Editing
Oregairu (Indonesia):Jilid 2 Bab 3
(section)
Jump to navigation
Jump to search
Warning:
You are not logged in. Your IP address will be publicly visible if you make any edits. If you
log in
or
create an account
, your edits will be attributed to your username, along with other benefits.
Anti-spam check. Do
not
fill this in!
===3-1=== Sudah lonceng istirahat, tapi aku tidak pernah dapat beristirahat. Ruangan kelas itu berdengung dengan ocehan. Semua orang dan komplotan mereka telah terlepas dari rantai pekerjaan sekolah, dan sekarang mereka berbincang-bincang dengan familiernya dengan teman mereka mengenai rencana mereka setelah sekolah dan apa yang mereka tonton di televisi, yadda yadda yadda. Kata-kata mereka masuk dari satu telinga dan keluar dari telinga yang lain. Percakapan mereka mungkin saja dalam bahasa asing berdasarkan dari apa saja yang aku mengerti dari perbincangan mereka. Aku mungkin saja tidak ada di dalam sini sama sekali. Aku mendapat firasat hari ini ocehannya lebih hidup dari biasanya. Kemungkinannya, itu karena guru yang bertugas di ''homeroom'' telah mengumumkan bahwa kami akan memilih kelompok kami sendiri untuk “tur tempat kerja”. Meskipun akan ada ''homeroom'' yang lebih lama dari biasanya lusa untuk menentukan kelompoknya dan ke mana mereka akan pergi, teman sekelasku selalu satu langkah di depan. Percakapannya itu kira-kira tidak begitu banyak mengatakan “ke mana kamu akan pergi?” dibanding dengan “dengan siapa kamu pergi?” Hampir semua orang dalam kelas sedang membuat rencana spesial untuk dapat bersama dengan yang mereka inginkan. Itu semua sangat jelas. Sekolah bukan hanya tempat dimana kamu mengikuti kelas. Pada intinya, sekolah adalah sebuah dunia masyarakat yang kecil, sebuah kebun miniatur yang dihuni oleh segala jenis manusia di dunia ini. Dan jadi di SMA orang-orang berperang dan bertikai dalam bentuk meng''bully'', dan sama seperti masyarakat yang memiliki jenjang, SMA juga memiliki hierarki sosial yang jelas. Tentu saja, karena menganut demokrasi, teori kekuatan jumlah juga berlaku. Mayoritas – dan mereka dengan mayoritas teman – berkuasa. Aku menonton tingkah teman sekelasku dengan daguku bersandar pada tanganku dan mataku setengah tertutup. Aku cukup tidur belakangan ini dan itu tidak seperti aku lelah atau semacamnya, tapi karena aku menghabiskan jam istirahat makan siangku seperti ini sejak aku kecil, tertidur sudah menjadi refleks terkondisi bagiku. Saat pandanganku meredup dan aku sedang terkantuk-kantuk, aku digoyang bangun oleh sepasang tangan kecil. Ketika aku mengangkat wajahku yang mengantuk, Totsuka Saika sedang duduk di tempat duduk di depanku. “Pagi,” Totsuka menyapaku dengan senyuman kecil. Diriku berkobar. “…tolong buatkan sarapan untukku setiap pagi.” “H-huh?! Apa yang kamu…?” “Oh, tidak ada apa-apa. Aku hanya setengah-tertidur.” Lontong, aku menyatakan cintaku padanya tanpa berpikir. Sial, mengapa dia begitu terlampau imut? Tapi dia itu laki-laki! Laki-laki! Laki-laki?? …yah, tidak seperti dia akan membuatkan sarapan bagiku setiap pagi. Hening sejenak. “Jadi ada apa?” tanyaku. “Tidak banyak…” sahutnya. “Aku hanya berpikir untuk mengatakan halo padamu karena kamu ada disana, Hikigaya-kun… apakah aku menganggumu?” “Nah, tidak sedikitpun. Sebenarnya, aku akan senang kamu berbincang denganku empat-sampai-enam jam sehari.” Selagi membicarakannya, aku akan senang dia memberitahuku dia mencintaiku selama empat-sampai-enam jam sehari. “Kalau begitu, aku harus ada bersamamu sepanjang waktu, kamu tahu?” Totsuka tertawa dengan imut, meletakkan tangan di atas mulutnya. Dan lalu, seakan sedang menyadari sesuatu, dia menepukkan tangannya dan memejamkan matanya untuk bertanya. “Hikigaya-kun, apakah kamu sudah menentukan ke mana kamu akan pergi untuk tur tempat kerja?” “Apa yang akan terjadi, akan terjadi dan yang tidak, tidak akan terjadi,” kataku. Bingung dengan apa yang kukatakan, Totsuka menatapi wajahku dan mengangkat kepalanya sedikit. Aku menangkap pandangan celah antara kerah baju olahraganya dengan tulang selangkanya dan memalingkan pandanganku tanpa sadar. Bagaimana dia bisa memiliki kulit secantik itu? Sabun mandi apa yang dia gunakan? “Ahh, singkatnya apa yang kumaksud adalah aku tidak peduli kemana aku pergi,” jawabku. “Semua tempat selain rumahku semuanya sama bagiku. Sama-sama tak berharga.” “Oooh, kadang-kadang kamu memakai kata-kata sulit, Hikigaya-kun.” Aku tidak ingat mengatakan sepatahpun kata yang sulit, tapi Totsuka membuat suara kagum, seakan kata-kataku meninggalkan kesan yang mendalam padanya. Aku punya firasat Totsuka bisa saja bersendawa dan level rasa sukaku padanya tetap akan bertambah. Tapi fakta bahwa dia adalah jenis karakter yang dapat menaikkan level rasa sukamu tidak peduli apa yang dia katakan itu menakutkan dalam satu cara. Aku sudah di ambang menuruni jalan yang namanya tidak boleh disebut. “Jadi… kamu sudah menentukan dengan siapa kamu akan pergi, huh?” Totsuka Saika menatap pada mataku dengan ragu-ragu, tapi yang tidak diragukan lagi mendesak. Aku tidak tahu bagaimana menafsirkan apa yang dia katakan. Kata-katanya seakan seperti memiliki makna “Aku ingin pergi denganmu tapi karena kamu sudah menentukannya, sungguh mengecewakan, huh?” di dalamnya. Itu sudah cukup untuk membuatku was-was. Serangan tiba-tiba Totsuka mendobrak pintu ke memoriku dengan hebat. Memang, sesuatu seperti ini juga terjadi dahulu kala… Kamu tahu, ketika aku kecil masih SMP kelas 8 dan aku dipaksa menjadi ketua kelas, kandidat yang satu lagi adalah seorang gadis imut yang tersenyum padaku dan berkata, “Ayo kita lakukan yang terbaik tahun ini”… Uuuurk! Sial! Sekali lagi, aku hampir dibohongi oleh kata-kata yang sepenuhnya tidak dapat dipahami itu. Aku tidak akan dilukai lagi. Aku sudah melalui itu semua sekali. Seorang penyendiri yang terlatih itu sekali jalan terkena, dua kali jalan tahu, tiga kali jalan jera<ref> Ori: once bitten, twice shy. </ref>. Pernyataan cinta sebagai pinalti kalah dalam bermain gunting batu kertas, surat cinta palsu yang ditulis oleh para laki-laki yang menuliskan apa yang didikte para gadis pada mereka – Aku tidak ingin berurusan dengan itu semua. Aku seorang veteran perang. Tidak ada yang lebih pandai kalah daripada aku. Oke. Tenang. Pada saat-saat seperti ini, cukup pakai ''Mirror Move''<ref> Salah satu kemampuan pokemon. Contoh : Fearow, Pidgeon, Spearow. </ref> – itu memakai tenaga yang paling sedikit. Singkatnya, Fe@row itu pasti yang paling penyendiri di antara para penyendiri. Jadi aku menjawab sebuah pertanyaan dengan sebuah pertanyaan. “Apa kamu sudah menentukan dengan siapa kamu pergi?” “A-Aku?” Tercengang pertanyaannya dibalikkan pada dirinya, pipi Totsuka memerah. “Aku, um, sudah menentukan.” Dia menutup matanya sedikit dan mengintipku dari samping akan reaksiku. Meh, itulah hidup, kurasa. Totsuka itu anggota klub tenis, yang singkatnya berarti dia mempunyai komunitas khususnya sendiri yang diikutinya dan sudah pasti bahwa dia akan memiliki koneksi. itu jelas dia akan memiliki teman di dalam kelas ini. Aku, di sisi lain, telah mengikuti sebuah klub yang merupakan sebuah bangsal isolasi bagi murid canggung di sekolah, jadi tidak mungkin aku bisa berteman. “Ketika aku memikirkannya – sebenarnya, aku bahkan tidak perlu memikirkannya – Aku tidak mempunyai satupun teman laki-laki.” “Er, uh… Hikigaya-kun…” Totsuka berkata dengan suara kecil. “Aku laki-laki, kamu tahu…” Dia begitu imut, sampai aku tidak bisa mendengarnya dengan baik. Tapi omong-omong, itu membuatmu merasa aneh bahkan hanya berbicara dengan seseorang di dalam kelas. Semenjak semua kejadian tentang tenis klub itu, orang-orang mengucapkan mungkin dua atau tiga kata padaku ketika mereka melihatku. Setelah aku mempertimbang-timbangkannya, bisakah aku benar-benar menyebut mereka temanku? Aku meragukannya. Jika hanya obrolan selevel itu, itu tidak ada masalah entahkah kita mengenal satu sama lain – terserah, kita bisa saja sepenuhnya asing bagi satu sama lain. Contohnya, ketika kamu mengantri untuk membeli ramen, kamu mungkin mengadakan percakapan seperti, “Ramai, huh?” “Aku muak antri setiap hari.” Tapi kamu tidak akan menyebut mereka teman. Inilah bagaimana teman seharusnya: “Hayato-kun, kamu sudah menentukan ke mana kamu akan pergi?” “Aku sedang mempertimbangkan tentang tempat yang berkaitan dengan perusahaan media atau multinasional.” “Whoa, men, kamu begitu kompeten. Hayato, kamu seperti supermen atau semacamnya. Tapi kita sedang pada usia itu, ente tahu? Aku begitu respek pada orangtuaku belakangan ini.” “Kita perlu lebih sibuk mulai sekarang ini, eh?” “Kamu mengatakannya, bro. Tapi jangan lupa kita semua anak-anak di dalam hati kita.” Bukankah itu jenis perasaan yang dimiliki teman? Menjadi teman itu mungkin menjadi dapat berbicara dengan satu sama lain tanpa memerdulikan apapun. Aku akan meledak tertawa di tengah-tengah, jadi pertemanan itu sepenuhnya tidak memungkinkan bagiku. Apa omong kosong itu tentang mengrespek orangtuamu? Apakah orang itu pikir dia itu semacam rapper? Hayama Hayato dikelilingi oleh tiga lelaki dan dia sedang berbinar-binar, sama seperti yang biasa dilakukannya. Kira-kira hampir semua orang senang memanggilnya Hayato, dan Hayama juga bersedia memanggil mereka dengan nama depan mereka. Tindakan “pertemanan” yang satu itu merupakan pemandangan yang cukup menghangatkan hati. Tapi aku dapat melihat mereka hanya berpura-pura merasakan tali pertemanan satu sama lain dengan memanggil satu sama lain dengan nama depan mereka. Memanggil orang dengan nama depan mereka adalah sesuatu yang terjadi di dalam drama, komik manga dan anime. Penampilan mereka persis seperti apa yang di naskah. Mereka hanya ingin menjilat-jilati satu sama lain. …tapi tidak ada ruginya mencoba sedikit sendiri, benar? Itu akan menjadi sebuah pengalaman. (Aku tidak ada masalah dengan komik manga yang belum kubaca, hanya orang-orang yang menggambarnya yang ada. Walau jika aku mencoba membacanya dan ternyata tidak bagus, aku akan meninju pelukisnya dengan setiap ons kekuatan dalam tubuhku.) Eksperimennya: akankah memanggil seseorang dengan nama depan mereka mengubah hubunganmu dengan mereka. “Saika.” Ketika aku memanggil nama Totsuka, Totsuka tidak mengatakan apa-apa. Dia menjadi kaku. Matanya melebar dan dia mengedip dua atau tiga kali. Mulutnya ternganga. Lihat apa yang kumaksud? itu tidak membuatmu lebih akrab. Biasanya, memanggil seseorang dengan nama depan mereka ketika kamu masih belum begitu akrab hanya akan menjengkelkan mereka. Seperti, ketika Zaimokuza memanggilku ‘Hachiman’, Aku terang-terangan mengabaikannya. Apa yang sedang coba kukatakan adalah ketika babi riajuu itu (HA!) melakukan semua itu, mereka berbohong dan pura-pura tidak marah. Aku rasa aku seharusnya meminta maaf pada Totsuka untuk sekarang. “Ah, maaf tentang barusan…” “…Aku begitu senang. Itu adalah yang pertama kalinya kamu memanggilku dengan nama depanku.” “Aku hanya… apa…?” [[Image:YahariLoveCom_v2-075.png|thumb|200px]] Totsuka tersenyum lebar padaku, matanya agak berkabut karena emosi dalamnya. Apa-apaan? Apakah aku mulai menjalani kehidupan yang memuaskan? Tuhan berkati riajuu (penyelamatku!). Aku tiba-tiba mengerti kebenarannya. Totsuka melihat ke atas padaku dan mengosongkan tenggorokannya. “Jadi, um… bolehkah aku memanggilmu Hikki?” “Sama sekali tidak boleh.” Tidak, benar tidak. Sekarang ini, hanya ada satu orang yang memanggilku dengan julukan yang sangat menjijikan itu, dan jika itu menular gawat sudah aku. Melihat bagaimana aku menolak untuk bergeming, Totsuka terlihat agak kecewa untuk sesaat, namun kemudian dia mengosongkan tenggorokannya dan mencoba lagi. “Bagaimana dengan… Hachiman?” … DING DING DING! Suara itu bergema di dalam telingaku. “K-Katakan itu lagi!” Totsuka tersenyum samar, bingung dengan permintaanku yang tidak masuk akal. Dia terlihat imut bahkan ketika dia sedang bermasalah – kecuali ''aku''-lah yang sedang dalam masalah. “…Hachiman,” dia berkata dengan malu-malu, melihat reaksiku dari celah jari-jarinya. “Hachiman?” dia berkata dengan tanda tanya, memiringkan kepalanya sedikit. “Hachiman! Apakah kamu mendengarku?” dia berkata dengan geram, mengembangkan pipinya. Melihat ekspresi sedikit marah Totsuka sudah cukup untuk membawaku kembali ke alam sadar. Oh sial, aku membiarkan diriku terpesona akan keimutannya yang bukan main tanpa berpikir panjang… “Uh, uhhhh. Maaf. Apa yang sedang kita bicarakan tadi?” Aku pura-pura sedang melamun, tapi sebenarnya aku sedang menuliskan catatan mental mengenai hasil eksperimenku. Kesimpulan: Totsuka sangat imut ketika kamu memanggilnya dengan nama depannya. <br /> <center>× × ×</center> <br />
Summary:
Please note that all contributions to Baka-Tsuki are considered to be released under the TLG Translation Common Agreement v.0.4.1 (see
Baka-Tsuki:Copyrights
for details). If you do not want your writing to be edited mercilessly and redistributed at will, then do not submit it here.
You are also promising us that you wrote this yourself, or copied it from a public domain or similar free resource.
Do not submit copyrighted work without permission!
To protect the wiki against automated edit spam, please solve the following captcha:
Cancel
Editing help
(opens in new window)
Navigation menu
Personal tools
English
Not logged in
Talk
Contributions
Create account
Log in
Namespaces
Page
Discussion
English
Views
Read
Edit
View history
More
Search
Navigation
Charter of Guidance
Project Presentation
Recent Changes
Categories
Quick Links
About Baka-Tsuki
Getting Started
Rules & Guidelines
IRC: #Baka-Tsuki
Discord server
Annex
MAIN PROJECTS
Alternative Languages
Teaser Projects
Web Novel Projects
Audio Novel Project
Network
Forum
Facebook
Twitter
IRC: #Baka-Tsuki
Discord
Youtube
Completed Series
Baka to test to shoukanjuu
Chrome Shelled Regios
Clash of Hexennacht
Cube × Cursed × Curious
Fate/Zero
Hello, Hello and Hello
Hikaru ga Chikyuu ni Itakoro......
Kamisama no Memochou
Kamisu Reina Series
Leviathan of the Covenant
Magika no Kenshi to Basileus
Masou Gakuen HxH
Maou na Ore to Fushihime no Yubiwa
Owari no Chronicle
Seirei Tsukai no Blade Dance
Silver Cross and Draculea
A Simple Survey
Ultimate Antihero
The Zashiki Warashi of Intellectual Village
One-shots
Amaryllis in the Ice Country
(The) Circumstances Leading to Waltraute's Marriage
Gekkou
Iris on Rainy Days
Mimizuku to Yoru no Ou
Tabi ni Deyou, Horobiyuku Sekai no Hate Made
Tada, Sore Dake de Yokattan Desu
The World God Only Knows
Tosho Meikyuu
Up-to-Date (Within 1 Volume)
Heavy Object
Hyouka
I'm a High School Boy and a Bestselling Light Novel author, strangled by my female classmate who is my junior and a voice actress
The Unexplored Summon://Blood-Sign
Toaru Majutsu no Index: Genesis Testament
Regularly Updated
City Series
Kyoukai Senjou no Horizon
Visual Novels
Anniversary no Kuni no Alice
Fate/Stay Night
Tomoyo After
White Album 2
Original Light Novels
Ancient Magic Arc
Dantega
Daybreak on Hyperion
The Longing Of Shiina Ryo
Mother of Learning
The Devil's Spice
Tools
What links here
Related changes
Special pages
Page information