Editing
Oregairu (Indonesia):Jilid 2 Bab 4
(section)
Jump to navigation
Jump to search
Warning:
You are not logged in. Your IP address will be publicly visible if you make any edits. If you
log in
or
create an account
, your edits will be attributed to your username, along with other benefits.
Anti-spam check. Do
not
fill this in!
===4-2=== Sudah pagi hari. Burung pipit sedang bercicit. Jadi ini yang namanya “''fast-forward'' sampai keesokan harinya” yang terjadi dalam cerita-cerita. Aku membuka mataku, berkedip terkejut. Aku disapa, bukan oleh pemandangan yang biasa kujumpai, tapi oleh langit-langit yang tidak kukenali. Yang kumaksud dengan itu, aku sedang berada di ruang tamu. Kelihatannya kami entah bagaimana tertidur ketika kami sedang belajar. Hal terakhir yang kuingat adalah aku sedang menginterogasi Komachi tentang status hubungannya. “Hei, Komachi. Sudah pagi,” panggilku. Saat itulah ketika aku sadar aku tidak melihat adik kecilku dimanapun. Aku melihat-lihat sekelilingku mencari Komachi selama dua detik. Kemudian, aku menatap ke luar jendela. Matahari sudah terbit cukup tinggi. Itu memakan waktu tiga detik untuk memastikan ini. Kemudian aku merasakan perasaan ada sesuatu yang salah dan aku melihat ke arah jam sambil berkeringat dingin. Sudah jam sembilan pagi. Aku melihatnya ke atas dan ke bawah, tapi masih jam sembilan pagi. Itu memakan lima detik penuh untuk memproses hal ini. Dampak situasinya menghantamku dalam waktu sepuluh detik ini. “Aku akan super telat…” Aku menundukkan kepalaku, merasa depresi. Sarapan berisikan roti panggang, daging ham dan telur terjajar di atas meja, beserta secarik surat yang ditinggalkan Komachi sebelum dia berangkat. Kepada onii-chan, Aku akan berangkat duluan karena aku tidak mau terlambat. Tenang saja! S.P. Pastikan kamu memakan sarapanmu!! “Tolol… kamu pikir kamu itu ''Security Police''?” Cara menulisnya yang benar adalah P.S.<ref> Post Script = Setelah Isi </ref>, seperti Playstation. Yah, karena tidak ada gunanya gempar akan sesuatu yang tidak bisa kukendalikan, aku mengunyah sarapan yang disiapkannya untukku dan bersiap-siap untuk pergi ke sekolah, sambil bersungut-sungut. Keliatannya orangtuaku sudah pergi bekerja. Karena kedua orangtuaku bekerja, pagi hari dalam keluarga Hikigaya mulai pagi sekali. Ibuku membuat sarapannya tapi Komachi biasanya bertugas menyiapkan makan malam. Dan namun tidak ada satu orangpun yang membangunkanku meskipun mereka bangun pagi. Sementara aku khawatir apakah aku dicintai dan semacamnya, aku ingin percaya dalam kebaikan untuk membiarkan seseorang tetap tertidur. Darahku sedang terpompa-pompa saat aku mengganti bajuku. Setelah memastikan pintunya sudah terkunci, aku meninggalkan rumah. Selagi aku bersepeda dengan santai melintasi pinggiran sungai, aku melihat ke atas dan menjumpai gumpalan-gumpalan awan raksasa yang melintasi langit dengan cepat. Hari ini, jalur ke sekolah begitu indahnya sepi. Itu membuatku merasa tentram. Biasanya, rute menuju SMA Soubu adalah sebuah jalur lomba pacu bersepeda dimana murid dari sekolah lain berlomba-lomba melawan satu sama lain. Menyalip orang lain dan berteriak “Maju! Magnum!” adalah perasaan yang paling menyenangkan. Ketika kamu melawan para pria, kamu akan menjadi berapi-api dan mengatakan sesuatu seperti, “Aku tidak akan kalah! Sonic!” <ref> Referensi pada Bakusō Kyōdai Let’s & Go!!, sebuah manga tua tentang lomba pacu.</ref> Hari ini, yang melakukan perjalanan pulang balik hanya kurang lebih antara para nyonya lebih tua yang berusaha sebaik mungkin untuk menurunkan berat badan mereka dan pria lebih tua yang berjalan-jalan dengan anjing mereka, dan suasananya seintens seperti menonton orang memancing. Pergi ke sekolah seperti ini tidaklah buruk sekali-sekali. Sebenarnya, setelah aku memikirkannya, bersepeda di bawah langit biru terasa cukup bagus. Itulah hal-hal yang kamu beritahu seseorang untuk membujuk mereka untuk ikut membolos bersamamu, dan itu berhasil sekitar lima puluh persen kasus. Dan namun, mengapa sewaktu aku hampir tiba ke sekolah, tiba-tiba suatu perasaan melankolis menerjangku…? Meski begitu, aku tidak bergerak dengan diam-diam. Malah, aku memasuki sekolah dengan cara biasa. Pada saat ini para guru sedang berada di kelas, kamu tahu, jadi tidak mungkin mereka akan menyadari aku terlambat. Menjadi takut itu tidak ada gunanya. Aku mempelajari hal itu dari tujuh puluh dua kali keterlambatanku ke sekolah tahun lalu. Ini sudah ke delapan kalinya terlambat tahun ini, yang mungkin akan mmpengaruhi catatan sekolahku jika begini terus. Aku ingin mencapai angka dua ratus kali pada kelas tiga SMAku. Masuk ke dalam gerbang sekolah itu gampang. Masalahnya adalah kelas. Aku menghentikan sepedaku di area parkir dan berpaling dengan cepat menuju pintu masuk. Segera sesaat aku memasuki lapangan sekolah, aku merasa seakan kekuatan gravitasi bertambah dalam sekali hantam. Aku sedang berada di Planet Vegeta, kamu tahu? Aku menyeret diriku menaiki tangganya dan melintasi lorong dimana tidak terlihat satu orangpun, sampai akhirnya aku tiba pada kelasku di lantai dua. Aku menarik nafas dalam-dalam di depan pintu. Kemudian aku meletakkan tanganku di gagang pintunya. Pada saat itu, aku merasa sangat gugup. Pintunya terdorong terbuka. Dan kemudian semua mata sekaligus melihatku, tidak ada seorangpun yang mengatakan apapun. Keheningan sudah menyeliputi seluruh kelas. Bisik-bisikan dan suara ajaran guruku sudah menghilang ke dalam kehampaan. Aku tidak benci terlambat. Apa yang kubenci adalah suasana ini. Contohnya, jika itu Hayama yang melakukannya, aku cukup yakin mereka semua akan, “Hei, Hayama! Datang lebih telat lagi lain kali!” “Hayama, kamu begitu lamban, men!” “Hahaha, Hayama kamu lamban!” Tapi dalam kasusku, tidak ada yang mengatakan apapun, dan selama sesaat aku mendapat pandangan dari semua orang yang bertanya, “Siapa pria ini?” Aku menjawab dengan keheningan selagi aku memasuki kelas dengan langkah berat. Sesaat setelah aku sampai ke tempat dudukku, sebuah perasaan letih tiba-tiba melandaku. Tanpa kusadari aku menghela. Untuk guruku, itu batas yang terakhir. “Hikigaya. Datang jumpai aku setelah kelas berakhir,” kta Hiratsuka-sensei selagi dia menghantam meja guru dengan tinjunya. “Oke…” …Gawat aku. Aku menundukkan kepalaku sebagai responnya, membuat Hiratsuka-sensei menganggukkan kepala dengan puas saat dia berpaling dan melanjutkan menulis di papan tulis, jas putihnya berlambai di belakangnya. Tunggu dulu, hanya tinggal lima belas menit lagi sampai akhir kelas! Dan yang kejamnya adalah lima belas menit itu berjalan begitu cepat. Sementara aku sedang mengabaikan pelajaran dan sedang berpikir ratusan alasan keterlambatanku, loncengnya berbunyi. “Sekian untuk pelajaran ini. Hikigaya, datang kemari,” kata Hiratsuka-sensei sambil mengisyaratkanku datang dengan tak sabar. Aku melihat wajahnya dengan perasaan ingin kabur yang luar biasa. Hiratsuka-sensei memberungut dengan terang-terangan padaku. “Kalau begitu sekarang, sebelum aku meninjumu, aku akan bertanya padamu mengapa kamu terlambat, hanya untuk bersikap baik saja.” Dia sudah memutuskan untuk meninjuku! “Tunggu, anda salah. Tunggu sejenak. Tidakkah anda tahu kata ‘terlambat supaya keren’<ref> Fashionably late = Seni hanya terlambat sedikit (5 menit kira-kira) untuk memberikan kesan kamu itu orang yang populer dan sibuk yang terlambat karena ada urusan lain </ref>..? Singkatnya, ini hanya latihan untuk nanti ketika aku menjadi seorang eksekutif yang hebat dan elit.” “Aku pikir kamu ingin menjadi seorang bapak rumah tangga.” “Urk!” aku menyernyit, tapi aku segera mendapat tumpuanku lagi. “Y-yah! Itu suatu kesalahan untuk berpikir bahwa terlambat itu sudah pasti hal yang buruk. Anda mengerti? Para polisi mulai bergerak setelah insidennya terjadi. Itu sudah dikenal luas bahwa sang pahlawan akan datang pada menit-menit terakhir. Dengan kata lain, mereka selalu terlambat. Tapi siapa yang menyalahkan mereka?! Tidak ada! Ironinya disini adalah bahwa keterlambatan itu merupakan keadilan!” aku berteriak dari dalam lubuk jiwaku. Ketika aku selesai, Untuk beberapa alasan Hiratsuka-sensei memiliki tampang dingin di matanya. “…Hikigaya. Mari kuberitahu kamu satu hal. Keadilan yang lemah itu tidak ada bedanya dengan kejahatan.” “…keadilan lemah itu bahkan lebih baik dari kejaha- tunggu! Jangan pukul aku! Tidak!” Aku Soku Zan <ref> Secara harfiah berarti, “Bunuh Langsung Kejahatan.” Sebuah referensi pada moto Shinsengumi, kelompok pasukan revolusi. Juga banyak dikaitkan dengan kemampuan pedang Saitou Hajime dalam Rurouni Kensin, manga shonen klasik </ref>.. Tinju Hiratsuka-sensei mendarat ke dalam liverku dengan keakuratan yang pas. Tubuhku mengerang akan luka yang dihasilkan. Selagi aku terjungkir dan jatuh ke lantai, aku terbatuk-batuk. Hiratsuka-sensei menghela takjub sementara aku menggeliat kesakitan. “Astaga… tidak ada habisnya murid bermasalah di dalam kelas ini.” Tapi dia tidak mengatakannya dengan jijik – malah, dia terlihat senang daripada apapun. “Aku sedang membicarakan tentang satu orang lain ketika aku mengatakan itu.” Sepenuhnya mengabaikan bahwa aku sudah terjatuh ke lantai, Hiratsuka-sensei mengetakkan sepatu hak tingginya ke lantai dan menghadap ke pintu belakang kelas. Aku melihat ke arah yang sama dari posisiku di atas lantai dan menyadari keberadaan seorang murid perempuan sedang memegang tas sekolahnya. “Kawasaki Saki. Apa kamu juga terlambat supaya keren?” Hiratsuka-sensei memanggilnya dengan senyum masam di wajahnya. Tapi gadis yang bernama Kawasaki Saki ini hanya menjawab dengan anggukan kepalanya tanpa bersuara. Kemudian dia berjalan persis melewati tubuh terjuntaiku di lantai dan menuju tempat duduknya. Rambut panjang hitamnya tumbuh sampai punggungnya; bagian yang tidak diperlukan dari lengan baju kemejanya dilonggarkan; kaki panjang dan tajamnya terlihat dibuat untuk menendang. Tapi yang memberikan kesan padaku adalah mata tanpa ambisinya, yang menatap kosong ke kejauhan. Belum dibilang ''black lace''nya yang kelihatan seakan dibordir oleh seorang penjahit. [[Image:YahariLoveCom_v2-141.png|thumb|200px]] Sumpah aku pernah melihat gadis itu entah dimana sebelumnya… tunggu sebentar, jika dia ada di dalam kelasku, kalau begitu tentu saja aku pernah melihatnya sebelumnya. Karena aku dapat melihat ke dalam roknya dari posisi terjuntaiku di lantai, aku langsung berdiri. Aku tidak mau siapapun curiga denganku. Dan pada saat itu, tiba-tiba aku menyadari sesuatu dalam pikiranku. “…kamu si gadis ''black lace'' itu, bukan?” Dengan itu, semua keraguanku langsung sirna. Tanpa sadar, aku mengingat kembali pada satu peristiwa yang telah terbakar ke dalam mataku. Aku mengingat si gadis yang tiba-tiba menertawaiku ketika dia melihatku di atap. Oh, jadi dia berada dalam kelasku, huh? Sudah waktunya untuk sekali lagi memastikan bahwa ini adalah gadis yang sekarang sudah kuketahui bernama Kawasaki Saki. Daripada pergi ke tempat duduknya, Kawasaki berdiri di tempat dia berada dan melihat ke belakang padaku dengan santai dari bahunya. “…apa kamu bodoh?” tanya Kawasaki Saki. Dia tidak menendang atau meninjuku. Dia tidak merona karena malu dan wajahnya tidak merah karena amarah – itu seakan dia sama sekali tidak tertarik. Dia hanya sedikit jengkel. Jika Yukinoshita Yukino itu kaku, Kawasaki Saki hanya dingin. Itu seperti perbedaan antara es kering dengan es biasa. Yukinoshita melepuhkan siapapun yang menyentuhnya. Dengan tampang jijik di wajahnya, Kawasaki menyisir seuntai rambut yang lepas sebelum menghadap ke tempat duduknya. Setelah dia menarik kursinya dan duduk di atasnya, dia melihat ke arah jendela dengan tatapan kosong seakan dia merasa bosan. Itu seakan dia sedang melihat ke luar sehingga dia tidak perlu melihat ke dalam. Tidak ada orang di dunia yang tidak menyadari aura “jangan bicara padaku”nya. Tapi aura “jangan bicara padaku”nya masih lemah. Tidak ada orang yang mau berbicara padaku di dalam kelas meskipun aku mengaktifkan aura “tolong bicara denganku”. “Kawasaki Saki, huh…?” “Hikigaya, berhenti mengutarakan dengan emosi mendalam nama gadis yang bagian dalam roknya kamu lihat.” Hiratsuka-sensei meletakkan tangannya di bahuku. Tangannya begitu dingin. “Kita akan berbincang-bincang tentang hal ini nanti. Datang jumpai aku di ruang staf setelah sekolah.” <br /> <center>× × ×</center> <br />
Summary:
Please note that all contributions to Baka-Tsuki are considered to be released under the TLG Translation Common Agreement v.0.4.1 (see
Baka-Tsuki:Copyrights
for details). If you do not want your writing to be edited mercilessly and redistributed at will, then do not submit it here.
You are also promising us that you wrote this yourself, or copied it from a public domain or similar free resource.
Do not submit copyrighted work without permission!
To protect the wiki against automated edit spam, please solve the following captcha:
Cancel
Editing help
(opens in new window)
Navigation menu
Personal tools
English
Not logged in
Talk
Contributions
Create account
Log in
Namespaces
Page
Discussion
English
Views
Read
Edit
View history
More
Search
Navigation
Charter of Guidance
Project Presentation
Recent Changes
Categories
Quick Links
About Baka-Tsuki
Getting Started
Rules & Guidelines
IRC: #Baka-Tsuki
Discord server
Annex
MAIN PROJECTS
Alternative Languages
Teaser Projects
Web Novel Projects
Audio Novel Project
Network
Forum
Facebook
Twitter
IRC: #Baka-Tsuki
Discord
Youtube
Completed Series
Baka to test to shoukanjuu
Chrome Shelled Regios
Clash of Hexennacht
Cube × Cursed × Curious
Fate/Zero
Hello, Hello and Hello
Hikaru ga Chikyuu ni Itakoro......
Kamisama no Memochou
Kamisu Reina Series
Leviathan of the Covenant
Magika no Kenshi to Basileus
Masou Gakuen HxH
Maou na Ore to Fushihime no Yubiwa
Owari no Chronicle
Seirei Tsukai no Blade Dance
Silver Cross and Draculea
A Simple Survey
Ultimate Antihero
The Zashiki Warashi of Intellectual Village
One-shots
Amaryllis in the Ice Country
(The) Circumstances Leading to Waltraute's Marriage
Gekkou
Iris on Rainy Days
Mimizuku to Yoru no Ou
Tabi ni Deyou, Horobiyuku Sekai no Hate Made
Tada, Sore Dake de Yokattan Desu
The World God Only Knows
Tosho Meikyuu
Up-to-Date (Within 1 Volume)
Heavy Object
Hyouka
I'm a High School Boy and a Bestselling Light Novel author, strangled by my female classmate who is my junior and a voice actress
The Unexplored Summon://Blood-Sign
Toaru Majutsu no Index: Genesis Testament
Regularly Updated
City Series
Kyoukai Senjou no Horizon
Visual Novels
Anniversary no Kuni no Alice
Fate/Stay Night
Tomoyo After
White Album 2
Original Light Novels
Ancient Magic Arc
Dantega
Daybreak on Hyperion
The Longing Of Shiina Ryo
Mother of Learning
The Devil's Spice
Tools
What links here
Related changes
Special pages
Page information