Editing
Oregairu (Indonesia):Jilid 2 Bab 4
(section)
Jump to navigation
Jump to search
Warning:
You are not logged in. Your IP address will be publicly visible if you make any edits. If you
log in
or
create an account
, your edits will be attributed to your username, along with other benefits.
Anti-spam check. Do
not
fill this in!
===4-12=== Pada jam 5:30 pagi, udaranya masih begitu tidak nyamannya dingin. Menahan uapanku, aku melihat bayangan dua orang mengecil ke kejauhan. Jarak antara mereka tidak pernah melebar ataupun menyempit; setiap kali salah satu dari mereka melampaui yang lain, orang yang di depan akan melambatkan langkahnya agar orang yang lain bisa mengejarnya, dan bahu mereka akan bergetar kadang-kadang karena suara riuh tawa mereka. Yukinoshita berdiri dalam kabut pagi yang tebal. “Aku ingin tahu, apa itu maksudnya menjadi saudara…?” Sebuah helaan menyelinap keluar darinya. “Bisa jadi. Sangat tergantung pada siapa orangnya. Kamu juga bisa mengatakan mereka adalah orang asing terdekatmu.” Sebenarnya, ada banyak saat-saat ketika aku begitu kesal sampai-sampai aku berpikir ingin meninju adik kecilku, dan pada saat itu aku dapat merasakan aku sama sekali tidak sedang bertindak seperti diriku. Dan malah, pada saat-saat lengah itulah, perasaan seperti cinta dan kasih sayang akan tumbuh dalam diriku juga. Tidak mampu mengekpresikan perasaan itu dengan jelas dan selamanya merasakan sebuah dinding di antara kami adalah apa yang dimaksudkan menjadi saudara itu. Itulah mengapa menyebut mereka orang asing terdekatmu itu begitu aneh tapi begitu cocok. Mereka adalah orang yang terdekat denganmu dan namun mereka itu orang asing, dan mereka itu orang asing dan namun mereka itu orang yang terdekat denganmu. “Orang asing terdekatmu… begitu ya. Aku terlalu memahami hal itu.” Yukinoshita mengangguk, menjaga wajahnya tetap menunduk. “Yukinon?” Yuigahama dengan ragu-ragu melirik pada wajah Yukinoshita, merasa bingung akan tampangnya. Mendengar itu, Yukinoshita menyentak naik kepalanya dan menunjukkan senyuman pada Yuigahama. “Sekarang kalau begitu, kita seharusnya juga bergegas pulang. Sudah hampir waktunya masuk sekolah dalam tiga jam lagi.” “Oh, oke…” Yuigahama terlihat tidak begitu menerima tingkah Yukinoshita dari tampangnya, tapi toh dia mengangguk dan mengatur tas di bahunya. Aku melepaskan kunci sepedaku pada saat itu juga. “Ya. Komachi, bangun.” Komachi sedang duduk di batu trotoar di depan McDonalds dan sedang terantuk-antuk. Aku menyodok pipinya dengan pelan, membuatnya mengugamkan sesuatu yang tidak dapat kumengerti dan membuka matanya dengan berat. Dia berdiri dan menyeret kakinya seperti zombie, mencelempungkan dirinya di belakang sepedaku. Pada hari biasa, dia pasti masih tertidur. Tidak ada yang bisa dilakukan. Hari ini aku harus mengayuh pelan pada jalan yang mulus. Aku duduk ke atas sepedaku dan meletakkan kakiku di atas pedal sepedanya. “Kalau begitu, aku akan pulang sekarang. Kerja bagus, semuanya.” “Ya, sampai jumpa besok. Tidak, tunggu. Sampai jumpa hari ini di sekolah.” Yuigahama membuat lambaian kecil, tangannya berada dekat ke dadanya. Yukinoshita diam untuk sejenak, memandang kosong pada Komachi dan aku, tapi segera setelah aku menggerakkan kakiku, dia berkata dengan pelan. “Aku sarankan kalian tidak menaiki sepeda sekali dua orang… kalian mungkin akan mendapat kecelakaan lagi.” “Oh, sampai jumpa nanti,” jawabku selagi aku mulai mengayuh. Otak kurang tidurku tidak bisa berfungsi dengan baik, dan hampir semua kapasitas mentalku disibukkan melihat jalan dan menghindari mobil yang datang. Berkat itu, aku hanya bisa membuat jawaban asal terhadap apa yang dikatakan Yukinoshita. Dengan samar, aku heran bagaimana dia tahu mengenai kecelakaan itu… Aku mengayuh dengan pelan dan dengan hati-hati pada jalur lurus yang bersimpang dengan jalan raya nasional 14. Angin yang biasanya meniup wajah kami setiap kali kami pergi ke sekolah sedang berada di belakang kami hari ini. Selagi kami menunggu di depan lampu lalu lintas kedua kami, sebuah aroma sedap dari toko roti di samping jalan melayang di udara. Perutku membuat suara keroncongan karena lapar. “…Komachi. Kamu mau sedikit roti sebelum kita pulang?” “Tch! Onii-chan, kamu bodoh! Kamu selalu mampir ke toko roti bertingkah begitu kalem dan acuh tak acuh serta berpura-pura tidak memperhatikan apapun. Tapi kamu ternyata hanya lapar!” Selagi dia menyodok punggungku, aku membelokkan sepedaku ke arah toko roti itu dan mulai mengayuh. Komachi menghela. “Onii-chan, kamu benar-benar tidak ada harapan lagi. Jika kamu akan bertingkah seperti ini, aku tidak akan mengatakan semua hal baik tentangmu tadi.” “Nah, kamu sama sekali tidak memujiku. Pada akhirnya, semua yang kamu katakan hanya tentang kamu menjadi anak yang baik. Dan toh kamu kurang lebih mengarang-ngarang cerita itu tadi.” “Yah, sedikit, ya,” kata Komachi saat dia berhenti memukulku. Dia diam untuk sejenak. “Tapi kamu tahu, aku tidak berbohong ketika aku bilang aku merasa bersyukur.” Kemudian dia melingkari lengannya pada pinggangku dan memelukku dengan erat, memendamkan wajahnya pada punggungku. “Apa poin Komachimu naik lagi?” “Hmph, kamu memergokiku.” Bahkan ketika dia mengatakan itu, Komachi tidak melepaskan lengannya dari pinggangku. Hembusan angin pagi dingin yang nyaman telah dengan perlahan membekukan tubuh kami ketika kami terpisah. Aku merasakan sentuhan kulitnya yang hangat dan menenangkan itu perlahan-lahan membuatku semakin mengantuk. Entah bagaimana, aku rasa hari ini kami juga akan telat lagi. Jika aku pulang dengan perasaan seperti ini, aku tahu pasti aku akan menyelinap ke tempat tidur dan tertidur. Itu tidak buruk untuk terlambat sekali-kali, bersama dengan saudaramu seperti ini. “Tapi kamu tahu, bagus untukmu.” suara Komachi melayang padaku dari belakang. “Kamu bisa bertemu dia dengan baik.” “Huh? Apa yang sedang kamu bicarakan?” Aku rasa aku sedang memakai sebuah ekspresi sangsi. Komachi terus berbicara dengan riang, tidak sadar akan perasaan yang muncul pada wajahku. “Kamu tahu, si pemberi permen itu. Aku seharusnya mengatakan sesuatu ketika kita semua berkumpul sebelumnya. Tapi ya sudahlah, selamat, onii-chan. Kamu bisa bertemu dengan seorang gadis imut seperti Yui-san karna kamu mematahkan satu tulang.” “Ya, kurasa…” Aku mendorong kakiku dan mengayuh seperti robot. Aku tidak sadar akan hampir semua rasa yang muncul dari melakukan tindakan mengayuh itu. Ini mungkin menjelaskannya mengapa ayuhanku gagal dalam beberapa saat. Tubuhku tiba-tiba bergetar keras. Dan suatu rasa sakit yang tajam menusuk menerjang tulang keringku. “Gahhhh!” “Ouuuch… ada apa denganmu tiba-tiba? Ini adalah yang pertama kalinya aku pernah melihat kaki seseorang lepas dari pedal sepedanya.” Ocehan Komachi yang tiada hentinya terdengar seperti sesuatu yang begitu jauh. Aku sulit sekali mempercayai apa yang baru saja dia katakan. Jadi Yuigahama si pemberi permen itu? Pada orang lain, seorang pemberi permen mungkin adalah seseorang yang memberimu permen saat Festival Bon atau mereka mungkin kenalan ramahmu, tapi mereka bukanlah orang yang kamu cintai<!--Love interest-->. Tapi dalam kasusku, nasibku terhubung pada si pemberi permen itu. Aku mendapat kecelakaan lalu lintas pada hari pertama SMAku. Pada jalan ke sekolah, seorang gadis yang sedang berjalan-jalan dengan anjingnya di sekitaran sekolah melepaskan rantai anjingnya pada saat sial yang sama ketika sebuah mobil limosin yang terlihat mahal muncul. Hadiahku menyelamatkan anjing itu adalah sebuah tulang patah. Aku dimasukkan ke rumah sakit selama tiga minggu penuh setelah hari pertama sekolahku, menyegelkan nasibku sebagai seorang penyendiri. Dan pemilik anjing itu adalah gadis yang disebut Komachi sebagai si pemberi permen. “Onii-chan, ada apa?” Komachi melirikku dengan cemas, tapi semua yang bisa kumunculkan adalah sebuah senyuman samar. Aku hanya memikirkan mengenai beberapa hal, itu saja. Kemudian bibirku membentuk senyuman getir, senyuman frustasi <!--Self-defeating--> dan mengolok-olok. “Tidak apa-apa. Ayo kita beli roti itu dan pulang,” kataku selagi aku mulai mengayuh, berusaha untuk menyentakkan diriku untuk bergerak lagi. Tapi yang anehnya, itu merupakan usaha yang sia-sia saja. Sekali lagi, pedal sepedanya menghantam tulang keringku lagi. <noinclude> {| border="1" cellpadding="5" cellspacing="0" style="margin: 1em 1em 1em 0; background: #f9f9f9; border: 1px #aaaaaa solid; padding: 0.2em; border-collapse: collapse;" |- | '''Mundur ke''' [[Oregairu (Indonesia):Jilid 2 Bab 3|Bab 3]] | '''Kembali ke''' [[Yahari Ore no Seishun Rabu Kome wa Machigatteru (Indonesia)|Halaman Utama]] | '''Lanjut ke''' [[Oregairu (Indonesia):Jilid 2 Bab 5|Bab 5]] |- |}
Summary:
Please note that all contributions to Baka-Tsuki are considered to be released under the TLG Translation Common Agreement v.0.4.1 (see
Baka-Tsuki:Copyrights
for details). If you do not want your writing to be edited mercilessly and redistributed at will, then do not submit it here.
You are also promising us that you wrote this yourself, or copied it from a public domain or similar free resource.
Do not submit copyrighted work without permission!
To protect the wiki against automated edit spam, please solve the following captcha:
Cancel
Editing help
(opens in new window)
Navigation menu
Personal tools
English
Not logged in
Talk
Contributions
Create account
Log in
Namespaces
Page
Discussion
English
Views
Read
Edit
View history
More
Search
Navigation
Charter of Guidance
Project Presentation
Recent Changes
Categories
Quick Links
About Baka-Tsuki
Getting Started
Rules & Guidelines
IRC: #Baka-Tsuki
Discord server
Annex
MAIN PROJECTS
Alternative Languages
Teaser Projects
Web Novel Projects
Audio Novel Project
Network
Forum
Facebook
Twitter
IRC: #Baka-Tsuki
Discord
Youtube
Completed Series
Baka to test to shoukanjuu
Chrome Shelled Regios
Clash of Hexennacht
Cube × Cursed × Curious
Fate/Zero
Hello, Hello and Hello
Hikaru ga Chikyuu ni Itakoro......
Kamisama no Memochou
Kamisu Reina Series
Leviathan of the Covenant
Magika no Kenshi to Basileus
Masou Gakuen HxH
Maou na Ore to Fushihime no Yubiwa
Owari no Chronicle
Seirei Tsukai no Blade Dance
Silver Cross and Draculea
A Simple Survey
Ultimate Antihero
The Zashiki Warashi of Intellectual Village
One-shots
Amaryllis in the Ice Country
(The) Circumstances Leading to Waltraute's Marriage
Gekkou
Iris on Rainy Days
Mimizuku to Yoru no Ou
Tabi ni Deyou, Horobiyuku Sekai no Hate Made
Tada, Sore Dake de Yokattan Desu
The World God Only Knows
Tosho Meikyuu
Up-to-Date (Within 1 Volume)
Heavy Object
Hyouka
I'm a High School Boy and a Bestselling Light Novel author, strangled by my female classmate who is my junior and a voice actress
The Unexplored Summon://Blood-Sign
Toaru Majutsu no Index: Genesis Testament
Regularly Updated
City Series
Kyoukai Senjou no Horizon
Visual Novels
Anniversary no Kuni no Alice
Fate/Stay Night
Tomoyo After
White Album 2
Original Light Novels
Ancient Magic Arc
Dantega
Daybreak on Hyperion
The Longing Of Shiina Ryo
Mother of Learning
The Devil's Spice
Tools
What links here
Related changes
Special pages
Page information