawa menggunakan kata sia-sia dengan lancarnya.
Mungkin, 'ingin melakukan segala yang bisa dilakukan'nya Hanekawa, karena dalam hidup ini, tidak terpikirkan olehku jumlah 'sia-sia' yang harusnya dialami
---Yah, meskipun demikian, tanpa hati yang hancur, dia yang terus menerbangkan 'sia-sia' kemudian 'sukses besar', menurutku adalah sebuah pemberontak.
Oshino juga di sekitar situ, apa yang harus dikatakan--- untuk menjelaskannya dengan baik ?
"Tapi, masih ada satu yang mengkhawatirkanku. Hal yang mengkhawatirkan itu--- entah bagaimana, bisa dikatakan mengganggu perasaanku"
"......? Hal itu batu ini ? batu kah.... patung batu kah ?"
Sembari mengatakan hal itu, aku menatapnya sekali lagi.
Pada akhirnya, hanya terlihat seperti batu biasa, tapi karena dihiasi berlebihan dengan sesajen dan kuil kecil, entah bagaimana itu terasa seperti batu ajaib yang 'disyukuri'.
Terlihat seperti patung batu yang dipahat dengan bentuk seperti itu.
Ah, ngomong-ngomong--- jika bicara tentang batu ajaib, aku sama sekali tidak mengetahui soal itu, walau ini mungkin jadi perkataan yang bodoh, di antara batu, ada yang membawanya saja jadi jimat, bukannya ada cerita seperti 'power stone' ?
'Power stone', 'power spot', cerita semacam itu, sebenarnya, termasuk sedikit berbeda dengan cerita kaii.
"Yeah...... hal itu"
"Dengan kata lain, ketika kau sedang melakukan macam-macam penyelidikan, kau menemukan batu misterius di tengah petak bunga di halaman ini--- tetapi walaupun kau menyelidikinya, kau masih tidak tahu sifat asli batu ini, seperti itu ?"
Untuk sementara aku sedang mengatur informasi sampai saat ini dalam kepalaku. Walaupun aku tidak punya kebanggaan dalam menjaga kerapian dan keteraturan, aku lemah dalam kondisi kacau yang berantakan, kalau begini, aku cenderung ingin segera menyelesaikan segalanya dengan jelas. Penyelesaian dengan jelas itu sama sekali tidak ada rutenya dalam kenyataan, itu sendiri aku tahu.
Dibanding Hanekawa, kemampuannya memproses sangat jauh berbeda denganku---jangankan karena beda unit, kondisi kacau seperti ini pun mungkin ia bisa menanggulanginya sebagai 'hal yang teratur',
"Bukan begitu"
Lalu, dengan mudahnya, dan dengan lembut menolak 'kesimpulan'ku.
Menurutku mungkinkah kamarnya tak disangka-sangka berantakan kacau balau. Yah, tak terbatas pada Hanekawa, ada kesan kalau kamarnya genius itu berantakan.
Tetapi, bagaimanapun juga itu adalah prasangka......
"Adapun tentang batu seperti ini disini, aku sudah tahu sebelumnya."
"......kau tahu segalanya kan."
"Aku tidak mengetahui segalanya. Aku hanya tahu apa yang kuketahui."
kata Hanekawa dengan lancar,
"Karena itu aku tidak mengetahui yang dahulu."
lanjutnya.
"Apa maksudmu tidak begitu dengan yang dahulu ?"
"Sewaktu aku kelas satu---dengan kata lain tepat setelah memasuki sekolah kan ? Walaupun sudah memeriksa sekolah secara umum."
"Kenapa kau melakukan hal seperti itu......"
"Yah, untuk sementara, ingin tahu kan tempat seperti apa sekolah yang akan kujalani selama tiga tahun dari sekarang ? Keingintahuan anak?"
"Keingintahuan atau......"
Keingintahuan, atau bisa dikatakan eksentrik.
Tingkah laku siswi teladan penuh dengan teka-teki---memeriksa secara detail sma naoetsu saat ujian masuk, jika dipikir, meski cuma dugaanku yang seenaknya, tidak salah lagi adalah kelakuan nyentrik yang jauh melewati genius.
Yah, sekarang bukan situasi untuk mengatakan ini dan itu.
"Dengan kata lain kurang lebih dua tahun lalu, saat kau menyelidiki ... atau err, menjelajahi sekolah, pada petak bunga ini, tidak ada batu seperti ini, begitu ?"
"Bukan, bukan. Dengar ya. Jadi, batunya ada. Karena aku hampir tersandung, aku dapat mengingatnya dengan baik."
"Tersandung ? Eh ? Kamu tersandung sesuatu ?"
"Apa yang kamu pikirkan mengenai aku, Araragi......"
Hanekawa kelihatan bosan.
Dengan jelas.
Menerima perlakuan seperti orang yang luar biasa, atau siswi teladan, sebenarnya ia membencinya.
"Aku pun, ada saatnya hampir tersandung sesuatu."
"Begitu ya...... mengejutkan."
Mmm sebenarnya, ia tersandung pada apa yang kusebut batu, karena aku mengalami pengalaman mengerikan saat libur musim semi, kesempurnaan itu mungkin sulit diungkapkan.
Tetapi, katanya 'hampir' itu,harus diperhatikan bahwa artinya tidak tersandung.
"Tapi, seandainya ada tidak ada masalah kan ?"
"Makanya bukan ini. Walaupun batunya ada---kuil kecilnya tidak."
"?"
"Sesajennya juga, alas untuk meletakkannya juga."
Dengan kata lain seseorang, kata Hanekawa.
"Seseorang--- selama dua tahun ini, menghiasi batu ini dengan berlebihan seperti patung batu---menyembahnya, itu yang ingin kau katakan ?"
"............"
Jika memang itu, Hanekawa tentu akan menyebut anak tangga yang terbuat dari batu sejak awal, berpura-pura seperti ini, lebih baik bila disebut tidak bisa membawakan cerita yang berputar-putar.
Cerita hantu tentang batu.
Tetapi, biar menyebut cerita hantu tentang batu pun, bahkan jika dibicarakan pun, sebenarnya pembicaraannya tidak berlanjut --- seperti biasa, alasannya karena aku tidak mengerti.
Tapi.
"Ah ~"
Tapi setelah itu, aku selesai menutup pintu kelas, kemudian diajak Hanekawa mendatangi halaman sma naoetsu, kurang lebih perkembangannya seperti itu.
Walau kukatakan perkembangan pun, perkembangan itu hanya ada di kepalaku --- sebenarnya juga tidak ada yang bergerak.
Keadaannya sendiri tidak bergerak seperti batu.
Karena aku diajak ke halaman itu tanpa diberitahu tujuannya, kukira aku akan diajak ke tempat pembuangan sampah di seberang sana, ternyata tempat tujuannya adalah petak bunga di halaman.
Tidak.
Batu yang ada di petak bunga.
Batu itu pun.
Seperti batu, tidak bisa bergerak.
"---Jadi begitu ya. Tapi...... ini susah dijelaskan, keduanya 'batu' dan 'patung batu'...... Tidak."
Tentu bukannya aku tidak mengerti kenapa Hanekawa berhenti dengan penjelasan yang tidak jelas--- petak bunga di halaman, siapa yang mau merawatnya ? Kalau menurutku teka-tekinya ada di tengah-tengah petak bunga, ada batu itu.
Batu.
Jika harus dikatakan, patung batu --- tetapi, itu karena aku memaksa Hanekawa melakukan yang tidak-tidak, jika memang harus dikatakan pun, 'patung' itu tidak terlihat.
Batu yang terbalik.
Itu sendiri pun hanya sebuah batu---jika harus dikatakan atau dipaksa mengatakan pun,tidak ada alasan yang cukup untuk menggambarkannya sebagai 'patung batu'.
Ini dikarenakan batu itu diletakkan di dalam kuil kecil --- diletakkan di dalam kuil kecil , lalu dengan sopannya sampai sesajen pun diberikan.
"............."
Nah, 'dengan sopannya' itu sebuah ekspresi yang agak sedikit berlebihan. Meletakkan sesajen, membangun kuil kecil, adalah kekasaran yang jauh dari sopan--- atau daripada itu, ketidakahlian. Aku sama sekali tidak menganggap cara pembuatannya mengikuti proses yang benar, daripada itu secara keseluruhan, seperti hasil pekerjaan anak-anak, hasil dari permainan rumah-rumahan anak-anak.
"Kuil kecil yang sepertinya akan hancur berkeping-keping jika ditendang......"
"Menendang kuil kecil ide yang mengerikan Araragi......"
Kamu akan kualat nanti, kata Hanekawa.
Yah, itu seperti yang dikatakan Hanekawa--- pada liburan musim semi, pastinya ideku bisa pakai sedikit kekerasan mungkin.
Terlebih lagi, terlepas dari akan kualat atau tidak, jika benar-benar menendangnya, mungkin hanya kuil kecil itu saja yang terlihat dipaku dengan papan kayu dengan bentuk seperti itu yang mudah hancur berkeping-keping, sedangkan batu yang dipuja di dalamnya tidak mungkin.
Malahan mungkin tulangkulah yang akan patah.
Walau ukuran batu ini jelas tidak sebesar batu besar, tapi juga bukan seperti kerikil yang akan terbang jika ditendang.
Walaupun aku tidak tahu ukuran yang tepat karena aku tidak membawa alat pengukur, diperkirakan ukurannya seperti bola rugby.
Bola rugby yang tidak rata--- itu pun bola rugby yang sedikit kotor. Dari ukurannya, aku dapat menduga gadis seperti Hanekawa tidak mampu mengangkatnya karena bobotnya--- anak laki-laki seperti aku pun, kurasa mungkin juga tidak mampu mengangkatnya, aku tidak ingin meletakkan tangan sembarangan.
Aku tidak ingin menunjukkan kesalahan semacam itu di depan Hanekawa.
Karena aku anak sma yang suka pamer.
"Hanekawa. Yang kau katakan tadi soal batu ini kah ?"
"Ya. Begitulah."
"Errr..."
Ketika ia mengangguk, di situlah pembicaraannya berakhir.
Tapi dalam situasi ini, jika aku harus melanjutkan/meneruskan setelah ini, pertanyaan yang tepat seperti apa?
"---Sesajen ini, apa Hanekawa yang melakukannya ?"
"Tidak mungkin. Aku tidak membawa kue ke sekolah."
"Begitu ya......"
Entah dimana pembicaraannya jadi menyimpang.
Terhubung tetapi tidak terhubung.
Tapi yah, tentu kuil kecil itu pula, bisa dikatakan kesederhanaanya, perasaan buatan tangan membanjiri meja kayu sesajen yang diletakkan permen murahan di atasnya, tidak membawanya sebelum ini, menurutku bukan selera Hanekawa.
Gadis ini sepertinya memakan kudapan yang lebih gaya---karena sepertinya ia hidup dengan mengonsumsi gula dalam jumlah besar, tidak mungkin ia membenci makanan yang manis-manis.
"Awalnya aku ingin mengatakan apa tetapi--- lihat, pada liburan musim semi kita telah berhutang sepenuhnya pada Oshino kan ? Lalu menurutku walaupun kita belum bisa berterima kasih---"
"Berterima kasih......"
Tidak.
Saat liburan musim semi yang berhutang pada Oshino bukannya "kita", hanya aku sendiri, terlebih lagi mengenai hal itu, aku dimintai biaya secara khusus (total lima juta yen), jadi pemikiran Hanekawa mengenai "belum bisa berterima kasih" dengan Oshino tidak masuk akal, di sekitar situ, ada gadis yang tidak beralasan.
Jika harus mengatakan, tidak ada selain aku yang seharusnya berpikir mengenai belum bisa berterima kasih apa saja pada Hanekawa--- nah, selain itu tidak mungkin aku memikirkannya, walaupun untuk itu aku bertahan dengan gelar yang tidak pantas yaitu wakil ketua kelas...... kali ini pun mengikutinya ke halaman juga, tapi sejak awal, jika aku juga "melakukan sesuatu",apakah itu akan bermanfaat bagi Hanekawa ?
Aku menjadi hampa ketika memikirkan itu.
Aku juga tidak tahu bahwa aku sedang memikirkan hal semacam itu---tidak, bisa jadi aku mungkin mengetahuinya, Hanekawa melanjutkan penjelasannya.
"---Mm Oshino mengumpulkan cerita kaii kan ? atau bisa dikatakan itu bisnis utamanya Oshino...... pekerjaannya kan ?"
"Pekerjaan ? Tapi, dia melakukan pekerjaan seperti apa ? Saat kau bilang mengumpulkan cerita kaii, entah bagaimana aku merasa pernah mendengarnya...... Jika harus dikatakan, bukannya itu ada di wilayah hobi ?"
Secara khusus mengumpulkannya ke dalam buku, memublikasikannya pada masyarakat ilmiah, aku tidak bisa memikirkannya sebagai tindakan yang berfokus pada yang kusebut tadi.
Tidak memiliki tempat tinggal tetap,…… lelaki tidak tegas yang hidupnya melarat itu......
"Mengumpulkan cerita kaii itu, sama sekali tidak menghasilkan uang. Perekonomian tidak akan berjalan kan ?"
"Pekerjaan itu bukan hanya soal uang, Araragi "
"........."
Kata-kata yang berat.
Inikah yang dikatakan oleh anak sma ?--- jika dipikir, sebaliknya, mungkin justru karena anak smalah jadi bisa mengatakan itu. Tetapi menurutku untuk Hanekawa, hanya sejak setelah benar-benar bekerja baru bisa mengatakan hal ini.
"Kembali ke cerita. Ugh. Karena itu, jikalau di sma naoetsu ada tujuh misteri, ada yang seperti "cerita hantu sekolah", menurutku Oshino akan memberikan informasinya. Harusnya kita berterima kasih."
"Berterima...kasih ? Tidak, aku sama sekali tidak bermaksud meredam perasaanmu, Kaii yang dikumpulkan Oshino bukannya hal yang lebih nyata ? Vampir misalnya......"
"Jangan membatasi 'Cerita hantu sekolah' sebagai sesuatu yang tidak nyata. Terlebih lagi, jika bicara soal popularitas, 'cerita hantu sekolah' masuk elite dalam wilayah kaii. Mungkin tidak ada orang yang tahu 'kerakera onna', tetapi bila 'Hanako di toilet', semua orang tahu kan ?"
"Yeah......, jika barometer kaii adalah ketenarannya, tingkat popularitasnya mungkin adalah hal yang penting......"
Hal seperti itu adalah paradoks kebudayaan.
Ketika sudah terlalu populer, nantinya akan dihubungkan dengan murahan dan pasaran...... akan menjauh dari apa yang disebut elegan.
"Justru karena tenar itu jadi terkait dengan legenda kota atau gosip jalanan...... Apakah masalahnya tingkatnya ? Bicara soal pertimbangan......,jika semua orang tahu, bukannya tidak ada artinya menggosip ?"
"Kalau Oshino, karena tidak ada yang meminta rasa elegan kan ? Menurutku gosip adalah soal budaya populer."
"Huuh. Biarpun mungkin begitu, bagaimana ya. Bukan maksudku mengabaikan perasaanmu, tapi jika aku membawa 'cerita hantu sekolah' dia akan tertawa mengejekku kan ?"
"Oshino bukan orang seperti itu."
"........."
Apa yang menurutku 'orang seperti itu' entah bagaimana sepertinya berbeda dengan Hanekawa.
"Nah, bukan begitu. Singkatnya Hanekawa, apa yang ingin kukatakan, yang diketahui semua orang, 'cerita hantu sekolah' yang popularitasnya tinggi itu, bukanlah yang diminta Oshino...... informasi seperti itu tentunya, ia memilikinya kan ?"
"Bagaimana ya. Tentu saja, walau mungkin ia memilikinya, 'cerita hantu sekolah' itu kan tiap sekolah punya variasinya masing-masing, apalagi--- jika sudah jadi orang dewasa akan sulit masuk ke sekolah kan ? Maksudku jika dilihat dari orang dewasa seperti Oshino, bukannya itu jenis cerita kaii yang susah didapatkan ?"
"Susah didapatkan---"
Ah.
Begitu--- karena aku sendiri siswa sma, pergi ke sekolah adalah sesuatu yang sepertinya 'wajar', walaupun ceritanya tidak langsung dapat ditangkap jika dikatakan dengan tiba-tiba pun, tentu saja orang luar, apalagi orang dewasa, akan susah masuk ke sekolah, mungkin tidak ada ruang yang tertutup. Terlebih orang dewasa dengan tipe seperti Oshino......, orang dewasa yang tidak memiliki pekerjaan tetap seperti pekerjaan tetap, juga tidak memiliki tempat tinggal tetap seperti tempat tinggal tetap, jika melakukannya dengan buruk, mungkin akan dilaporkan bahkan jika hanya selangkah memasuki tempat ini.
Karena itu, jika dipikir menyelidiki cerita kaii dalam sekolah, walaupun terpaksa mendengarkannya secara tersendiri dari siswa yang sekolah, adalah perbuatan orang yang mencurigakan.
Ketika bukan acara televisi, dimana pengumpulan data secara resmi ditawarkan, menerima penolakan di depan rumah adalah yang paling bisa dilakukan......
"Aku mengerti. Karena itu Hanekawa, kamu selidiki 'cerita hantu sekolah', lalu beritahu/ajarkan sendiri pada Oshino"
"Jika kau memakai ungkapkan seperti mengajarkan, itu sombong---lebih baik memberikan. Apalagi seperti yang kamu katakan, Oshino mungkin tidak memerlukannnya. Tapi biarpun begitu, ingin melakukan segala yang bisa dilakukan kan ?"
"......Tidak. Selama mengenai kehidupan, aku tidak ingin menjadi aktif."
Abaikan ingin melakukan segala yang bisa dilakukan, sebisa mungkin tidak ingin melakukan apapun adalah dasar dari pedoman hidupku.
Tetapi, keluh Hanekawa.
"Seperti yang kau katakan sebelumnya. Walaupun aku menyelidikinya, karena sejarah sma naoetsu yang kita datangi ini masih belum bisa dikatakan dalam, yang seperti cerita hantu itu, sama sekali belum terbentuk---ah, menurutku ini jadi sia-sia"
Hanekawa menggunakan kata sia-sia dengan lancarnya.
Mungkin, 'ingin melakukan segala yang bisa dilakukan'nya Hanekawa, karena dalam hidup ini, tidak terpikirkan olehku jumlah 'sia-sia' yang harusnya dialami
---Yah, meskipun demikian, tanpa hati yang hancur, dia yang terus menerbangkan 'sia-sia' kemudian 'sukses besar', menurutku adalah sebuah pemberontak.
Oshino juga di sekitar situ, apa yang harus dikatakan--- untuk menjelaskannya dengan baik ?
"Tapi, masih ada satu yang mengkhawatirkanku. Hal yang mengkhawatirkan itu--- entah bagaimana, bisa dikatakan mengganggu perasaanku"
"......? Hal itu batu ini ? batu kah.... patung batu kah ?"
Sembari mengatakan hal itu, aku menatapnya sekali lagi.
Pada akhirnya, hanya terlihat seperti batu biasa, tapi karena dihiasi berlebihan dengan sesajen dan kuil kecil, entah bagaimana itu terasa seperti batu ajaib yang 'disyukuri'.
Terlihat seperti patung batu yang dipahat dengan bentuk seperti itu.
Ah, ngomong-ngomong--- jika bicara tentang batu ajaib, aku sama sekali tidak mengetahui soal itu, walau ini mungkin jadi perkataan yang bodoh, di antara batu, ada yang membawanya saja jadi jimat, bukannya ada cerita seperti 'power stone' ?
'Power stone', 'power spot', cerita semacam itu, sebenarnya, termasuk sedikit berbeda dengan cerita kaii.
"Yeah...... hal itu"
"Dengan kata lain, ketika kau sedang melakukan macam-macam penyelidikan, kau menemukan batu misterius di tengah petak bunga di halaman ini--- tetapi walaupun kau menyelidikinya, kau masih tidak tahu sifat asli batu ini, seperti itu ?"
Untuk sementara aku sedang mengatur informasi sampai saat ini dalam kepalaku. Walaupun aku tidak punya kebanggaan dalam menjaga kerapian dan keteraturan, aku lemah dalam kondisi kacau yang berantakan, kalau begini, aku cenderung ingin segera menyelesaikan segalanya dengan jelas. Penyelesaian dengan jelas itu sama sekali tidak ada rutenya dalam kenyataan, itu sendiri aku tahu.
Dibanding Hanekawa, kemampuannya memproses sangat jauh berbeda denganku---jangankan karena beda unit, kondisi kacau seperti ini pun mungkin ia bisa menanggulanginya sebagai 'hal yang teratur',
"Bukan begitu"
Lalu, dengan mudahnya, dan dengan lembut menolak 'kesimpulan'ku.
Menurutku mungkinkah kamarnya tak disangka-sangka berantakan kacau balau. Yah, tak terbatas pada Hanekawa, ada kesan kalau kamarnya genius itu berantakan.
Tetapi, bagaimanapun juga itu adalah prasangka......
"Adapun tentang batu seperti ini disini, aku sudah tahu sebelumnya."
"......kau tahu segalanya kan."
"Aku tidak mengetahui segalanya. Aku hanya tahu apa yang kuketahui."
kata Hanekawa dengan lancar,
"Karena itu aku tidak mengetahui yang dahulu."
lanjutnya.
"Apa maksudmu tidak begitu dengan yang dahulu ?"
"Sewaktu aku kelas satu---dengan kata lain tepat setelah memasuki sekolah kan ? Walaupun sudah memeriksa sekolah secara umum."
"Kenapa kau melakukan hal seperti itu......"
"Yah, untuk sementara, ingin tahu kan tempat seperti apa sekolah yang akan kujalani selama tiga tahun dari sekarang ? Keingintahuan anak?"
"Keingintahuan atau......"
Keingintahuan, atau bisa dikatakan eksentrik.
Tingkah laku siswi teladan penuh dengan teka-teki---memeriksa secara detail sma naoetsu saat ujian masuk, jika dipikir, meski cuma dugaanku yang seenaknya, tidak salah lagi adalah kelakuan nyentrik yang jauh melewati genius.
Yah, sekarang bukan situasi untuk mengatakan ini dan itu.
"Dengan kata lain kurang lebih dua tahun lalu, saat kau menyelidiki ... atau err, menjelajahi sekolah, pada petak bunga ini, tidak ada batu seperti ini, begitu ?"
"Bukan, bukan. Dengar ya. Jadi, batunya ada. Karena aku hampir tersandung, aku dapat mengingatnya dengan baik."
"Tersandung ? Eh ? Kamu tersandung sesuatu ?"
"Apa yang kamu pikirkan mengenai aku, Araragi......"
Hanekawa kelihatan bosan.
Dengan jelas.
Menerima perlakuan seperti orang yang luar biasa, atau siswi teladan, sebenarnya ia membencinya.
"Aku pun, ada saatnya hampir tersandung sesuatu."
"Begitu ya...... mengejutkan."
Mmm sebenarnya, ia tersandung pada apa yang kusebut batu, karena aku mengalami pengalaman mengerikan saat libur musim semi, kesempurnaan itu mungkin sulit diungkapkan.
Tetapi, katanya 'hampir' itu,harus diperhatikan bahwa artinya tidak tersandung.
"Tapi, seandainya ada tidak ada masalah kan ?"
"Makanya bukan ini. Walaupun batunya ada---kuil kecilnya tidak."
"?"
"Sesajennya juga, alas untuk meletakkannya juga."
Dengan kata lain seseorang, kata Hanekawa.
"Seseorang--- selama dua tahun ini, menghiasi batu ini dengan berlebihan seperti patung batu---menyembahnya, itu yang ingin kau katakan ?"
"............"
004
Spoiler! :
Malamnya.
Aku pergi menuju suatu gedung usang.
Ada bekas bimbel yang telah bangkrut beberapa tahun lalu---karena bimbelnya menggunakan sebuah bangunan gedung, mungkin bimbelnya sederajat dengan juku tapi tidak dapat menandingi serangan bimbel besar yang berkembang ke depan stasiun seperti api, entah mengundurkan diri atau melarikan diri, walaupun mendengar macam-macam, tapi sebenarnya, aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Yah.
Entahlah.
Dengan pengertian seperti itu aku, dari sma yang asal usulnya tidak terlalu kuketahui menuju ke gedung usang yang asal usulnya tidak terlalu kuketahui, dengan perasaan seperti bagaimana bisa jalan samar tanpa diikuti rasa gawat, aku sendiri heran.
Tapi, tidak seperti Hanekawa Tsubasa, aku tidak ingin tahu hal seperti itu hingga sampai menyelidikinya.
"Yo Araragi, - aku telah menunggumu"
Oshino.
Oshino Meme sang spesialis, dengan ucapan pura-pura tidak tahunya yang seperti biasa itu menyambutku---di ruang kelas pada lantai empat.
Walau ada gadis kecil berambut pirang di pojok ruang kelas, gambaran mengenainya dihilangkan.
Aku memberitahukan keadaannya pada Oshino.
Sebenarnya, aku tidak melakukannya tanpa menambah sedikit dramatisasi di sana.
"Hmmm. Batu ya"
Begitu kata Oshino, om-om dengan pakaian aloha.
"Batu itu sesuatu yang mudah menjadi sasaran kepercayaan---seperti katamu Araragi, tidak apa-apa menganggap Power Stone itu memang beda jenis pada dasarnya."
"Umm...... bagaimana dengan permata yang mengandung sihir, apakah sama juga ?"
"Yah, tapi masa kini--- pada masyarakat masa kini, yang membuat orang tertarik dengan permata adalah harganya yang tinggi dibandingkan penampilannya."
Oshino tertawa enteng.
Dengan gayanya yang suka melantur, jujur, ini adalah tipe yang susah ditangani.
Tapi Oshino Meme, sama sekali bukan om-om yang hanya bisa melantur--- menyelamatkan hidupku, menyelamatkan gengsiku, ia adalah om-om yang telah menyelamatkan kemanusiaanku.
Walau tidak ada bedanya dengan melantur.
"Mengutip gaya bicara Araragi, batu itu berukuran seperti apa yang disebut bola rugbi kan ? Nah, pada bola rugbi itu, arah mana yang dihiasi ?"
"Arah mana maksudnya ?"
"Arah vertikal ? Arah horizontal ? Bola rugbi itu kan ada panjang dan lebarnya ?"
"Ah......"
Walau kupikir akan ditanyakan hal-hal kecil nantinya, tapi sebaliknya, adapun untuk menggantikan Hanekawa menjelaskan hal-hal kecil itulah, sebab aku datang ke sini, sepertinya ini adalah kesalahanku.
Walau kurasa mungkin sebaiknya memang Hanekawa yang datang secara langsung ke sini, tapi walaupun bukan keadaan gawat atau darurat,
akal sehat untuk tidak mengajak keluar anak perempuan yang cukup muda larut malam lebih diutamakan.
"Rasanya seperti Ojizousama lho. ...... termasuk juga kuil kecilnya, jika dipikir itu mungkin benar-benar tiruannya Ojizousama...... apa ya ? Jizou itu dewa Buddha kan ?"
"Kau lumayan mengetahuinya ya Araragi, semacam itulah."
"Jangan bilang semacam itulah."
Jangan mengatakan itu dengan lancar.
Tapi yah, tentunya aku tidak bisa menyangkal kalau ini pengetahuan yang kudapat tanpa sengaja, apalagi mengeluarkan pengetahuannya hanya sampai sini saja.
Mengenai Jizou dalam Buddha, aku juga tidak yakin dewa yang seperti apa.
"Anu......, dewa pelindung jalanan kah ? Tidak, tapi rasanya aku pernah mendengar soal enam jizou......, Itukah ? Tapi, kasajizou......"
Entah bagaimana terasa semakin dikatakan semakin menunjukkan wajah aslinya.
"Hahhaa. Itu karena di Jepang, Ojizousama dan Dousojin dijadikan satu--- nah, meskipun demikian keberadaannya di petak bunga itu aneh kan ?"
Jarang-jarang Oshino tidak mempermainkan penampilanku yang buru-buru, malah mengatakan sesuatu yang seperti menyambung,
"Patung batu."
Katanya.
"Karena kau menggunakan istilah patung batu, apakah batunya persis berbentuk seperti itu ? Bukan bulatan sederhana, pahatannya, berbentuk seperti orang kah ?"
"Tidak, bagaimana ya......Sejujurnya, karena dalam keadaanku prasangka seperti itu diberikan oleh Hanekawa, bisa dikatakan melihatnya seperti itu walaupun aku melihatnya......tapi mungkin tanpa prasangka apapun, ketika secara kebetulan melewati petak bunga tanpa sengaja, jika melihat batu itu---mungkin hanya menganggapnya sebagai batu yang kasar."
"Heee"
"Yah"
Aku menggelengkan kepala menerima seringai dan anggukan Oshino.
"Mungkin tidak---jika kebetulan melewati petak bunga tanpa sengaja, biarpun tidak mendengarkan apa-apa saat itu, seandainya kondisinya telah dibuat altar dan dikelilingi oleh kuil kayu kecil seperti itu, aku pun mungkin mengiranya batu yang dipahat seperti patung batu-"
"Gejala simulacrum"
"Eh?"
"Cerita tentang manusia yang jika melihat sesuatu yang mirip wajah, akan melihatnya sebagai wajah---menemukan manusia dari kotoran atau noda di dinding.Yah jika dikatakan dengan gaya lama, orang yang melihat bentuk asli hantu ternyata rumput perak layu."
"Bentuk asli hantu---kaii, cerita kaii, gejala seperti itu masuk cerita ?"
"Tidak-tidak, ini dan itu masih hal yang berbeda---nanti Araragi. Untuk sementara anggap saja batu itu patung batu, kan tidak harus dipahat. Mungkin saja ia lapuk secara alami oleh cuaca, sehingga berbentuk seperti itu."
"Lapuk ya."
"Bagaimana ? Dengan penjelasan itu, meski seharusnya teman yang kau sayangi itu melihat kondisi batu tanpa hiasan dua tahun lalu pun---waktu itu bentuknya tidak berubah kan ?"
"Maksudmu tidak berubah"
Seandainya memang normal, bahkan jika hampir tersandung, adalah normal tidak mengingat soal batu atau bentuknya yang dilihat dua tahun lalu, tetapi Hanekawa Tsubasa tidak senormal itu.
Selama dua tahun, meski warnanya akan berubah karena waktu, katanya waktu melihatnya seperti itu dahulu batu itu berbentuk seperti bola rugbi.
Dengan kata lain, dalam dua tahun ini, walaupun ada orang yang menghiasi bagian luarnya, artinya bentuk aslinya---batu itu sendiri tidak mengalami perubahan.
"Ya. Lalu, apa pendapat mbak ketua ?"
"Pendapatnya---"
Oshino memanggil Hanekawa mbak ketua.
Karena ia membenci diperlakukan seperti siswi teladan, ia tidak begitu bahagia mendapat nama panggilan itu, tapi karena lawannya Oshino, walau tidak puas ia menerimanya.
Ngomong-ngomong aku pernah memanggilnya 'mbak ketua' sekali sebagai candaan dan cukup terkejut saat dimarahinya. Kurasa aku tak mampu pulih.
"Singkatnya menurut Hanekawa, karena melihat kondisi batu yang tidak dihiasi itu, pada waktu itu pun, sepertinya cuma menganggapnya sebagai batu biasa. Tapi kali ini Oshino, sebagai bentuk terima kasih padamu ia akan mulai menyelidiki sekolah---karena menyadari entah bagaimana penampilan batu yang dilihat dua tahun lalu itu berubah. Menurutnya hal itu sangat menakutkan--- semacam itu."
"Menakutkan ya"
Oshino mengulangi ungkapanku.
"Yah, pastinya, yang seharusnya cuma batu biasa, jika ditempatkan di kuil kecil dan dipuja akan terasa menakutkan---ada sesuatu yang dianggap mbak ketua menakutkan, hahaha, aku sama sekali tidak bisa memikirkannya"
"Itu bukan hal untuk ditertawakan"
Walaupun itu mungkin karena hanya cara Hanekawa bercerita tapi---bagaimana ya, tentunya situasi dimana kepercayaan misterius berkembang dalam sekolah, tak tergoyahkan dan menakutkan, jika tidak pun, bukan sesuatu yang mudah diabaikan.
Bahkan orang dengan rasa keterlibatan dengan sekolah yang rendah seperti aku pun berpikir demikian.
"Nah---pertama-tama aku ingin kau memeriksa asal mula permen murahan yang dipersembahkan itu, tetapi mbak ketua sudah melakukannya. Bukannya ia sudah menyelesaikannya sebelum berbicara denganmu Araragi ?"
"............"
Ia mengatakan hal-hal yang seperti mengetahuinya (Hanekawa) seperti biasa.
Jika dikatakan yang diketahui Oshino mengenai Hanekawa, entah mengapa terasa menimbulkan amarah---perasaan yang misterius. Padahal baru saja berkenalan tapi tahu, biarpun begitu, pada akhirnya perkenalan aku dengan Hanekawa pun hanya beberapa hari lebih dahulu sebelum Oshino.
Pada awalnya, aku sama sekali tidak mengetahui apa-apa soal Hanekawa.
"Ya. Lihat mereknya, waktu penjualannya dihitung mundur dari tanggal kedaluwarsanya, tentukan toko yang menjualnya dan siswa yang mungkin membelinya."
"Seperti detektif ternama ya. Perlukah melakukan wawancara ?"
"Tidak, kelihatannya masih belum melakukannya sampai sejauh itu."
"Apa menurutmu itu tidak melangkah terlalu jauh ?"
"Tidak. Selama proses penyelidikan, tidak harus seseorang yang memberikan sesajen itu,maksudku karena aku tahu sejumlah orang sepertinya meletakkan permen murahan atau apapun di kuil kecil itu---jika demikian maka aku tidak bisa apa-apa selain melebarkan usaha penyelidikan, kukira aku jadi tidak bisa bergerak di balik layar."
"............"
"Jadi, kubawa cerita seperti itu karena kukira kau akan menyukainya. Seperti ucapan terima kasih untuk utangnya dari Hanekawa."
Untuk sementara, kukira aku telah mengatakan apa yang seharusnya dikatakan, kusimpulkan seperti itu.
Tidak, walaupun aku tidak yakin telah menyimpulkannya atau tidak, bagaimanapun juga, telah mendatangi Oshino seperti sekarang, sama sekali bukan karena untuk membicarakan misteri batu yang ada di sekolah, harus kutegaskan bahwa hanya karena kebaikan hati aku membawa informasi kejadian misterius yang ada di sekolah.
Tanpa membedakannya seperti itu, utang yang kupunya akan semakin membengkak. Nah karena lima juta yen sekarang ini pun aku tidak bisa melunasinya, lebih lanjut, jika jumlah utangnya bertambah, sebenarnya bukan masalah dengan cara berpikir seperti itu.
Jika mendengar utang, ketika jumlahnya melebihi jumlah tertentu, sang peminjam tidak harus berputus asa, ketika tidak bisa membayar utangnya, sepertinya rasa segan tidak akan diingat dibanding dengan jumlah utang yang meningkat. Tak disangka, mungkin aku sekarang berada di batas itu---jika kita anggap aku tidak bisa mengambil utang lebih banyak daripada ini.
Karena itu aku sulit menghadapi risiko kemungkinan ditarik biaya konsultasi,kurang lebih, tidak, jujur jika dikatakan merendahkan diri pun, saat ini tidak terelakkan.
"Hahhaa"
Karena tahu dugaanku seperti itu, ia pura-pura tertawa.
Meski Hanekawa bercerita soal hantu 'kerakera onna', entah hantu itu tertawa seperti ini atau tidak.
"A- ada apa ya?"
Aku pura-pura bingung.
Tidak, jika benar-benar ketahuan, aku akan benar-benar bingung bukannya pura-pura---
"Me-memangnya spesialis sepertimu tidak ada minat pada cerita seperti cerita hantu sekolah ? Ataukah seleramu cerita berbelit-belit seperti yang berasal dari dokumen ?"
"Sama sekali tidak, bacaan mbak ketua mengenai itu tepat---tentunya, dalam jangkauan spesialisasiku yang all-rounder ini pun, ada kekuatan dan kelemahannya.Cerita dalam wilayah tertutup seperti sekolah itu cukup sulit dikumpulkan---itu pemberian yang pantas disyukuri"
"Be-begitu ya"
"Tapi, karena itu Araragi. Karena ini adalah kebaikan dari mbak ketua, dan bukannya kebaikan darimu, jadi persoalan ini tidak akan melunasi utangmu, untuk itu aku benar-benar berterima kasih."
"............"
Lah.
Sekedar utang tidak bertambah cukup memuaskan kah ?
Tapi, bukannya aku tidak mengharapkannya---sekitar sini mungkin wilayah kompromi.
"Walau itu sulit disebut sebagai cerita kaii---hahha, aku dapat cerita yang bagus. Harus dicatat baik-baik."
"...... Oshino. Perlu diketahui meski aku ingin kau yang menceritakannya,'cerita' seperti yang kau kumpulkan itu, jika terkumpul, akhirnya ingin kau apakan ?"
"ng?"
"Anu...... jadi, mengumpulkannya ke dalam buku kah, memublikasikannya pada masyarakat ilmiah/kaum akademisi ?/ kah...... adakah rencana seperti itu ?"
Untuk menegaskan hal yang terpikir saat berbicara dengan Hanekawa sepulang sekolah, sebenarnya tidak harus mendapatkannya sekarang, tapi aku ingin menanyakannya jika ada kesempatan.
Menarik perhatiannku sejauh itu.
Dengan kata lain pria ini, yang bisa dikatakan adalah penolongku, benarkah pekerjaan sebenarnya adalah mengumpulkan kaii ? ataukah sebenarnya tidak punya pekerjaan tapi bersikeras pekerjaannya adalah hobi……
"Hahha. Karena aku tidak punya wewenang khususnya dalam ilmu kaii, aku tidak melakukan hal sebagus itu. Yah, tapi aku menjual cerita yang terkumpul itu pada orang yang menginginkannya."
"Menjual ? Memang ada pembelinya ? Pada semacam cerita hantu ?"
"Sebut saja semacam itu. Kau hampir jadi pemeran utama cerita hantu itu Araragi."
".......ngomong-ngomong, kira-kira berapa ?"
"Hahha. Bagaimana kalau memberitahukan nilai transaksi dengan pelanggan pada agen penjualan."
"............"
Yah, kalau dikatakan demikian aku cuma bisa mundur, tetapi menarik biaya konsultasi dariku dan menyelesaikan masalah kaii, lalu menjual cerita kaii itu di tempat lain dan memperoleh uang, bagaimana mengatakannya ya, kurasa itu bisnis yang sangat nyaman.
Mungkin ia orang yang berada di pertengahan.
……Tentu saja, walau mungkin tidak senyaman yang dirasakan amatir...... apapun itu, mmm, anggap saja aku hanya tahu koleksinya Oshino itu berhubungan dengan pendapatannya.
"Tapi, sesuatu seperti cerita ini kah yang akan dibeli seseorang ?"
"Begini. Walaupun orang itu menginginkan apapun---baru-baru ini orang itu, nampaknya melakukan sesuatu yang masih belum kuketahui, menjaga jarak adalah jawaban yang tepat, kurasa. Yah, karena itulah aku tidak bisa menjualnya pada orang itu saja---"
Entah bagaimana Oshino, setelah ini mulai meningkatkan usahanya, hal itu sedikit tergesa-gesa, atau bisa dikatakan mungkin seperti belum beranak sudah ditimang
Cuma cerita batu aneh yang dipuja pada petak bunga sekolah, tidak terdapat punchline apapun---secara harfiah, ini tidak mungkin.
Bisa menemukan semacam penjelasan di sana, itulah yang disebut spesialis.
"Lalu, bagaimana Oshino ?"
"Ng ? Bagaimana apanya ?"
"Tidak, jika ditanya lagi, walaupun susah dijawab---sebagai seorang spesialis, bagaimana pendapatmu masalah ini?"
Mengatur bagian yang tidak pasti, aku bertanya kembali.
"Yang seharusnya cuma sebuah batu pada waktu itu dua tahun lalu, dua tahun kemudian, mengumpulkan kepercayaan dari sebagian siswa---sejumlah orang yang tak tentu banyaknya, menjadi semacam kaii, semacam itu kah ?"
"Benda yang menjadi kaii tidaklah langka---pada awalnya, kaii pun memiliki semacam dasar, sesuatu yang berkembang. Tetapi,"
"Eh ?"
"Karena kaii jadi dipercayai---ataukah karena dipercayai jadi kaii, tidak dapat ditentukan."
"Karena kaii jadi dipercayai, ataukah kaii karena dipercayai?"
Meski tujuanku hanya mengulangi kata-kata Oshino dengan patuh.sama, tapi sepertinya ada ketidakcocokan,
"Tidak, tidak"
Kata Oshino.
"Bukannya kaii karena dipercayai. Karena kaii jadi dipercayai, ataukah karena dipercayai jadi kaii---begitu."
"......? Ah, yah, tentu, meski sedikit, susunan katanya, partikelnya kelihatan berbeda......sengaja menunjukkan perbedaan itu kah ?"
"Dalam situasi ini ya."
Oshino berkata dengan makna yang dalam,
"Tapi, karena hanya mendengar ceritanya saja, memang sedikit sulit dimengerti. Tidak bisakah kau menggambarnya Araragi ?"
Pintanya.
"Eh?"
"Ya. Jika sepulang sekolah langsung datang ke sini, setidaknya bawa alat tulis dan catatan kan ?"
"Emm, walaupun aku membawanya......"
Aku tidak pernah mengira akan diminta menggambar saat datang kesini. Meski kebingungan, tapi jika diminta aku tidak ingin menolaknya.
"Tapi jujur saja, aku tidak punya nilai seni. Walau kelihatannya mungkin mengejutkan."
"Apa kau tidak mempelajarinya pada saat seni di sekolah ?"
"Karena sekolahku prep school, tidak diberikan kemampuan pada mata pelajaran kesenian. Terlebih lagi saat pemilihan, aku tidak mengambil seni."
"Hmmm...... yah, kalau begitu gambaran besarnya saja cukup."
"ok."
Aku menggerakkan pensil mekanik pada catatan yang kukeluarkan. Bergantung pada ingatan---jika dikatakan kejadian dua tahun lalu, aku cuma bisa bilang tidak ada lagi yang diingat, tapi jika hal-hal yang hanya beberapa jam lalu, begini-begini aku juga masih remaja pelajar sma aktif, walau tanpa Hanekawa, aku juga memiliki daya ingat.
"Bagaimana menurutmu ?"
"Apaan jelek begini"
Dinilai jelek pada kesan pertama.
Seandainya aku ingin menjadi seorang pelukis, mungkin aku sudah tidak bisa sembuh lagi.
Tidak bisakah memuji walaupun cuma bohong ?
"Jangan bilang jelek ah. Begini-begini dengan susah payah aku ingin menggambar menirunya loh. Walau mungkin garisnya kelihatan sedikit bengkok, bentuknya benar-benar seperti ini."
"Bukannya begitu. Jangan cuma gambar batunya saja, kuil kecil dan altarnya juga."
"Huuh ? tapi---"
"Sudahlah."
Didesak tanpa alasan, dengan enggan kulakukan seperti yang dikatakan. Yah, menambahkan gambar kuil kecil dan altarnya bukanlah pekerjaan besar---karena bukan bangunan dengan bentuk sedemikian kompleks.
Sedangkan kuil kecilnya, karena tidak ada ungkapan lain, hanya untuk mengungkapkannya seperti itu kupilih simpel, atau lebih cocok seperti balok mainan, jika tidak dipaku.
"Hemm. Kalau bentuknya seperti ini bagaimana ? Kuil kecilnya."
"Ya---cuma"
Semuanya selesai digambar, kataku. Aku mulai menunjukkan semangat pelayanan apakah perlu latar belakangnya digambar juga, tapi kuputuskan untuk tidak berlebihan.
"Mengenai altarnya, bagaimana ya, bentuknya biasa saja, kesan yang kutangkap hanya meja kecil yang diletakkan sesajen saja,tapi jika dikatakan mengenai bentuk kuil kecil ini, ada perasaan seperti meniru sesuatu walaupun kasar."
"Heeh ?"
Sembari melihat baik-baik catatan yang kuserahkan, Oshino menanggapi kata-kataku.
"Pernah melihatnya sebagai kuil di suatu tempatkah...... ataukah melihatnya sebagai jizousama di jalan atau dousojin, aku tidak tahu...... bentuk kuil kecil itu sendiri, serasa pernah mengingatnya."
"Oi oi. Katakan yang tadi jika kau tahu macam-macam. Ataukah untuk memamerkan keterpelajaranmu, kau ingin menggunakan senjata rahasia ?"
Kata Oshino sambil menyeringai.
Daripada mencela, nada bicaranya jelas mengejek.
"Tidak, hanya samar-samar menurutku, sekarang, ketika menggambarnya ke gambar ini, serasa mencapai kesadaran untuk pertama kalinya. Itu artinya---"
Sepertinya berkat kau menyuruhku menggambarnya aku jadi teringat kembali, hampir kukatakan demikian lalu lekas-lekas kuhentikan.
Kurasa akan dimintai biaya jika mengatakan kata-kata sembarangan seperti 'disuruh' atau 'berkat'---tidak, sebenarnya walaupun Oshino bukan orang kikir yang setamak itu menurutku.
Sebab setelah bicara soal uang, aku jadi langsung waspada.
Terlepas dari itu.
"---anu, tapi masih belum bisa mengingatnya secara jelas. Entah merasa pernah melihatnya di suatu tempat, ataukah bukan pertama kali ini melihatnya...... Oshino, kalau kau tahu kah ? Jika kuil kecil itu meniru semacam sesuatu---"
"......nah, aku tidak bisa berkata aku tahu. Tapi."
Tapi, setelah mengatakan itu Oshino diam dan mengembalikan catatan padaku. Karya besar yang telah kugambar dengan susah payah, walaupun terasa sepi menyelesaikan tugas ini kurang dari lima menit, di sini bukanlah tempat untuk mengomentari kemampuan menggambarku.
"Tapi apa ? Jangan mulai berbicara kemudian berhenti---jika kau memiliki semacam petunjuk, segera beri tahu aku."
Meski tujuanku adalah ingin menekannya secara rasional sampai akhir, tapi karya besar yang sepertinya sudah tidak berguna lagi, bisa dikatakan 'menyuruh orang yang tidak punya harga diri menggambar, sebegitukah tanggapannya' ketidakpuasan itu merembes keluar, hasilnya gaya bicaraku jadi sedikit kasar.
Pada tanggapanku yang seperti itu,Oshino dengan perasaan tidak peduli mengelak,
"Hahhaa. Semangat sekali Araragi. Ada sesuatu yang baik kah ?"
Hanya itu jawabnya.
"Ngomong-ngomong, aku ingin mendengar pemikiranmu. Aku sangat ingin mendengar pendapat Araragi yang terpelajar. Bagaimana kau menangkap masalah ini ?"
"Bagaimana ya...... mmm, seperti yang kau katakan secara sepintas tadi, rasanya meski ada 'cerita hantu sekolah' pun, menurutku sulit menentukan apakah ini termasuk cerita kaii atau tidak"
"Hee. Dengan kata lain ?"
"Err, ini akan menjadi tafsiran yang realistis dan tidak menarik, dengan kata lain, seseorang, walau aku tidak tahu siapa, seseorang telah memuja batu yang jatuh di petak bunga itu seperti demikian layaknya dewa---tapi, jika manusia tidak membuatnya, kuil kecil itu tidak akan muncul kan ?"
"Jika vampir mungkin saja mewujudkannya."
Oshino menatap gadis kecil berambut pirang di pojok kelas.
Yah, tentu ada pengecualian seperti itu.
"Tapi, kuil kecil itu jelas hasil pekerjaan manusia. Begitu menurutku. Yah, walaupun aku tidak bisa mengatakannya seratus persen......"
"Hmmm"
"Jadi, dalam situasi ini seseorang, dalam bentuk jamak, maksudnya sejumlah siswa yang tak tentu banyaknya, membantuk semacam grup agama atau kepercayaan kecil lalu menjadikan batu itu benda yang disembah...... perasaan seperti itu?"
Meski aku tidak mampu mengatakannya dengan bagus, juga susah mengungkapkan letak persoalan pada masalah ini, dalam sekolah lahir kepercayaan aneh, jadi memang menakutkan.
Biasanya menakutkan.
"Tapi kepercayaan itu bebas. Dijamin oleh undang-undang."
"Nah, itu sudah pasti---tapi situasi kali ini, menurut kesaksian Hanekawa jelas bahwa batu yang dipuja itu cuma batu biasa hanya sampai dua tahun lalu---jika dipikir begitu, bukannya terasa sedikit menjijikkan ?"
Pada sma naoetsu yang hanya memiliki sejarah selama delapan belas tahun, bertentangan dengan tidak adanya "cerita hantu", batu yang sepertinya mendapat kepercayaan, yang cuma batu di tepi jalan sampai dua tahun lalu, entah bagaimana sulit diterima. Begitulah yang kurasakan.
"Cerita kaii itu tidak harus selalu memerlukan asal-usul atau sejarah---kaii yang baru pun, satu demi satu terlahir karena diciptakan."
"Itu menjijikan, semacam niat jahat yang membelit, begitu menjijikannya menurutku. Kurasa Hanekawa mengkhawatirkan itu. Dengan kata lain, seseorang telah memalsukan kepercayaan, memalsukan benda yang disembah, dan menipu banyak siswa kan ?---"
"Menipu ?"
Kata Oshino.
"Menipu, maksudnya merampok permen murahan ?"
"...... tidak, bagaimana yah."
"Jika menipu, bendanya akan lebih terlihat menipu dengan pantas---meski aku belum melihatnya secara langsung, sekedar melihat gambaran kasar Araragi, bangunan kuil kecil itu mungkin sama kasarnya. Kurang lebih sama kasarnya dengan gambarnya kan."
"Oshino. Aku pun mengerti jika aku sendiri lemah dalam bidang itu, tapi jika dikatakan begitu oleh seseorang bukannya akan menyakitinya ?"
Karena aku yang menggambarnya, jangan mengatakan kuil kecil yang kasar itu jadi kelihatan semakin kasar.
"Seandainya memang untuk menipu seseorang, tentu akan membuat kuil kecil yang lebih bagus kan ? Dengan merapikan desainnya, orang bisa tertipu--- kata temanku."
"Bukannya kamu tidak punya teman ?"
"Yep. Mungkin bukan teman."
Kukira aku akan menyakitinya balik dengan mengatakan itu, tapi bukannya tersakiti, Oshino malahan hanya tertawa senang.
Entah bagaimana keadaan mentalnya. Suatu teka-teki.
"Apalagi dalam situasi orang itu, ada kemungkinan hal itu cuma kebohongan. Yah, biarpun begitu, bagaimana kesanmu Araragi ?"
"Yah, tentu......begitulah adanya. Jika menipu, tidak mungkin membuatnya seperti hasil pekerjaan anak-anak itu.
Jika aku tidak bisa membuatnya sendiri, seharusnya aku bisa memesannya dari luar. Jika demikian, setingkat kepercayaan sungguhan kah ? Adakah aliran yang mengharuskan membuat kuil kecil sendiri meski kasar. Hmmmm, tapi biar dikatakan ada kebebasan untuk memilih kepercayaan pun, kepercayaan aneh yang bermula dari dalam sekolah itu sedikit......"
Terlebih lagi dalam situasi ini, untuk melakukan apapun karena pilihannya sendiri, batu yang dipercaya termasuk dalam kategori itu, masih terdapat keraguan. Tapi beda halnya dengan batu permata......atau mungkin meski aku dan Hanekawa hanya tidak merasakannya, mungkinkah batu itu sebenarnya power stone yang sangat hebat ?
"Jika memang power stone, Araragi yang sekarang harusnya bisa merasakan sesuatu kan---mm. Nah Araragi. Sampaikan ini pada mbak ketua. Seandainya gadis itu, harusnya ia bisa mengerti segalanya."
Oshino,
Oshino yang biasanya menyeringai, entah mengapa---disini, menunjukkan padaku wajah yang menampakkan keadaan hati yang senang dan berkata.
Segera setelah melakukan penyelidikan 'kisah hantu sekolah.
"Bagaimana jika memeriksa kurikulum sma naoetsu sekarang--- begitu. Bagaimana pun juga, karena kewajiban pelajar adalah belajar."
Aku pergi menuju suatu gedung usang.
Ada bekas bimbel yang telah bangkrut beberapa tahun lalu---karena bimbelnya menggunakan sebuah bangunan gedung, mungkin bimbelnya sederajat dengan juku tapi tidak dapat menandingi serangan bimbel besar yang berkembang ke depan stasiun seperti api, entah mengundurkan diri atau melarikan diri, walaupun mendengar macam-macam, tapi sebenarnya, aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Yah.
Entahlah.
Dengan pengertian seperti itu aku, dari sma yang asal usulnya tidak terlalu kuketahui menuju ke gedung usang yang asal usulnya tidak terlalu kuketahui, dengan perasaan seperti bagaimana bisa jalan samar tanpa diikuti rasa gawat, aku sendiri heran.
Tapi, tidak seperti Hanekawa Tsubasa, aku tidak ingin tahu hal seperti itu hingga sampai menyelidikinya.
"Yo Araragi, - aku telah menunggumu"
Oshino.
Oshino Meme sang spesialis, dengan ucapan pura-pura tidak tahunya yang seperti biasa itu menyambutku---di ruang kelas pada lantai empat.
Walau ada gadis kecil berambut pirang di pojok ruang kelas, gambaran mengenainya dihilangkan.
Aku memberitahukan keadaannya pada Oshino.
Sebenarnya, aku tidak melakukannya tanpa menambah sedikit dramatisasi di sana.
"Hmmm. Batu ya"
Begitu kata Oshino, om-om dengan pakaian aloha.
"Batu itu sesuatu yang mudah menjadi sasaran kepercayaan---seperti katamu Araragi, tidak apa-apa menganggap Power Stone itu memang beda jenis pada dasarnya."
"Umm...... bagaimana dengan permata yang mengandung sihir, apakah sama juga ?"
"Yah, tapi masa kini--- pada masyarakat masa kini, yang membuat orang tertarik dengan permata adalah harganya yang tinggi dibandingkan penampilannya."
Oshino tertawa enteng.
Dengan gayanya yang suka melantur, jujur, ini adalah tipe yang susah ditangani.
Tapi Oshino Meme, sama sekali bukan om-om yang hanya bisa melantur--- menyelamatkan hidupku, menyelamatkan gengsiku, ia adalah om-om yang telah menyelamatkan kemanusiaanku.
Walau tidak ada bedanya dengan melantur.
"Mengutip gaya bicara Araragi, batu itu berukuran seperti apa yang disebut bola rugbi kan ? Nah, pada bola rugbi itu, arah mana yang dihiasi ?"
"Arah mana maksudnya ?"
"Arah vertikal ? Arah horizontal ? Bola rugbi itu kan ada panjang dan lebarnya ?"
"Ah......"
Walau kupikir akan ditanyakan hal-hal kecil nantinya, tapi sebaliknya, adapun untuk menggantikan Hanekawa menjelaskan hal-hal kecil itulah, sebab aku datang ke sini, sepertinya ini adalah kesalahanku.
Walau kurasa mungkin sebaiknya memang Hanekawa yang datang secara langsung ke sini, tapi walaupun bukan keadaan gawat atau darurat,
akal sehat untuk tidak mengajak keluar anak perempuan yang cukup muda larut malam lebih diutamakan.
"Rasanya seperti Ojizousama lho. ...... termasuk juga kuil kecilnya, jika dipikir itu mungkin benar-benar tiruannya Ojizousama...... apa ya ? Jizou itu dewa Buddha kan ?"
"Kau lumayan mengetahuinya ya Araragi, semacam itulah."
"Jangan bilang semacam itulah."
Jangan mengatakan itu dengan lancar.
Tapi yah, tentunya aku tidak bisa menyangkal kalau ini pengetahuan yang kudapat tanpa sengaja, apalagi mengeluarkan pengetahuannya hanya sampai sini saja.
Mengenai Jizou dalam Buddha, aku juga tidak yakin dewa yang seperti apa.
"Anu......, dewa pelindung jalanan kah ? Tidak, tapi rasanya aku pernah mendengar soal enam jizou......, Itukah ? Tapi, kasajizou......"
Entah bagaimana terasa semakin dikatakan semakin menunjukkan wajah aslinya.
"Hahhaa. Itu karena di Jepang, Ojizousama dan Dousojin dijadikan satu--- nah, meskipun demikian keberadaannya di petak bunga itu aneh kan ?"
Jarang-jarang Oshino tidak mempermainkan penampilanku yang buru-buru, malah mengatakan sesuatu yang seperti menyambung,
"Patung batu."
Katanya.
"Karena kau menggunakan istilah patung batu, apakah batunya persis berbentuk seperti itu ? Bukan bulatan sederhana, pahatannya, berbentuk seperti orang kah ?"
"Tidak, bagaimana ya......Sejujurnya, karena dalam keadaanku prasangka seperti itu diberikan oleh Hanekawa, bisa dikatakan melihatnya seperti itu walaupun aku melihatnya......tapi mungkin tanpa prasangka apapun, ketika secara kebetulan melewati petak bunga tanpa sengaja, jika melihat batu itu---mungkin hanya menganggapnya sebagai batu yang kasar."
"Heee"
"Yah"
Aku menggelengkan kepala menerima seringai dan anggukan Oshino.
"Mungkin tidak---jika kebetulan melewati petak bunga tanpa sengaja, biarpun tidak mendengarkan apa-apa saat itu, seandainya kondisinya telah dibuat altar dan dikelilingi oleh kuil kayu kecil seperti itu, aku pun mungkin mengiranya batu yang dipahat seperti patung batu-"
"Gejala simulacrum"
"Eh?"
"Cerita tentang manusia yang jika melihat sesuatu yang mirip wajah, akan melihatnya sebagai wajah---menemukan manusia dari kotoran atau noda di dinding.Yah jika dikatakan dengan gaya lama, orang yang melihat bentuk asli hantu ternyata rumput perak layu."
"Bentuk asli hantu---kaii, cerita kaii, gejala seperti itu masuk cerita ?"
"Tidak-tidak, ini dan itu masih hal yang berbeda---nanti Araragi. Untuk sementara anggap saja batu itu patung batu, kan tidak harus dipahat. Mungkin saja ia lapuk secara alami oleh cuaca, sehingga berbentuk seperti itu."
"Lapuk ya."
"Bagaimana ? Dengan penjelasan itu, meski seharusnya teman yang kau sayangi itu melihat kondisi batu tanpa hiasan dua tahun lalu pun---waktu itu bentuknya tidak berubah kan ?"
"Maksudmu tidak berubah"
Seandainya memang normal, bahkan jika hampir tersandung, adalah normal tidak mengingat soal batu atau bentuknya yang dilihat dua tahun lalu, tetapi Hanekawa Tsubasa tidak senormal itu.
Selama dua tahun, meski warnanya akan berubah karena waktu, katanya waktu melihatnya seperti itu dahulu batu itu berbentuk seperti bola rugbi.
Dengan kata lain, dalam dua tahun ini, walaupun ada orang yang menghiasi bagian luarnya, artinya bentuk aslinya---batu itu sendiri tidak mengalami perubahan.
"Ya. Lalu, apa pendapat mbak ketua ?"
"Pendapatnya---"
Oshino memanggil Hanekawa mbak ketua.
Karena ia membenci diperlakukan seperti siswi teladan, ia tidak begitu bahagia mendapat nama panggilan itu, tapi karena lawannya Oshino, walau tidak puas ia menerimanya.
Ngomong-ngomong aku pernah memanggilnya 'mbak ketua' sekali sebagai candaan dan cukup terkejut saat dimarahinya. Kurasa aku tak mampu pulih.
"Singkatnya menurut Hanekawa, karena melihat kondisi batu yang tidak dihiasi itu, pada waktu itu pun, sepertinya cuma menganggapnya sebagai batu biasa. Tapi kali ini Oshino, sebagai bentuk terima kasih padamu ia akan mulai menyelidiki sekolah---karena menyadari entah bagaimana penampilan batu yang dilihat dua tahun lalu itu berubah. Menurutnya hal itu sangat menakutkan--- semacam itu."
"Menakutkan ya"
Oshino mengulangi ungkapanku.
"Yah, pastinya, yang seharusnya cuma batu biasa, jika ditempatkan di kuil kecil dan dipuja akan terasa menakutkan---ada sesuatu yang dianggap mbak ketua menakutkan, hahaha, aku sama sekali tidak bisa memikirkannya"
"Itu bukan hal untuk ditertawakan"
Walaupun itu mungkin karena hanya cara Hanekawa bercerita tapi---bagaimana ya, tentunya situasi dimana kepercayaan misterius berkembang dalam sekolah, tak tergoyahkan dan menakutkan, jika tidak pun, bukan sesuatu yang mudah diabaikan.
Bahkan orang dengan rasa keterlibatan dengan sekolah yang rendah seperti aku pun berpikir demikian.
"Nah---pertama-tama aku ingin kau memeriksa asal mula permen murahan yang dipersembahkan itu, tetapi mbak ketua sudah melakukannya. Bukannya ia sudah menyelesaikannya sebelum berbicara denganmu Araragi ?"
"............"
Ia mengatakan hal-hal yang seperti mengetahuinya (Hanekawa) seperti biasa.
Jika dikatakan yang diketahui Oshino mengenai Hanekawa, entah mengapa terasa menimbulkan amarah---perasaan yang misterius. Padahal baru saja berkenalan tapi tahu, biarpun begitu, pada akhirnya perkenalan aku dengan Hanekawa pun hanya beberapa hari lebih dahulu sebelum Oshino.
Pada awalnya, aku sama sekali tidak mengetahui apa-apa soal Hanekawa.
"Ya. Lihat mereknya, waktu penjualannya dihitung mundur dari tanggal kedaluwarsanya, tentukan toko yang menjualnya dan siswa yang mungkin membelinya."
"Seperti detektif ternama ya. Perlukah melakukan wawancara ?"
"Tidak, kelihatannya masih belum melakukannya sampai sejauh itu."
"Apa menurutmu itu tidak melangkah terlalu jauh ?"
"Tidak. Selama proses penyelidikan, tidak harus seseorang yang memberikan sesajen itu,maksudku karena aku tahu sejumlah orang sepertinya meletakkan permen murahan atau apapun di kuil kecil itu---jika demikian maka aku tidak bisa apa-apa selain melebarkan usaha penyelidikan, kukira aku jadi tidak bisa bergerak di balik layar."
"............"
"Jadi, kubawa cerita seperti itu karena kukira kau akan menyukainya. Seperti ucapan terima kasih untuk utangnya dari Hanekawa."
Untuk sementara, kukira aku telah mengatakan apa yang seharusnya dikatakan, kusimpulkan seperti itu.
Tidak, walaupun aku tidak yakin telah menyimpulkannya atau tidak, bagaimanapun juga, telah mendatangi Oshino seperti sekarang, sama sekali bukan karena untuk membicarakan misteri batu yang ada di sekolah, harus kutegaskan bahwa hanya karena kebaikan hati aku membawa informasi kejadian misterius yang ada di sekolah.
Tanpa membedakannya seperti itu, utang yang kupunya akan semakin membengkak. Nah karena lima juta yen sekarang ini pun aku tidak bisa melunasinya, lebih lanjut, jika jumlah utangnya bertambah, sebenarnya bukan masalah dengan cara berpikir seperti itu.
Jika mendengar utang, ketika jumlahnya melebihi jumlah tertentu, sang peminjam tidak harus berputus asa, ketika tidak bisa membayar utangnya, sepertinya rasa segan tidak akan diingat dibanding dengan jumlah utang yang meningkat. Tak disangka, mungkin aku sekarang berada di batas itu---jika kita anggap aku tidak bisa mengambil utang lebih banyak daripada ini.
Karena itu aku sulit menghadapi risiko kemungkinan ditarik biaya konsultasi,kurang lebih, tidak, jujur jika dikatakan merendahkan diri pun, saat ini tidak terelakkan.
"Hahhaa"
Karena tahu dugaanku seperti itu, ia pura-pura tertawa.
Meski Hanekawa bercerita soal hantu 'kerakera onna', entah hantu itu tertawa seperti ini atau tidak.
"A- ada apa ya?"
Aku pura-pura bingung.
Tidak, jika benar-benar ketahuan, aku akan benar-benar bingung bukannya pura-pura---
"Me-memangnya spesialis sepertimu tidak ada minat pada cerita seperti cerita hantu sekolah ? Ataukah seleramu cerita berbelit-belit seperti yang berasal dari dokumen ?"
"Sama sekali tidak, bacaan mbak ketua mengenai itu tepat---tentunya, dalam jangkauan spesialisasiku yang all-rounder ini pun, ada kekuatan dan kelemahannya.Cerita dalam wilayah tertutup seperti sekolah itu cukup sulit dikumpulkan---itu pemberian yang pantas disyukuri"
"Be-begitu ya"
"Tapi, karena itu Araragi. Karena ini adalah kebaikan dari mbak ketua, dan bukannya kebaikan darimu, jadi persoalan ini tidak akan melunasi utangmu, untuk itu aku benar-benar berterima kasih."
"............"
Lah.
Sekedar utang tidak bertambah cukup memuaskan kah ?
Tapi, bukannya aku tidak mengharapkannya---sekitar sini mungkin wilayah kompromi.
"Walau itu sulit disebut sebagai cerita kaii---hahha, aku dapat cerita yang bagus. Harus dicatat baik-baik."
"...... Oshino. Perlu diketahui meski aku ingin kau yang menceritakannya,'cerita' seperti yang kau kumpulkan itu, jika terkumpul, akhirnya ingin kau apakan ?"
"ng?"
"Anu...... jadi, mengumpulkannya ke dalam buku kah, memublikasikannya pada masyarakat ilmiah/kaum akademisi ?/ kah...... adakah rencana seperti itu ?"
Untuk menegaskan hal yang terpikir saat berbicara dengan Hanekawa sepulang sekolah, sebenarnya tidak harus mendapatkannya sekarang, tapi aku ingin menanyakannya jika ada kesempatan.
Menarik perhatiannku sejauh itu.
Dengan kata lain pria ini, yang bisa dikatakan adalah penolongku, benarkah pekerjaan sebenarnya adalah mengumpulkan kaii ? ataukah sebenarnya tidak punya pekerjaan tapi bersikeras pekerjaannya adalah hobi……
"Hahha. Karena aku tidak punya wewenang khususnya dalam ilmu kaii, aku tidak melakukan hal sebagus itu. Yah, tapi aku menjual cerita yang terkumpul itu pada orang yang menginginkannya."
"Menjual ? Memang ada pembelinya ? Pada semacam cerita hantu ?"
"Sebut saja semacam itu. Kau hampir jadi pemeran utama cerita hantu itu Araragi."
".......ngomong-ngomong, kira-kira berapa ?"
"Hahha. Bagaimana kalau memberitahukan nilai transaksi dengan pelanggan pada agen penjualan."
"............"
Yah, kalau dikatakan demikian aku cuma bisa mundur, tetapi menarik biaya konsultasi dariku dan menyelesaikan masalah kaii, lalu menjual cerita kaii itu di tempat lain dan memperoleh uang, bagaimana mengatakannya ya, kurasa itu bisnis yang sangat nyaman.
Mungkin ia orang yang berada di pertengahan.
……Tentu saja, walau mungkin tidak senyaman yang dirasakan amatir...... apapun itu, mmm, anggap saja aku hanya tahu koleksinya Oshino itu berhubungan dengan pendapatannya.
"Tapi, sesuatu seperti cerita ini kah yang akan dibeli seseorang ?"
"Begini. Walaupun orang itu menginginkan apapun---baru-baru ini orang itu, nampaknya melakukan sesuatu yang masih belum kuketahui, menjaga jarak adalah jawaban yang tepat, kurasa. Yah, karena itulah aku tidak bisa menjualnya pada orang itu saja---"
Entah bagaimana Oshino, setelah ini mulai meningkatkan usahanya, hal itu sedikit tergesa-gesa, atau bisa dikatakan mungkin seperti belum beranak sudah ditimang
Cuma cerita batu aneh yang dipuja pada petak bunga sekolah, tidak terdapat punchline apapun---secara harfiah, ini tidak mungkin.
Bisa menemukan semacam penjelasan di sana, itulah yang disebut spesialis.
"Lalu, bagaimana Oshino ?"
"Ng ? Bagaimana apanya ?"
"Tidak, jika ditanya lagi, walaupun susah dijawab---sebagai seorang spesialis, bagaimana pendapatmu masalah ini?"
Mengatur bagian yang tidak pasti, aku bertanya kembali.
"Yang seharusnya cuma sebuah batu pada waktu itu dua tahun lalu, dua tahun kemudian, mengumpulkan kepercayaan dari sebagian siswa---sejumlah orang yang tak tentu banyaknya, menjadi semacam kaii, semacam itu kah ?"
"Benda yang menjadi kaii tidaklah langka---pada awalnya, kaii pun memiliki semacam dasar, sesuatu yang berkembang. Tetapi,"
"Eh ?"
"Karena kaii jadi dipercayai---ataukah karena dipercayai jadi kaii, tidak dapat ditentukan."
"Karena kaii jadi dipercayai, ataukah kaii karena dipercayai?"
Meski tujuanku hanya mengulangi kata-kata Oshino dengan patuh.sama, tapi sepertinya ada ketidakcocokan,
"Tidak, tidak"
Kata Oshino.
"Bukannya kaii karena dipercayai. Karena kaii jadi dipercayai, ataukah karena dipercayai jadi kaii---begitu."
"......? Ah, yah, tentu, meski sedikit, susunan katanya, partikelnya kelihatan berbeda......sengaja menunjukkan perbedaan itu kah ?"
"Dalam situasi ini ya."
Oshino berkata dengan makna yang dalam,
"Tapi, karena hanya mendengar ceritanya saja, memang sedikit sulit dimengerti. Tidak bisakah kau menggambarnya Araragi ?"
Pintanya.
"Eh?"
"Ya. Jika sepulang sekolah langsung datang ke sini, setidaknya bawa alat tulis dan catatan kan ?"
"Emm, walaupun aku membawanya......"
Aku tidak pernah mengira akan diminta menggambar saat datang kesini. Meski kebingungan, tapi jika diminta aku tidak ingin menolaknya.
"Tapi jujur saja, aku tidak punya nilai seni. Walau kelihatannya mungkin mengejutkan."
"Apa kau tidak mempelajarinya pada saat seni di sekolah ?"
"Karena sekolahku prep school, tidak diberikan kemampuan pada mata pelajaran kesenian. Terlebih lagi saat pemilihan, aku tidak mengambil seni."
"Hmmm...... yah, kalau begitu gambaran besarnya saja cukup."
"ok."
Aku menggerakkan pensil mekanik pada catatan yang kukeluarkan. Bergantung pada ingatan---jika dikatakan kejadian dua tahun lalu, aku cuma bisa bilang tidak ada lagi yang diingat, tapi jika hal-hal yang hanya beberapa jam lalu, begini-begini aku juga masih remaja pelajar sma aktif, walau tanpa Hanekawa, aku juga memiliki daya ingat.
"Bagaimana menurutmu ?"
"Apaan jelek begini"
Dinilai jelek pada kesan pertama.
Seandainya aku ingin menjadi seorang pelukis, mungkin aku sudah tidak bisa sembuh lagi.
Tidak bisakah memuji walaupun cuma bohong ?
"Jangan bilang jelek ah. Begini-begini dengan susah payah aku ingin menggambar menirunya loh. Walau mungkin garisnya kelihatan sedikit bengkok, bentuknya benar-benar seperti ini."
"Bukannya begitu. Jangan cuma gambar batunya saja, kuil kecil dan altarnya juga."
"Huuh ? tapi---"
"Sudahlah."
Didesak tanpa alasan, dengan enggan kulakukan seperti yang dikatakan. Yah, menambahkan gambar kuil kecil dan altarnya bukanlah pekerjaan besar---karena bukan bangunan dengan bentuk sedemikian kompleks.
Sedangkan kuil kecilnya, karena tidak ada ungkapan lain, hanya untuk mengungkapkannya seperti itu kupilih simpel, atau lebih cocok seperti balok mainan, jika tidak dipaku.
"Hemm. Kalau bentuknya seperti ini bagaimana ? Kuil kecilnya."
"Ya---cuma"
Semuanya selesai digambar, kataku. Aku mulai menunjukkan semangat pelayanan apakah perlu latar belakangnya digambar juga, tapi kuputuskan untuk tidak berlebihan.
"Mengenai altarnya, bagaimana ya, bentuknya biasa saja, kesan yang kutangkap hanya meja kecil yang diletakkan sesajen saja,tapi jika dikatakan mengenai bentuk kuil kecil ini, ada perasaan seperti meniru sesuatu walaupun kasar."
"Heeh ?"
Sembari melihat baik-baik catatan yang kuserahkan, Oshino menanggapi kata-kataku.
"Pernah melihatnya sebagai kuil di suatu tempatkah...... ataukah melihatnya sebagai jizousama di jalan atau dousojin, aku tidak tahu...... bentuk kuil kecil itu sendiri, serasa pernah mengingatnya."
"Oi oi. Katakan yang tadi jika kau tahu macam-macam. Ataukah untuk memamerkan keterpelajaranmu, kau ingin menggunakan senjata rahasia ?"
Kata Oshino sambil menyeringai.
Daripada mencela, nada bicaranya jelas mengejek.
"Tidak, hanya samar-samar menurutku, sekarang, ketika menggambarnya ke gambar ini, serasa mencapai kesadaran untuk pertama kalinya. Itu artinya---"
Sepertinya berkat kau menyuruhku menggambarnya aku jadi teringat kembali, hampir kukatakan demikian lalu lekas-lekas kuhentikan.
Kurasa akan dimintai biaya jika mengatakan kata-kata sembarangan seperti 'disuruh' atau 'berkat'---tidak, sebenarnya walaupun Oshino bukan orang kikir yang setamak itu menurutku.
Sebab setelah bicara soal uang, aku jadi langsung waspada.
Terlepas dari itu.
"---anu, tapi masih belum bisa mengingatnya secara jelas. Entah merasa pernah melihatnya di suatu tempat, ataukah bukan pertama kali ini melihatnya...... Oshino, kalau kau tahu kah ? Jika kuil kecil itu meniru semacam sesuatu---"
"......nah, aku tidak bisa berkata aku tahu. Tapi."
Tapi, setelah mengatakan itu Oshino diam dan mengembalikan catatan padaku. Karya besar yang telah kugambar dengan susah payah, walaupun terasa sepi menyelesaikan tugas ini kurang dari lima menit, di sini bukanlah tempat untuk mengomentari kemampuan menggambarku.
"Tapi apa ? Jangan mulai berbicara kemudian berhenti---jika kau memiliki semacam petunjuk, segera beri tahu aku."
Meski tujuanku adalah ingin menekannya secara rasional sampai akhir, tapi karya besar yang sepertinya sudah tidak berguna lagi, bisa dikatakan 'menyuruh orang yang tidak punya harga diri menggambar, sebegitukah tanggapannya' ketidakpuasan itu merembes keluar, hasilnya gaya bicaraku jadi sedikit kasar.
Pada tanggapanku yang seperti itu,Oshino dengan perasaan tidak peduli mengelak,
"Hahhaa. Semangat sekali Araragi. Ada sesuatu yang baik kah ?"
Hanya itu jawabnya.
"Ngomong-ngomong, aku ingin mendengar pemikiranmu. Aku sangat ingin mendengar pendapat Araragi yang terpelajar. Bagaimana kau menangkap masalah ini ?"
"Bagaimana ya...... mmm, seperti yang kau katakan secara sepintas tadi, rasanya meski ada 'cerita hantu sekolah' pun, menurutku sulit menentukan apakah ini termasuk cerita kaii atau tidak"
"Hee. Dengan kata lain ?"
"Err, ini akan menjadi tafsiran yang realistis dan tidak menarik, dengan kata lain, seseorang, walau aku tidak tahu siapa, seseorang telah memuja batu yang jatuh di petak bunga itu seperti demikian layaknya dewa---tapi, jika manusia tidak membuatnya, kuil kecil itu tidak akan muncul kan ?"
"Jika vampir mungkin saja mewujudkannya."
Oshino menatap gadis kecil berambut pirang di pojok kelas.
Yah, tentu ada pengecualian seperti itu.
"Tapi, kuil kecil itu jelas hasil pekerjaan manusia. Begitu menurutku. Yah, walaupun aku tidak bisa mengatakannya seratus persen......"
"Hmmm"
"Jadi, dalam situasi ini seseorang, dalam bentuk jamak, maksudnya sejumlah siswa yang tak tentu banyaknya, membantuk semacam grup agama atau kepercayaan kecil lalu menjadikan batu itu benda yang disembah...... perasaan seperti itu?"
Meski aku tidak mampu mengatakannya dengan bagus, juga susah mengungkapkan letak persoalan pada masalah ini, dalam sekolah lahir kepercayaan aneh, jadi memang menakutkan.
Biasanya menakutkan.
"Tapi kepercayaan itu bebas. Dijamin oleh undang-undang."
"Nah, itu sudah pasti---tapi situasi kali ini, menurut kesaksian Hanekawa jelas bahwa batu yang dipuja itu cuma batu biasa hanya sampai dua tahun lalu---jika dipikir begitu, bukannya terasa sedikit menjijikkan ?"
Pada sma naoetsu yang hanya memiliki sejarah selama delapan belas tahun, bertentangan dengan tidak adanya "cerita hantu", batu yang sepertinya mendapat kepercayaan, yang cuma batu di tepi jalan sampai dua tahun lalu, entah bagaimana sulit diterima. Begitulah yang kurasakan.
"Cerita kaii itu tidak harus selalu memerlukan asal-usul atau sejarah---kaii yang baru pun, satu demi satu terlahir karena diciptakan."
"Itu menjijikan, semacam niat jahat yang membelit, begitu menjijikannya menurutku. Kurasa Hanekawa mengkhawatirkan itu. Dengan kata lain, seseorang telah memalsukan kepercayaan, memalsukan benda yang disembah, dan menipu banyak siswa kan ?---"
"Menipu ?"
Kata Oshino.
"Menipu, maksudnya merampok permen murahan ?"
"...... tidak, bagaimana yah."
"Jika menipu, bendanya akan lebih terlihat menipu dengan pantas---meski aku belum melihatnya secara langsung, sekedar melihat gambaran kasar Araragi, bangunan kuil kecil itu mungkin sama kasarnya. Kurang lebih sama kasarnya dengan gambarnya kan."
"Oshino. Aku pun mengerti jika aku sendiri lemah dalam bidang itu, tapi jika dikatakan begitu oleh seseorang bukannya akan menyakitinya ?"
Karena aku yang menggambarnya, jangan mengatakan kuil kecil yang kasar itu jadi kelihatan semakin kasar.
"Seandainya memang untuk menipu seseorang, tentu akan membuat kuil kecil yang lebih bagus kan ? Dengan merapikan desainnya, orang bisa tertipu--- kata temanku."
"Bukannya kamu tidak punya teman ?"
"Yep. Mungkin bukan teman."
Kukira aku akan menyakitinya balik dengan mengatakan itu, tapi bukannya tersakiti, Oshino malahan hanya tertawa senang.
Entah bagaimana keadaan mentalnya. Suatu teka-teki.
"Apalagi dalam situasi orang itu, ada kemungkinan hal itu cuma kebohongan. Yah, biarpun begitu, bagaimana kesanmu Araragi ?"
"Yah, tentu......begitulah adanya. Jika menipu, tidak mungkin membuatnya seperti hasil pekerjaan anak-anak itu.
Jika aku tidak bisa membuatnya sendiri, seharusnya aku bisa memesannya dari luar. Jika demikian, setingkat kepercayaan sungguhan kah ? Adakah aliran yang mengharuskan membuat kuil kecil sendiri meski kasar. Hmmmm, tapi biar dikatakan ada kebebasan untuk memilih kepercayaan pun, kepercayaan aneh yang bermula dari dalam sekolah itu sedikit......"
Terlebih lagi dalam situasi ini, untuk melakukan apapun karena pilihannya sendiri, batu yang dipercaya termasuk dalam kategori itu, masih terdapat keraguan. Tapi beda halnya dengan batu permata......atau mungkin meski aku dan Hanekawa hanya tidak merasakannya, mungkinkah batu itu sebenarnya power stone yang sangat hebat ?
"Jika memang power stone, Araragi yang sekarang harusnya bisa merasakan sesuatu kan---mm. Nah Araragi. Sampaikan ini pada mbak ketua. Seandainya gadis itu, harusnya ia bisa mengerti segalanya."
Oshino,
Oshino yang biasanya menyeringai, entah mengapa---disini, menunjukkan padaku wajah yang menampakkan keadaan hati yang senang dan berkata.
Segera setelah melakukan penyelidikan 'kisah hantu sekolah.
"Bagaimana jika memeriksa kurikulum sma naoetsu sekarang--- begitu. Bagaimana pun juga, karena kewajiban pelajar adalah belajar."
だが男だ
-
- 馬鹿月の衛星保障機構 [F.S.B]
- Posts: 200
- Joined: Fri Feb 15, 2013 9:42 pm
- Favourite Light Novel: Too many to list, just ask
- Location: NOT under your bed. Believe me.
- Contact:
Re: Monogatari Series Bahasa Indonesia
Post by victorrama »
Mantap! Teruskan kk Mikia !Nanti kita bisa bantu-bantu untuk perbaikan struktur kalimat
Just a passing by translator, editor, typesetter, writer, meeper.
Translating : The Maso's TL project
and also other series.
“The mind, at times, takes masochistic delight in suffering.” ― Saurbh Katyal, Seduced by Murder
Translating : The Maso's TL project
and also other series.
“The mind, at times, takes masochistic delight in suffering.” ― Saurbh Katyal, Seduced by Murder
- Mikia
- Mikuru's Master
- Posts: 29
- Joined: Tue Dec 25, 2012 9:35 am
- Favourite Light Novel:
Re: Monogatari Series Bahasa Indonesia
sedikit telat dari jadwal tapi yah
005
006
secara garis besar sudah selesai, tapi mungkin akan makan waktu beberapa hari lagi sebelum diposting, mau tinjau lagi dari awal soalnya
005
Spoiler! :
Hari berikutnya.
Kelas di pagi hari, aku menyampaikan kata-kata dari Oshino Meme sang spesialis yang melihat segalanya, pada gadis sma yang terlalu cerdas Hanekawa Tsubasa, dalam sesaat,
"Ah !"
sepertinya ia telah mengerti semuanya.
Apa-apaan kedua orang ini. Mengerikan
Begitulah menurutku yang biasa ini, tentu saja tidak ada yang kumengerti, setelah itu, untuk mendengarkan yang sebenarnya terjadi dari Hanekawa, sebisa mungkin jangan mengatakan hal-hal yang kasar, biasanya,
"Apanya ?"
Dan menahan bertanya.
"Mmm ? Ah, tidak, masalah kali ini hanya ceritaku yang terlalu khawatir---ah, aku jadi menunjukkan sesuatu yang memalukan pada Oshino serta Araragi. Rasanya sia-sia, seperti memukul namun strike out.
"Tidak, kamu sama sekali tidak menyampaikannya......tapi, sesuatu yang memalukanmu ?Ada hal yang kuabaikan kah ? Makanya itu apa ?"
"Begini. Meski ini akan jadi alasan, pada awalnya bukannya aku tidak memiliki keraguan. Jika memercayainya, bukannya akan memercayai yang lebih layak ?---hanya saja, objek yang asal disembah, kuil kecil yang asal-asalan, karena cacat itulah yang mendorong pada apa kata Oshino menakutkan, kata Araragi menjijikan, tanpa pikir panjang aku jadi khawatir. Untunglah tidak terjadi apa-apa."
"Hanekawa. Semangat ! Kalau kamu, harusnya bisa menjelaskannya supaya aku mengerti"
"Biarpun kau bilang semangat ......"
Hanekawa tersenyum kecut.
Sepertinya caraku memohon agak aneh.
"Makanya, ketika menyusun macam-macam bagian yang tidak pasti, kesimpulan yang tenang bisa diperoleh. Aku dan Araragi juga kan sampai saat ini melihat batu sebagai pusatnya ?"
"Eh ? Ah, ya. ......tapi, ke arah selain batu...... memangnya ada ?"
"Karena itu kuil kecilnya. Kuil kecil."
"Kuil kecil......?"
"Yep. Kuil kecil. Seandainya kita mempertimbangkan kuil kecil sebagai pusatnya, bukannya batu kita tidak akan menyusahkan Oshino."
Biar menyusahkan atau apapun, orang itu berada di gedung usang, hanya mendengarkan ceritaku......
"Biar kau katakan untuk mempertimbangkan kuil kecil sebagai pusatnya pun...... Jika kita lakukan itu apa yang terjadi ? Kuil kecil yang compang-camping itu---."
"Mm. Dengan kata lain yang mudah dimengerti, mungkin, batu itu tidak dimasukkan di kuil kecil karena itu dipuja---batu itu dipilih untuk dimasukkan ke kuil kecil."
"......dua hal itu memangnya berbeda?"
"Sangat berbeda. Sampai akhir kuil kecil itu hanya wadah, karenanya itu sendiri bukanlah sasaran kepercayaan---paling tidak, pangkal masalah ini, garis dimana kepercayaan aneh membelit jadi tidak ada."
"Tapi, biarpun begitu, bukannya sama saja ? Jika kita katakan sebaliknya kepercayaan tidak membelitnya, tapi seseorang mencoba memalsukan kepercayaan, lalu bagaimana ?"
"Tidak, itu salah pengertian."
Kata Hanekawa.
"Pada awalnya, saat itu dibuat, kuil kecil itu bukanlah kuil kecil"
"............?"
"Apa kurikulum sma naoetsu--- ya, meski aku belum memeriksanya lagi, karena sebelum mengikuti ujian masuk aku pernah memeriksanya sekali, tiba-tiba aku mengerti"
Memangnya ia melakukan hal-hal seperti itu ?
Ketakutan mengalir.
"Lihat, saat kelas satu, pemilihan pelajaran kesenian ada kan ? Walau saat itu aku memilih seni, tapi, pelajaran kesenian itu, selain seni murni, ada juga kaligrafi dan keterampilan kan ? Seandainya Oshino memeriksanya, secara tidak langsung menunjukkan apa kurikulum pelajaran keterampilan itu, begitu menurutku"
"Keterampilan......?"
"Ya. Nah, pelajarannya seperti pengerjaan kayu. Lalu, dalam kurikulum itu, sepertinya---ada kebebasan membuat kandang."
"............"
"Karena kenyataannya aku tidak mendapat pelajaran itu, walaupun tidak benar-benar pasti, intinya, pada pelajaran itu, kandang yang dibuat adalah kuil kecil itu, menurutku."
"............"
"Terlebih lagi, sebatas melihat pada hasilnya saja itu adalah produk gagal---meski hanya perkiraan, secara umum, yang terjadi adalah perasaan seperti ini kurasa.Seorang siswa, mencoba menciptakan kandang pada jam keterampilan dan gagal. Meski gagal, karena itu adalah karya yang dibuat saat pelajaran, ia disuruh untuk membawanya pulang ke rumah. Tapi karena ia hanya bisa membuangnya bahkan jika membawanya pulang ke rumah, ia menuju ke tempat pembuangan sampah untuk membuangnya diam-diam di sekolah. Lalu, saat itu ia melewati sekitar petak bunga."
Tentu.
Di dekat petak bunga itu, ada tempat pembuangan sampah.
Jika membuang sampah sebesar itu, tidak bisa membuangnya di tempat sampah di kelas, biasanya akan memilih untuk langsung membuangnya.
"Saat melewatinya, tanpa sengaja ia melihat batu yang dipermasalahkan---tidak, mungkin hampir tersandung sepertiku.Apapun itu, menemukan batu dengan ukuran yang pas, jika meletakkan batu itu di dalamnya, produk gagal ini pun, tak disangka-sangka jadi dapat dipertunjukkan kan ?"
Bukannya karena ada kuil kecil---batunya jadi kelihatan seperti patung batu.
Karena ada batu---potongan kayu itu jadi kelihatan seperti kuil kecil.
Gejala simulacrum---mungkin berbeda dari itu.
Kegagalan.
Produk gagal, yang jadi bukan produk gagal.
"Sebaliknya---maksudnya kebalikannya ya ?"
Dengan suara yang bergetar, akhirnya aku mengatakannya.
"Ya. Tentu saja, walaupun kekasarannya tidak berubah, paling tidak, dari produk gagal yang ingin dibuang, karena kuil kecil---kandang itu jadi terlihat, lalu begitu saja, siswa itu pulang ke rumah. Kemudian, seakan-akan ia mendapat kepercayaan, patung batu itu sempurna."
"Altarnya...... , permen murahan sesajennya bagaimana ?"
Mengenai altarnya, mirip seperti itu juga. Entah pelajaran ataukah aktivitas klub/ekskul ?/, saat apapun itu, membuat 'produk gagal', jika siswa yang pulang meletakkannya sebelum kuil kecil maka tidak terlihat seperti altar kan ?...... permen murahannya sudah bukan kegagalan saat pelajaran lagi, orang yang merawat petak bunga, atau siswa yang tidak sengaja melaluinya, memiliki itu di tangannya, mungkin hanya meletakkannya tanpa alasan apa-apa."
"......jadi kepercayaan itu sama sekali tidak dibesar-besarkan, tapi hanya karena itu mirip, entah bagaimana jadi mempersembahkannya ?"
"Soal mempersembahkan itu, sisa-sisa kue yang dibawa ke sekolah diletakkan lalu pulang......sejak awal, meski kemungkinan itu barangkali ada, bahwa asal-usul batu itu bukanlah kepercayaan, ya, kemungkinan itu yang paling tinggi."
"Jadi begitu......
Permen murahan tanpa uang receh, artinya "Karena tersisa jadi diletakkan" rasanya, sangat tinggi......
Urusan petak bunga...... siapa yang melakukannya aku tidak tahu, meski begitu, jika tiba-tiba ada kuil kecil,sepertinya pengurusnya yang bertugas membuangnya......"
"Tidak. Jika ia memiliki akal sehat, ia tidak akan segera menghancurkan benda yang terlihat seperti kuil kecil. Karena ia berpikir akan kualat atau tidak."
"Pastinya itu......"
Kemudian segera, akan jadi 'jelas'--- kah ?
Asal-usulnya tidak dipertanyakan.
Di sana jelas ada hal yang 'disyukuri'.
"......"
"Ah betapa leganya !"
Mengatakan itu, Hanekawa meluruskan badannya dengan perasaan nyaman.
Untuk watak seperti ia keadaan 'ada hal yang tidak kuketahui' ini, sepertinya benar-benar menjadi stres, senyumannya kelihatan benar-benar telah lega.
"Begitukah......, aku masih tidak mengerti, atau bisa dikatakan ada macam-macam hal yang kupikirkan, yang kurasakan, bagaimana jika hanya kesimpulannya---"
"Bukan begitu. Ini berkat Araragi kan."
"Eh ? Berkatku ?"
"Sebab, kamu mengatakan seperti 'entah bagaimana ada ingatan soal kuil kecil' pada Oshino, Oshino pun langsung mengerti kebenarannya kan ? Bahkan Oshino pun tidak bisa berpikir seperti itu jika tidak ada bahan pertimbangannya karena harusnya ia tidak bisa mengira kurikulum sekolah sebagai 'tempat tertutup'. Jika tidak ada ingatan mengenai meniru sesuatu pun, jika pada pelajaran telah membuat hal yang sama, jadi teringat kan ? Araragi mengambil seni murni kan, pelajaran kesenian itu, artinya ada keterampilan kan ?"
"......Yah, begitulah. Hal-hal seperti itu."
Bukannya melihat kuil di jalan.
Yang kulihat adalah---ruang kerja keterampilan.
Oshino pun, mungkin hanya ingin mengetahui bentuk kuil kecilnya saat memintaku untuk menggambar---melihat tanggapan 'mengingat saat menggambar' saat itu,ia mengira-ngira kebenarannya---seperti itulah.
Itulah alasannya.
"Nah, dengan ini permasalahan selesai kan---Araragi. Kemana sekarang ? Pelajaran sudah dimulai kan ? Ah, hey, dilarang berlari di lorong~~~"
Kelas di pagi hari, aku menyampaikan kata-kata dari Oshino Meme sang spesialis yang melihat segalanya, pada gadis sma yang terlalu cerdas Hanekawa Tsubasa, dalam sesaat,
"Ah !"
sepertinya ia telah mengerti semuanya.
Apa-apaan kedua orang ini. Mengerikan
Begitulah menurutku yang biasa ini, tentu saja tidak ada yang kumengerti, setelah itu, untuk mendengarkan yang sebenarnya terjadi dari Hanekawa, sebisa mungkin jangan mengatakan hal-hal yang kasar, biasanya,
"Apanya ?"
Dan menahan bertanya.
"Mmm ? Ah, tidak, masalah kali ini hanya ceritaku yang terlalu khawatir---ah, aku jadi menunjukkan sesuatu yang memalukan pada Oshino serta Araragi. Rasanya sia-sia, seperti memukul namun strike out.
"Tidak, kamu sama sekali tidak menyampaikannya......tapi, sesuatu yang memalukanmu ?Ada hal yang kuabaikan kah ? Makanya itu apa ?"
"Begini. Meski ini akan jadi alasan, pada awalnya bukannya aku tidak memiliki keraguan. Jika memercayainya, bukannya akan memercayai yang lebih layak ?---hanya saja, objek yang asal disembah, kuil kecil yang asal-asalan, karena cacat itulah yang mendorong pada apa kata Oshino menakutkan, kata Araragi menjijikan, tanpa pikir panjang aku jadi khawatir. Untunglah tidak terjadi apa-apa."
"Hanekawa. Semangat ! Kalau kamu, harusnya bisa menjelaskannya supaya aku mengerti"
"Biarpun kau bilang semangat ......"
Hanekawa tersenyum kecut.
Sepertinya caraku memohon agak aneh.
"Makanya, ketika menyusun macam-macam bagian yang tidak pasti, kesimpulan yang tenang bisa diperoleh. Aku dan Araragi juga kan sampai saat ini melihat batu sebagai pusatnya ?"
"Eh ? Ah, ya. ......tapi, ke arah selain batu...... memangnya ada ?"
"Karena itu kuil kecilnya. Kuil kecil."
"Kuil kecil......?"
"Yep. Kuil kecil. Seandainya kita mempertimbangkan kuil kecil sebagai pusatnya, bukannya batu kita tidak akan menyusahkan Oshino."
Biar menyusahkan atau apapun, orang itu berada di gedung usang, hanya mendengarkan ceritaku......
"Biar kau katakan untuk mempertimbangkan kuil kecil sebagai pusatnya pun...... Jika kita lakukan itu apa yang terjadi ? Kuil kecil yang compang-camping itu---."
"Mm. Dengan kata lain yang mudah dimengerti, mungkin, batu itu tidak dimasukkan di kuil kecil karena itu dipuja---batu itu dipilih untuk dimasukkan ke kuil kecil."
"......dua hal itu memangnya berbeda?"
"Sangat berbeda. Sampai akhir kuil kecil itu hanya wadah, karenanya itu sendiri bukanlah sasaran kepercayaan---paling tidak, pangkal masalah ini, garis dimana kepercayaan aneh membelit jadi tidak ada."
"Tapi, biarpun begitu, bukannya sama saja ? Jika kita katakan sebaliknya kepercayaan tidak membelitnya, tapi seseorang mencoba memalsukan kepercayaan, lalu bagaimana ?"
"Tidak, itu salah pengertian."
Kata Hanekawa.
"Pada awalnya, saat itu dibuat, kuil kecil itu bukanlah kuil kecil"
"............?"
"Apa kurikulum sma naoetsu--- ya, meski aku belum memeriksanya lagi, karena sebelum mengikuti ujian masuk aku pernah memeriksanya sekali, tiba-tiba aku mengerti"
Memangnya ia melakukan hal-hal seperti itu ?
Ketakutan mengalir.
"Lihat, saat kelas satu, pemilihan pelajaran kesenian ada kan ? Walau saat itu aku memilih seni, tapi, pelajaran kesenian itu, selain seni murni, ada juga kaligrafi dan keterampilan kan ? Seandainya Oshino memeriksanya, secara tidak langsung menunjukkan apa kurikulum pelajaran keterampilan itu, begitu menurutku"
"Keterampilan......?"
"Ya. Nah, pelajarannya seperti pengerjaan kayu. Lalu, dalam kurikulum itu, sepertinya---ada kebebasan membuat kandang."
"............"
"Karena kenyataannya aku tidak mendapat pelajaran itu, walaupun tidak benar-benar pasti, intinya, pada pelajaran itu, kandang yang dibuat adalah kuil kecil itu, menurutku."
"............"
"Terlebih lagi, sebatas melihat pada hasilnya saja itu adalah produk gagal---meski hanya perkiraan, secara umum, yang terjadi adalah perasaan seperti ini kurasa.Seorang siswa, mencoba menciptakan kandang pada jam keterampilan dan gagal. Meski gagal, karena itu adalah karya yang dibuat saat pelajaran, ia disuruh untuk membawanya pulang ke rumah. Tapi karena ia hanya bisa membuangnya bahkan jika membawanya pulang ke rumah, ia menuju ke tempat pembuangan sampah untuk membuangnya diam-diam di sekolah. Lalu, saat itu ia melewati sekitar petak bunga."
Tentu.
Di dekat petak bunga itu, ada tempat pembuangan sampah.
Jika membuang sampah sebesar itu, tidak bisa membuangnya di tempat sampah di kelas, biasanya akan memilih untuk langsung membuangnya.
"Saat melewatinya, tanpa sengaja ia melihat batu yang dipermasalahkan---tidak, mungkin hampir tersandung sepertiku.Apapun itu, menemukan batu dengan ukuran yang pas, jika meletakkan batu itu di dalamnya, produk gagal ini pun, tak disangka-sangka jadi dapat dipertunjukkan kan ?"
Bukannya karena ada kuil kecil---batunya jadi kelihatan seperti patung batu.
Karena ada batu---potongan kayu itu jadi kelihatan seperti kuil kecil.
Gejala simulacrum---mungkin berbeda dari itu.
Kegagalan.
Produk gagal, yang jadi bukan produk gagal.
"Sebaliknya---maksudnya kebalikannya ya ?"
Dengan suara yang bergetar, akhirnya aku mengatakannya.
"Ya. Tentu saja, walaupun kekasarannya tidak berubah, paling tidak, dari produk gagal yang ingin dibuang, karena kuil kecil---kandang itu jadi terlihat, lalu begitu saja, siswa itu pulang ke rumah. Kemudian, seakan-akan ia mendapat kepercayaan, patung batu itu sempurna."
"Altarnya...... , permen murahan sesajennya bagaimana ?"
Mengenai altarnya, mirip seperti itu juga. Entah pelajaran ataukah aktivitas klub/ekskul ?/, saat apapun itu, membuat 'produk gagal', jika siswa yang pulang meletakkannya sebelum kuil kecil maka tidak terlihat seperti altar kan ?...... permen murahannya sudah bukan kegagalan saat pelajaran lagi, orang yang merawat petak bunga, atau siswa yang tidak sengaja melaluinya, memiliki itu di tangannya, mungkin hanya meletakkannya tanpa alasan apa-apa."
"......jadi kepercayaan itu sama sekali tidak dibesar-besarkan, tapi hanya karena itu mirip, entah bagaimana jadi mempersembahkannya ?"
"Soal mempersembahkan itu, sisa-sisa kue yang dibawa ke sekolah diletakkan lalu pulang......sejak awal, meski kemungkinan itu barangkali ada, bahwa asal-usul batu itu bukanlah kepercayaan, ya, kemungkinan itu yang paling tinggi."
"Jadi begitu......
Permen murahan tanpa uang receh, artinya "Karena tersisa jadi diletakkan" rasanya, sangat tinggi......
Urusan petak bunga...... siapa yang melakukannya aku tidak tahu, meski begitu, jika tiba-tiba ada kuil kecil,sepertinya pengurusnya yang bertugas membuangnya......"
"Tidak. Jika ia memiliki akal sehat, ia tidak akan segera menghancurkan benda yang terlihat seperti kuil kecil. Karena ia berpikir akan kualat atau tidak."
"Pastinya itu......"
Kemudian segera, akan jadi 'jelas'--- kah ?
Asal-usulnya tidak dipertanyakan.
Di sana jelas ada hal yang 'disyukuri'.
"......"
"Ah betapa leganya !"
Mengatakan itu, Hanekawa meluruskan badannya dengan perasaan nyaman.
Untuk watak seperti ia keadaan 'ada hal yang tidak kuketahui' ini, sepertinya benar-benar menjadi stres, senyumannya kelihatan benar-benar telah lega.
"Begitukah......, aku masih tidak mengerti, atau bisa dikatakan ada macam-macam hal yang kupikirkan, yang kurasakan, bagaimana jika hanya kesimpulannya---"
"Bukan begitu. Ini berkat Araragi kan."
"Eh ? Berkatku ?"
"Sebab, kamu mengatakan seperti 'entah bagaimana ada ingatan soal kuil kecil' pada Oshino, Oshino pun langsung mengerti kebenarannya kan ? Bahkan Oshino pun tidak bisa berpikir seperti itu jika tidak ada bahan pertimbangannya karena harusnya ia tidak bisa mengira kurikulum sekolah sebagai 'tempat tertutup'. Jika tidak ada ingatan mengenai meniru sesuatu pun, jika pada pelajaran telah membuat hal yang sama, jadi teringat kan ? Araragi mengambil seni murni kan, pelajaran kesenian itu, artinya ada keterampilan kan ?"
"......Yah, begitulah. Hal-hal seperti itu."
Bukannya melihat kuil di jalan.
Yang kulihat adalah---ruang kerja keterampilan.
Oshino pun, mungkin hanya ingin mengetahui bentuk kuil kecilnya saat memintaku untuk menggambar---melihat tanggapan 'mengingat saat menggambar' saat itu,ia mengira-ngira kebenarannya---seperti itulah.
Itulah alasannya.
"Nah, dengan ini permasalahan selesai kan---Araragi. Kemana sekarang ? Pelajaran sudah dimulai kan ? Ah, hey, dilarang berlari di lorong~~~"
Spoiler! :
Penutup, atau bisa dikatakan punchline kali ini.
Aku tidak mendengarkan pengaturan Hanekawa, berlari di lorong keluar dari gedung sekolah, menuju halaman, tiba di petak bunga, setelah itu di sana, mengangkat kuil kecil dimana batu yang juga terlihat seperti patung batu dipuja, melemparkannya ke tanah dan menghancurkannya.
"Hah, hah, hah, hah---"
Tidak.
Tidak ada artinya juga bahkan jika menghancurkannya sekarang---biarpun tidak menenteramkan perasaanku, aku membongkar kuil kecil itu, mengembalikannya ke serpihan kayu biasa.
Biarpun tidak sampai sejauh itu, saat batu itu menghilang dari dalamnya, itu hanyalah benda seperti serpihan kayu biasa---apapun itu, aku mengangkut serpihan kayu itu menuju tempat pembuangan sampah.
Itu.
Sebenarnya pengangkutan dua tahun yang lalu.
"............"
Begitulah.
Tak perlu dikatakan lagi, kuil kecil ini kubuat dua tahun lalu saat pelajaran pengerjaan kayu, kemudian tanpa membawanya pulang ke rumah, kurang lebih jalannya seperti yang dikatakan Hanekawa, kutinggalkan di petak bunga.
Ada ingatan itu, karena sama dengan yang dibuat saat pelajaran---bukan begitu, justru karena aku membuatnya sendiri saat pelajaran.
Aku sama sekali melupakannya.
Beda dari Hanekawa, aku tidak bisa mengingat kejadian dua tahun lalu, biarpun begitu, memang ini hanya sisa-sisanya. Kasar lah, pekerjaan anak-anak lah, compang-camping lah, meski aku menyatakan hal-hal yang sangat kejam, itu tidaklah penting, bukannya ini kandang buatanku ?.
Aku mengerti alasan senyum menjijikannya Oshino.
Tidak salah lagi sebenarnya ia menahan keinginan untuk tertawa terbahak-bahak---yang kata Hanekawa telah menunjukkan sesuatu yang memalukan, itu sudah, mungkin sama sekali tidak ada padaku lagi sekarang
Mungkin Hanekawa memiliki dasar pendapat tidak mungkin ada orang yang sepenuhnya melupakan kejadian yang hanya dua tahun lalu, untungnya itu masih belum terungkap....tapi aku saking malunya tidak bisa lagi menatap langsung ke wajahnya.
Meski begitu, jika pelajaran dimulai, jumlah kehadiranku dalam bahaya, diperintahkan menerima perbaikan dari Hanekawa, aku tidak punya alasan untuk tidak kembali ke kelas.
Dengan susah payah meninggalkan tempat pembuangan sampah, batu yang sampai beberapa saat yang lalu ditempatkan di kuil kecil memasuki wilayah penglihatanku. Ya, hanya terlihat seperti batu biasa lagi./tidak terlihat kecuali sebagai batu biasa/
Tidak bergerak.
Hanya jadi batu biasa.
Untuk sementara, meski masih ada sesajen permen murahan, sepertinya hanya karena pengaruhnya sebuah batu tidak menjadi patung batu, atau benda yang disembah---jika permen murahan itu dibereskan, tentu permen murahan berikutnya tidak akan pernah diletakkan lagi.
Ketika memikirkan itu, dengan tenaga dari rasa maluku, perbuatanku yang menghancurkan kuil kecil itu terasa salah. Nah, masalah akan kualat itu sama sekali tidak mungkin, karena sebagai pembuatnya aku paling mengetahuinya tapi......
Tapi, aku tidak ingin membawa produk gagal pulang kerumah karena merasa malas, malu, mengenai batu itu yang dengan tergesa-gesa dikembalikan jadi batu biasa lagi setelah dipuja seperti dewa, aku jadi merasa sedikit bersalah.
Meski meminta maaf pada batu adalah cerita yang aneh...... sembari memikirkan itu, aku memasuki petak bunga, dan mengangkat batu itu.
Karena kaii jadi dipercayai, ataukah karena dipercayai jadi kaii---Seperti itu yang dikatakan Oshino
Pastinya.
'pergi' ke batu ini memberikan sesajen meski permen murahan tidak salah lagi adalah kenyataan---mungkin, tindakan tanpa pikiranku yang merasa batu ini mungkin jadi kaii, permintaan maaf adalah yang paling mencolok.
Dari yang jelas batu di sana.
Jadi patung batu yang disyukuri.
Kemudian mungkin menjadi kaii yang mustahil---asal-usulnya sudah tidak ada hubungannya lagi di sana.
Yang mustahil menjadi jelas.
Akankah hari seperti itu datang ?.
Sambil memikirkan itu, secara sembrono pergi ke sekolah juga suatu pertanyaan--- menurutku.Sungguh-sungguh menurutku.
Kembali ke kelas, jika gurunya masih belum datang, akan kutanyakan pada Hanekawa. Aku yang tidak tahu keberkahannya hari-hari biasa, apakah aku bukan orang yang cuek *(ditulis dengan kanji batu dan kayu)---begitu.
Batunya jadi patung batu.
Jika kayunya jadi kuil kecil, mungkin cuek pun tidak buruk.
"......Ng ? Eh, batu ini ?"
Begitu.
Oleh karena itu aku menyadarinya.
Meski menyadarinya dengan sentuhan, tapi, aku tidak menyadarinya dua tahun lalu. Ya, perasaan meraba ini, perasaan bahan ini, tidak salah lagi.
"Ini kan beton ?"
Aku tidak mendengarkan pengaturan Hanekawa, berlari di lorong keluar dari gedung sekolah, menuju halaman, tiba di petak bunga, setelah itu di sana, mengangkat kuil kecil dimana batu yang juga terlihat seperti patung batu dipuja, melemparkannya ke tanah dan menghancurkannya.
"Hah, hah, hah, hah---"
Tidak.
Tidak ada artinya juga bahkan jika menghancurkannya sekarang---biarpun tidak menenteramkan perasaanku, aku membongkar kuil kecil itu, mengembalikannya ke serpihan kayu biasa.
Biarpun tidak sampai sejauh itu, saat batu itu menghilang dari dalamnya, itu hanyalah benda seperti serpihan kayu biasa---apapun itu, aku mengangkut serpihan kayu itu menuju tempat pembuangan sampah.
Itu.
Sebenarnya pengangkutan dua tahun yang lalu.
"............"
Begitulah.
Tak perlu dikatakan lagi, kuil kecil ini kubuat dua tahun lalu saat pelajaran pengerjaan kayu, kemudian tanpa membawanya pulang ke rumah, kurang lebih jalannya seperti yang dikatakan Hanekawa, kutinggalkan di petak bunga.
Ada ingatan itu, karena sama dengan yang dibuat saat pelajaran---bukan begitu, justru karena aku membuatnya sendiri saat pelajaran.
Aku sama sekali melupakannya.
Beda dari Hanekawa, aku tidak bisa mengingat kejadian dua tahun lalu, biarpun begitu, memang ini hanya sisa-sisanya. Kasar lah, pekerjaan anak-anak lah, compang-camping lah, meski aku menyatakan hal-hal yang sangat kejam, itu tidaklah penting, bukannya ini kandang buatanku ?.
Aku mengerti alasan senyum menjijikannya Oshino.
Tidak salah lagi sebenarnya ia menahan keinginan untuk tertawa terbahak-bahak---yang kata Hanekawa telah menunjukkan sesuatu yang memalukan, itu sudah, mungkin sama sekali tidak ada padaku lagi sekarang
Mungkin Hanekawa memiliki dasar pendapat tidak mungkin ada orang yang sepenuhnya melupakan kejadian yang hanya dua tahun lalu, untungnya itu masih belum terungkap....tapi aku saking malunya tidak bisa lagi menatap langsung ke wajahnya.
Meski begitu, jika pelajaran dimulai, jumlah kehadiranku dalam bahaya, diperintahkan menerima perbaikan dari Hanekawa, aku tidak punya alasan untuk tidak kembali ke kelas.
Dengan susah payah meninggalkan tempat pembuangan sampah, batu yang sampai beberapa saat yang lalu ditempatkan di kuil kecil memasuki wilayah penglihatanku. Ya, hanya terlihat seperti batu biasa lagi./tidak terlihat kecuali sebagai batu biasa/
Tidak bergerak.
Hanya jadi batu biasa.
Untuk sementara, meski masih ada sesajen permen murahan, sepertinya hanya karena pengaruhnya sebuah batu tidak menjadi patung batu, atau benda yang disembah---jika permen murahan itu dibereskan, tentu permen murahan berikutnya tidak akan pernah diletakkan lagi.
Ketika memikirkan itu, dengan tenaga dari rasa maluku, perbuatanku yang menghancurkan kuil kecil itu terasa salah. Nah, masalah akan kualat itu sama sekali tidak mungkin, karena sebagai pembuatnya aku paling mengetahuinya tapi......
Tapi, aku tidak ingin membawa produk gagal pulang kerumah karena merasa malas, malu, mengenai batu itu yang dengan tergesa-gesa dikembalikan jadi batu biasa lagi setelah dipuja seperti dewa, aku jadi merasa sedikit bersalah.
Meski meminta maaf pada batu adalah cerita yang aneh...... sembari memikirkan itu, aku memasuki petak bunga, dan mengangkat batu itu.
Karena kaii jadi dipercayai, ataukah karena dipercayai jadi kaii---Seperti itu yang dikatakan Oshino
Pastinya.
'pergi' ke batu ini memberikan sesajen meski permen murahan tidak salah lagi adalah kenyataan---mungkin, tindakan tanpa pikiranku yang merasa batu ini mungkin jadi kaii, permintaan maaf adalah yang paling mencolok.
Dari yang jelas batu di sana.
Jadi patung batu yang disyukuri.
Kemudian mungkin menjadi kaii yang mustahil---asal-usulnya sudah tidak ada hubungannya lagi di sana.
Yang mustahil menjadi jelas.
Akankah hari seperti itu datang ?.
Sambil memikirkan itu, secara sembrono pergi ke sekolah juga suatu pertanyaan--- menurutku.Sungguh-sungguh menurutku.
Kembali ke kelas, jika gurunya masih belum datang, akan kutanyakan pada Hanekawa. Aku yang tidak tahu keberkahannya hari-hari biasa, apakah aku bukan orang yang cuek *(ditulis dengan kanji batu dan kayu)---begitu.
Batunya jadi patung batu.
Jika kayunya jadi kuil kecil, mungkin cuek pun tidak buruk.
"......Ng ? Eh, batu ini ?"
Begitu.
Oleh karena itu aku menyadarinya.
Meski menyadarinya dengan sentuhan, tapi, aku tidak menyadarinya dua tahun lalu. Ya, perasaan meraba ini, perasaan bahan ini, tidak salah lagi.
"Ini kan beton ?"
Spoiler! :
+bonus
km_008.png
You do not have the required permissions to view the files attached to this post.
だが男だ
-
- Astral Realm
Re: Monogatari Series Bahasa Indonesia
Post by Vorlentus »
permisi teman" mau numpang nanya, masalah proyek ini, masih hidup nggak ya?
apa jangan" cuma tinggal kk Mikia sendirian?
soalnya bagian Berita Terbaru nggak pernah diupdate, jadi kita nggak tahu proyeknya masih jalan apa nggak.
apa jangan" cuma tinggal kk Mikia sendirian?
soalnya bagian Berita Terbaru nggak pernah diupdate, jadi kita nggak tahu proyeknya masih jalan apa nggak.
- Mikia
- Mikuru's Master
- Posts: 29
- Joined: Tue Dec 25, 2012 9:35 am
- Favourite Light Novel:
Re: Monogatari Series Bahasa Indonesia
sepertinya selama masih ada penerjemah, atau proyek ini masih berlanjut dalam kurun waktu 12 bulan masih dianggap hidup (walau sepertinya staf proyeknya lagi pada gak aktif)Vorlentus wrote:permisi teman" mau numpang nanya, masalah proyek ini, masih hidup nggak ya?
apa jangan" cuma tinggal kk Mikia sendirian?
soalnya bagian Berita Terbaru nggak pernah diupdate, jadi kita nggak tahu proyeknya masih jalan apa nggak.
nah masalah berita terbaru itu sepertinya karena para penerjemah yang sudah menyelesaikan kerjaan mereka lebih memilih menulisnya di bagian pendaftaran daripada mengedit berita terbaru (termasuk saia :p) jadi ya agak terbengkalai gitu
だが男だ
-
- 馬鹿月の衛星保障機構 [F.S.B]
- Posts: 200
- Joined: Fri Feb 15, 2013 9:42 pm
- Favourite Light Novel: Too many to list, just ask
- Location: NOT under your bed. Believe me.
- Contact:
Re: Monogatari Series Bahasa Indonesia
Post by victorrama »
Mantap kk Mikia Teruskan xD
sayang saya tidak mengerti bahasa Jepang jadi tidak bisa membantu TLC...
sayang saya tidak mengerti bahasa Jepang jadi tidak bisa membantu TLC...
Just a passing by translator, editor, typesetter, writer, meeper.
Translating : The Maso's TL project
and also other series.
“The mind, at times, takes masochistic delight in suffering.” ― Saurbh Katyal, Seduced by Murder
Translating : The Maso's TL project
and also other series.
“The mind, at times, takes masochistic delight in suffering.” ― Saurbh Katyal, Seduced by Murder
- Mikia
- Mikuru's Master
- Posts: 29
- Joined: Tue Dec 25, 2012 9:35 am
- Favourite Light Novel:
Re: Monogatari Series Bahasa Indonesia
Ujung-ujungnya kembali ke sini juga setelah mencoba berbagai macam novel lainnya
Koyomi Nothing 001/005
Karena Yozuru ngomong pakai dialek kyoto, jadi mungkin lanjutannya bakal lebih lambat...
bonus di awal
Koyomi Nothing 001/005
Spoiler! :
Mengenai Kagenui Yozuru, bukan soal gagasan, metafora atau kesan, tapi benar-benar tidak menjalani jalan---wanita itu hidup sehari-hari di bawah batasan tidak berjalan di muka bumi.
Jika cuma mendengar itu seperti permainan anak sd.
Menganggap muka bumi sebagai laut atau neraka, ia hanya berjalan berpindah di atas tempat-tempat tinggi seperti di atas anak tangga batu, blok atau apa pun---jika dibandingkan cara majunya dan jalan hidupnya seperti orang yang memainkan takaoni sendirian. Saat aku bertemu dengannya untuk pertama kali, ia berdiri di atas bis surat.
Yah, jika anak sd yang melakukannya itu hanya permainan sedangkan jika orang dewasa maka itu benar-benar kelakuan eksentrik---apalagi permainan itu jadi mungkin karena berat badan anak sd yang ringan dan tanpa terduga susah untuk orang dewasa yang sudah besar.
Meski tidak perlu membicarakan tingginya kemampuan fisik orang itu sekarang, tapi tak disangka, mungkin itu hasil dari melakukan latihan eksentrik secara rutin.
Hanya saja, mau diperbaiki bagaimana pun, eksentrik ya eksentrik---terlalu eksentrik malah, agak susah disentuh, aku tidak pernah menanyakan alasan itu secara langsung.
Tapi sebatas yang diharapkan dari semua obrolan, lalu sebatas yang didengar dari seorang penggemar origami, sepertinya ada alasan yang tepat---atau bisa kukatakan, paling tidak aku yakin itu bukannya latihan untuk menempa tubuh atau bermain. Tentu saja, seandainya ada alasannya pun jika aku tidak cukup memercayainya, aku tidak bisa menerima kode etik seperti itu.
Sebagai musuhnya, mmm.
Bagiku yang memiliki pengalaman bertarung dengan wanita itu dari depan---alih-alih pertarungan, seperti sebuah standar yang dipaksakan bagiku, yah, lumayan, tidak ada orang semengerikan itu.
Meski aku telah bertemu dengan beberapa orang sesama spesialis seperti wanita itu, termasuk Oshino, menurutku memang Kagenui Yozuru yang paling mengerikan.
Menakutkan menurutku.
Jauh lebih mengerikan daripada kaii.
Jauh lebih kuat daripada setan.
pembasmi setan (atau mungkin dibiarkan saja onmyouji ?) yang memusnahkan kaii dengan kekerasan, bukannya itu lebih jarang daripada kaii ?--- tentu saja, justru karena wanita itu, dasar perilakunya terus terang jadi mudah dimengerti tapi di situ pun ada ketidakteraturannya.
Kehidupan acak yang tidak menjalani jalan itu mungkin simbol ketidakteraturannnya.
Yang mengingatkanku meski pernah bercerita alasannya untuk berspesialisasi pada kaii yang abadi "karena tidak ada istilah terlalu berlebihan", entah bagaimana kenyataannya. Entah jika menelan perkataan itu bulat-bulat adalah sesuatu yang baik.
Dibandingkan dengan Kaiki dan Oshino, meski ia orang yang metodologinya mudah dimengerti, tapi dalam arti antisosial, tidak cocok dengan dunia ini---suatu saat aku ingin bertanya pada wanita yang walaupun manusia, menjalani kehidupan lebih gelap daripada kaii.
Pada wanita yang tidak menjalani jalan.
Aku ingin bertanya tentang jalan itu apa.
Kemunginan besar ia akan menjawabnya seperti ini.
"Tempat untuk berjalan itu tidak harus jalan kan"
Jika cuma mendengar itu seperti permainan anak sd.
Menganggap muka bumi sebagai laut atau neraka, ia hanya berjalan berpindah di atas tempat-tempat tinggi seperti di atas anak tangga batu, blok atau apa pun---jika dibandingkan cara majunya dan jalan hidupnya seperti orang yang memainkan takaoni sendirian. Saat aku bertemu dengannya untuk pertama kali, ia berdiri di atas bis surat.
Yah, jika anak sd yang melakukannya itu hanya permainan sedangkan jika orang dewasa maka itu benar-benar kelakuan eksentrik---apalagi permainan itu jadi mungkin karena berat badan anak sd yang ringan dan tanpa terduga susah untuk orang dewasa yang sudah besar.
Meski tidak perlu membicarakan tingginya kemampuan fisik orang itu sekarang, tapi tak disangka, mungkin itu hasil dari melakukan latihan eksentrik secara rutin.
Hanya saja, mau diperbaiki bagaimana pun, eksentrik ya eksentrik---terlalu eksentrik malah, agak susah disentuh, aku tidak pernah menanyakan alasan itu secara langsung.
Tapi sebatas yang diharapkan dari semua obrolan, lalu sebatas yang didengar dari seorang penggemar origami, sepertinya ada alasan yang tepat---atau bisa kukatakan, paling tidak aku yakin itu bukannya latihan untuk menempa tubuh atau bermain. Tentu saja, seandainya ada alasannya pun jika aku tidak cukup memercayainya, aku tidak bisa menerima kode etik seperti itu.
Sebagai musuhnya, mmm.
Bagiku yang memiliki pengalaman bertarung dengan wanita itu dari depan---alih-alih pertarungan, seperti sebuah standar yang dipaksakan bagiku, yah, lumayan, tidak ada orang semengerikan itu.
Meski aku telah bertemu dengan beberapa orang sesama spesialis seperti wanita itu, termasuk Oshino, menurutku memang Kagenui Yozuru yang paling mengerikan.
Menakutkan menurutku.
Jauh lebih mengerikan daripada kaii.
Jauh lebih kuat daripada setan.
pembasmi setan (atau mungkin dibiarkan saja onmyouji ?) yang memusnahkan kaii dengan kekerasan, bukannya itu lebih jarang daripada kaii ?--- tentu saja, justru karena wanita itu, dasar perilakunya terus terang jadi mudah dimengerti tapi di situ pun ada ketidakteraturannya.
Kehidupan acak yang tidak menjalani jalan itu mungkin simbol ketidakteraturannnya.
Yang mengingatkanku meski pernah bercerita alasannya untuk berspesialisasi pada kaii yang abadi "karena tidak ada istilah terlalu berlebihan", entah bagaimana kenyataannya. Entah jika menelan perkataan itu bulat-bulat adalah sesuatu yang baik.
Dibandingkan dengan Kaiki dan Oshino, meski ia orang yang metodologinya mudah dimengerti, tapi dalam arti antisosial, tidak cocok dengan dunia ini---suatu saat aku ingin bertanya pada wanita yang walaupun manusia, menjalani kehidupan lebih gelap daripada kaii.
Pada wanita yang tidak menjalani jalan.
Aku ingin bertanya tentang jalan itu apa.
Kemunginan besar ia akan menjawabnya seperti ini.
"Tempat untuk berjalan itu tidak harus jalan kan"
bonus di awal
Spoiler! :
km_378.png
You do not have the required permissions to view the files attached to this post.
だが男だ
-
- 馬鹿月の衛星保障機構 [F.S.B]
- Posts: 200
- Joined: Fri Feb 15, 2013 9:42 pm
- Favourite Light Novel: Too many to list, just ask
- Location: NOT under your bed. Believe me.
- Contact:
Re: Monogatari Series Bahasa Indonesia
Post by victorrama »
Wagh mantap kk thx atas terjemahannya.... sudah ditunggu2 lohh
Tetap semangat ya...
P.S : hasil TLan kk kupakai untuk kolaborasi dengan rekan lain di di versi inggrisnya. untuk yang koyomi book tidak apa- apa kan?
oh ya, tidak TL sesuai urutan chapter kk?
Tetap semangat ya...
P.S : hasil TLan kk kupakai untuk kolaborasi dengan rekan lain di di versi inggrisnya. untuk yang koyomi book tidak apa- apa kan?
oh ya, tidak TL sesuai urutan chapter kk?
Just a passing by translator, editor, typesetter, writer, meeper.
Translating : The Maso's TL project
and also other series.
“The mind, at times, takes masochistic delight in suffering.” ― Saurbh Katyal, Seduced by Murder
Translating : The Maso's TL project
and also other series.
“The mind, at times, takes masochistic delight in suffering.” ― Saurbh Katyal, Seduced by Murder
- Mikia
- Mikuru's Master
- Posts: 29
- Joined: Tue Dec 25, 2012 9:35 am
- Favourite Light Novel:
Re: Monogatari Series Bahasa Indonesia
koyomi book kan belum keluar gan, koyomi stone kali
wah kalau mau pakai terjemahan ai sih gak apa-apa, tapi risiko tanggung sendiri ya(lah apaan coba ? )
ai kalau terjemah tergantung niat, bukannya urutan chapter, makanya lebih suka yang berbau antologi gitu
ini pun sebenarnya niatnya mau yang koyomi dead duluan tapi gak enak kalau cerita yang tepat sebelum itu gak diterjemahkan juga
wah kalau mau pakai terjemahan ai sih gak apa-apa, tapi risiko tanggung sendiri ya(lah apaan coba ? )
ai kalau terjemah tergantung niat, bukannya urutan chapter, makanya lebih suka yang berbau antologi gitu
ini pun sebenarnya niatnya mau yang koyomi dead duluan tapi gak enak kalau cerita yang tepat sebelum itu gak diterjemahkan juga
だが男だ
- Mikia
- Mikuru's Master
- Posts: 29
- Joined: Tue Dec 25, 2012 9:35 am
- Favourite Light Novel:
Re: Monogatari Series Bahasa Indonesia
telat karena masalah koneksi
002/005
002/005
Spoiler! :
"Tei !"
"Gyaah !"
"Tei ! Tei !"
"Gyaah ! Gyaah !"
Karena teriakan dan jeritannya menyenangkan, entah bagaimana mungkin hanya terasa seperti lukisan bermain-main yang akrab, tapi sebenarnya ini gambaran Kagenui yang menghajarku habis-habisan, ekspresi yang sangat lembut---akhirnya
"Tei !"
Kata Kagenui yang melepaskan, seperti mengorek sisi---ketika savatenya mengalahkanku dengan telak yang kurasa tepat seperti daruma yang bagian badannya terbang entah ke mana, balasannya berakhir.
"Apa-apaan, asal-asalan ya---saat pertarungan musim panas, kau sedikit lebih bertulang"
Biar kau bilang punya tulang pun, akan kuhancurkan semuanya---sambil mengatakan itu Kagenui meloncat dari posisinya dan mendarat di atas lentera taman yang baru.
Di kuil yang suci, mendarat di atas lentera taman itu adalah perbuatan yang terkutuk, tapi di kuil yang tidak ada dewanya mungkin perbuatan itu diizinkan---yah, karena Kagenui tidak bisa mendarat di atas tanah, pastinya pada kuil yang ada dewanya pun ia akan melakukan hal yang sama.
Aku yang melawan pun, karena jatuh terbaring tepat di tengah jalan menuju kuil, jika dikatakan jalan, bagaimana pun juga bukanlah sesuatu yang bisa disalahkan pada Kagenui
"Guh......"
Rintihku.
Rasanya memar di sekujur tubuh.
"Bodoh...... harusnya batasannya kali ini dilarang bertarung......"
"Tidak ada batasan seperti itu. Kalau ada batasannya hanya dilarang meta-joke"
"Begitu ya......kalau begitu aku salah paham......"
"Bukannya kau yang mengundangku bertarung ?"
"Iya sih......"
Memang begitu.
Tidak masuk akal.
Jika mendengarnya terpotong hanya sampai situ, mungkin akan disalahartikan sebagai keinginan bunuh diri, ya, hari ini aku sendiri, dengan keinginan sendiri meminta bertanding dengan Kagenui---atau semacam pertandingan.
Aku jadi ingin berkata sampai di mana petarungnya.
Kemudian hasil yang sangat buruk ini---
"Untuk sementara ini pun, sudah menenangkanmu kan ? Berulang-ulang"
"Yeah, rasanya seperti itu......"
Jika bisa aku ingin lebih tenang lagi. Lebih berulang-ulang. Seperti spons yang penuh lubang pun tidak apa.
"Aku benar-benar menyadarinya......"
"Ngomong-ngomong, apa tujuanmu ? Tiba-tiba menantangku bertanding"
"............"
Karena ia orang yang tahu situasi, ia bisa menebak tanpa perlu dikatakan semua orang, walau kurasa ia hanya menerima tantanganku yang serampangan......terutama tanpa alasan, meski tanpa mengerti alasannya pun, sepertinya Kagenui akan menghajarku habis-habisan.
Hebatnya orang ini.
Tidak melakukannya setengah-setengah.
Karena teman sekelasnya Oshino, tanpa sengaja kukira ia orang yang "membaca" tapi --- orang ini memang sama sekali tipe yang berbeda dengan Oshino apalagi Kaiki.
Mudah dimengerti dalam arti baik.
Mudah dimengerti dalam arti buruk.
Meski dalam sudut pandang yang tidak terus terang, yah, bisa dikatakan sama saja......
"Haah........."
Februari.
Suatu hari di akhir Februari aku mengunjungi kuil ular putih utara---di kuil yang masih tidak ada dewanya, tempat aku hampir mati berkali-kali, lalu tempat munculnya korban kecelakaan baru-baru ini, meski begitu ini sama sekali bukan tempat di mana aku ingin bersantai mengunjur dengan perasaan yang gegabah---hari ini, aku ada urusan dengan spesialis.
Kagenui, karena Kagenui Yozuru sang pembasmi setan yang menggunakan kekerasan tinggal di sini, mau bagaimana lagi.
Ya, seperti ketika Oshino Meme singgah di kota ini yang menginap di gedung usang bekas bimbel yang sudah tidak ada lagi sekarang, Kagenui Yozuru saat ini, saat singgah di kota ini menginap di kuil ular putih utara kekuatan hatinya yang membuatku ingin mengatakan serius kah ?
Entah karena wanita pembasmi setan itu paling tahu tempat macam apa ini---atau barangkali diperintahkan oleh seorang bos spesialis ? Walau aku masih menyelidikinya, menurutku sepertinya itu tidak mungkin.
Atau mungkin, yah tentu saja cuma mungkin, jika seandainya memang ceritanya seperti yang kurasa pun, bagaimana pun juga orang itu dan Kagenui sepertinya tidak terlalu dekat---kehidupan sehari-hari di kuil ini, jika harus kukatakan, walaupun tidak sampai memberontak ke orang itu, kelihatannya sampai ada sindiran.
Nah--- itu pun dari Tadatsuru.
Meski terlalu kasar untuk sindiran--- Kagenui sendiri, apakah paling tidak memiliki kesadaran itu atau tidak, supaya Kaii shikigami Ononoki Yotsugi yang dimilikinya tidak ikut menemaninya melakukan itu, aku mengambil tindakan pencegahan yaitu menjaga gadis itu di rumahku.
Menjaga gadis kecil di rumahku itu......
Apakah itu benar-benar jadi sebuah tindakan pencegahan !?
"............"
Yah apapun itu.
Laporan soal keadaan terbaruku, atau, untuk menyingkat situasi saat ini secara sederhana, libur musim semi tahun lalu, vampir legendaris mengisap darahku, telah mengubahku menjadi vampir, meski telah kembali menjadi manusia entah bagaimana setelah itu, masih terdapat sisa-sisa sifat vampir pada tubuh---jika hanya itu, kehidupan sehari-hari sebagai manusia tidak masalah, tapi bodohnya aku, bergantung pada sifat vampir yang tersisa itu untuk mengatasi berbagai kesulitan yang datang setelahnya.
Aku tidak merasa telah melakukan kesalahan.
Hanya kesulitan yang tidak bisa diatasi jika aku tidak melakukannya---alih-alih demikian, contohnya permasalahan terkait kuchinawa, bahkan ketika aku bergantung pada sifat vampir itu, aku sama sekali tidak bisa menguasai situasinya.
Terpaksa melakukan hal itu.
Seandainya demikian pun aku mengerti.
Hanya saja, ada harga yang harus dibayar.
Harga untuk bergantung pada kekuatan kaii---kekuatan kegelapan.
Aku yang terus menyentuh kegelapan, aku yang terus melangkah dalam kegelapan, sekali lagi mewarnai tubuh itu dengan kegelapan---untukku sendiri.
Singkat kisah, keberadaan perubahan vampir menjadi jelas--- tanpa maksud berubah menjadi vampir, apalagi hal itu tak dapat dibalik lagi.
Saat ini bayanganku tidak tampak di foto dan cermin---ya, meski kekurangan yang muncul kira-kira sejauh itu, jika aku bergantung pada kekuatan vampir setelah ini, aku akan jadi abu karena cahaya matahari, tidak bisa makan bawang putih, sampai mencair karena air suci.
Lalu sebagai gantinya memperoleh kekuatan dahsyat yang mutlak meski begitu---aku tidak bisa menginginkan hidup dalam masyarakat.
Dengan kata lain, setelah ini ketika aku mengatasi apa pun, aku tidak bisa bergantung pada sifat vampir itu lebih dari ini---demikian adanya.
"......Makanya, setelah menyelesaikan macam-macam, pertama aku ingin mendapat latihan dari Kagenui. Selanjutnya, ketika aku mendekati kesulitan, tanpa bergantung pada kekuatan vampir, aku ingin bisa mengatasinya dengan jelas seperti Kagenui---"
"Ah ~"
Pong, tangannya bertepuk.
Sambil masih berjongkok di atas lentera taman.
"Aku mengerti, jadi begitu ya ? Tapi menurutku bukannya lebih baik menghentikannya ?"
"Begitukah ?"
Lebih baik menghentikannya kah ?
Katanya sambil menyambar, jadi sebenarnya untuk apa yang kulakukan ini ?
"Pertama, caraku melakukannya bukan sesuatu yang dikuasai dalam sekejap, satu lagi, karena dalam spesialis itu cukup banyak aliran yang berbeda. Bukannya sesuatu yang sangat ingin kuajarkan pada anak muda"
Kagenui itu, meski sudah bukan remaja lagi, tapi menurutku ia masih anak muda dalam dunia bisnis.
Lalu pembicaraan hanya di sini, alasan menurutku bisa mempelajari metodologi Kagenui karena menggunakan cara negosiasi yang kelewat sederhana sehingga sepertinya mudah dimengerti yaitu 'menguasai kaii dengan kekerasan', tapi---justru karena itu sebaliknya, mungkin tidak bisa dikuasai dalam waktu sekejap.
Kesederhanannya yang paling sulit.
Walaupun dipelajari.
"Lalu jika aku harus mengatakan satu lagi, seandainya seperti ini, jika kamu ingin mempelajari metodeku dari latihan pertarungan denganku, bagaimana denganmu ?"
Kata Kagenui.
"Aku akan mati sebelum menguasainya"
Ya.
Itu saja sudah cukup alasan Kagenui tidak jadi guru.
Biaya sekolahnya terlalu tinggi.
Pertama-tama, tubuh manusiaku harusnya tidak akan seimbang dengan lawan yang dengan mode vampir pun aku tidak bisa melakukan apa-apa---sembari memikirkan itu, aku mengatur napas sedikit demi sedikit, bangun dari keadaan terbaring.
Biarpun sudah kukatakan kuil yang tidak ada dewanya, berbaring di halamannya itu bukanlah sesuatu yang cukup menenangkan perasaan.
"Umumnya, apa kau tidak melakukan hal-hal semacam itu ? belajar untuk menghadapi ujian akhir yang semakin dekat---apa ya, sekarang bukannya waktu sekolah swasta menyiapkan ujian masuk cadangan ?"
"Sayangnya orang tuaku tidak terlalu mengharapkanku. Ujian yang kuikuti untuk sekolah yang paling kuinginkan"
"Huuh......jika begitu, kurasa itu benar-benar berani. Waktu aku mengikuti ujian bagaimana ya---sudah tidak ingat lagi.Aku punya firasat kalau ketika aku menyadarinya, aku sudah ada di universitas"
"Meski menurutku itu tidak mungkin......"
"setelah itu ketika aku menyadarinya aku sudah lulus, ketika aku menyadarinya aku sudah bekerja seperti ini---aku hanya muak dengan kebimbangan mengenai masalah itu, ini bukan hanya sandiwara"
"............"
Jika memang itu yang sebenarnya terjadi, ia kelewat jenius. Muak dengan kebimbangan mengenai masalah itu..... tentang kaii kah ?......atau manusia juga termasuk ?
Uum.
Meski aku datang untuk memohon mengajari seperti ini, memang, ia bukan tipe orang yang ingin diakrabi.
"Yah, terlalu gigih juga tidak baik. Jika ini sudah waktunya, setelah itu sudahlah, apa yang terjadi terjadilah"
"Jenis kalimat yang bahkan terasa menyerahnya. Nah, berapa pun kau panjangkan sisa hidupmu, mungkin rasanya jadi ronin pun tidak apa-apa"
"Tidak, aku ingin menghindari ronin. Ada berbagai alasan"
"Jika demikian, semakin bukan jadi alasan untuk bertinju denganku di kuil yang tidak ada orangnya seperti ini kan ?"
Biarpun Kagenui mengatakan demikian---yang terjadi bukannya bertinju, tapi menghajar secara sepihak, apa pun itu, ia mengatakan hal seperti orang yang cukup dewasa.
"Kaupikir untuk apa aku menyuruh Yotsugi menyelinap masuk ke rumahmu ? supaya paling tidak untuk sebentar kau tidak perlu mencemaskan hubungan dengan kaii"
"Ya, itu pun aku mengerti...... hanya saja, kehidupan sehari-hari dilindungi oleh anak perempuan dan gadis kecil itu, ada perasaan yang menyakiti hati"
"Gadis kecil itu Kiss Shot kah ? Ia Kaii yang berusia enam ratus tahunan---anak perempuan itu pun, Yotsugi adalah Tsukumogami boneka dari mayat"
"Jika dipikir begitu, dilindungi orang yang sangat kuat, kehidupanku sehari-hari......"
Rasanya Hanekawa pernah berkata, di hari-hari yang tidak terjadi apa-apa, aku dilindungi oleh seseorang.
"Karena itu---kau tidak bisa mengulurkan tangan dengan sembarangan. Orang itu pun"
"Orang itu ?"
"Orang itu, atau harus kukatakan, siapa pun--- Ah, biarlah. Bagaimanapun juga, apa pun yang kau pelajari dariku sebaiknya bukanlah tidak ada hal yang tidak mungkin. Yah sampai sekarang pun entah sudah berapa orang yang melakukan hal yang serupa, aku pun seenaknya melakukannya, meski bukannya tidak ada yang melakukannya seperti guru di aliran itu, tidak pernah ada yang berjalan dengan lancar"
Kata Kagenui sambil tertawa cekikikan---tidak, ketika aku membayangkan dengan nyata 'tidak pernah ada yang berjalan dengan lancar' itu, para murid yang diangkat Kagenui dengan seenaknya itu sepertinya tidak cukup berakhir dengan aman......
Huuh.
Meski aku memikirkan ide yang baik, sepertinya memang terburu-buru kah ?---atau ini mungkin pelajaran untuk tidak bertindak dengan ide secara tiba-tiba. Jika bicara pelajaran, penipu itu juga ada......
"Kagenui"
Makanya aku sudah membuang pemikiran egois untuk menerima pelajaran dari Kagenui, hanya bertanya karena keingintahuan.
"Kenapa bisa berhubungan dengan dunia ini ?"
"Ng ? Dunia ini ?"
"Nah maksudnya dengan kaii, cerita kaii, dunia yang seperti itu......"
"Sejujurnya, aku tidak terlalu membedakannya seperti itu hanya orang yang menjijikan yang melakukannya"
Ia baru saja mengatakan hal semacam itu.
Meski aku memikirkannya saat liburan musim panas, tapi entah bagaimana orang ini, bergerak dengan dasar perilaku yang lebih sederhana dari yang kupikirkan.
Bangunan yang berlawanan kebaikan dan kejahatan.
Tidak, daripada kebaikan---kebajikan kah ?
Terlebih lagi, kalau menurut Oshino, dunia ini dibanjiri dengan kebaikan yang seenaknya, kebajikan yang menggelisahkan---dan kurang lebih sama, kejahatan yang diharapkan pun, mungkin akan jadi kejahatan yang serius.
Di dunia yang tidak terus terang ini, Kagenui kah yang hidup dengan terus terang ?
"Saat tk, awalnya aku menghajar anak nakal pemarah---jika dipikir sekarang, anak nakal itu pun, mungkin dirasuki sesuatu. Mmm, ini cerita ketika aku belum berspesialis pada kaii yang abadi"
"Wah jika menjadi spesialis kaii yang abadi sejak tk, mengejutkan ya......"
Masa ketika Kagenui tk ya.
Meski terlalu sulit dibayangkan---jelaslah bahwa bahkan jika lawan Kagenui saat itu bertarung pun, tidak mungkin menang.
Aku berdoa semoga anak nakal yang dihajar dek Kagenui saat itu mendapat kebahagiaan besar.
"Lalu, saat ini kau berspesialisasi melawan kaii yang abadi itu karena tidak ada istilah terlalu berlebihan---kan. Jika dibalik, artinya sudah berkali-kali ada yang terlalu berlebihan. Itukah dasar pekerjaan ini ?"
"Yah, itu bisa saja---apa-apaan ini, pertanyaannya kebanyakan. Barangkali kau berniat mencampurkanku ? Ke haremnya Araragi yang digosipkan"
"............"
Kenapa ia tahu.
Keberadaan harem Araragi--- tidak, meski begitu keberadaan organisasi dengan selera seburuk itu tidak ada. Apa informasinya dari Ononoki ?
Bocor ya.
Karena tinggal bersama gadis itu, mungkin informasi akan semakin bocor---tapi yah, entah apa di situ pun ada keuntungannya.
Aku menyampaikan fakta bahwa kehidupan Tsukihi tidak ada masalah pada Kagenui karena tidak ada minusnya bagiku.
"Kira-kira yang kau bujuk itu, sepertinya sudah jadi manusia yang besar ya. Tapi alih-alih ukurannya, sepertinya sudah bukan manusia biasa lagi"
"Jika begitu karena aku akan menghabisinya jadi jangan khawatir, aku menyuruh Yotsugi melekat padamu juga untuk alasan itu---supaya jika kau menyimpang dari jalan manusia lebih jauh dari ini, aku bisa menyelesaikannya tanpa ampun, begitu"
"............"
Jalan manusia ya.
Aku berniat untuk menjalani jalan manusia itu sendiri dengan pantas, tapi bagaimana bisa aku jadi seperti ini.
Lalu ketika Ononoki adalah pembunuh......
Fakta yang tak terduga terbuka dengan cepat menjadi jelas.
Tidak, soal yang sepertinya bisa dimengerti jika dipikirkan, aku sama sekali tidak memikirkannya sampai dikatakan sekarang. Meski aku tanpa sadar melupakannya dalam sosok boneka cantik, tapi memang, Ononoki pun masih profesional yang spesialisasinya melawan 'kaii yang abadi'.
Ha--- tawa Kagenui.
Biarpun begitu, katanya.
"Tidak perlu jadi senegatif itu menurutku---karena menjalani kehidupan normal sebagaimana adanya itu hidup sebagai manusia tersebut"
"......biarpun tidak tampak di cermin ?"
"Biarpun tidak tampak di cermin tidak berarti mati kan. Meski jika menjadi abu karena cahaya matahari itu memang masalah yang pelik---tapi kalau penyebabnya tidak ketahuan itu mengerikan, walaupun tidak bisa dibiarkan, tapi karena situasi ini penyebabnya jelas. Terlalu sering berubah menjadi vampir"
"Kalau itu aku mengerti---hanya saja, kurasa tidak mungkin menghabiskan seumur hidup bisa tanpa peristiwa seperti ini kan ? Karena hanya setahun sejak aku mengetahui sesuatu yang disebut kaii untuk pertama kali, hal-hal sebanyak ini sudah terjadi---"
"Wah frekuensinya tinggi ya. Menemui masalah"
Meski sekali di tengah frekuensi masalah yang tinggi itu ada kau dan Ononoki, tapi aku tidak mengatakannya. Walau sekarang pun sama sekali bukan teman,biarpun begitu menjadi berhubungan karena menerima cerita seperti ini.
Untuk memberiku nasihat---walaupun sama sekali tidak terasa seperti itu.
"Tapi, manusia tidak bisa hidup tanpa dikunjungi masalah apa pun seumur hidupnya kan ? Tapi kebanyakan manusia pada vampir dan semacamnya---bergantung pada metode lain sepertiku, atau melakukan semacam itu. Melakukan ini atau itu, atau sesuatu. Jika dikatakan dengan jelas, hanya mengenali semacam kaii, aku atau kau, hati akan menjadi lemah"
"Hati---lemah"
"Gemetar pada keberadaan yang belum diketahui, mengerti bahwa tidak mengerti apakah yang terjadi. Karena elemen kegelisahan mengenai kehidupan sehari-hari jadi bertambah, konsentrasi pada sehari-hari jadi berkurang. Kurasa Oshino pun mengalami kesusahan yang sama mengenai hal itu"
"Oshino juga......?"
Walau aku tidak terlalu bisa membayangkan Oshino kesusahan seperti itu.
Orang yang tidak kenal susah yang sangat riang, atau seperti diam merenungkan sesuatu dan sebagainya, meski aku tidak pernah melihatnya, justru bayangan seperti itu.
Tidak, tapi.
Hanya bayangan seperti itu yang tidak kupunyai---jika dipikir postur orang itu yang menjaga keseimbangan sampai gugup, takut kehilangan netralitas ketika keruntuhan keseimbangan, mungkin bisa dikatakan seperti itu.
Secara abnormal.
Takut, begitu.
"Mengenai itu, Kaiki sepertinya riang dan benar-benar berani...... tanpa memikirkan keseimbangan alam dan sebagainya sedikit pun, orang itu melakukan apa yang ia inginkan"
"Kaiki sih karena ia mengambil pendirian untuk tidak percaya pada keberadaan kaii dan semacamnya---tapi mungkin bisa dikatakan ia mengambil pendirian itu untuk melindungi diri. Hampir sama dengan Oshino yang berpendirian teori keseimbangan"
Hampir sama ya.
Yah, dahulu, dua orang itu teman kan---Apalagi, meski aku mengatakannya sendiri, bahkan untuk Kaiki, laki-laki yang tidak cocok dengan ekspresi riang pun jarang.
Riang itu dekat dengan antonim dari tidak menyenangkan.
"Hanya saja, aku tidak mungkin mengambil pendirian itu padamu. Teori keseimbangan atau teori penolakan, biar bagaimanapun juga"
"Tidak mungkin...... maksudnya ?"
"Kau ya kau sendiri yang seperti kaii---sedangkan aku memiliki Yotsugi"
Nah, memiliki mantan Kiss Shot itu berarti jadi kau dan aku benar-benar sama, kata Kagenui.
"Jika mengambil keseimbangan, bagaimanapun juga akan mendekat ke arah Kaii---bergantung ke arah Kaii. Jika menolak akan mengarah ke menolak keadaanmu sendiri"
"............."
Apa yang kau katakan ? Jika dikatakan seperti itu aku jadi bingung.
Kagenui yang dengan penuh percaya diri dan tanpa ragu melakukan keeksentrikan tidak menjalani jalan tanpa pura-pura dan malu,
menjalani hidup dengan semestinya berdasarkan keyakinannya sendiri, dan aku yang berayun ke sana ke mari setiap kesempatan, melayang seperti angin bertiup, tidak seperti layang-layang yang benangnya putus, seperti layang-layang yang tujuannya putus, argumen adakah hal yang benar-benar sama itu---tidak, barangkali, justru karena aku merasakannya tanpa disadari, mungkin aku meminta pelajaran seperti ini, datang ke kuil putih utara yang seharusnya tempat di mana aku tidak terlalu ingin bersantai mengunjur. *benang - tujuan = ito
......Begitu ya.
Mungkin jika aku kebanyakan bertanya-tanya pada Kagenui akan benar-benar dicurigai sebagai undangan ke harem araragi---karena organisasi itu tidak ada---tapi, biarpun begitu ada sesuatu, bahkan jika terdesak pun ada sesuatu, jika ada hal yang ingin kutanyakan pada Kagenui hanya satu, hal itu mungkin saja.
Bukan cara bertarung melawan kaii dengan tubuh manusia---bukan pula mengapa Kagenui melangkahkan kaki di dunia ini---juga sampai sekarang sudah berapa kali 'terlalu berlebihan', dan tentu saja bukan mengapa ia mengetahui keberadaan harem Araragi.
Yang ingin kutanyakan.
Yang ingin kutanyakan pada Kagenui Yozuru.
"Hei Kagenui"
"Apa ?"
"Hubungan seperti apa antara Kagenui dan Ononoki ?"
"Gyaah !"
"Tei ! Tei !"
"Gyaah ! Gyaah !"
Karena teriakan dan jeritannya menyenangkan, entah bagaimana mungkin hanya terasa seperti lukisan bermain-main yang akrab, tapi sebenarnya ini gambaran Kagenui yang menghajarku habis-habisan, ekspresi yang sangat lembut---akhirnya
"Tei !"
Kata Kagenui yang melepaskan, seperti mengorek sisi---ketika savatenya mengalahkanku dengan telak yang kurasa tepat seperti daruma yang bagian badannya terbang entah ke mana, balasannya berakhir.
"Apa-apaan, asal-asalan ya---saat pertarungan musim panas, kau sedikit lebih bertulang"
Biar kau bilang punya tulang pun, akan kuhancurkan semuanya---sambil mengatakan itu Kagenui meloncat dari posisinya dan mendarat di atas lentera taman yang baru.
Di kuil yang suci, mendarat di atas lentera taman itu adalah perbuatan yang terkutuk, tapi di kuil yang tidak ada dewanya mungkin perbuatan itu diizinkan---yah, karena Kagenui tidak bisa mendarat di atas tanah, pastinya pada kuil yang ada dewanya pun ia akan melakukan hal yang sama.
Aku yang melawan pun, karena jatuh terbaring tepat di tengah jalan menuju kuil, jika dikatakan jalan, bagaimana pun juga bukanlah sesuatu yang bisa disalahkan pada Kagenui
"Guh......"
Rintihku.
Rasanya memar di sekujur tubuh.
"Bodoh...... harusnya batasannya kali ini dilarang bertarung......"
"Tidak ada batasan seperti itu. Kalau ada batasannya hanya dilarang meta-joke"
"Begitu ya......kalau begitu aku salah paham......"
"Bukannya kau yang mengundangku bertarung ?"
"Iya sih......"
Memang begitu.
Tidak masuk akal.
Jika mendengarnya terpotong hanya sampai situ, mungkin akan disalahartikan sebagai keinginan bunuh diri, ya, hari ini aku sendiri, dengan keinginan sendiri meminta bertanding dengan Kagenui---atau semacam pertandingan.
Aku jadi ingin berkata sampai di mana petarungnya.
Kemudian hasil yang sangat buruk ini---
"Untuk sementara ini pun, sudah menenangkanmu kan ? Berulang-ulang"
"Yeah, rasanya seperti itu......"
Jika bisa aku ingin lebih tenang lagi. Lebih berulang-ulang. Seperti spons yang penuh lubang pun tidak apa.
"Aku benar-benar menyadarinya......"
"Ngomong-ngomong, apa tujuanmu ? Tiba-tiba menantangku bertanding"
"............"
Karena ia orang yang tahu situasi, ia bisa menebak tanpa perlu dikatakan semua orang, walau kurasa ia hanya menerima tantanganku yang serampangan......terutama tanpa alasan, meski tanpa mengerti alasannya pun, sepertinya Kagenui akan menghajarku habis-habisan.
Hebatnya orang ini.
Tidak melakukannya setengah-setengah.
Karena teman sekelasnya Oshino, tanpa sengaja kukira ia orang yang "membaca" tapi --- orang ini memang sama sekali tipe yang berbeda dengan Oshino apalagi Kaiki.
Mudah dimengerti dalam arti baik.
Mudah dimengerti dalam arti buruk.
Meski dalam sudut pandang yang tidak terus terang, yah, bisa dikatakan sama saja......
"Haah........."
Februari.
Suatu hari di akhir Februari aku mengunjungi kuil ular putih utara---di kuil yang masih tidak ada dewanya, tempat aku hampir mati berkali-kali, lalu tempat munculnya korban kecelakaan baru-baru ini, meski begitu ini sama sekali bukan tempat di mana aku ingin bersantai mengunjur dengan perasaan yang gegabah---hari ini, aku ada urusan dengan spesialis.
Kagenui, karena Kagenui Yozuru sang pembasmi setan yang menggunakan kekerasan tinggal di sini, mau bagaimana lagi.
Ya, seperti ketika Oshino Meme singgah di kota ini yang menginap di gedung usang bekas bimbel yang sudah tidak ada lagi sekarang, Kagenui Yozuru saat ini, saat singgah di kota ini menginap di kuil ular putih utara kekuatan hatinya yang membuatku ingin mengatakan serius kah ?
Entah karena wanita pembasmi setan itu paling tahu tempat macam apa ini---atau barangkali diperintahkan oleh seorang bos spesialis ? Walau aku masih menyelidikinya, menurutku sepertinya itu tidak mungkin.
Atau mungkin, yah tentu saja cuma mungkin, jika seandainya memang ceritanya seperti yang kurasa pun, bagaimana pun juga orang itu dan Kagenui sepertinya tidak terlalu dekat---kehidupan sehari-hari di kuil ini, jika harus kukatakan, walaupun tidak sampai memberontak ke orang itu, kelihatannya sampai ada sindiran.
Nah--- itu pun dari Tadatsuru.
Meski terlalu kasar untuk sindiran--- Kagenui sendiri, apakah paling tidak memiliki kesadaran itu atau tidak, supaya Kaii shikigami Ononoki Yotsugi yang dimilikinya tidak ikut menemaninya melakukan itu, aku mengambil tindakan pencegahan yaitu menjaga gadis itu di rumahku.
Menjaga gadis kecil di rumahku itu......
Apakah itu benar-benar jadi sebuah tindakan pencegahan !?
"............"
Yah apapun itu.
Laporan soal keadaan terbaruku, atau, untuk menyingkat situasi saat ini secara sederhana, libur musim semi tahun lalu, vampir legendaris mengisap darahku, telah mengubahku menjadi vampir, meski telah kembali menjadi manusia entah bagaimana setelah itu, masih terdapat sisa-sisa sifat vampir pada tubuh---jika hanya itu, kehidupan sehari-hari sebagai manusia tidak masalah, tapi bodohnya aku, bergantung pada sifat vampir yang tersisa itu untuk mengatasi berbagai kesulitan yang datang setelahnya.
Aku tidak merasa telah melakukan kesalahan.
Hanya kesulitan yang tidak bisa diatasi jika aku tidak melakukannya---alih-alih demikian, contohnya permasalahan terkait kuchinawa, bahkan ketika aku bergantung pada sifat vampir itu, aku sama sekali tidak bisa menguasai situasinya.
Terpaksa melakukan hal itu.
Seandainya demikian pun aku mengerti.
Hanya saja, ada harga yang harus dibayar.
Harga untuk bergantung pada kekuatan kaii---kekuatan kegelapan.
Aku yang terus menyentuh kegelapan, aku yang terus melangkah dalam kegelapan, sekali lagi mewarnai tubuh itu dengan kegelapan---untukku sendiri.
Singkat kisah, keberadaan perubahan vampir menjadi jelas--- tanpa maksud berubah menjadi vampir, apalagi hal itu tak dapat dibalik lagi.
Saat ini bayanganku tidak tampak di foto dan cermin---ya, meski kekurangan yang muncul kira-kira sejauh itu, jika aku bergantung pada kekuatan vampir setelah ini, aku akan jadi abu karena cahaya matahari, tidak bisa makan bawang putih, sampai mencair karena air suci.
Lalu sebagai gantinya memperoleh kekuatan dahsyat yang mutlak meski begitu---aku tidak bisa menginginkan hidup dalam masyarakat.
Dengan kata lain, setelah ini ketika aku mengatasi apa pun, aku tidak bisa bergantung pada sifat vampir itu lebih dari ini---demikian adanya.
"......Makanya, setelah menyelesaikan macam-macam, pertama aku ingin mendapat latihan dari Kagenui. Selanjutnya, ketika aku mendekati kesulitan, tanpa bergantung pada kekuatan vampir, aku ingin bisa mengatasinya dengan jelas seperti Kagenui---"
"Ah ~"
Pong, tangannya bertepuk.
Sambil masih berjongkok di atas lentera taman.
"Aku mengerti, jadi begitu ya ? Tapi menurutku bukannya lebih baik menghentikannya ?"
"Begitukah ?"
Lebih baik menghentikannya kah ?
Katanya sambil menyambar, jadi sebenarnya untuk apa yang kulakukan ini ?
"Pertama, caraku melakukannya bukan sesuatu yang dikuasai dalam sekejap, satu lagi, karena dalam spesialis itu cukup banyak aliran yang berbeda. Bukannya sesuatu yang sangat ingin kuajarkan pada anak muda"
Kagenui itu, meski sudah bukan remaja lagi, tapi menurutku ia masih anak muda dalam dunia bisnis.
Lalu pembicaraan hanya di sini, alasan menurutku bisa mempelajari metodologi Kagenui karena menggunakan cara negosiasi yang kelewat sederhana sehingga sepertinya mudah dimengerti yaitu 'menguasai kaii dengan kekerasan', tapi---justru karena itu sebaliknya, mungkin tidak bisa dikuasai dalam waktu sekejap.
Kesederhanannya yang paling sulit.
Walaupun dipelajari.
"Lalu jika aku harus mengatakan satu lagi, seandainya seperti ini, jika kamu ingin mempelajari metodeku dari latihan pertarungan denganku, bagaimana denganmu ?"
Kata Kagenui.
"Aku akan mati sebelum menguasainya"
Ya.
Itu saja sudah cukup alasan Kagenui tidak jadi guru.
Biaya sekolahnya terlalu tinggi.
Pertama-tama, tubuh manusiaku harusnya tidak akan seimbang dengan lawan yang dengan mode vampir pun aku tidak bisa melakukan apa-apa---sembari memikirkan itu, aku mengatur napas sedikit demi sedikit, bangun dari keadaan terbaring.
Biarpun sudah kukatakan kuil yang tidak ada dewanya, berbaring di halamannya itu bukanlah sesuatu yang cukup menenangkan perasaan.
"Umumnya, apa kau tidak melakukan hal-hal semacam itu ? belajar untuk menghadapi ujian akhir yang semakin dekat---apa ya, sekarang bukannya waktu sekolah swasta menyiapkan ujian masuk cadangan ?"
"Sayangnya orang tuaku tidak terlalu mengharapkanku. Ujian yang kuikuti untuk sekolah yang paling kuinginkan"
"Huuh......jika begitu, kurasa itu benar-benar berani. Waktu aku mengikuti ujian bagaimana ya---sudah tidak ingat lagi.Aku punya firasat kalau ketika aku menyadarinya, aku sudah ada di universitas"
"Meski menurutku itu tidak mungkin......"
"setelah itu ketika aku menyadarinya aku sudah lulus, ketika aku menyadarinya aku sudah bekerja seperti ini---aku hanya muak dengan kebimbangan mengenai masalah itu, ini bukan hanya sandiwara"
"............"
Jika memang itu yang sebenarnya terjadi, ia kelewat jenius. Muak dengan kebimbangan mengenai masalah itu..... tentang kaii kah ?......atau manusia juga termasuk ?
Uum.
Meski aku datang untuk memohon mengajari seperti ini, memang, ia bukan tipe orang yang ingin diakrabi.
"Yah, terlalu gigih juga tidak baik. Jika ini sudah waktunya, setelah itu sudahlah, apa yang terjadi terjadilah"
"Jenis kalimat yang bahkan terasa menyerahnya. Nah, berapa pun kau panjangkan sisa hidupmu, mungkin rasanya jadi ronin pun tidak apa-apa"
"Tidak, aku ingin menghindari ronin. Ada berbagai alasan"
"Jika demikian, semakin bukan jadi alasan untuk bertinju denganku di kuil yang tidak ada orangnya seperti ini kan ?"
Biarpun Kagenui mengatakan demikian---yang terjadi bukannya bertinju, tapi menghajar secara sepihak, apa pun itu, ia mengatakan hal seperti orang yang cukup dewasa.
"Kaupikir untuk apa aku menyuruh Yotsugi menyelinap masuk ke rumahmu ? supaya paling tidak untuk sebentar kau tidak perlu mencemaskan hubungan dengan kaii"
"Ya, itu pun aku mengerti...... hanya saja, kehidupan sehari-hari dilindungi oleh anak perempuan dan gadis kecil itu, ada perasaan yang menyakiti hati"
"Gadis kecil itu Kiss Shot kah ? Ia Kaii yang berusia enam ratus tahunan---anak perempuan itu pun, Yotsugi adalah Tsukumogami boneka dari mayat"
"Jika dipikir begitu, dilindungi orang yang sangat kuat, kehidupanku sehari-hari......"
Rasanya Hanekawa pernah berkata, di hari-hari yang tidak terjadi apa-apa, aku dilindungi oleh seseorang.
"Karena itu---kau tidak bisa mengulurkan tangan dengan sembarangan. Orang itu pun"
"Orang itu ?"
"Orang itu, atau harus kukatakan, siapa pun--- Ah, biarlah. Bagaimanapun juga, apa pun yang kau pelajari dariku sebaiknya bukanlah tidak ada hal yang tidak mungkin. Yah sampai sekarang pun entah sudah berapa orang yang melakukan hal yang serupa, aku pun seenaknya melakukannya, meski bukannya tidak ada yang melakukannya seperti guru di aliran itu, tidak pernah ada yang berjalan dengan lancar"
Kata Kagenui sambil tertawa cekikikan---tidak, ketika aku membayangkan dengan nyata 'tidak pernah ada yang berjalan dengan lancar' itu, para murid yang diangkat Kagenui dengan seenaknya itu sepertinya tidak cukup berakhir dengan aman......
Huuh.
Meski aku memikirkan ide yang baik, sepertinya memang terburu-buru kah ?---atau ini mungkin pelajaran untuk tidak bertindak dengan ide secara tiba-tiba. Jika bicara pelajaran, penipu itu juga ada......
"Kagenui"
Makanya aku sudah membuang pemikiran egois untuk menerima pelajaran dari Kagenui, hanya bertanya karena keingintahuan.
"Kenapa bisa berhubungan dengan dunia ini ?"
"Ng ? Dunia ini ?"
"Nah maksudnya dengan kaii, cerita kaii, dunia yang seperti itu......"
"Sejujurnya, aku tidak terlalu membedakannya seperti itu hanya orang yang menjijikan yang melakukannya"
Ia baru saja mengatakan hal semacam itu.
Meski aku memikirkannya saat liburan musim panas, tapi entah bagaimana orang ini, bergerak dengan dasar perilaku yang lebih sederhana dari yang kupikirkan.
Bangunan yang berlawanan kebaikan dan kejahatan.
Tidak, daripada kebaikan---kebajikan kah ?
Terlebih lagi, kalau menurut Oshino, dunia ini dibanjiri dengan kebaikan yang seenaknya, kebajikan yang menggelisahkan---dan kurang lebih sama, kejahatan yang diharapkan pun, mungkin akan jadi kejahatan yang serius.
Di dunia yang tidak terus terang ini, Kagenui kah yang hidup dengan terus terang ?
"Saat tk, awalnya aku menghajar anak nakal pemarah---jika dipikir sekarang, anak nakal itu pun, mungkin dirasuki sesuatu. Mmm, ini cerita ketika aku belum berspesialis pada kaii yang abadi"
"Wah jika menjadi spesialis kaii yang abadi sejak tk, mengejutkan ya......"
Masa ketika Kagenui tk ya.
Meski terlalu sulit dibayangkan---jelaslah bahwa bahkan jika lawan Kagenui saat itu bertarung pun, tidak mungkin menang.
Aku berdoa semoga anak nakal yang dihajar dek Kagenui saat itu mendapat kebahagiaan besar.
"Lalu, saat ini kau berspesialisasi melawan kaii yang abadi itu karena tidak ada istilah terlalu berlebihan---kan. Jika dibalik, artinya sudah berkali-kali ada yang terlalu berlebihan. Itukah dasar pekerjaan ini ?"
"Yah, itu bisa saja---apa-apaan ini, pertanyaannya kebanyakan. Barangkali kau berniat mencampurkanku ? Ke haremnya Araragi yang digosipkan"
"............"
Kenapa ia tahu.
Keberadaan harem Araragi--- tidak, meski begitu keberadaan organisasi dengan selera seburuk itu tidak ada. Apa informasinya dari Ononoki ?
Bocor ya.
Karena tinggal bersama gadis itu, mungkin informasi akan semakin bocor---tapi yah, entah apa di situ pun ada keuntungannya.
Aku menyampaikan fakta bahwa kehidupan Tsukihi tidak ada masalah pada Kagenui karena tidak ada minusnya bagiku.
"Kira-kira yang kau bujuk itu, sepertinya sudah jadi manusia yang besar ya. Tapi alih-alih ukurannya, sepertinya sudah bukan manusia biasa lagi"
"Jika begitu karena aku akan menghabisinya jadi jangan khawatir, aku menyuruh Yotsugi melekat padamu juga untuk alasan itu---supaya jika kau menyimpang dari jalan manusia lebih jauh dari ini, aku bisa menyelesaikannya tanpa ampun, begitu"
"............"
Jalan manusia ya.
Aku berniat untuk menjalani jalan manusia itu sendiri dengan pantas, tapi bagaimana bisa aku jadi seperti ini.
Lalu ketika Ononoki adalah pembunuh......
Fakta yang tak terduga terbuka dengan cepat menjadi jelas.
Tidak, soal yang sepertinya bisa dimengerti jika dipikirkan, aku sama sekali tidak memikirkannya sampai dikatakan sekarang. Meski aku tanpa sadar melupakannya dalam sosok boneka cantik, tapi memang, Ononoki pun masih profesional yang spesialisasinya melawan 'kaii yang abadi'.
Ha--- tawa Kagenui.
Biarpun begitu, katanya.
"Tidak perlu jadi senegatif itu menurutku---karena menjalani kehidupan normal sebagaimana adanya itu hidup sebagai manusia tersebut"
"......biarpun tidak tampak di cermin ?"
"Biarpun tidak tampak di cermin tidak berarti mati kan. Meski jika menjadi abu karena cahaya matahari itu memang masalah yang pelik---tapi kalau penyebabnya tidak ketahuan itu mengerikan, walaupun tidak bisa dibiarkan, tapi karena situasi ini penyebabnya jelas. Terlalu sering berubah menjadi vampir"
"Kalau itu aku mengerti---hanya saja, kurasa tidak mungkin menghabiskan seumur hidup bisa tanpa peristiwa seperti ini kan ? Karena hanya setahun sejak aku mengetahui sesuatu yang disebut kaii untuk pertama kali, hal-hal sebanyak ini sudah terjadi---"
"Wah frekuensinya tinggi ya. Menemui masalah"
Meski sekali di tengah frekuensi masalah yang tinggi itu ada kau dan Ononoki, tapi aku tidak mengatakannya. Walau sekarang pun sama sekali bukan teman,biarpun begitu menjadi berhubungan karena menerima cerita seperti ini.
Untuk memberiku nasihat---walaupun sama sekali tidak terasa seperti itu.
"Tapi, manusia tidak bisa hidup tanpa dikunjungi masalah apa pun seumur hidupnya kan ? Tapi kebanyakan manusia pada vampir dan semacamnya---bergantung pada metode lain sepertiku, atau melakukan semacam itu. Melakukan ini atau itu, atau sesuatu. Jika dikatakan dengan jelas, hanya mengenali semacam kaii, aku atau kau, hati akan menjadi lemah"
"Hati---lemah"
"Gemetar pada keberadaan yang belum diketahui, mengerti bahwa tidak mengerti apakah yang terjadi. Karena elemen kegelisahan mengenai kehidupan sehari-hari jadi bertambah, konsentrasi pada sehari-hari jadi berkurang. Kurasa Oshino pun mengalami kesusahan yang sama mengenai hal itu"
"Oshino juga......?"
Walau aku tidak terlalu bisa membayangkan Oshino kesusahan seperti itu.
Orang yang tidak kenal susah yang sangat riang, atau seperti diam merenungkan sesuatu dan sebagainya, meski aku tidak pernah melihatnya, justru bayangan seperti itu.
Tidak, tapi.
Hanya bayangan seperti itu yang tidak kupunyai---jika dipikir postur orang itu yang menjaga keseimbangan sampai gugup, takut kehilangan netralitas ketika keruntuhan keseimbangan, mungkin bisa dikatakan seperti itu.
Secara abnormal.
Takut, begitu.
"Mengenai itu, Kaiki sepertinya riang dan benar-benar berani...... tanpa memikirkan keseimbangan alam dan sebagainya sedikit pun, orang itu melakukan apa yang ia inginkan"
"Kaiki sih karena ia mengambil pendirian untuk tidak percaya pada keberadaan kaii dan semacamnya---tapi mungkin bisa dikatakan ia mengambil pendirian itu untuk melindungi diri. Hampir sama dengan Oshino yang berpendirian teori keseimbangan"
Hampir sama ya.
Yah, dahulu, dua orang itu teman kan---Apalagi, meski aku mengatakannya sendiri, bahkan untuk Kaiki, laki-laki yang tidak cocok dengan ekspresi riang pun jarang.
Riang itu dekat dengan antonim dari tidak menyenangkan.
"Hanya saja, aku tidak mungkin mengambil pendirian itu padamu. Teori keseimbangan atau teori penolakan, biar bagaimanapun juga"
"Tidak mungkin...... maksudnya ?"
"Kau ya kau sendiri yang seperti kaii---sedangkan aku memiliki Yotsugi"
Nah, memiliki mantan Kiss Shot itu berarti jadi kau dan aku benar-benar sama, kata Kagenui.
"Jika mengambil keseimbangan, bagaimanapun juga akan mendekat ke arah Kaii---bergantung ke arah Kaii. Jika menolak akan mengarah ke menolak keadaanmu sendiri"
"............."
Apa yang kau katakan ? Jika dikatakan seperti itu aku jadi bingung.
Kagenui yang dengan penuh percaya diri dan tanpa ragu melakukan keeksentrikan tidak menjalani jalan tanpa pura-pura dan malu,
menjalani hidup dengan semestinya berdasarkan keyakinannya sendiri, dan aku yang berayun ke sana ke mari setiap kesempatan, melayang seperti angin bertiup, tidak seperti layang-layang yang benangnya putus, seperti layang-layang yang tujuannya putus, argumen adakah hal yang benar-benar sama itu---tidak, barangkali, justru karena aku merasakannya tanpa disadari, mungkin aku meminta pelajaran seperti ini, datang ke kuil putih utara yang seharusnya tempat di mana aku tidak terlalu ingin bersantai mengunjur. *benang - tujuan = ito
......Begitu ya.
Mungkin jika aku kebanyakan bertanya-tanya pada Kagenui akan benar-benar dicurigai sebagai undangan ke harem araragi---karena organisasi itu tidak ada---tapi, biarpun begitu ada sesuatu, bahkan jika terdesak pun ada sesuatu, jika ada hal yang ingin kutanyakan pada Kagenui hanya satu, hal itu mungkin saja.
Bukan cara bertarung melawan kaii dengan tubuh manusia---bukan pula mengapa Kagenui melangkahkan kaki di dunia ini---juga sampai sekarang sudah berapa kali 'terlalu berlebihan', dan tentu saja bukan mengapa ia mengetahui keberadaan harem Araragi.
Yang ingin kutanyakan.
Yang ingin kutanyakan pada Kagenui Yozuru.
"Hei Kagenui"
"Apa ?"
"Hubungan seperti apa antara Kagenui dan Ononoki ?"
だが男だ
Jump to
- Baka-Tsuki
- ↳ Rules
- ↳ News
- ↳ Feedback and Suggestions
- ↳ Feedback on Rules
- ↳ Proposals and Suggestions
- ↳ Developers and Code
- ↳ General Help
- Translation Projects
- ↳ English
- ↳ Creative works
- ↳ Hosted
- ↳ Future Project Suggestions
- ↳ Teaser Feedback
- ↳ Alternative Language Forum
- ↳ French
- ↳ German
- ↳ Indonesian
- ↳ Spanish
- ↳ Lingua Franca Lexicon
- ↳ Hosted
- ↳ Audio Recordings
- Archives
- ↳ Active
- ↳ Zero no Tsukaima
- ↳ Chrome Shelled Regios & Toaru Majutsu no Index - New Testament
- ↳ Dai Densetsu no Yūsha no Densetsu & Itsuka Tenma no Kuro Usagi
- ↳ High School DxD
- ↳ Kaze no Stigma
- ↳ Hidan no Aria
- ↳ Auxiliary Brigades
- ↳ Abandoned
- ↳ GOTH
- ↳ Kara no Kyoukai
- ↳ Ookami to Koushinryou
- ↳ Suzumiya Haruhi
- ↳ Volume 1 - The Melancholy of Suzumiya Haruhi / 第一巻: 涼宮ハルヒの憂鬱
- ↳ Volume 2 - The Sighs of Suzumiya Haruhi / 第二巻: 涼宮ハルヒの溜息
- ↳ Volume 3 - The Boredom of Suzumiya Haruhi / 第三巻: 涼宮ハルヒの退屈
- ↳ Volume 4 - The Disappearance of Suzumiya Haruhi / 第四巻: 涼宮ハルヒの消失
- ↳ Volume 5 - The Rampage of Suzumiya Haruhi / 第五巻: 涼宮ハルヒの暴走
- ↳ Volume 6 - The Trembling of Suzumiya Haruhi / 第六巻: 涼宮ハルヒの動揺
- ↳ Volume 7 - The Intrigues of Suzumiya Haruhi / 第七巻: 涼宮ハルヒの陰謀
- ↳ Volume 8 - The Indignation of Suzumiya Haruhi / 第八巻: 涼宮ハルヒの憤慨
- ↳ Volume 9 - The Dissociation of Suzumiya Haruhi / 第九巻: 涼宮ハルヒの分裂
- ↳ Volume 10 - The Astonishment of Suzumiya Haruhi / 第十巻: 涼宮ハルヒの驚愕
- ↳ Suzumiya Haruki no Seitenkan
- ↳ Sword Art Online & Accel World
- ↳ Campione
- ↳ Date A Live
- ↳ Mahouka Koukou no Rettousei
- ↳ Stalled
- ↳ PuiPui
- ↳ Nogizaka Haruka no Himitsu
- ↳ Novel Series Terminology
- ↳ Novel Series Guidelines
- ↳ Appreciation & PDF
- ↳ General
- ↳ Commune
- ↳ Animes
- ↳ Games & Computing
- ↳ Manga & Novel
- ↳ Music & Culture
- ↳ Web Novels
- ↳ Machine Translation Sandbox