Editing
Oregairu (Indonesia):Jilid 3 Bab 2
(section)
Jump to navigation
Jump to search
Warning:
You are not logged in. Your IP address will be publicly visible if you make any edits. If you
log in
or
create an account
, your edits will be attributed to your username, along with other benefits.
Anti-spam check. Do
not
fill this in!
===2-1=== Dua puluh menit setelah aku menerima perintahku yang menindas, aku berada di area parkir sepeda, benar-benar merasa kebingungan. Persis seperti yang Yukinoshita katakan, memotivasi Yuigahama untuk kembali ke Klub Servis merupakan prioritas nomor satu kami. Itu tidak seakan aku memiliki keberatan<!--objection to--> apapun untuk Yuigahama kembali atau semacamnya. Sekarang setelah aku sudah menekan tombol ulang, seharusnya ada jarak yang sesuai di antara kami. Tidak ada masalah jika aku bisa cukup mempertahankan jarak tersebut. Kalau begitu sekarang, bagaimana aku bisa membuat Yuigahama termotivasi? Itu tidak seperti aku bisa tinggal melemparkan tali laso ke lehernya, dan memintanya langsung untuk kembali akan membangkitkan kesan tidak mengenakkan dari yang sebelumnya, yang benar-benar tidak menarik minatku. Jadi apa sekarang? Aku memikirkannya untuk sejenak. Tapi… Aku tidak tahu. Apa aku seharusnya minta maaf? Nah, tidak seakan aku melakukan sesuatu yang salah… Pertengkaranku dengan Komachi selalu berakhir tanpa perlu banyak berkata-kata. Entah bagaimana aku mendapat perasaan keadaannya tidak akan membaik dengan sendirinya kali ini… Selagi aku menggaruk kepalaku dengan ekspresi kaku pada wajahku, tiba-tiba aku mendengar seseorang memanggilku. “Hachiman? Oh, itu benar-benar kamu, Hachiman.” Ketika aku berpaling, Totsuka Saika sedang bertingkah gelisah dengan malu-malu, cahaya matahari sore yang cemerlang menyinari dirinya. Debu di udara berubah menjadi partikel cahaya hanya karena dia berdiri di sana. Totsuka itu betul-betul malaikat. Aku segera terpesona, tapi aku memutuskan untuk bertingkah sekeren mungkin yang bisa dicapai manusia. “Yo.” “Yo juga.” Totsuka mengangkat satu tangannya seakan dia sedang mencoba untuk meniruku. Tingkah kasar itu pastilah membuatnya malu, karena dia tertawa dengan tersipu-sipu dan senyuman malu-malu terbentuk di wajahnya. Lontong sate, dia terlalu imut. “Apa kamu juga akan pulang sekarang, Hachiman?” “Ya. Jadi apa klub tenis juga sudah selesai untuk hari ini, Totsuka?” Totsuka, yang sedang berpakaian dalam pakaian olahraganya, mengatur raket pada punggungnya dan memikirkannya sejenak sebelum menggelengkan kepalanya. “Masih belum, tapi aku dilatih di malam hari jadi… Aku pulang lebih awal.” “Dilatih?” Apa, apa Totsuka itu begitu imutnya sampai dia mengikuti Sekolah Aktor Okinawa untuk menjadi seorang bintang? Baik, aku akan membeli 100 CDnya! Maksudku, aku akan membeli sebanyak yang dibutuhkan sehingga aku bisa menarik sebuah tiket acara jabat tangan<ref>Ini adalah referensi pada bentuk bisnis grup idola AKB48 yang terkenal, yang seluruhnya terdiri dari gadis imut. Tiket-tiket diikut-sertakan dalam CD-CD tertentu yang mengizinkanmu datang ke sebuah acara jabat tangan, dimana kamu bisa bertemu anggota grup idola itu secara langsung..</ref>. “Mm, di sekolah tenis, kamu tahu. Klub di sini berfokus terutama dalam melatih dasar-dasarnya.” “Ohh… kamu cukup profesional.” “T-Tidak ada yang bisa dibanggakan, sungguh… tapi… itu cintaku.” “Huh? Maaf, tapi bisakah kamu mengatakannya lagi?” “Um… tidak ada yang bisa dibanggakan?” “Tidak, sedikit setelah itu.” “…cintaku.” “Oke, sudah mengerti kali ini.” Aku menekan tombol simpan dalam hati dan mengukir kata-katanya ke dalam hatiku. Selagi aku menghela dengan penuh kebahagiaan, Totsuka yang melongo memiringkan kepalanya sedikit dan membuat suara keheranan. Yang penting, aku sudah meraih tujuanku. Misi terselesaikan. “Oh, maaf tentang itu,” kataku. “Jadi kamu sudah mau dilatih, benar, Totsuka? Oke. Sampai jumpa, kalau begitu.” Melambai dengan santai, aku naik ke atas sepedaku dan baru saja mau mulai mengayuh. Tapi pada saat itu, aku merasakan sebuah tarikan menahan di punggungku. Ketika aku berpaling ke belakang, Totsuka sedang mencengkram kausku. “Um, kamu tahu… pelatihannya mulai di malam hari. Jadi aku ada sedikit waktu sebelum pelatihannya…” Suaranya melemah, sebelum memulai lagi. “Tempatnya dekat ke stasiun, jadi… Aku bisa langsung berjalan ke sana… Maksudku, maukah kamu jalan-jalan sebentar?” “Apa…” “Kalau kamu senggang, maksudnya…” Aku ragu ada orang di dunia ini yang akan menolak setelah diminta seperti itu. Macam, meskipun aku harus berangkat ke tempat kerja paruh-waktu nanti, aku yakin aku pasti akan meminta cuti satu hari dari tempat kerja. Aku mungkin akan menjadi muak bekerja dan langsung berhenti berkat dirinya. Jika seorang gadis yang mengajakku, aku akan pertama-tama memeriksa sekelilingku mencari teman yang memaksanya memainkan permainan pinalti, dan bahkan setelah itu aku akan menolaknya hanya untuk berjaga-jaga, tapi… Totsuka seorang laki-laki. …laki-laki, lontong. Meski begitu. Aku diliputi oleh rasa aman yang absolut karena Totsuka itu seorang laki-laki. Dalam kasus Totsuka, dia bisa bertingkah sebaik yang dia inginkan padaku tanpa membuatku salah paham. Jika aku menyatakan cintaku padanya hanya untuk ditolak mentah-mentah, itu tidak akan mengakibatkanku banyak luka. Tapi dipikir lagi, menyatakan cintaku pada seorang laki-laki akan mengakibatkanku luka yang tiada henti di masyarakat. Karena seperti itu kejadiannya, aku menemukan bahwa aku tidak memiliki alasan untuk menolaknya. “Tentu, tidak seperti aku ada hal yang lebih baik untuk dikerjakan di rumah selain membaca buku.” Tidak ada yang benar-benar mengejutkan mengenai itu. Membaca buku, membaca komik manga, menonton anime yang kurekam, memainkan sebuah game, belajar ketika aku bosan – itulah kemungkinan yang terjadi padaku. Hidupku benar-benar begitu penuh dengan kesenangan dan game, itulah kutukanku. “Begitu ya, baguslah kalau begitu… j-jadi ayo kita pergi ke stasiun?” “Kamu mau naik di belakangku?” tanyaku, menepuk tempat duduk sepedaku dengan pelan. Itu tidak begitu jarang bagi dua laki-laki untuk menaiki sepeda bersama-sama. Lebih seperti itu suatu pemandangan yang umum<!--More like-->. Jadi aku tidak merasa ada sesuatu yang aneh mengenai Totsuka duduk di jok sepeda, mengalungkan lengannya padaku dan berkata, “Hachiman… punggungmu begitu lebar.” Tapi Totsuka menggelengkan kepalanya. “T-tidak usah. Aku berat, kamu tahu…” Bagaimanapun kamu menjulingkan matamu, dia terlihat lebih ringan dari seorang gadis… Aku baru saja mau mengatakan sesuatu seperti itu, tapi aku menahan diriku dan menjawab dengan hanya sepatah “Begitu ya”. Totsuka benar-benar tidak suka diperlakukan seperti seorang gadis. “Agak sedikit jauh ke stasiun, tapi ayo jalan ke sana bersama.” Dengan senyuman malu-malu, Totsuka mulai berjalan pada jalannya. Aku mengikuti selangkah di belakangnya, sambil mendorong sepedaku bersamaku. Di sepanjang perjalanan, dia akan kadang-kadang melihat padaku, seakan mencoba mengintip ekspresiku. Dia melangkah lima langkah dan mengintip ke arahku, dan kemudian setelah delapan langkah dia mengintip lagi. Um, dia benar-benar tidak perlu begitu khawatir tentang apa aku benar-benar mengikutinya atau tidak. Tanpa mengatakan apapun pada satu sama lain, kami berputar di sudut taman di samping Saize dan melintasi jalan itu sampai melewati jembatan penyebrangan. Seperti pasangan murid SMP yang sedang berkencan, kesempatan yang bagus untuk membuka mulut kami terbang di depan kami, bahkan selagi kami bertukar pandangan sembunyi-sembunyi. Ada rasa sakit yang manis di dalamnya. Jantungku berdebar begitu kencang sampai-sampai kupikir aku mau mati. Jembatan yang menyebrangi jalan raya nasional itu merupakan sebuah bangunan bertingkat dua; mobil pada tingkatan atas dan pejalan kaki pada tingkatan bawah. Selagi angin menghembus pergi asap kenderaannya, sebuah semilir angin menyegarkan meniup ke naungan jembatan ini. “Sungguh semilir yang menyegarkan, Hachiman.” Seakan atas aba-aba, Totsuka berpaling pada langkah kelima. Aku ingin mengambil foto senyuman menyegarkannya itu dan menyimpannya dalam bentuk JPEG – itu seperti sejenis pemandangan awal musim panas yang indah. “Mm ya,” kataku. “Ini akan menjadi tempat yang sempurna untuk tidur siang.” “Hachiman, kamu tidur begitu lama saat jam istirahat dan kamu ''masih'' ingin tidur sekarang?” kata Totsuka sambil terkekek. Namun, dia keliru mengenaiku. Aku tidak ada siapapun untuk berbincang-bincang, dan karena tidak ada yang bisa dilakukan, kupikir aku tidur saja untuk melewati waktunya… “Kamu tahu, di Spanyol mereka ada sebuah tradisi yang disebut siesta, dan tergantung bagaimana kamu melakukannya, rasa kantuk dan kelesuan hilang dan efisiensi kerjamu akan naik di sore hari. Aku dengar itu umum di sana.” “Wow… kamu benar-benar berpikir panjang mengenai kebiasaan tidurmu, Hachiman.” “Er, kurasa.” Tentu saja, aku tidak memiliki niat itu sama sekali dan hanya mengarang-ngarang semua omong kosong itu, tapi dia menerima itu semua dengan begitu antusias. Itu membuatku kelimpungan<!--threw off--> sedikit. Aku agak tercengang akan betapa besarnya kepercayaan yang Totsuka miliki padaku, melihat dari betapa mudahnya untuk mengelabui dirinya. Dia bisa dimanfaatkan oleh orang jahat suatu hari nanti, yang menguatirkan. Aku harus melindunginya! <br /> <center>× × ×</center> <br /> y
Summary:
Please note that all contributions to Baka-Tsuki are considered to be released under the TLG Translation Common Agreement v.0.4.1 (see
Baka-Tsuki:Copyrights
for details). If you do not want your writing to be edited mercilessly and redistributed at will, then do not submit it here.
You are also promising us that you wrote this yourself, or copied it from a public domain or similar free resource.
Do not submit copyrighted work without permission!
To protect the wiki against automated edit spam, please solve the following captcha:
Cancel
Editing help
(opens in new window)
Navigation menu
Personal tools
English
Not logged in
Talk
Contributions
Create account
Log in
Namespaces
Page
Discussion
English
Views
Read
Edit
View history
More
Search
Navigation
Charter of Guidance
Project Presentation
Recent Changes
Categories
Quick Links
About Baka-Tsuki
Getting Started
Rules & Guidelines
IRC: #Baka-Tsuki
Discord server
Annex
MAIN PROJECTS
Alternative Languages
Teaser Projects
Web Novel Projects
Audio Novel Project
Network
Forum
Facebook
Twitter
IRC: #Baka-Tsuki
Discord
Youtube
Completed Series
Baka to test to shoukanjuu
Chrome Shelled Regios
Clash of Hexennacht
Cube × Cursed × Curious
Fate/Zero
Hello, Hello and Hello
Hikaru ga Chikyuu ni Itakoro......
Kamisama no Memochou
Kamisu Reina Series
Leviathan of the Covenant
Magika no Kenshi to Basileus
Masou Gakuen HxH
Maou na Ore to Fushihime no Yubiwa
Owari no Chronicle
Seirei Tsukai no Blade Dance
Silver Cross and Draculea
A Simple Survey
Ultimate Antihero
The Zashiki Warashi of Intellectual Village
One-shots
Amaryllis in the Ice Country
(The) Circumstances Leading to Waltraute's Marriage
Gekkou
Iris on Rainy Days
Mimizuku to Yoru no Ou
Tabi ni Deyou, Horobiyuku Sekai no Hate Made
Tada, Sore Dake de Yokattan Desu
The World God Only Knows
Tosho Meikyuu
Up-to-Date (Within 1 Volume)
Heavy Object
Hyouka
I'm a High School Boy and a Bestselling Light Novel author, strangled by my female classmate who is my junior and a voice actress
The Unexplored Summon://Blood-Sign
Toaru Majutsu no Index: Genesis Testament
Regularly Updated
City Series
Kyoukai Senjou no Horizon
Visual Novels
Anniversary no Kuni no Alice
Fate/Stay Night
Tomoyo After
White Album 2
Original Light Novels
Ancient Magic Arc
Dantega
Daybreak on Hyperion
The Longing Of Shiina Ryo
Mother of Learning
The Devil's Spice
Tools
What links here
Related changes
Special pages
Page information