Editing
Hakomari (Indonesia):Jilid 3 Putaran Pertama
(section)
Jump to navigation
Jump to search
Warning:
You are not logged in. Your IP address will be publicly visible if you make any edits. If you
log in
or
create an account
, your edits will be attributed to your username, along with other benefits.
Anti-spam check. Do
not
fill this in!
===▶Hari Kedua <C> [Pertemuan Rahasia] dengan [Shindou Iroha], Kamar [Hoshino Kazuki]=== "Ke...napa...?" Kata ini tanpa kusadari keluar dari mulut saatku kembali dari kamar Maria. Aku hanya menatap monitor dengan kaku. «Seorang target untuk [Pembunuhan] telah dipilih» Bukan itu maslahnya. Aku sudah mengira orangnya, yang bisa menggunakan [Pembunuhan], akan menggunakan perintah ini. Tapi orang yang dipilih berbeda dari yang kukira. «Maukah kamu membakar [Shindou Iroha] sampai mati dengan [Sihir]?» Di bawah pesan ini ada gambar wajah Kaichou dengan tulisan «BUNUH?» tertulis di depan matanya. Kalau aku menekan gambar ini, Kaichou akan dibakar sampai mati. Kenapa bukan Daiya, tapi Kaichou sebagai target untuk [Pembunuhan]...? Aku berusaha menjaga fikiranku yang mulai menggila. Hanya sang [Raja] atau [Si Kembar] yang bisa memilih target untuk [Pembunuhan]. Baik aku maupun Maria bukanlah salah satu dari keduanya. Juga, tidak mungkin Kaichou menggunakan [Pembunuhan] untuk dirinya sendiri. Yang artinya Daiya atau Kamiuchi-kun memilihnya. ...Tapi Kamiuchi-kun seharusnya yakin kalau Daiya adalah si [Revolusioner]. Aku tidak habis fikir ia memilih Kaichou. Jadi apakah itu Daiya...? Tidak, Kaichou 'kan sudah bilang kalau ia pasti bukan [Raja] maupun [Si Kembar]? Tunggu dulu! Lalu siapa si [Revolusioner]...? "Ya, ini aku." "HII!" Aku hampir melompat karenanya. "Hm? Kok lebay 'gitu? Kamu tau 'kan aku akan datang." Kaichou berdiri di depan pintu dan mengangkat tangannya dengan wajah terkejut. "M-Maaf, Kaichou." "...aku 'gak akan maksa, tapi bisa tolong hentikan 'Kaichou'-nya? Aku gak suka itu, karena rasanya aku yang merupakan orang dibaliknya dilupakan." "...jadi, Shindou-san...?" "'Iroha' akan lebih cocok." "......Iroha-san." "'San'-nya tidak penting, tapi...yah terserah...aku akan duduk!" Meski berkata dia tidak akan memaksaku, Kaichou—bukan, Iroha-san memaksakan pendapatnya tentangku dan duduk di meja seperti yang Daiya lakukan di hari sebelumnya. "Umm...kenapa kamu memilihku, Iroha-san?" Kaichou menjawab dengan senyuman pada pertanyaan ini. "Untuk minta perlindungan." ".........eh?" "Belum paham? Kalau aku 'gak membunuh Oomine Daiya hari ini di blok <C>, pasti aku akan [terbantai]. Dengan kata lain, nyawaku ada di tanganmu, Kazuki-kun. Kyaa~ selamatkan aku~, Kazuki-KUN!" "...kenapa kamu mengatakan ini padaku...?" "Kamu [Penyihir], 'kan?" Dengan sekuat tenaga aku menahan kekacauan yang akan menyerangku. Ini trik yang sama seperti yang Daiya gunakan padaku. Membuat kesalahan sama untuk yang kedua kali akan sangat buruk. "Oh, kamu 'gak kena itu? Kamu sangat berhati-hati, ya? Oke, kalau Oomine Daiya tidak [dibunuh] hari ini, aku akan mati. Oh tidak!!!" "...umm, apa kamu bisa menggunakan [Pembunuhan]?" "'Gak!" Iroha-san langsung menolaknya. "Jadi aku tidak bisa menyelamatkanmu meski aku [Penyihir]! Itu karena aku tidak bisa memilih target[Pembunuhan]." "'Gak bisa? Setelah perbincangan itu di ruangan utama, apa kamu fikir Kamiuchi-kun atau Otonashi-san tidak akan [membunuh] Oomine Daiya? Orang itu menggali kuburannya sendiri tadi, ya, 'kan? Jadi pasti akan berhasil kalau kamu melakukan sesuatu, 'kan?" Setidaknya Maria tidak akan memilih «target untuk dibunuh» dan, malah, Iroha-san sendiri adalah targetnya. Tapi karena aku tidak bisa mengatakannya, aku tetap diam. "Aku memilihmu sebagai rekan untuk [Pertemuan Rahasia] karena kemungkinan untuk membiarkan Oomine-kun pergi akan sangat tinggi untukmu! Maksudku, aku tau kalau Oomine-kun dan kamu sudah saling kenal dan lihatlah, kamu sangat baik!" Aku hanya bisa mendengar sarkasme dari perkataannya. "'Gini, aku akan gelisah kalau kamu biarkan Oomine-kun. Jadi, aku ingin memberikanmu dorongan. Dorongan untuk membunuh Daiya—ya. "......tapi kamu tadi bilang kalau membunuh akan menghancurkan hidupmu?" "Ya, tepat! Dengan memaksakan pembunuhan seperti ini, aku pastinya akan menghancurkan hidupku. Jujur, aku tidak tau berapa lama lagi aku akan menderita di masa nantinya karena ini, soalnya aku 'gak bisa berimajinasi! 'Gak, aku memang lebih suka untuk 'gak memikirkannya. Itu karena—" Iroha-san menyatakannya dengan senyuman, dan juga tatapan tajam di matanya. <!--"A strong light in her eyes", 'gimana kalau 'tatapan tajam'? Atau lebih cocok 'semangat'?--> "Ini jauh lebih baik daripada mati." Setelah melihat matanya yang tidak ada keraguan, aku akhirnya tau— —bahaya yang dia hadapi. Apa yang membuatnya manusia super bukan hanya kemampuannya. Tapi psikisnya. Karakteristiknya yang mengejar tujuan dengan lurus tanpa jalan lain mungkin mirip dengan Maria. Tetapi, ketimbang Maria, yang menambahkan yang lain dan mungkin juga mengganti tujuannya, Iroha-san memprioritaskan tujuannya dan pasti tidak akan menggantinya. Untuk tujuannya, dia mungkin akan menumbangkan yang lain dari waktu ke waktu. Dengan biasa, tanpa menyadarinya, seperti kereta yang menghancurkan kerikil di bawah rodanya. Dan tujuannya kali ini adalah «bertahan hidup». Tiba-tiba, aku mengingat saat kami bertemu, yang membuatku merinding. "......Hei" Iroha-san berkata kalau dia ingin aku menekan tombol untuk membunuh Daiya. Tapi apa rencananya kalau aku menolak permintaan ini? Apa yang akan dia lakukan di situasi di mana dia percaya kalau dia akan mati kalau aku tidak melakukannya? "<u>Kamu membawaa pisaumu, ya</u>?" Iroha-san melebarkan matamu. "Oho" Lalu dia melihatku dengan ketertarikan dan bertanya, "<u>Darimana kamu tau</u>?" Dia menusukkan tangannya ke dalam roknya, mengambil pisau dan melemparnya ke pintu. "Atau kamu tau itu saat kamu mencoba mengintip CD-ku? Dasar mesum!" "......" "Haha, bercanda! ..ah yah, aku yang menyembunyikan pisau itu 'gak bisa dianggap main-main, ya? Aah~... Bisakah kamu membuat pengecualian? Bukan aku memakai pisau ini karena untuk [Pertemuan Rahasia] denganmu! Aku selalu membawanya saat aku tidak sendiri di kamarku. Serius." "Tapi kalau aku menolak permintaanmu untuk [membunuh] Daiya, kamu mau mengancamku dengan pisau ini, 'kan?" "Ya. Tapi itu normal, 'kan?" Aku menggelengkan kepalaku padanya, yang dengan mudah mengakuinya. Tidak mungkin hal itu normal. "Serius? Oh baiklah. Jadi ini artinya aku tidak bisa mengancammu lagi." "Kantong kecilnya..." "Hm?" "Serahkan kantong kecil yang ada di meja itu, karena pisauku ada di sana." Iroha-san membelalakkan matanya sekali pada kata-kataku dan tersenyum masam. Seperti yang dia katakan, dia melemparkan kantongnya padaku. Aku menangkap kantongnya, mengeluarkan pisaunya keluar dan melemparnya ke pintu seperti yang Iroha-san lakukan. "...apa kamu juga duduk di meja karena kamu fikir pisauku ada di sana?" "Ahaha, aku tidak fikir sejauh <i>itu</i>. Omong-omong, bisa aku pastikan sesuatu?" "Apa?" Iroha-san menatap lurus pada mataku dan bertanya, "<u>Soal kamu mau bekerja sama denganku untuk membunuh Oomine Daiya atau tidak</u>!" Dia mengatakannya semudah itu dan senyum yang cerah. "......um," "Apa?" "Aku tidak akan membunuh siapapun! Tidak pedulit itu Daiya atau siapapun." Saatku jawab seperti ini, Iroha-san tetap diam dengan senyum dan pandangannya yang mengarah padaku. Aku mengalihkan mataku dan menjatuhkan pandanganku tanpa kuketahui karena peringatan hening ini. "Kamu belum mengerti. Yang ingin kubilang itu:" Iroha-san berhenti sesaat dan melanjutkannya, "<u>Kamu mau membunuh Oomine Daiya atau membunuhku</u>? - itu yang ingin kutanyakan!" Aku mengangkat wajahku dan menatap Iroha-san. Dia melihat padaku seperti aku anak yang keterlaluan. "Jangan fikir kamu bisa terbebas dari perasaan berdosa kalau kamu tidak menekan tombolnya, kamu akan membunuh Oomine-kun, pasti. Tapi kalau tidak kamu tekan, kamu pastinya akan membunuhku!" "I-Itu—" "Terserah kamu, tapi itulah rasanya untukku. Kalau aku [terbantai], aku akan menganggap kalau kamu telah membiarkan aku mati!" "Uh..." Sebenarnya, aku tau. Aku tau kalau mustahil untuk tetap tidak bersalah dalam permainan kematian ini, tidak peduli apapun tindakkan yang diambil. "...aku mengerti maksudmu. Tapi aku tidak bisa [membunuh] Daiya di blok <C> hari ini. ...tapi, aku tidak bisa jelaskan alasannya." "Apa ini artinya [kelas]-mu 'gak ada hubungannya dengan [Pembunuhan]? ...tunggu, jangan bilang kalau Oomine-kun tidak dipilih?" Dia hampir marah padaku saat dia menanyakannya. Tentu aku tidak bisa menjawab pertanyaannya. "Dilihat dari ekspresimu, kelihatannya yang kedua benar! Wow, hei! Kalau begitu pasti aku akan mati!" Saat aku tetap diam pada kesenangan anehnya, Iroha-san mendesah dan kembali duduk di meja. Lalu dengan tanpa gairah dia menutup matanya dengan kedua tangannya. "...hei, Hoshino-kun?" Sambil tetap seperti itu, dia berbisik dengan suara yang sangat berbeda dari yang sebelumnya. "Yuuri itu cantik, ya, 'kan?" Bingung kenapa dia menanyakan ini, aku hanya melihatnya dengan diam. "Kamu tau, aku tidak pernah bertemu dengan seseorang yang bisa membuatku cemburu sampai aku bertemu Yuuri. Karena aku fikir aku bisa mendapatkan pencapaian, rasa suka, semuanya. Orang pertama yang kuhormati dan mengirikan hatiku...dan mungkin, yang kucemburui, adalah Yuuri." Kecemburuan. Aku mengingat kata-kata Maria, 'daya tarik bisa saja menimbulkan emosi negatif'. "Karena itu seperti menunjukkan kelemahanku, aku belum pernah memberitau siapapun sampai sekarang, tapi di kehidupan SMA-ku, aku pernah jatuh cinta. Aku berhubungan dekat dengannya dari awal...dan yah, karena aku tidak berpengalaman dalam hal percintaan dan semacamnya, aku rasa cukup jadi hanya sebatas teman." Iroha-san tersenyum dengan pahit dan berkata, "Sampai ia pacaran dengan Yuuri." Aku tidak bisa membaca perasaannya dari senyuman pahitnya ini. "Dan sebagai teman mereka berdua, aku mencoba membantu mereka dengan nasehat-nasehat dalam berhubungan. Berkatnya aku tau seberapa jauh hubungan mereka! Misalnya saat pertama mereka berpegangan tangan atau saat mereka ciuman. Mendengarnya, aku hanya berfikir: —kalau saja hubungan mereka hancur." "......" "Dan seperti doaku dikabulkan, mereka putus tiga bulan kemudian. Apa aku bodoh? Aku mengharapkannya, tapi aku tidak dapat apapun dari putusnya Yuuri dengannya. Itu karena mustahil ia mau pacaran denganku dan bahkan aku diasingkan karena hanya jadi temannya Yuuri...kenapa aku mengharapkan hal yang berbeda? Dengan kata lain, aku hanya mengharapkan kemelaratan mereka! Padahal mereka ini penting buatku. Singkatnya sih, aku sangat buruk." Akhirnya Iroha-san melihat padaku. "Apa kamu fikir ini hanya cerita murahan yang membosankan?" Aku menggelengkan kepalaku. "Yah, kalau begitu artinya aku punya rasa kuatir yang terkesan klise...masa aku ini manusia super?" Iroha-san mengalihkan tatapannya menuju bohlam di langit-langit dan mengatakan, "...aku sudah lupa soal rasa kuatir yang kekanak-kanakan ini. Sungguh. Karena aku senang hanya dengan tau kalau Yuuri penting bagiku." Dia menunjukkan senyuman yang menertawakan dirinya sendiri. "Tapi aku ingat saat Yuuri mati. Buruknya, aku tidak bisa mengeluarkannya dari kepalaku lagi. Aku tidak bisa membuat masalah ini keluar dari kepalaku. Tepat dari saat Yuuri-ku tersayang mati, aku hanya bisa memikirkannya." Iroha-san dengan perlahan mengarahkan kepalanya padaku. "Hei, Hoshino-kun, bagamana menurutmu?" Dia bertanya dengan lembut dalam sebuah bisikkan. "Apa aku — <u>menyukai Yuuri</u>?"<!--di sini aku bingung. "Suka" atau "mirip". (Keduanya bisa dengan kata "like") Tapi dilihat dari kalimat-kalimat sebelumnya, mungkin "suka" lebih cocok.--> Aku tidak bisa menjawab apapun pada pertanyaan ini. Iroha-san menatapku tanpa berekspresi untuk sesaat. Tapi setelah dia melihatku diam, dia langsung menaikkan ujung mulutnya dengan senang. "Huhu... 'Gimana? Strategiku?" "...eh?" "Kamu belum mau jadi rekanku setelah mendengar sisi kemanusiaanku?" Dia mengatakannya dan tertawa. Tapi aku mengerti. Dia mungkin telah mencoba mengakhirinya dengan candaan, tapi semua yang dia katakan adalah perasaannya yang sebenarnya. Dia tidak punya orang lain untuk dia tunjukkan kelemahannya. Dan aku yakin dia tidak bisa menunjukkannya pada dirinya sendiri. Jadi, dia bahkan tidak mengerti isi hatinya. Ini kelemahannya. Dia hanya bisa mengeluarkannya hanya karena dia akan mati. Saat Iroha-san melihatku menjatuhkan pandanganku dan menutup mulutku, dia berhenti tertawa. Lalu dia berkata, dengan nada yang bermain-main— "Aku baru saja mengutukmu." Dengan ekspresi yang senang. "Sekarang kamu akan mengingat ceritaku meski aku mati." Strateginya berhasil. Bahkan kalau dialah pusat masalahnya, aku tidak mengharapkan kematiannya.
Summary:
Please note that all contributions to Baka-Tsuki are considered to be released under the TLG Translation Common Agreement v.0.4.1 (see
Baka-Tsuki:Copyrights
for details). If you do not want your writing to be edited mercilessly and redistributed at will, then do not submit it here.
You are also promising us that you wrote this yourself, or copied it from a public domain or similar free resource.
Do not submit copyrighted work without permission!
To protect the wiki against automated edit spam, please solve the following captcha:
Cancel
Editing help
(opens in new window)
Navigation menu
Personal tools
English
Not logged in
Talk
Contributions
Create account
Log in
Namespaces
Page
Discussion
English
Views
Read
Edit
View history
More
Search
Navigation
Charter of Guidance
Project Presentation
Recent Changes
Categories
Quick Links
About Baka-Tsuki
Getting Started
Rules & Guidelines
IRC: #Baka-Tsuki
Discord server
Annex
MAIN PROJECTS
Alternative Languages
Teaser Projects
Web Novel Projects
Audio Novel Project
Network
Forum
Facebook
Twitter
IRC: #Baka-Tsuki
Discord
Youtube
Completed Series
Baka to test to shoukanjuu
Chrome Shelled Regios
Clash of Hexennacht
Cube × Cursed × Curious
Fate/Zero
Hello, Hello and Hello
Hikaru ga Chikyuu ni Itakoro......
Kamisama no Memochou
Kamisu Reina Series
Leviathan of the Covenant
Magika no Kenshi to Basileus
Masou Gakuen HxH
Maou na Ore to Fushihime no Yubiwa
Owari no Chronicle
Seirei Tsukai no Blade Dance
Silver Cross and Draculea
A Simple Survey
Ultimate Antihero
The Zashiki Warashi of Intellectual Village
One-shots
Amaryllis in the Ice Country
(The) Circumstances Leading to Waltraute's Marriage
Gekkou
Iris on Rainy Days
Mimizuku to Yoru no Ou
Tabi ni Deyou, Horobiyuku Sekai no Hate Made
Tada, Sore Dake de Yokattan Desu
The World God Only Knows
Tosho Meikyuu
Up-to-Date (Within 1 Volume)
Heavy Object
Hyouka
I'm a High School Boy and a Bestselling Light Novel author, strangled by my female classmate who is my junior and a voice actress
The Unexplored Summon://Blood-Sign
Toaru Majutsu no Index: Genesis Testament
Regularly Updated
City Series
Kyoukai Senjou no Horizon
Visual Novels
Anniversary no Kuni no Alice
Fate/Stay Night
Tomoyo After
White Album 2
Original Light Novels
Ancient Magic Arc
Dantega
Daybreak on Hyperion
The Longing Of Shiina Ryo
Mother of Learning
The Devil's Spice
Tools
What links here
Related changes
Special pages
Page information