Editing
Hakomari (Indonesia):Jilid 3 Putaran Pertama
(section)
Jump to navigation
Jump to search
Warning:
You are not logged in. Your IP address will be publicly visible if you make any edits. If you
log in
or
create an account
, your edits will be attributed to your username, along with other benefits.
Anti-spam check. Do
not
fill this in!
===▶Hari Pertama <B> Ruangan utama=== Tiba-tiba, semua yang ada di sekitarku berubah. Semua yang bisa kulihat hanya putih, putih yang tidak biasa, yang membuatku merasa seperti seorang pengunjung rumah sakit kosong yang baru saja dibuat, tanpa dokter, suster, maupun pasiennya. Saat aku menyadarinya— "Eh?" —Aku terjatuh. Tanpa mendapat waktu untuk merasakan rasa sakit dari lantai yang menghantam punggungku, ujung pisau menusuk cepat hingga ke depan mataku. "Namamu?" Melihat seorang gadis dengan rambut sepanjang pundaknya sedang menodongkan pisau di hadapanku, aku tersadar apa yang sedang terjadi. "H-HII…!" "Namamu «Hii»? Serius? Bukannya aku tanya namamu?" S-Siapa ini? "H-Hoshino Kazuki." Aku lihat dia mengenakan seragam yang sama denganku, di tangan kirinya, sebuah jam digital oranye. Warnanya berbeda denganku. Jadi dia adalah pemain permainan ini? …eh? Mungkin, permainan hidup dan matinya baru saja dimulai dan aku langsung saja di check-mate? T-Tunggu dulu! Bukannya itu terlalu kejam!? Kufikir situasiku ini sudah tidak ada harapan— "Kazuki!" —Ah, hanya dengan mendengar suara ini saja aku bisa tenang. "Mm, Otonashi-san, ini kenalanmu?" "Ya." Mengembalikan pandangannya, gadis dengan rambut sepanjang pundaknya ini mengamatiku dengan matanya yang cermat. "...Heh." Lalu<!--kuhapus 'mengatakannya' karena buatku dia gak mengatakan apapun-->, dia berdiri tanpa mengubah ekspresinya dan melangkah mundur. Aku tidak mengerti, tapi mungkin aku sudah bebas. "Kamu baik-baik saja, Kazuki?" "Y-Ya..." Aku menjawab saatku mengambil tangan Maria setelah dia berlarimenghampiriku. "S-Sebenarnya kenapa dia—" "—Uaa!" Aku menghentikan suaraku ketika muncul suara lain, dan berbalik karena penasaran. Gadis tadi menodongkan pisaunya pada lelaki dengan rambut coklat yang baru datang. "...uh, ada, apa ya?" Tanya lelaki itu, sambil melihat sekitar hanya dengan matanya. Ia terkejut, tapi kelihatannya cukup tenang untuk mengamati kami. "... Kamu sangat tenang, ya?" Setelah menyadarinya, dia mengatakan itu pada lelaki dengan rambut coklat itu. "B-Bukan begitu, sebenarnya... yah, aku sadar kalau 'Ah, kau tidak begitu serius', jadi entah kenapa aku bisa tetap santai." Gadis itu menjawab dengan "Ohoo", lalu dia menjauhkan pisaunya dan melepas lelaki itu. "...Ah, kau melepasku?" "Terserah." ...Gadis itu langsung melepasnya juga, ya? Aku penasaran kenapa dia melakukannya. Lelaki berambut coklat yang baru dilepaskan itu sudah tersenyum seakan ia melupakan hal sebelumnya dan berkata, "Oh, ada tiga gadis cantik! Aku beruntung!" Tiga...? Umm, Maria, gadis yang menyerangku dengan pisau, dan— Aku menemukan seorang gadis dengan rambut panjang yang duduk dan memeluk lututnya seperti anak yang ketakutan di samping monitor besar di ruangan ini. Dengan kulitnya yang putih dan rambutnya yang sangat hitam, gadis itu terkesan datar bagiku. "Jangan kuatir, Yuuri!" Gadis yang membawa pisau itu menepuk kepala gadis yang berambut hitam dan tersenyum padanya, menunjukkan kebaikannya yang tidak dia tunjukkan pada kami. Gadis dengan rambut hitam yang berada dalam rasa takut itu menjadi tenang sedikit, tapi ini hanya bertahan untuk waktu yang pendek. "...Apa yang akan terjadi pada kita...?" "Kita akan baik-baik saja!" ...Sepertinya mereka berdua saling kenal. "Kau Hoshino-senpai<span style="position:absolute; margin-top: -12px; font-size: 0.7em; margin-left: -4px;">Kakak</span>, 'kan?" Karena dipanggil, aku melepaskan pandanganku dari kedua gadis tadi. Itu si lelaki dengan rambut cokelat tadi. "Kamu tau aku?" "Tentu! Senpai, bukankah kau terkenal karena Maricchi? Jangan bilang kau lupa tentang upacara pembukaan yang <i>legendaris</i> itu!" Ia mengenakan seragam yang kusut, sebuah kalung perak, dan jam tangan hijau di pergelangannya... Benar juga, semuanya mengenakan seragam sekolah. "Umm, siapa namamu?" "Aku— ah! Kaichou, sepertinya semua sudah ada di sini, bagaimana dengan perkenalan?" Ia bertanya pada gadis dengan pisau. <span style="position:absolute; margin-top: -12px; font-size: 0.7em; margin-left: -4px;">Ketua</span>*Kaichou*? Apakah dia itu ketua OSIS? Salah satu dari ketiga Manusia Super yang Kokone bicarakan? "Hm, benar. Itu tidak buruk." Setelah dia mengatakannya, rasanya aku sering mendengar suara ini di pengumuman dari mic. Gadis yang tersenyum percaya diri ini... ya, tanpa diragukan dia adalah ketua osis. Jadi— Aku harus bertarung hidup dan mati melawan tiga orang ini? "Kamu fikir ini sudah semua?" Tanya Kaichou pada lelaki itu. "Ada enam kursi, jadi mungkin begitu." "Ya." ...Eh? Enam? "Kazu, matamu terbuat dari kaca?" Aku menahan nafasku saat mendengarkan suaranya. Di tengah ruangan ini, terdapat sebuah meja dengan enam kursi yang diletakkan secara runtut. Dan di tempat yang terjauh dariku, adalah ia. "...Daiya." Daiya yang memakai seragamnya sedikit mengangkat ujung mulutnya, dan mengangkat tangannya yang mengenakan jam tangan hitam, seperti memberiku sapaan yang ringan. <u>Walaupun ini adalah pertama kalinya kita bertemu dalam hampir dua bulan, walaupun di tempat seperti ini, sapaannya sama seperti saat kita biasa bertemu</u>. "Apa? Kalian saling kenal? ......begitu." "Kaichou. Bisakah kuanggap kalau itu adalah kecurigaanmu terhadap kami yang mungkin bersekutu untuk melawanmu?" Kaichou kehilangan ketenangannya untuk sesaat, tapi kemudian dia berdeham. Dia melanjutkan. "Itu terserah bagaimana kamu menilainya." Sekarang Daiya yang menyeringai terhadap perkataannya. Hal apa yang mereka perbincangkan...? Hampir seperti mereka sudah siap berperang. ...Tidak, atau justru sudah dimulai? Apakah itu alasan kenapa dia menodongkan pisau padaku? "Jadi, aku satu-satunya yang tidak punya kenalan? Aku sangat kesepian~" Lelaki berambut cokelat itu bertingkah berlebihan dengan memeluk kepalanya seperti ia tidak menyadari ketegangan yang terjadi di antara mereka berdua. ...Aku penasaran apa dia sadar dalam situasi apa ia ini sekarang? "Baiklah, kita perkenalkan diri masing-masing. Kita akan melakukannya, 'kan? Untuk sekarang, mari duduk dulu selagi ada kursi di sini." Aku duduk di depan Daiya dan Maria duduk di sampingku. Dia mengenakan jam tangan juga. Warnanya merah. "Oke, seharusnya kalian sudah kenal aku, tapi kumulai dengan perkenalan dariku. Aku—" "Sebelumnya, bisa aku tanya satu hal?" Maria menatap Kaichou dan bertanya. "Apa?" "Aku bukan memotong karena aku merasakan keinginan untuk menyakiti darimu...tapi apa maksud dari ancaman dengan pisau tadi?"<!-- kuhapus 'tidak' dari 'aku...merasakan keinginan...' Karena jadi terasa masuk akal kalau begitu. Atau aku salah?--> "Ah, itu?" Dengan tidak terlihat peduli pada Maria, Kaichou mulai menjelaskan. "Kalau kamu dapat penjelasan dari beruang menyebalkan itu, kamu seharusnya tau kalau permainan «kematian» ini terjadi di sini, 'kan? Juga, aku fikir akan ada seseorang yang berinisiatif menyakiti di saat semua orang masih kebingungan. Jadi kurasa dengan melakukannya, aku bisa menghindari itu. Singkatnya; jalan tengah."<!--yang dimaksudkan Kaichou itu dia melakukannya karena gak ada pilihan lain sebagai pemimpin, jadi ambil jalan tengah. Tapi aku gak bisa tulis jadi satu kalimat pendek, jadi kubiarkan begitu..--> "Ha!" Daiya menolak penjelasan ini. Kaichou kelihatan tidak suka. "Umm... Oomine Daiya-kun, ya, 'kan? Aku sudah dengar rumor tentangmu. Jadi, apa maksudmu?" "Aku yakin ini hanya kebohongan. Jalan tengah? Kau fikir ada pemimpin yang akan membunuh secara besar-besaran hanya karena alasan semacam itu? Kau hanya berusaha melakukan gerakkan pertama agar secara psikologis kau ada di posisi yang tertinggi, 'kan? Santai, yang bisa melakukan itu hanya kau, yang bisa berfikiran seperti itu!" "Sebuah strategi untuk berada di posisi yang tinggi, kah? Kamu salah besar. Aku tidak akan menggunakan cara semacam itu untuk membalikkan keadaan. Kalau aku bertingkah dengan ceroboh dan menghancurkan kepercayaan orang lain, aku dalam bahaya, 'kan?" "Jadi kau ingin mencoba menyalakan apinya? Ingin mencari tau orang yang sebenarnya melemparkan minyak pada kita dari reaksi mereka?"<!--Sebenarnya bukan begini kata-katanya sih, tapi kubuat sedikit lebih cocok dengan kata-kata sebelum tanda tanya pertama--> "Aku tidak seperti itu. Kejam sekali." Jawabannya tenang. Tetapi, hawa keraguannya tidak bisa ditutupi dengan itu. "Wow, santai-santai! Kalian menyeramkan!" Lelaki berambut coklat itu menghentikan mereka. "...Oke. Tapi kau juga harus tenang. Kau cukup aneh." "Jangan begitu! Aku begini karena aku susah untuk diam. Biasanya, aku bertingkah dewasa, tapi bagaimana ya? Ada ketegangan sekarang ini... tapi kufikir aku tidak setegang temanmu di sana, Kaichou." Setelah perbincangannya mulai membicarakannya, gadis yang mungkin akan melakukan apapun kalau kamu menyuruhnya sedang ketakutan dibalik pundaknya. "M-Maaf..." "Tidak, Yuuri. Kamu tidak perlu minta maaf." "M-Maaf, Iroha." Kaichou tertawa dan mengangkat bahunya saat melihat dia meminta maaf lagi. "Aah~...entah kenapa aku kehilangan rasa tegangku." "Yuuri-chan, bagus!" Dia memberinya jari jempol. "Eh? Eh? Apa aku melakukan sesuatu...?" Dia berkedip-kedip kebingungan, yang membuat Kaichou tertawa lagi. "Kita kembali ke pembicaraan awal dan mulai perkenalannya, ya? Aku murid kelas tiga, Shindou Iroha dan seperti yang kalian tau, aku menjabat sebagai ketua OSIS. Kehebatanku adalah bisa tidur di mana saja. Hobiku adalah berlari dan atletik." "Meski bisa mengikuti semua pertandingan yang ada, berlari dan atletik satu-satunya hobimu? Aku yakin kau tidak populer, ya?" Daiya masuk dalam pembicaraan. "Kamu punya lidah yang tajam, ya? Tapi memang sudah kenyataan bahwa itu hobiku. Soalnya, aku tidak cocok di bidang lari dan atletik. Di pertandingan seperti itu kamu hanya bisa menggunakan kemampuan fisikmu. Dan aku tidak diberkati itu. Jadi, aku tidak cocok. Itu hanya hobi." "Itu namanya 'sarkasme'!" "'-Kata si gadis dengan sarkastis'." Kaichou menjawabnya dengan tenang. Karena bisa menandingi Daiya, dia benar-benar manusia super. Dia mencolek gadis yang ada di sampingnya dengan sikutnya, memaksanya bicara. "Ah, a-aku, um, murid kelas tiga dan, umm, dan dekat dengan Iroha sewaktu kelas satu saat kami di kelas yang sama...umm, keahlian dan semacamnya, Iroha? Umm... Aku tidak tau keahlianku...tapi hobiku membaca. Namaku Yuuri — <u>Yanagi Yuuri</u>." "Eh?" Tanpa kusengaja aku menggumam. Apa dia bilang «Yanagi»? "......Eh? Umm, a-apa aku bilang sesuatu yang aneh?" Gadis yang bernama «Yanagi Yuuri» menjadi bingung karena sikapku. "Ah" Aku kembali sadar dan melambai-lambaikan tanganku. "B-Bukan apa-apa! Hanya saja aku kenal dengan orang yang punya nama keluarga yang sama." "O-Oh..." Yanagi-san—mungkin akan membingungkan, jadi aku akan menggunakan Yuuri-san—masih menatapku dengan kebingungan, tapi kemudian, "Yuuri, selesai?" "Ah, umm..." Dia ditanya Kaichou dan melepaskan pandangannya dariku. "Se-Senang bertemu denganmu." ...Oh tidak, mungkin dia mengira aku aneh. Si lelaki berambut coklat menyeringai padaku. "Yuuri-chan sangat manis. Dia tipeku." "Hue!" "Hei, kelas satu, jangan menyakiti Yuuri! Juga, jangan sok kenal dengan menambah 'chan'." "Sayang kamu bukan tipeku, Kaichou. Kamu terlalu tegas." "Aku tidak peduli. Sekarang kenalkan dirimu." "Oke. Aku Kamiuchi Koudai dari kelas satu, senang berkenalan dengan kalian. Ah, terutama denganmu, Yuuri-chan. Dan hobiku adalah memainkan permainan dengan koin. ...ah, gampangnya, yang ada di timezone."<!--ini masih bisa diterima, 'kan?--> Tiba-tiba, Daiya memotong perkenalan dari si lelaki berambut coklat, Kamiuchi Koudai. "Aah, kau Kamiuchi itu. Aku sering dengar rumor tentangmu. Kau tidak pernah kalah di mesin Pachinko<ref>menurut kamus bahasa inggris, Pachinko itu pinball dari Jepang</ref>, ya?" "Tidak begitu, sih. Yah, tapi aku pasti menang. Lagipula aku punya mata yang bagus." "Orang bernama Usui Haruaki memata-mataimu sewaktu kau ikut klub baseball, 'kan? Karena kau terkenal sebagai yang luar biasa di turnamen olah raga waktu SMP." "Mata-mata? Entahlah...tapi tidak, tidak, baseball SMA itu terlalu sulit buatku! Dan lagi, mustahil orang sepertiku terus ikut latihan gila-gilaan itu, 'kan? Klub langsung pulang lebih cocok denganku." Apakah Kamiuchi-kun, meski tidak setingkat dengan «Tiga Manusia Super», adalah orang yang luar biasa...? "...umm, Yuuri-san." "Y-Ya?" "Apa kamu juga sangat pintar?" "Eh? A-Aku, um... Tidak begitu." "Yuuri selalu ranking satu di kelas satu." Kaichou berkata dengan datar. Tahun ketiga, kelas satu<ref>Intinya dia kelas 3 dan masuk grup/rombongan belajar pertama</ref>? Itu adalah kelas elit dalam kesenian yang mengincar universitas Tokyo dan Kyoto. Dia nomor satu di sana...? "I-Itu karena kamu ada di kelas sains, Iroha. Kalau kamu masuk kelas kesenian, aku pasti akan dikalahkan..." "Ah, omong-omong, kelihatannya dari hasil ujian masuk, aku menduduki posisi kedua. Yuuri-chan, kita yang berada di posisi kedua tidak bisa melawan si posisi pertama yang bertalenta, ya, 'kan?" "H-Haah..." Jadi Kamiuchi-kun juga bukan orang biasa. "Hmm. Kurasa aku menangkap kesamaan dari kita semua. Murid unggulan...yah, karena sains dan kesenian itu agak berbeda, jadi aku tidak begitu yakin, tapi kelihatannya kita punya murid unggulan dari setiap angkatan. Jumlahnya cocok." "Ah, tapi nilaiku hanya sedikit diatas rata-rata? Nilaiku di ulangan belakangan ini cukup bagus, tapi aku masih dibawah—" Aku menelan kata-kataku. Karena Kaichou, Yuuri-san, dan Kamiuchi menatapku. ...Kenapa? Apa aku mengatakan hal yang aneh? "Hanya memastikan: Otonashi-san dan Oomine-kun itu murid unggulan, 'kan?" Kaichou berkata dengan tatapan yang terkunci padaku. Aku mengangguk dengan pelan. "Oh." Dia kemudian bertanya dengan senyuman dengan tatapan yang tidak selaras: "<u>Jadi kenapa hanya kamu yang berbeda, ya</u>?" Aku hanya mengedipkan mataku terhadap kekasaran yang tidak dia tutupi. Ada apa ini? Kenapa mereka melihatku seperti itu? "Ketergesaan itu ada batasnya." Mendengar kata-kata itu, Kaichou memindahkan pandangannya dariku. Dariku — pada Maria. "Kenapa kamu begitu takut meski tidak tau permainan apa ini? Apa ini artinya kamu menerima «permusuhan» ini dan ingin mengikuti permainan ini? Kalau iya, maka kamu yang harusnya dikuatirkan." "A-Aku setuju. Dan ini memang masih belum dimulai..." Setelah mendengar Maria, Yuuri-san mengatakannya sembari mengintip dibelakang Kaichou. Kaichou sendiri, mengerutkan bibirnya sesaat. Bukan karena dia mencibir - ini lebih terlihat seperti kebiasaannya ketika dia berfikir. Dia mengembalikan mulutnya dan berkata dengan desahan. "Bisa jadi. Cuma hipotesis saja kita mengumpulkan murid-murid unggulan, jadi aneh kalau mencurigai orang lain karena orang itu tidak cocok. Juga, mungkin aku akan dijebloskan seseorang kalau aku terus mencurigai semua orang tanpa alasan." "Yah, dan dari caraku melihatnya, kau yang paling mencurigakan, Kaichou, karena tindakanmu terlalu cepat." "Hahaha, aku mencurigakan? Tolong ngaca dulu deh." Daiya menyeringai dengan senang setelah mendengar kata-katanya. "...Umm, apa yang kamu lakukan? Apa kamu sudah mulai mencari pelakunya?" Ujung mulut Kaichou naik setelah aku menanyakannya karena aku tidak bisa mengikuti pembicaraannya. "Aku tidak mencari pelakunya, aku hanya mencari orang yang harusku perhatikan. Si pemicu api yang merencanakan permainan ini pasti salah satu diantara kita atau si pembantu dari orang itu bisa saja di sini untuk menyalakan permainan «kematian» ini. Aku ingin menghentikan ini secepat mungkin kalau aku menemukan sesuatu - sebelum terlambat." Pemicunya, kah? Pemicu, apanya — <u>aku tau siapa penyebab semua ini</u>. —<u>Oomine Daiya</u>. Hanya orang itu yang mungkin jadi pelakunya ...Tapi aku sadar aku tidak bisa langsung mengatakan hal ini. Pernyataan bodoh tidak diperbolehkan di sini. Aku saja langsung dicurigai hanya karena aku bukan murid unggulan. Tindakan yang berlawanan dengan orang lain akan membuat kecurigaan. Apa yang akan terjadi kalau kukatakan «ini akibat 'kotak' yang digunakan Daiya»? Akan terlihat lebih absurd dari sekarang. Tapi kalau begitu, mereka mungkin saja berfikir kalau aku hanya mencoba membuat Daiya lah orang yang jahatnya. Tetapi, tidak peduli seberapa benarnya itu, aku tidak bisa memberitau mereka tentang 'kotak'. Ini juga mungkin alasan kenapa Maria tetap diam dengan ekspresi yang tegang. «YaH, yAh, yah - KelIhatannya - kAlian sudah - sAling - mEncuRigai - sAtu sAma laIn - sepErti yang - dihaRapKan» Kami semua melihat ke monitor besar di tengah ruangan ini. Layarnya menampilkan beruang yang tidak ada manis-manisnya. Kemenjijikkannya jauh lebih parah di layar yang besar. Kaichou menunjukkan senyum yang canggung ketika melihat monitornya. "Si beruang jelek muncul lagi." «Jaga mulutmu dan panggil aku "Noitan-san"! Jangan bangga hanya karena kau ketua OSIS sialan dari sekolahmu!» Kaichou tersenyum dengan lebar, tapi Yuuri-san ketakutan oleh mulut kasarnya dan gambar juga kengeriannya terlukis dengan teriakkan kecil. ...Bukan karena tubuhnya yang kecil, tapi dia memang kelihatan seperti binatang kecil...aku memang tidak sepatutnya bilang itu, sih, karena orang lain juga menyebutku begitu. "Jelaskan sekarang, beruang jelek." «Apa kau terlalu bodoh untuk bisa memikirkan kata-katamu!? Kuharap kau mati duluan, bangsat!» "Oi, Kaichou-sama! Bisa <i>tolong</i> tenang sedikit. Kalau begini terus tidak akan maju-maju. "Ya, ya.." Kaichou hanya mengangkat bahunya pada sarkasme Daiya dan menutup mulutnya. Setelah beberapa lama dalam ketenangan, Noitan bersuara lagi, gambarnya kembali seperti biasa dan mulai bicara lagi dengan suara aneh. «Aku aKan - mEnjelasKan aPa - mAksuD dAri - [Perebutan Kerajaan]!» Dengan diam aku menatap monitornya. «PadA dAsarnya - hanya PermAinan kEmatian - lEbih tePAtnya - pErmaInan - dimaNa sEmuA - oRanG mEncoba - mEnCuri - tAhta sAnG rAJA!» Kami saling menukar pandangan saat mendengarnya. «[Kelas] tElah - diPiliH unTuk - kAlian pAra pesErta - [kelas] bisa sAJA [Raja], [Pangeran], [Si Kembar], [Penyihir], [Ksatria] dan [Revolusioner]! SeMuanyA puNya - kaRaktEristik kHusus - mAsing-mAsing» "Bagaimana cara tau [kelas] kami?" «BiSa kAlian pEriksa - di MOnitOr - kAmarMu! OMong-oMong - iTu - laYar seNTuh dAn - biSa diKendaliKan teRgantUng - [kelas]-mu» Kaichou mengerutkan dahinya dan menunggu lanjutan penjelasannya. «Oke, sEbElum - kuJelasKan - [kelas]-nya - kUbEri - bEBErapa inFormasi - soAl siTuAsi - [Perebutan Kerajaan] ini! JADI - nEgara INI - adALah neGara - yAng bUKAn penGanUt - dEMOkrasi - dAn tELAh - dISerang neGara lAIn - dan—» "Noitan." Maria memotong Noitan yang mulai menjelaskan yang juga sangat ingin dilewati oleh player kalau itu hanya game. «AdA - ApA - Maria-chan - ?» "Kita tidak butuh itu. Jelaskan saja apa yang perlu kami tau tentang permainan ini." «Berani-beraninya kau bersikap seperti itu saatku mau berbaik hati menjelaskannya padamu! Kau bangsat, anjing kampung!» Gambarnya berubah lagi menjadi mata yang berdarah. "Bukankah kamu sudah pakai 'bangsat' tadi untuk Shindou? Penguasaan katamu rendah." «Kalau kau punya waktu untuk mencari kesalahan, sebaiknya kau pakai itu untuk mencari cara untuk tetap hidup, kau makhluk menyedihkan!» Karena puas, gambarnya kembali seperti biasa. «BAIklAh- akAn kuJelaSkan - hAnyA - baGian pEntinGnya! - pErtama - kAu haRuS - meMaTuhI - atURAn wAktunya - atAu kAu akan - lanGSUng [kalah] - jaDi - haTi-haTilah» "...apa yang terjadi saat kita [kalah]?" «Dieksekusi» Udaranya membeku. «DiPEnggal - tepAtnya! AdiL - bukAn? - orAng yang - tiDAk bisa - memATuHi - aturan wAkTunya - lEbiH baik - mATI - saja» Bahkan Yuuri-san tidak berkedip. Dan di saat dia menyadarinya, wajahnya menjadi jauh lebih pucat. Noitan mengabaikan reaksinya dan terus melanjutkan. «Juga, -adA - bATAs wakTu UtAMA! Pasokan mAkANAnmu - berJuMlah tujuh poRsi - makANAn bErat - iNi cukup - unTuk seminGGu - KAU tiDAk akan Lapar - kalAu kAu makAn - satU poRSi - mAkanan AjAib ini - sehARinya! TetApi - kalAu kau - tidak meMAkannya - sETIAp Hari - kAU AkAn menjaDi - MuMi kaREna - keLAParan!» "Mumi...kah." Kaichou menggarukkan kepalanya dengan bibir yang dikerutkan. "Jadi bagaimana cara menangnya? Jujur, aku tidak tau caranya." «OkE - cARA menanGnya - teRgAntung paDa - [kelas]-mu - miSAl - kalAu - kAU [Raja] - kAu bisA menAnG denGAn - mEMbunuh sEMUA peMAIn - yang mEnGincar - tahTAnya! AkAn ku tampilkAn - lebIh rinCinya» Noitan menghilang dari layar, huruf-huruf menggantikannya. <table style="font-family: Verdana;"><tr><th colspan="2">[Raja]</th></tr><tr> <td colspan="2"> Ia adalah seorang raja yang mendapatkan tahtanya dengan membantai pemimpin sebelumnya dan telah melakukan banyak serangan. Memiliki sifat yang tidak bisa dipercaya, ia merencanakan pembunuhan pada siapapun yang mengancam tahtanya. Ia tidak menyadari kalau kecurigaannya membuat orang-orang kehilangan kesetiaan mereka untuknya.<br /> Ia bisa meminta bawahannya untuk melakukan [Pembunuhan], tetapi ia tidak bisa memaksa mereka karena ia takut kebencian mereka akan ditujukan pada dirinya.<br /> Negeri yang dikuasai oleh lelaki yang tidak percaya orang lain tidak akan memiliki masa depan yang cerah. </td></tr><tr><th>Kemampuan sang [Raja]</th><td><ul> <li><b>[Pembunuhan]</b><br />Ia bisa memilih seorang pemain yang ia ingin bunuh dan meminta [Penyihir] atau [Ksatria] untuk melakukannya. Ia tidak perlu memilih.</li> <li><b>[Pertukaran]</b><br />Untuk sekali, ia bisa menghindari [Pembantaian] dengan mengganti perannya dengan [Si Kembar] untuk sehari. Kalau ia dipilih menjadi targetnya di hari itu juga, [Si Kembar] akan mati menggantikan sang [Raja].</li></ul> </td></tr><tr><th>Kondisi kemenangan untuk [Raja]</th> <td>Untuk melindungi tahtanya. (Membasmi semua yang mengancam tahta kerajaan - [Pangeran] [Revolusioner])</td></tr><tr><th colspan="2" style="border-top: 1px solid black; padding-top: 20px;">[Pangeran]</th></tr><tr> <td colspan="2">Orang yang ambisius. Ia tadinya berada di peringkat ketiga dalam urutan pewarisan tahta menurut sang raja. Tapi memanfaatkan keuntungan dari kecurigaan si raja, ia membuat sang raja membunuh pangeran lain sehingga mencapai posisi pertama. Ia mendapatkan pelindung sihir untuk melindungi dirinya dari si pencuriga.<br /> Kalau ia menjadi penguasa kerajaan, negeri ini akan menjadi negeri anti-demokrasi yang lebih buruk dari sebelumnya.</td></tr><tr><th>Kemampuan sang [Pangeran]</th><td><ul> <li><b>[Pewarisan Tahta]</b><br />Ia bisa menggunakan [Pembunuhan] setelah sang [Raja] dan [Si Kembar] mati.</li> <li><b>[Anti-sihir]</b><br />Ia tidak bisa dibunuh oleh [Sihir].</li></ul> </td></tr><tr><th>Kondisi kemenangan untuk [Pangeran]</th> <td>Menjadi raja. (Membasmi [Raja] [Si Kembar] [Revolusioner])</td></tr><tr><th colspan="2" style="border-top: 1px solid black; padding-top: 20px;">[Si Kembar]</th></tr><tr> <td colspan="2">Mantan petani yang setia pada sang [Raja] dan memiliki paras yang sama persis dengannya. Ia tidak begitu ambisius, tapi ia tidak akan membiarkan [Pangeran] menjadi raja karena ia selalu dibodohi olehnya.<br /> Kalau ia, dengan tanpa keinginan menjadi rajanya, negeri ini akan hancur tak lama lagi.</td></tr><tr><th>Kemampuan [Si Kembar]</th><td><ul> <li><b>[Warisan]</b><br />Kalau [Raja] mati atau [Pertukaran] dilakukan, ia jadi bisa menggunakan [Pembunuhan].</li></ul> </td></tr><tr><th>Kondisi kemenangan untuk [Si Kembar]</th> <td>Kematian dari orang-orang yang berusaha membunuhnya. (Kematian [Pangeran] [Revolusioner])</td></tr><tr> <th colspan="2" style="border-top: 1px solid black; padding-top: 20px;">[Penyihir]</th></tr><tr> <td colspan="2">Bawahan sang [Raja]. Ia adalah guru sihir sang [Pangeran] dan juga sangat akrab dengan [Pangeran]. Ia sudah senang selama ia bisa terus belajar sihir dan tidak memiliki keinginan terhadap tahtanya atau apapun.<br /> Tidak peduli seberapa banyak kemampuan sihirnya meningkat, tidak ada orang yang akan menghargai orang yang terus mengurung dirinya dalam cangkang.</tr><tr><th>Kemampuan [Penyihir]</th><td><ul> <li><b>[Sihir]</b><br />Ia bisa membunuh karakter yang dipilih oleh [Pembunuhan]. Karakter yang dipilih akan terbakar menjadi mayat.</li></ul> </td></tr><tr><th>Kondisi kemenangan untuk [Penyihir]</th> <td>Bertahan hidup.</td></tr><tr><th colspan="2" style="border-top: 1px solid black; padding-top: 20px;">[Ksatria]</th></tr><tr> <td colspan="2">Bawahan sang [Raja]. Meski seorang bawahan, ia memiliki dendam dengan keluarga kerajaan karena mereka telah menghancurkan kampung halamannnya. Ia percaya kalau ia hanya bisa bahagia dengan membasmi keluarga kerajaan.<br /> Masalahnya, seseorang yang telah tenggelam ke dalam perasaan kekalahan hanya akan jatuh ke dalam kegagalan.</tr><tr><th>Kemampuan sang [Ksatria]</th><td><ul> <li><b>[Penghabisan]</b><br />Ia bisa memilih untuk membunuh karakter yang telah dipilih oleh [Pembunuhan]. Hanya bisa dilakukan apabila [Penyihir] telah mati. Karakter yang dituju akan mati dipenggal.</li></ul> </td></tr><tr><th>Kondisi kemenangan untuk sang [Ksatria]</th> <td>Balas dendam. (Death of [Raja] [Pangeran])</td></tr><tr><th colspan="2" style="border-top: 1px solid black; padding-top: 20px;">[Revolusioner]</th></tr><tr> <td colspan="2">Ia adalah tangan kanan sang [Raja]. Karena semangatnya, ia sadar kalau negerinya akan jatuh jika terus seperti itu. Jadi, ia menyiapkan diri untuk mengambil alih negeri itu.<br /> Pemimpin yang telah merasakan kepahitan karena membantai saja belum cukup untuk memimpin kerajaan. Kalau sudah terlalu kacau, ia siap membantai dirinya sendiri.</tr><tr><th>Kemampuan si [Revolusioner]</th><td><ul> <li><b>[Pembantaian]</b><br />Ia bisa membantai karakter yang dipilih. Ia tidak perlu memilih. Karakter yang terpilih akan dicekik dan menjadi mayat.</li></ul> </td></tr><tr><th>Kondisi kemenangan [Revolusioner]</th> <td>Menjadi raja. (Kematian [Raja] [Pangeran] [Si Kembar])</td></tr><tr><td colspan="2" style="border-top: 1px dotted black; padding-top: 20px;">* Permainan berakhir jika semua kondisi kemenangan dari pemain yang masih tersisa telah terpenuhi.</td></tr></table> Semuanya hanya membaca tulisannya dengan diam dan mencoba mengerti maksudnya. Aku, menatap monitornya dengan segenap hati, tapi aku gagal faham akan apa yang harus kulakukan. Aku hanya mengerti kalau kata seperti [Pembunuhan] dan [Pembantaian] adalah bukti bahwa [Perebutan Kerajaan] adalah permainan saling membunuh. "Hei, Beruang jelek. Bagaimana cara kita menggunakan [Sihir] atau [Pembantaian]?" Tanya Kaichou. «PeRintahnya - diTAMpilkan - di mOnitOr kAmAr - sETIap peMAin - kAu hAnyA perLU - menEKan toMbol - di laYAr - unTUk menggUnakan - pERIntahnya! JaDI - memBUnuh - iTU semUDah - meMBEli tikEt..» Semua orang selain aku berubah pucat setelah mendengarnya. Aku tidak mengerti kenapa semua orang bereaksi seperti itu dan menatap Maria. "...Maria, umm." "Kamu tidak merasakan bahaya besar di sini?" Aku menggelengkan kepalaku dengan pelan. Melihatnya, Daiya tertawa. ...entahlah, mau bagaimana lagi. "Oke, anggap saja kamu dalam bahaya. ...bukan, itu terlalu lembut. Anggap saja kamu tau kalau kamu pasti akan mati. Untunk menghindarinya kamu perlu membunuh orang tertentu. Apa kamu akan membunuh orang ini dengan pisau, Kazuki?" "T-Tidak mungkin aku akan melakukannya!!" "Jadi bagaimana kalau kamu hanya perlu menekan sebuah tombol?" "Eh...?" Hanya menekan sebuah tombol aku bisa mempertahankan hidupku. Dengan mencuri nyawa orang lain. "......m-masih tidak bisa! Hal seperti membunuh itu..."<!--Kazuki idealnya kuat.--> "Yah, ini menurutmu. Tapi, bagaimana dengan orang lain di sini. Apa mereka memiliki pemikiran yang sama?" Secara spontan aku langsung melihat sekitar. Kaichou. Yuuri-san yang kelihatan gugup. Orang yang kelihatan santai, Kamiuchi-kun. Lalu, si 'pemilik' - Daiya. "Apa kamu punya bukti kalau semua peserta di sini, termasuk kamu, tidak akan mencuri nyawa orang lain jika nyawa mereka sendiri terancam? ...jujur saja, aku tidak."<!--Well, dia sendiri pemicu kecurigaan di sini. Oh Maria.--> Orang lain pun mungkin begitu. "Kita mungkin berfikir kalau seseorang mungkin akan membunuh salah satu dari kita. Dan aku bahkan tidak perlu berkata kalau kecurigaan ini akan memperburuk situasi kita lebih buruk lagi, 'kan?"<!--Yah, yang jadi masalah di novel. Atau secara harfiah SEMUA masalah yang ada di Anime, Light Novel, Manga, atau apapun itu, karya sastra sana, adalah eksposisi yang terlalu banyak. Really, aku yakin gak semua orang membaca setiap kata di novel ini.--> "T-Tapi hanya karena kamu bisa membunuh seseorang dengan menekan sebuah tombol tidak berarti kamu siap untuk melakukannya!" "Tapi apa yang akan terjadi jika batas waktunya sudah menipis?" "...Batas waktu?"<!--Every exposition cliche: ada karakter yang mengulangi pokok permasalahannya--> "Bukankah si beruang hijau bilang? Kalau ada batas waktu utama; dengan kata lain kita akan mati di saat pasokan makanan kita habis. Ini artinya semua orang kalah di saat tidak ada pemenang...intinya, kita semua akan mati." Aku menahan nafasku. "Tujuan kita bukan menjadi pemenang. Tapi untuk keluar dari permainan ini. Saat batas waktunya sudah tipis, semua akan kacau. Akan ada orang yang menyerah mengejar tujuan ini. Mereka mungkin lebih ingin bertahan hidup. Mereka mungkin akan berfikir kalau akan lebih baik mengejar kondisi kemenangan mereka daripada sekarat bersama yang lainnya. Dan setelah mayat pertama muncul—itulah akhirnya." "......kenapa?" "Ada mayat. Pemain lain sadar kalau ada seseorang yang memainkan permainan ini. Kalau mereka tetap diam, semua orang mungkin akan mati. Jadi, pemain lain tidak punya pilihan lain selain mengikuti permainannya juga. Kalau begitu, permainannya akan terus berlanjut hingga ada pemenang." Jelas Maria dengan datar - tidak ada yang merasa keberatan. Yang lainnya mungkinn setuju dengannya.<!--Tentu. Dia hanya menjelaskan yang sudah jelas.--> "Setelah mayat pertama muncul, itulah akhirnya..."<!--Kazuki, hentikan kebiasaanmu--> Singkatnya, kita harus mencari jalan keluar dari permainan ini sebelum seseorang membuat kesalahan.<!--Seharusnya ini yang dikatakan Maria. Lebih singkat padat dan jelas.--> «Jadi JAdi JaDI - kALian mEnGerti - cArA KerJA - pERMainan iNI? AkAN kutAMpilkan - jADWalnya! - pATuhi - jadWAlnya dAN - iKUTi dALAm - mAKSimal 5 MENit - oKe?» Layarnya mengosong dan sebuah jadwal ditampilkan di sana {| style="text-align: left; font-family: Verdana" | ~12 ! <A> |- | | - Istirahat, diam di kamar masing-masing |- | 12~14 ! <B> |- | | - Berkumpul di ruangan utama |- | 14~18 ! <C> |- | | - Pemilihan rekan untuk [Pertemuan Rahasia] sampai 14:40. Menghabiskan 30 menit di kamar karakter yang dipilih. |- | | - Sang [Raja] bisa memilih target untuk [Pembunuhan]. |- | | - [Penyihir] bisa menggunakan [Sihir] ([Ksatria] bisa menggunakan [Penghabisan]).<br />(Karakter yang ditargetkan oleh [Sihir] atau [Penghabisan] akan mati pada 17:55) |- | 18~20 ! <D> |- | | - Berkumpul di ruangan utama. |- | 20~22 ! <E> |- | | - Makan malam di kamar masing-masing.<br />(Kalau tidak ada pasokan lagi, mati karena menjadi mumi) |- | | - [Revolusioner] bisa menggunakan [Pembantaian].<br />(Karakter yang ditujukan oleh [Pembantaian] akan langsung mati) |- | 22~ ! <F> |- | | - Istirahat, tidur |} «KaLIAn tIDak - perLu - menULIsnya! InfoRMASi - SecARa rinCinya - AKan dItamPiLKAn - daLAm peRANgKAt - POrtAbLemu - terMASuk Juga - iNFO soAL keLaS-KeLAsnya - jaDI kuHarAp - aKAn beRGuna» "Uee, jadi pembicaraan ini direkam ke dalam benda ini?" "Memangnya kamu mengatakan hal yang tidak boleh direkam?" Kaichou menyindir Kamiuchi-kun tepat setelah seruannya. "Tidak, sebenarnya apa yang kau coba sindir...?" "Kamu harus hati-hati jangan sampai orang lain tau [kelas]-mu, 'kan? Karena kelihatannya kamu ingin mengikuti permainan ini!" Kamiuchi-kun tersenyum dengan canggung. "Haha, yah, tidak ada orang yang mau menunjukkan kelemahan mereka di keadaan yang seperti ini.." Aku mengerti kenapa Kamiuchi-kun berhati-hati. Bahkan aku ingin tau [kelas] pemain lain, meskipun aku tidak berniat mengkuti permainan ini. Terutama salah satu lawanku adalah si [Revolusioner] yang berbahaya. Untuk alasan ini kita mungkin akan terus membaca riwayat ini. Tapi melakukan ini saja bisa jadi berbahaya. Aku berfirasat kalau kita jadi gugup dan membaca riwayatnya sementara masih diserang oleh kecurigaan, bahkan pernyataan sepele saja akan dipedulikan dan membuat kecurigaannya makin bertambah buruk. Mungkin, karena tidak bisa menahan kecurigaannya, seseorang akan menekan tombolnya dan— ...Ya. Aku yakin bahkan riwayat ini bisa menjadi alasan kami mengikuti permainan ini. «BaIKlah - kuHArAp - PertArungan kALIan - mENYenaNGKAn! JaNGAn akHIRI - pErMainannya - deNGan melAkuKan - hAl mEMBOsanKAn - sepERTi - meMBuAT seMUa orAnG jaDI mUMI - OKE?» Setelah itu, Noitan menghilang dari monitor. "Beruang jelek sialan itu..." Kaichou mengejeknya. Suara mekanis menyebalkan itu menghilang dan ruangannya menjadi tenang. Semua orang tetap diam dan tidak membuka mulutnya. Ini mungkin karena semua orang tau kalau pembicaraan kita akan disimpan, jadi sangat sulit untuk bicara. Kaichou memecah keheningannya. "Otonashi-san." "Apa?" "Kamu bilang kalau «keluar dari permainan ini» adalah tujuan kita. Tapi apa kamu fikir ini mungkin?" "Tentu. Bukan begitu?" "Aku...jujur, aku fikir itu akan sangat sulit. Soalnya semua yang kuterima dengan akal dan perasaanku adalah kenyataan kalau lingkungan ini «abnormal». Aku yakin kalau ini bukan hanya dariku, tapi kalian juga, ya, 'kan?" Yuuri-san and Kamiuchi-kun mengangguk. Aku cepat-cepat mengangguk juga. "Apa kamu fikir ada jalan keluar untuk kita di tempat [absurd] begini? Kalau kamu fikir begitu, tolong beri kami penjelasannya."<!--Again. Tapi yang ini memang diperlukan. Tapi meski diperlukan, sebaiknya penjelasannya sedikit aja. I mean, aku gak datang kemari untuk penjelasan, tapi ceritanya! Kita akan tau maksudnya dari cerita yang berlangsungnya, fikirku. --> Meski nadanya terdengar ringan, suaranya seperti sebuah interogasi. Bahkan semua orang melihat Maria seperti juri. ...Maria memiliki alasan untuk pernyataannya, Maria tau kalau keluar dari 'kotak' ini bisa terjadi, tidak peduli seberapa absurdnya tempat ini. Dia melirik padaku untuk sesaat. "...mungkin sulit, sih. Tapi itu satu-satunya tujuan yang kita punya. Jadi aku rasa kita harus percaya kemungkinan itu, tidak peduli seberapa buruknya situasi yang ada...ya, 'kan?" Seperti yang kukira, dia menutupi keberadaan 'kotak'. "Benar juga. Aku setuju." Kaichou kelihatannya mengiyakan kepastian Maria yang tidak ragu-ragu dia keluarkan. "Kaichou. Ungkapanmu yang isinya kira-kira «keluar dari permainan ini sulit» tadi adalah pengumuman partisipasimu ke dalam permainan pembunuhan ini, 'kan?" Daiya bertanya dengan sarkastis, ditambah dengan wajah yang kelihatan senang. "Mencoba mencari kesalahan lagi? Kamu salah! Aku tidak akan membunuh orang lain. Bahkan, hanya sebagai argumen, meski membunuh tidak memberikan dosa di sini dan seseorang bisa membunuh hanya dengan sebuah tombol, kenyataan bahwa aku telah membunuh tidak akan pernah menghilang. Aku tidak bisa memikul beban ini di pundakku dan menghancurkan hidupku. Jadi aku tidak bisa melakukannya, fikirku sampai sejauh ini." Daiya membunyikan lidahnya pada jawaban yang terlihat sempurna ini.<!-- kalau memang ada, bisa ganti 'membunyikan lidah' itu dengan suatu kata yang mendeskripsikan kalau si Daiya itu mengeluarkan suara "ck". Atau memang sudah bagus begitu? --> "Aku juga...begitu." "Kami tau kau tidak akan melakukannya, Yuuri-chan~! Ah, omong-omong, jawabanku begitu juga." "Kamu ikut-ikutan saja... Yuuri kemarilah, aku tidak bisa mempercayaimu, Kamiuchi-kun." "Uhe... Jangan begini, Kaichou!" "Yah, tapi Daiya-lah orang yang sulit kita percaya." Daiya menjawabnya dengan senyum sinis terhadap reaksi Kaichou atas komentarnya tadi. Kemudian ia berkata, "Ya. Lagian aku membunuh untuk diriku sendiri." Ia membeberkan pernyataan yang membuat semua orang menjadi musuhnya, dengan tenang.
Summary:
Please note that all contributions to Baka-Tsuki are considered to be released under the TLG Translation Common Agreement v.0.4.1 (see
Baka-Tsuki:Copyrights
for details). If you do not want your writing to be edited mercilessly and redistributed at will, then do not submit it here.
You are also promising us that you wrote this yourself, or copied it from a public domain or similar free resource.
Do not submit copyrighted work without permission!
To protect the wiki against automated edit spam, please solve the following captcha:
Cancel
Editing help
(opens in new window)
Navigation menu
Personal tools
English
Not logged in
Talk
Contributions
Create account
Log in
Namespaces
Page
Discussion
English
Views
Read
Edit
View history
More
Search
Navigation
Charter of Guidance
Project Presentation
Recent Changes
Categories
Quick Links
About Baka-Tsuki
Getting Started
Rules & Guidelines
IRC: #Baka-Tsuki
Discord server
Annex
MAIN PROJECTS
Alternative Languages
Teaser Projects
Web Novel Projects
Audio Novel Project
Network
Forum
Facebook
Twitter
IRC: #Baka-Tsuki
Discord
Youtube
Completed Series
Baka to test to shoukanjuu
Chrome Shelled Regios
Clash of Hexennacht
Cube × Cursed × Curious
Fate/Zero
Hello, Hello and Hello
Hikaru ga Chikyuu ni Itakoro......
Kamisama no Memochou
Kamisu Reina Series
Leviathan of the Covenant
Magika no Kenshi to Basileus
Masou Gakuen HxH
Maou na Ore to Fushihime no Yubiwa
Owari no Chronicle
Seirei Tsukai no Blade Dance
Silver Cross and Draculea
A Simple Survey
Ultimate Antihero
The Zashiki Warashi of Intellectual Village
One-shots
Amaryllis in the Ice Country
(The) Circumstances Leading to Waltraute's Marriage
Gekkou
Iris on Rainy Days
Mimizuku to Yoru no Ou
Tabi ni Deyou, Horobiyuku Sekai no Hate Made
Tada, Sore Dake de Yokattan Desu
The World God Only Knows
Tosho Meikyuu
Up-to-Date (Within 1 Volume)
Heavy Object
Hyouka
I'm a High School Boy and a Bestselling Light Novel author, strangled by my female classmate who is my junior and a voice actress
The Unexplored Summon://Blood-Sign
Toaru Majutsu no Index: Genesis Testament
Regularly Updated
City Series
Kyoukai Senjou no Horizon
Visual Novels
Anniversary no Kuni no Alice
Fate/Stay Night
Tomoyo After
White Album 2
Original Light Novels
Ancient Magic Arc
Dantega
Daybreak on Hyperion
The Longing Of Shiina Ryo
Mother of Learning
The Devil's Spice
Tools
What links here
Related changes
Special pages
Page information