Editing
Oregairu (Indonesia):Jilid 9 Bab 4
(section)
Jump to navigation
Jump to search
Warning:
You are not logged in. Your IP address will be publicly visible if you make any edits. If you
log in
or
create an account
, your edits will be attributed to your username, along with other benefits.
Anti-spam check. Do
not
fill this in!
===4-2=== Akankah sesuatu yang bagus muncul semakin lama kamu menanganinya? Aku pikir sebenarnya, pertanyaan tersebut merupakan suatu proposal tiada-akhir bagi mereka-mereka yang membuat sesuatu. “Masih ada sedikit lagi. Seharusnya masih tidak apa-apa. Hanya tinggal sedikit lagi dan aku akan bisa melakukannya…” Itu suatu kejadian yang umum bagi semuanya ambruk total selagi pemikiran itu memenuhi kepalamu<!--for everything to collapse on top of itself-->. Pada waktu-waktu tersisa yang kamu miliki, kamu akan bermalas-malasan, asal-asalan mengerjakan sesuatu<!--cut corner--> dan menganggap remeh masalah. Persis begitulah manusia itu. Tenang?<!--composure--> Apa-apaan yang sedang kamu katakan? Ini adalah apa yang kamu sebut sebagai sedang bertindak ceroboh!<ref> Samurai X. Kutipan Shishio Makoto </ref> Bahkan sekarang, situasinya sudah kacau balau di hadapanku selagi aku sedang mengatakan<!--blown up--> “itu masih bisa diselamatkan, itu masih bisa diselamatkan, Madgascar!”<ref> [https://www.youtube.com/watch?v=1Z2HMQ4gea0 Video] – Lelucon ini mengenai dua pria yang terdampar di sebuah gunung salju. Pria yang satu berpikir mereka tidak akan tertolong jadi dia pergi tidur saja. Pria yang lain mulai berteriak, kita masih bisa tertolong, kita masih bisa tertolong, dan kemudian berkata Madagascar dan menemukannya di atas globe. Lelucon ini datang dari pelafalan yang sama dimana “kita masih dapat tertolong” itu “madatasukaru” dan “Madagascar” dilafalkan “madagasukaru”. </ref> Hari ini, kita ditetapkan untuk bertemu murid SD dari sekolah di dekat sini sesuai dengan apa yang diajukan SMA Kaihin Sogo hari itu. Tidak ada satu detail apapun yang diputuskan dengan hanya proporsi skalanya yang membengkak lebih besar.<!--swelling up to bigger proportions.--> “Mari kita memutuskan hal-hal bersama-sama mulai sekarang! Aku ingin kalian berusaha keras dan memberitahu kami apapun<!--put yourself out there-->!” Tamanawa yang terlampau menyegarkan itu menyambut anak SD itu dengan cara yang menular itu. Ketika dia melakukannya, para murid SD itu semua menjawab “kita semua berharap dapat bekerja sama dengan kalian” dengan serempak dalam suara tidak teratur mereka. Seperti yang bisa kalian duga, tidak seluruh murid SD yang berpartisipasi sebab hanya beberapa yang dipilih, mungkin dari sesuatu seperti OSIS SD. Jumlah mereka kira-kira hanya sepuluh. Dan di dalam kelompok itu, aku menemukan seorang gadis kecil yang terlihat familier. Karena dia terlihat jauh lebih dewasa daripada anak-anak di sekelilingnya, dengan sekilas saja sudah cukup untuk mengenalinya. Dengan rambut hitam yang panjang dan berkilau<!--sleek-->, dia sedang entah bagaimana menghasilkan eksterior yang dingin. Tsurumi Rumi masih sendirian, tidak berbeda dari masa selama liburan musim panas itu. Ketika aku menatap ke arahnya terus menerus, dia terlihat seperti dia menyadariku juga sebab dia menyipitkan matanya. Dia memalingkan pandangannya dan melihat ke lantai. Tingkah lakunya itu berkebalikan dengan anak-anak SD yang bersenda gurau di sekelilingnya dan ingatan akan apa yang aku lakukan padanya muncul kembali. Itu di Desa Chiba selama liburan musim panas. Aku menghancurkan hubungan manusia yang mengelilingi Tsurumi Rumi di perjalanan kamping sekolah yang diikuti gadis-gadis itu. Itu juga melibatkan tindakan mendorong peran menjadi orang jahat pada Hayama dan yang lain. Dan hasilnya berada tepat di depan mataku. Aku tidak tahu apakah itu benar atau salah. Entahkan dia terselamatkan dari apa yang dihasilkan tindakan itu adalah sesuatu yang hanya bisa diputuskan olehnya. “Senpai, ada apa?” Ketika aku berpaling ke belakang pada suara tersebut, Isshiki sedang membuat tampang ingin tahu. “…Tidak ada apa-apa.” Setelah aku menjawab singkat, aku melihat sekali lagi ke arah Rumi dan yang lain. Kelihatannya para gadis dalam kelompok yang sama dengannya pada perjalanan kamping itu juga tidak ada di sini. Dengan kata lain, aku sepenuhnya tidak bisa tahu akan bagaimana keadaan hubungannya dengan orang lain sekarang ini. Untuk mencoba memikirkannya lebih jauh lagi aku hanya bisa menebak-nebak. Kalau begitu, aku akan berhenti di sana. Sekarang ini, ada hal lain untuk dipikirkan. Dan itu adalah bagaimana menangani anak-anak SD ini pada sekarang ini. Meskipun kita bertemu dengan murid SD itu, tidak ada pekerjaan khusus yang bisa kita tugaskan pada mereka. Meski ada juga guru-guru di sini, kemungkinan bertindak sebagai pengawas mereka, tapi itu kelihatannya mereka berencana menyerahkan perencanaanya pada kami para murid SMA. Sapaan awal singkat dari Tamanawa kelihatannya telah sangat sukses mendapat dukungan mereka.<!--considerably win them over--> Dan berbicara mengenai Tamanawa, setelah pidatonya, dia datang ke arah kami dan membuat senyuman menyegarkan. “Oke, bisakah aku menyerahkan urusan menangani mereka pada kalian?” Memanggil mereka hanya untuk meninggalkan mereka… Meskipun kamu memberitahu kami untuk melakukan itu, satu-satunya hal yang bisa kami lakukan adalah berbincang-bincang karena kita masih belum memutuskan satu hal pun. Ditambah lagi, kita tidak bisa menahan pada murid SD itu terlalu larut. Jumlah waktu untuk bekerja itu terbatas. Sesuatu seperti “jujur saja, meskipun kita menahan mereka di sini…” adalah situasinya. “…Mmm.” Sebagai respon terhadap permintaan Tamanawa, bahkan Isshiki membuat tampang sulit. Namun, fakta bahwa dia sudah memintanya membuatnya terlambat bagi dia untuk berkata “maaf, ternyata tidak bisa”. Aku tidak yakin apa yang mungkin Tamanawa katakan dalam negosiasinya, tapi menyerahkan itu pada mereka membuat pihak kami merasa ada kewajiban terhadap mereka. Untuk tidak dapat menghentikan pendapatnya selama diskusi itu merupakan salah langkah yang menyakitkan. Jika kami membuat percekcokan di sini, kesan terhadap kedua sekolah kami, sekolah SD itu, dan rencana yang sudah disetujui oleh berbagai institusi akan memburuk. Ditambah itu, pada sekarang ini kami sudah terjebak dalam kebuntuan dan membuat suatu percekcokan hanya akan menambah sensasinya lebih jauh lagi. Jika mereka naik, maka kita turun<!--If they stood up, then we’d stand down-->… Jauh dari mendapat kesulitan<!--It was far from being in a bind-->, masing-masing dari mereka semua itu penyihir, penyihir<!--every single one of them were witches, witches--><ref> [https://www.youtube.com/watch?v=GpCS5NQhRdA Video] – Kalimat dari lagu ini. Kalimat aslinya adalah masing-masing dari mereka adalah para gadis yang berkilau! </ref>! Jika kami saja tidak tahu apa yang mesti kami lakukan, maka begitu juga adanya bagi para murid SD itu. Meskipun mereka dibawa kemari, mereka sedang berkerumun dalam satu kelompok terlihat tidak yakin tentang apa yang mesti mereka lakukan. Tapi bahkan di dalam kelompok itu ada seseorang yang sangat menonjol sekali. Tidak perlu melihat siapa itu karena itu adalah Rumi. Bahkan ketika anak-anak lain akan diam-diam berbicara mengenai ini dan itu, dia akan berdiri di sana tanpa ikut ke dalamnya. Murid-murid SD itu diam-diam melirik ke arah kami dan kemudian mulai berbisik pada telinga satu sama lain. “Apa kita sebaiknya menanyakan mereka tentang apa yang akan kita lakukan?” “Siapa?” “Gunting-batu-kertas?” “Oke… Mau berapa kali kita main?” “Tunggu. Pertama batu?” Selagi mereka terus berbicara, mereka kelihatannya telah lupa bahwa itu adalah percakapan rahasia selagi suara mereka terus menguat sampai cukup keras untuk kami dengar. Ada sesuatu seperti itu, kamu tahu? Budaya dimana kamu mencoba memutuskan segala sesuatu dengan permainan gunting-batu-kertas. Itu mirip dengan duel pikiran hitam dan putih dimana kamu akan berduel untuk segala hal. <ref> Yuigoh ZEXAL. Mengacu pada duel antara Astral dan Number 96 yang masing-masing adalah putih dan hitam. </ref>. Dan jadi, para penyendiri yang ikut bermain sendirian dan keluar sebagai pemenangnya, mereka lalu berakhir mengatakan “oke, pemenangnya yang harus melakukannya~!”. Kalau begitu, kamu seharusnya cukup memutuskannya dengan suara mayoritas, astaga. Dengan begitu, kamu cukup bisa pasrah saja. Diri SDku itu super menyedihkan. Yah, cerita-cerita mengenaiku tidak ada artinya di sini. Ketika aku melihat ke arah para murid SD ingin tahu apa yang sedang mereka lakukan, ada suatu hasil yang mengejutkan. “…Aku akan pergi.” Dia mungkin mendengarkan percakapan mereka dari dekat. Rumi membuat tatapan kecil dan berkata begitu. Dia tidak terlihat begitu bersemangat akan itu, tapi tingkah kalemnya kelihatannya terlihat sombong pada anak-anak yang lain. Anak-anak itu melihat Rumi pergi selagi mereka berbicara dengan suara yang tidak percaya diri dan tertekan. “Ah, oke…” “Terima kasih…” Rumi tidak menunjukkan respon pada suara lemah mereka selagi dia terus berjalan ke depan kami. Tentu saja, dia kelihatannya terlihat bimbang menanyaiku, jadi dia memanggil si wakil ketua di dekatnya. “Apa yang harus kulakukan?” Kendati usianya kecil<!--Despite Rumi’s age-->, Rumi bertanya dengan tingkah laku yang lumayan kalem yang menyebabkan wakil ketua itu untuk menjawab dengan buru-buru. “U-Uhhh…” Si wakil ketua gelisah akan bagaimana dia sebaiknya menjawab dan dia melemparkanku pandangannya. “Melakukan apa?” “Jangan tanya aku…” “Aah, maaf.” Setelah mengatakan itu, si wakil ketua melihat ke arah Isshiki. Mempertimbangkan alur sistematik dalam pembagian peran, hal pertama yang mesti dilakukan adalah untuk mencari tahu itu dengan Isshiki. “Isshiki.” Dia memanggil Isshiki yang berada di dekat Tamanawa untuk datang ke mari. Isshiki dengan lembut permisi dari Tamanawa dan kembali dengan berlari kecil. “Apa yang sebaiknya kita lakukan tentang pembagian pekerjaan pada murid SD ini?” Ketika dia menanyakannya, Isshiki dengan pelan menyilangkan lengannya dan memiringkan kepalanya untuk berpikir.<!--in contemplation--> “Uuumm… Kita masih belum memutuskan apapun, bukan…? Bukankah itu lebih baik untuk mencari tahu dengan mereka terlebih dahulu<!--before anything else-->…?” “Tidak…” Menilai dari bagaimana Tamanawa dan yang lain itu, itu hanya akan mendapat jawaban kira-kira “kamu baru tanya sekarang<!--you’re asking now-->?” Karena kami ditugaskan untuk menangani mereka, kami sendiri yang harus memikirkannya<!--we had to think for ourselves.-->. “Untuk sementara waktu, aku rasa hal-hal yang akan perlu tapi tidak akan menganggu. Kira-kira seperti mendekorasi atau membuat pohon akan bisa. Atau mungkin membeli bahan-bahannya juga…” “…Aku rasa begitu. Oke, kalau begitu ayo kita katakan itu saja<!--I suppose so. Okay, then let’s go with that-->.” Isshiki menganggukkan kepalanya dan mengatakan itu. Dia mengarahkan penjelasannya pada murid SD itu bersama dengan Rumi. Beban kerja itu untuk sementara waktu seharusnya cukup. Tapi kita harus berpikir mengenai apa yang mesti kami lakukan di masa depan. Mempertimbangkan kami sedang berada dalam situasi dimana kita tidak tahu <!--clueless--> tentang apa yang mesti dilakukan, kita harus memikirkannya bahkan lebih jauh lagi. Kita harus menyelesaikan struktur kerangka acara ini, jika tidak kita hanya akan menjadi kerumunan massa kacau balau yang membuang-buang waktu. Aku menyerahkan penanganan murid-murid SD itu pada Isshiki dan berjalan ke arah Tamanawa. Seharusnya<!--originally-->, ini adalah apa yang seharusnya dilakukan Isshiki, tapi ada yang namanya afinitas pada manusia. Karena perbedaan usia mereka, Isshiki mungkin tidak bisa berterus terang padanya. Kalau begitu, inilah dimana aku harus melakukannya untuk dia.<!--follow through--> Aku mendekati Tamanawa yang sedang mengobrol dengan ramah dengan kelompok temannya dan aku terbatuk pelan. Tamanawa kemudian menyadarinya dan berpaling ke belakang. “Ada apa?” Tamanawa bertanya dengan senyuman menyegarkan. Aku tidak begitu bagus dengan tipe-tipe orang ini yang memberikan aura baik hati ini. Entah kenapa, suatu wajah yang kukenali akan muncul di pikiranku<!--flicker by-->. Karena aku sudah mengantisipasi<!--jump ahead--> kesadaranku bahwa aku begitu buruk dengan orang-orang ini, caraku berbicara terdengar kasar. “Um, bahkan dengan semua penolong itu, jika kita tidak ada sesuatu yang diputuskan, kita benar-benar tidak bisa melakukan apapun…” “Oke, kalau begitu mari kita semua memikirkan hal ini bersama.” Bahkan aku sepenuhnya tidak bisa berkata-kata mendengar jawaban hampir-dengan-segera itu. “Kita semua katamu… Jika kita hanya membuat diskusi samar dengan satu sama lain, kita tidak akan bisa memutuskan apapun. Untuk sekarang, kita sebaiknya mencoba untuk memilah-milah<!--break down--> masalahnya dan itu akan lebih baik untuk mempertimbangkannya dari.” “Tapi bukankah itu hanya akan mempersempit pandangan kita? Aku rasa kita semua sebaiknya mencari<!--explore--> suatu solusi bersama.” Tamanawa menyelaku tanpa mendengarkanku sampai akhir. Namun, jika aku mundur di sini, semuanya hanya akan terulangi lagi. Sekali lagi, aku mencoba untuk membuat suatu sanggahan dari arah yang berbeda. “Tidak, tapi waktunya…” “Itu benar. Kita sebaiknya juga memikirkan bagaimana menangani hal itu bersama-sama=.” Itu seperti bekerja lembur demi menggelar suatu konferensi untuk menyingkirkan kerja lembur, bukan? Aku berpikir tentang bagaimana aku seharusnya membuat hal itu tersampaikan pada<!--get across--> dirinya selagi aku menggaruk kepalaku dan Tamanawa sengaja membuat senyuman baik hati itu seakan dia menyadari ketidak-sabaranku. “Aku mengerti kamu sedang terburu-buru, tapi mari kita berusaha yang terbaik bersama dan MEMBANTU<!--cover--> satu sama lain.” Tamanawa membuat gerakan yang sedikit berlebih-lebihan itu dan menepuk bahuku seakan mencoba menyemangatiku. Dia tidak menggunakan sebegitu banyak tenaga, tapi bahuku tetap saja merosot. Itu terlihat seperti tidak ada gunanya tidak peduli apa yang kukatakan. Aku mungkin sedang mengulangi perkataanku, tapi ada sesuatu yang dinamakan afinitas pada manusia. Akan tetapi, aku merasa bahwa Tamanawa dan aku mungkin memiliki afinitas yang paling buruk. Tapi kemungkinan bahwa itu bukan sepenuhnya salah Tamanawa. Dan benar. Ada banyak saat-saat dimana menggabungkan pendapat dan sudut pandang banyak orang, sesuatu yang dapat diwujudkan dari itu akan berakhir luar biasa. Itu mungkin cuma karena cara aku memikirkannya itu hanyalah berbeda. Untuk bekerja sama dengan orang, untuk bergantung pada seseorang, itu adalah sesuatu yang memakan waktu. Karena kurangnya pengalamanku dalam bagian itu, itu mungkin alasan kenapa aku tidak bisa mengerti cara Tamanawa melakukan sesuatu. Aku berada di sini setelah membuat banyak kesalahan. Aku kali ini mungkin saja juga salah mengenai sesuatu. “…Aku mengerti. Tapi kita sebaiknya menggelar konferensi itu segera.” Setelah mengatakan itu, aku memaksa menelan keraguanku sendiri. “Oke, kalau begitu mari kita menggelar konferensinya dengan segera.” Tamanawa mengakhiri percakapan kami, memanggil murid-murid SMA Kaihin Sogo lain, dan memulai konferensinya. <br /> <center>× × ×</center> <br />
Summary:
Please note that all contributions to Baka-Tsuki are considered to be released under the TLG Translation Common Agreement v.0.4.1 (see
Baka-Tsuki:Copyrights
for details). If you do not want your writing to be edited mercilessly and redistributed at will, then do not submit it here.
You are also promising us that you wrote this yourself, or copied it from a public domain or similar free resource.
Do not submit copyrighted work without permission!
To protect the wiki against automated edit spam, please solve the following captcha:
Cancel
Editing help
(opens in new window)
Navigation menu
Personal tools
English
Not logged in
Talk
Contributions
Create account
Log in
Namespaces
Page
Discussion
English
Views
Read
Edit
View history
More
Search
Navigation
Charter of Guidance
Project Presentation
Recent Changes
Categories
Quick Links
About Baka-Tsuki
Getting Started
Rules & Guidelines
IRC: #Baka-Tsuki
Discord server
Annex
MAIN PROJECTS
Alternative Languages
Teaser Projects
Web Novel Projects
Audio Novel Project
Network
Forum
Facebook
Twitter
IRC: #Baka-Tsuki
Discord
Youtube
Completed Series
Baka to test to shoukanjuu
Chrome Shelled Regios
Clash of Hexennacht
Cube × Cursed × Curious
Fate/Zero
Hello, Hello and Hello
Hikaru ga Chikyuu ni Itakoro......
Kamisama no Memochou
Kamisu Reina Series
Leviathan of the Covenant
Magika no Kenshi to Basileus
Masou Gakuen HxH
Maou na Ore to Fushihime no Yubiwa
Owari no Chronicle
Seirei Tsukai no Blade Dance
Silver Cross and Draculea
A Simple Survey
Ultimate Antihero
The Zashiki Warashi of Intellectual Village
One-shots
Amaryllis in the Ice Country
(The) Circumstances Leading to Waltraute's Marriage
Gekkou
Iris on Rainy Days
Mimizuku to Yoru no Ou
Tabi ni Deyou, Horobiyuku Sekai no Hate Made
Tada, Sore Dake de Yokattan Desu
The World God Only Knows
Tosho Meikyuu
Up-to-Date (Within 1 Volume)
Heavy Object
Hyouka
I'm a High School Boy and a Bestselling Light Novel author, strangled by my female classmate who is my junior and a voice actress
The Unexplored Summon://Blood-Sign
Toaru Majutsu no Index: Genesis Testament
Regularly Updated
City Series
Kyoukai Senjou no Horizon
Visual Novels
Anniversary no Kuni no Alice
Fate/Stay Night
Tomoyo After
White Album 2
Original Light Novels
Ancient Magic Arc
Dantega
Daybreak on Hyperion
The Longing Of Shiina Ryo
Mother of Learning
The Devil's Spice
Tools
What links here
Related changes
Special pages
Page information