Editing
Oregairu (Indonesia):Jilid 2 Bab 1
(section)
Jump to navigation
Jump to search
Warning:
You are not logged in. Your IP address will be publicly visible if you make any edits. If you
log in
or
create an account
, your edits will be attributed to your username, along with other benefits.
Anti-spam check. Do
not
fill this in!
===1-2=== Di Sekolah Menengah Atas Soubu Kota Chiba, ada sebuah acara yang dinamakan sebuah "tur tempat kerja" yang terjadi ketika kamu berada di kelas sebelas. Formulir survei dipakai untuk menentukan pekerjaan yang diminati oleh para murid untuk dipelajari lebih mendalam dan kemudian sekolah akan mengirimkan murid-murid tersebut ke tempat kerja itu. Itu merupakan bagian dari program pendidikan baru yang menyusahkan<!--new-fangled--> untuk menanamkan ke dalam hati setiap murid keinginan untuk bekerja dalam sebuah perusahaan. Itu bukan masalah besar, sungguh. Setiap sekolah mungkin memiliki sebuah kegiatan yang sama seperti itu. Masalahnya acara itu dimulai pas setelah ujian semester. Dengan kata lain, melakukan berbagai pekerjaan sambilan yang akan menghisap waktu berharga sebelum ujianku. “Jadi mengapa aku mesti melakukannya pada saat ini…?” Aku bertanya, menggeliat-geliut. Selagi aku menyortir tumpukan kertas ini ke dalam tipe-tipe pekerjaannya, Hiratsuka-sensei duduk di meja guru, memasukkan sebatang rokok ke dalam mulutnya. " Itu ''karena'' sekarang sudah saatnya, Hikigaya," dia menjawab. "Tidakkah kamu mendengar bahwa kamu akan memilih jurusan tahun ketigamu pas setelah liburan musim panas?” “Tidak tahu sama sekali, guru.” “Kamu seharusnya sudah mendengarnya di ''homeroom''<ref>Semacam ketika wali kelas yang masuk ke kelas</ref>…” “Yah, kalau itu, aku bolos dari ''homeroom'' jadi aku tidak mendengarnya sama sekali.” Tidak, sungguh, mengapa itu disebut "''homeroom''"? Itu bukan rumahmu. Aku benar-benar membencinya. Dan lagi, aku muak dengan semua sistem memberikan tugas saat ''homeroom''. Kamu diberikan kesempatan untuk berdiri di depan kelas dan memberikan perintah, tapi aku harap semua orang berhenti sepenuhnya diam ketika aku melakukannya. Jika seseorang seperti Hayama memberikan perintah, semua orang akan penuh dengan senyuman dan mendengarkan dengan penuh perhatian seperti keluarga kecil yang bahagia, tapi ketika aku melakukannya, tidak ada satu orangpun yang pernah mengucapkan sepatah katapun. Apaan? Malah, bahkan tidak ada orang yang mem-boo aku karena mereka semua pura-pura tidak ada disana. “…yang penting, tur tempat kerjanya dimulai setelah ujian semester dan sebelum liburan musim panas. Itu ditempatkan disana supaya kalian dapat mengerjakan ujian kalian dengan tujuan yang jelas di dalam pikiran kalian, bukan supaya kalian bisa berangan-angan tentangnya.” Walau aku ragu itu akan berhasil, tambah Hiratsuka-sensei, mengepulkan secincin asap rokok dari ujung rokoknya. Sekolah yang aku masuki, Sekolah Menengah Atas Soubu Kota Chiba, terdedikasikan untuk menyiapkan para murid-murid untuk memasuki universitas. Sebagian besar murid berharap untuk melanjut ke universitas dan banyak dari mereka yang benar-benar melanjut ke universitas. Itu adalah sesuatu yang mereka camkan ke dalam pikiran mereka dari sejak pertama kali mereka memasuki sekolah menengah atas. Entahkah karena dari awal aku sudah memperhitungkan bahwa universitas adalah sebuah tempat penundaan bekerja selama empat-tahun, yang kusebut "pandangan ke masa depan"ku itu agak kurang. Aku sudah memikirkan matang-matang apa yang akan kulakukan ketika aku tumbuh dewasa. Aku pasti tidak akan pergi bekerja. “Kelihatannya kamu sedang memikirkan sesuatu yang tidak-ada-harganya…” Hiratsuka-sensei memutar matanya. "Jadi kamu masuk ke jurusan IPA atau jurusan IPS?” tanyanya. “Yah, anda tahu, itu, aku-” Segera setelah aku membuka mulutku, sebuah suara keras memotongku. "Ah, disana kamu rupanya!” Dia menggelengkan kepalanya dengan tidak senang, rambut cerahnya (yang digumpalkan seperti bakso) bolak balik berpaling. Seperti biasa, dia memakai rok pendek dan sepotong kemeja dengan dua atau tiga kancing terbuka, menampilkan dadanya yang lumayan besar. Itu adalah Yuigahama Yui, yang telah menjadi kenalanku baru-baru ini. Fakta bahwa kami baru hanya kenalan walaupun dia berada di dalam kelasku menjelaskan banyak hal tentang kemampuan komunikasiku. Hancur. “Oh hei, Yuigahama,” kata Hiratsuka-sensei. “Maaf, aku meminjam Hikigaya darimu.” “I-Itu bukan seperti dia milikku atau semacamnya! Itu benar-benar tidak masalah!" Yuigahama menyangkal dengan keras, mengayun-ayunkan tangannya. Aku menangkap semacam nuansa "toh aku tidak membutuhkannya" dari kata-katanya. Ditolak dengan sebegitunya agak terasa sedikit menyakitkan… “Apa urusanmu?” tuntutku. Orang yang menjawab bukan Yuigahama, tapi gadis yang tiba-tiba muncul di belakangnya. Rambut hitamnya (yang diikat menjadi rambut kuncir dua) naik turun, mengikuti gerakannya yang tiba-tiba. "Kamu tidak datang-datang ke ruangan klub, jadi kami pergi mencarimu. Yuigahama-san, maksudku.” “Um, kamu tidak perlu menjelaskan bagian terakhir itu. Aku sudah tahu itu.” Gadis berambut-hitam yang satu-satunya ciri positifnya hanya wajahnya itu Yukinoshita Yukino. Seperti sebuah patung keramik, penampilannya menabjubkan, tapi sifatnya juga dingin mematikan seakan sifatnya, juga, terbuat dari keramik. Seperti yang dapat kalian tebak dari caranya membakarku segera setelah dia melihatku, kami bukanlah sobat terdekat. Yukinoshita dan aku berada di dalam klub yang sama - Klub Servis - untuk sekarang. Dia ketuanya. Dan di dalam kegiatan kami, kami terus saling bertikai, hanya terkadang dapat akur. Singkatnya, kami hanya memiliki pertikaian menyedihkan dan tiada akhir ini berjalan terus di antara kami dimana kami saling menaburkan garam di atas luka. Setelah mendengar kata-kata Yukinoshita, Yuigahama melipat lengannya dan memberungut. "Aku berkeliling menanyakan semua orang dimana kamu berada," dia mengomplain. "Semua orang bertingkah seperti 'Hikigaya? Siapa dia?' Itu saaaaangat aneh.” “Kamu tidak usah pergi memberitahu dunia tentang itu." Entah kenapa gadis ini setiap kali berhasil menembakkan peluru menembus jantungku? Dia bahkan tidak membidik. Dia sniper genius atau apa? “Itu saaaaangat aneh," dia mengulangi kata-katanya untuk beberapa alasan bodoh, sambil cemberut. Berkat dia, informasi bahwa tidak ada satupun orang di sekolah yang bahkan mengetahui siapa diriku mencongkel organku untuk kedua kalinya. Yah, tidak ''seburuk'' itu, terutama jika kamu mengenal semua orang lain di sekolah. Menilai dari bagaimana tidak ada orang yang mengenaliku setelah selama ini, aku mungkin telah menemukan pekerjaan yang sepenuhnya cocok denganku: ninja. “Apa? Um, maaf." Maaf bahwa bahkan tidak ada satu orangpun yang tahu aku hidup. Itu yang pertama kalinya aku pernah meminta maaf untuk sesuatu sesedih itu. Jika aku tidak memiliki mental sekuat ini, aku sudah akan menangis berember-ember. “I-Itu bukan masalah besar, tapi…” Yuigahama mulai memainkan jari-jarinya di depan dadanya. "I-Itu, um…” dia berkata dengan malu-malu, menggembungkan pipinya. "B-Beritahu nomor teleponmu? K-Kamu tahu! Itu aneh untuk berkeliaran mencarimu kemana-mana, dan lagi itu memalukan… setiap kali seseorang menanyakanku tentang hubungan kita, Aku cuma - tidak.” Wajahnya memerah, seakan hanya ingatan dia pergi mencari-cariku saja begitu tak tertahankannya memalukan. Dia memalingkan matanya dariku, melipat lengannya dengan erat di depan dadanya dan memalingkan kepalanya ke arah lain. Dan kemudian dia mengintip-intip ke arahku dari ujung matanya. “Yaaaaah, itu bukan masalah besar, sungguh…” Aku berkata selagi aku mengeluarkan ponselku. Segera setelah aku melakukannya, Yuigahama menarik keluar sebuah ponsel miliknya sendiri yang besar dan berkilau. "Ada apa dengan ponsel seperti batu bata raksasa itu?” Yuigahama tersentak. “Huh? Tidakkah ini imut?” dia bersikeras selagi menunjukkanku gantungan teleponnya yang terlihat murahan. Semacam mainan lembut yang terlihat seperti jamur tergantung dari gantungan itu dan bergemerincing saat dia mengoyangnya. Itu begitu menyuramkan. “Jangan tanya aku. Aku tidak mengerti rasa keindahan seorang pelacur. Jadi kamu suka benda berkilau? Apakah kamu sedang membicarakan tentang kaca atau ''Sushi Joint''<ref> Toko Sushi </ref> atau apa?” “Huuh? Sushi? Dan jangan panggil aku pelacur!” Yuigahama melihatku dengan mata monster pemakan manusia. “Hikigaya. Jika kamu mengatakan 'benda berkilau', maka kamu benar-benar tidak tahu seperti apa rasanya menjadi seorang murid SMA<ref> Leluconnya di sini adalah 'benda berkilau' disebut 'hikarimono', yang juga memiliki arti sejenis ikan berkilau yang digunakan sebagai ''topping'' sushi.</ref>. Tidak ada orang yang menaruh kaca di atas sushinya,” Hiratsuka-sensei memotong, matanya berkilau. "Tapi itu hanya sushi.” Tampang "Aku baru saja mengatakan sesuatu yang keren!" itu di wajahnya agak menjengkelkanku… “Jika kamu tidak dapat melihat keimutannya, bukankah itu salah mata seperti ikan matimu itu?” Reputasiku sebagai ahli mata ikan mati hanya semakin menguat. Terserahlah, aku menyerah. “Yah, terserah,” kata Yuigahama. “Kamu bisa meng-''sync'' teleponmu dengan teleponku, bukan?” “Nah. Aku punya telepon pintar jadi tidak bisa.” “Huuuh? Jadi aku harus mengetikkannya?” Dia merintih. “Sungguh menjengkelkan.” “Aku tidak perlu fungsi semacam itu. Toh aku kurang lebih membenci ponsel. Mari.” Aku menyerahkan ponselku pada Yuigahama, yang mengambilnya dengan gugup. “A-Aku yang mengetikkannya, huh… tidak masalah, kurasa. Tunggu, aku takjub kamu menyerahkan teleponmu pada orang lain begitu saja.” “Meh, tidak ada masalah jika kamu melihat apa yang ada di dalam teleponku. Toh aku hanya mendapat pesan dari adikku dan Amazon.” “Whoa! Serius?! Dan tunggu – Amazon?!” Jangan ejek aku. Yuigahama mulai mengetikkan ke dalam telepon yang kuberikan padanya dengan kecepatan yang menabjubkan. Pada mata lambanku, dia terlihat bertolak belakang dariku - cepat dan tajam. Maka dengan ini aku menjulukinya Ayrton Senna<ref> Pembalap F1 dari Brazil yang memenangkan tiga pertandingan dunia F1</ref>nya ponsel. “Kamu begitu cepat mengetik…” “Huh? Ini bukan apa-apa. Mungkin jari-jarimu layu karena kamu tidak ada orang untuk di-SMS?” “Aku merasa terhina,” kataku. “Aku biasanya mengirim SMS pada para gadis sepanjang waktu saat SMP.” Duk. Yuigahama menjatuhkan teleponku. (Oi, lihat apa yang kamu lakukan pada barangku, pikirku.) “Tidak mungkin…” <br /> <center>× × ×</center> <br />
Summary:
Please note that all contributions to Baka-Tsuki are considered to be released under the TLG Translation Common Agreement v.0.4.1 (see
Baka-Tsuki:Copyrights
for details). If you do not want your writing to be edited mercilessly and redistributed at will, then do not submit it here.
You are also promising us that you wrote this yourself, or copied it from a public domain or similar free resource.
Do not submit copyrighted work without permission!
To protect the wiki against automated edit spam, please solve the following captcha:
Cancel
Editing help
(opens in new window)
Navigation menu
Personal tools
English
Not logged in
Talk
Contributions
Create account
Log in
Namespaces
Page
Discussion
English
Views
Read
Edit
View history
More
Search
Navigation
Charter of Guidance
Project Presentation
Recent Changes
Categories
Quick Links
About Baka-Tsuki
Getting Started
Rules & Guidelines
IRC: #Baka-Tsuki
Discord server
Annex
MAIN PROJECTS
Alternative Languages
Teaser Projects
Web Novel Projects
Audio Novel Project
Network
Forum
Facebook
Twitter
IRC: #Baka-Tsuki
Discord
Youtube
Completed Series
Baka to test to shoukanjuu
Chrome Shelled Regios
Clash of Hexennacht
Cube × Cursed × Curious
Fate/Zero
Hello, Hello and Hello
Hikaru ga Chikyuu ni Itakoro......
Kamisama no Memochou
Kamisu Reina Series
Leviathan of the Covenant
Magika no Kenshi to Basileus
Masou Gakuen HxH
Maou na Ore to Fushihime no Yubiwa
Owari no Chronicle
Seirei Tsukai no Blade Dance
Silver Cross and Draculea
A Simple Survey
Ultimate Antihero
The Zashiki Warashi of Intellectual Village
One-shots
Amaryllis in the Ice Country
(The) Circumstances Leading to Waltraute's Marriage
Gekkou
Iris on Rainy Days
Mimizuku to Yoru no Ou
Tabi ni Deyou, Horobiyuku Sekai no Hate Made
Tada, Sore Dake de Yokattan Desu
The World God Only Knows
Tosho Meikyuu
Up-to-Date (Within 1 Volume)
Heavy Object
Hyouka
I'm a High School Boy and a Bestselling Light Novel author, strangled by my female classmate who is my junior and a voice actress
The Unexplored Summon://Blood-Sign
Toaru Majutsu no Index: Genesis Testament
Regularly Updated
City Series
Kyoukai Senjou no Horizon
Visual Novels
Anniversary no Kuni no Alice
Fate/Stay Night
Tomoyo After
White Album 2
Original Light Novels
Ancient Magic Arc
Dantega
Daybreak on Hyperion
The Longing Of Shiina Ryo
Mother of Learning
The Devil's Spice
Tools
What links here
Related changes
Special pages
Page information