Editing
Oregairu (Indonesia):Jilid 9 Bab 9
(section)
Jump to navigation
Jump to search
Warning:
You are not logged in. Your IP address will be publicly visible if you make any edits. If you
log in
or
create an account
, your edits will be attributed to your username, along with other benefits.
Anti-spam check. Do
not
fill this in!
===9-2=== Konferensi untuk acara kolaborasi Natal yang dimulai tepat waktu<!--on schedule--> itu sedang menenang dari api yang membara-bara selagi waktu berdetak pergi.<!--cooling down from its craze as time ticked by.--> Ketua OSIS SMA Kaihin Sogo, Tamanawa, membuat senyuman kebingungan<!--stumped--> dan membuat sebuah helaan. Dan ketua OSIS SMA Sobu, Isshiki Iroha, membunyikan lidahnya yang hanya aku, yang duduk di dekatnya, yang dapat mendengarnya selagi dia sedang tersenyum. Diskusi antara mereka berdua sudah terus berjalan secara paralel semenjak sesaat yang lalu. “Ya, aku rasa cara berpikir itu bisa juga, tapi aku rasa ada semacam arti di balik kedua sekolah melakukannya bersama-sama. Kalau kita melakukannya sendiri-sendiri, efek SINERGInya akan menghilang dan itu akan menjadi RESIKO GANDA, bukankah begitu kamu rasa?” “Muuungkin, tapi secara pribadi, aku rasa aku ingin benar-benar melakukan ini jugaaaaa, kamu tahuuuuu? Bukankah itu akan sepenuhnyaaa menguntungkan jika ada dua hal yang ditonton?” Aku tidak yakin sudah berapa kali aku mendengarkan percakapan yang persis seperti. Tamanawa akan meneruskan tanpa henti lingo katakananya sementara Isshiki akan mengatur arah kepala dan sudut wajahnya dan pada saat itu, dia akan balik berbicara dengan manis dan bersikap memikat dengan menawan. Pemandangan ini berjalan terus semenjak pembukaan konferensi ini. Ketika konferensinya dimulai, Tamanawa memulainya pertama-tama dengan mengajukan pembagian anggaran supplemental<ref> [http://accounting-financial-tax.com/2008/07/typesofbudget-jenisanggaran/ Anggaran] </ref>. Sebagai respon terhadap itu, Isshiki memulai dengan “macam, aku sudah memikirkannya sedikit dikit saja, tapiii” dan melancarkan serangan balasan dengan mengajukan rencana kami untuk membuat sebuah drama. Namun, musuh itu tidak boleh dianggap remeh sebab mereka menunjukkan kompromi menyatukan dengan memasukkan dramanya pada waktu jeda dari rencana sekarang ini. Tentu saja, Isshiki memakai alasan bahwa masalah uang belum diselesaikan sama sekali dan menyarankan untuk mengurangi beban kerjanya dengan memecahkan acaranya ke dalam dua bagian dengan musik dan drama. Jadi keadaannya berkembang seperti yang kuduga. Dalam suatu cara, Yukinoshita, Yuigahama, dan aku lega dengan melihat harmoni yang sudah ditetapkan ini selagi kami mengamati mereka dengan penuh perhatian. Tapi sekarang dimana kami berada di titik ini, konferensinya tiba-tiba mandek. Dan persis seperti barusan, Isshiki dan Tamanawa bolak balik berunding dengan satu sama lain. Di sampingku, Yukinoshita membuat suatu helaan. Sungguh kebetulan, aku juga merasa seperti itu. Dan kemudian, dia berbisik padaku dengan cara yang tidak akan menganggu konferensinya. “Aku heran apa Isshiki-san baik-baik saja… Aku bisa mendengar dia membunyikan lidahnya tadi…” “Mana kutahu? Itu terlihat seperti dia mencoba banyak hal, tapi…” “Aku cukup memahami dengan baik apa yang dirasakannya…” Yukinoshita berkata dengan letih dan membuat helaan lain. Baik Yukinoshita dan aku menyerahkan presentasinya pada Isshiki dan memilih untuk mendukung Isshiki ketika diperlukan, tapi melihat bagaimana diskusinya tidak berjalan ke manapun, kami benar-benar tidak bisa menyela. Ketika aku berpikir apa yang mesti dilakukan, Yuigahama yang sedang duduk di kananku menyenggol bahuku. “Hikki, kenapa mereka sedang berdebat tentang ini?” “…Apa yang akan kamu rasakan kalau kamu tiba-tiba diberitahu untuk melakukan sesuatu sendiri-sendiri dalam dua bagian ketika kamu berpikir kamu akan melakukannya bersama-sama?” Yuigahama mengerang selagi dia berpikir dan kemudian berkata. “Itu akan memberikan semacam kesan buruk…” “Perpecahan dan keretakkan… Benar, itu sudah pasti akan meninggalkan kesan yang buruk.” Yukinoshita mengangguk kepalanya. Yah, itu mungkin apa yang Tamanawa kuatirkan. Aku melirik ke arah Tamanwa untuk memastikan itu. Ketika aku melakukannya, Tamanawa dengan bisingnya mengetik-ngetik pada keyboard Macbook Airnya dengan berlebih-lebihan. Dia kemudian mengangguk dan berkata. “Aku rasa drama itu akan menjadi ide yang sangat bagus. Jadi kalau kita mulai kembali pada KONSEPnya, kemudian kalau kita menuju ke arah sebuah KOLABORASI musik dan dramanya menjadi satu, maka itu suatu cara lain untuk memikirkannya.” Dia mengajukan kompromi menyatukan lain. Isshiki tersenyum dengan tawa “fufu” mendengar itu. “Yah, teeentu, itu salah satunya. Tapi itu bukaaan apa yang sedang kupikirkan, kamu tahuuu? Dan juga, masih ada masalah dengan anggarannya, beeenar? Kalau kita melakukan itu, pada akhirnya, kita toh tidak akan bisa melakukan apapun atau semacamnya.” Setelah dia mengatakan itu, Isshiki menampilkan tawa malu-malu dan menjulurkan lidahnya. Namun, matanya tidak tertawa sedikitpun. “Kalau begitu kita semua sebaiknya memikirkannya bersama-sama. Toh itu alasan untuk konferensi ini.” Tamanawa menjawab dengan sesuatu yang pernah dikatakannya sekali pada suatu waktu sebelumnya. Kalau begini terus, kami akan menemukan diri kami di dalam lingkaran tiada akhir. Setelah itu, di sudut mataku, seseorang yang tak terduga telah berdiri. Dia adalah wakil ketua kami. “Um, apa kamu keberatan jika aku menanyakanmu sesuatu? Apa alasanmu untuk menentang membaginya menjadi dua bagian?” “Hmm, tidak seperti aku menentangnya. Aku hanya berpikir jika kita sama-sama memiliki satu VISI, maka kita akan bisa membuat acaranya terasa lebih menyatukan. Bahkan jika kita memikirkan GAMBARAN poin-poin strateginya, aku rasa itu akan lebih baik buat menghindari pembelokkan arah dari kerangka umum ACARA kolaborasi ini.” Karena keberatan datang dari sumber yang tak terduga, Tamanawa berpikir untuk sejenak dan melanjutkan. “Ini hanya IDE TERLINTAS, tapi jika kita buat PROGRAM dengan dua bagian, kita bisa membuat 2 GRUP dengan menggabungkan dua SMAnya bersama-sama. Mungkin SOLUSI seperti itu juga bisa…” “Tapi kita benar-benar tidak akan berhasil tepat waktu, bukankah begitu kamu rasa? Kita juga sudah menyelesaikan persiapan kami di siniiiii.” Isshiki mendukung si wakil ketuanya. Mereka sama sekali tidak mempersiapkan apa-apa, tapi dia mungkin sadar bahwa situasinya tidak akan bergerak maju jika dia tidak mengatakan ini. Ketika dia melakukannya, satu tangan dari OSIS SMA Kaihin Sogo diacungkan. Melihat bahwa Tamanwa sedang diserang, orang itu datang membantunya. “Kalau itu masalah waktu, daripada membuat rencana baru sekarang, bukankah itu akan lebih efisien jika kita bekerja sama dan membatasinya menjadi satu saja seperti yang direncanakan semula? Dan BIAYA-MANFAATnya akan lumayan bagus, terutama bagaimana biayanya ditangani dengan efisien.” Dan kemudian perdebatannya mundur kembali.<!--regress--> Selagi aku menulis notulen percakapan itu, aku tiba-tiba disergap oleh perasaan tidak nyaman yang aneh.<!--taken in--> Tamanawa tidak menentang keseluruhan rencana membaginya menjadi dua bagian. Namun dia bersikeras untuk melakukannya bersama-sama. Apa alasan untuk itu? Aku membuka mulutku untuk mencari maksud sebenarnya di balik perasaan tidak nyaman ini. “…Apa kita benar-benar harus melakukannya secara kolaborasi?” “Kita bisa menyelenggarakan ACARA besar lewat kolaborasi yang akan mendatangkan SINERGI KELOMPOK.” “Aku tidak melihat apapun yang bersinergi mengenai ini. Lagipula, kamu bilang besar, tapi kalau begini terus, kita tidak akan melakukan apapun yang berarti<!--worthwhile-->. Namun, kenapa kamu masih begitu terpaku dengan itu?” Ketika aku menyadarinyaa, aku sudah menanyainya dengan kritis. Dengan cara yang sama terhadapku, ada bisikan-bisikan. Kesalahan terbesar dari konferensi ini adalah ketidak-adanya penolakan. Dari paling awalpun, tidak ada penolakan. Itulah kenapa meski sesuatu itu salah, tidak ada orang yang bisa membenarkannya. Aku juga tidak mampu menolak apapun. Mungkin saja, cara membuat sesuatu seperti ini juga ada. Itulah apa yang kupikir. Mereka bersikap segan dengan satu sama lain. Mereka bertingkah pengertian dengan satu sama lain. Dengan mengatakan itu, kebohongan sedang dipertukarkan. Namun, bukan itu. Sudah pasti, untuk ditolak itu sama sekali bukan hal yang buruk. Ada hal yang bisa kamu mengerti untuk yang pertama kalinya setelah kamu melihat bahwa kamu salah. Persetujuan total atas hal-hal tidak berguna tanpa substansi itu merupakan bentuk penolakan terparah. Dan itu adalah sesuatu yang mungkin akan ditolak juga. Tamanawa berbicara dengan pesat seakan dia sedang gugup. “Itu menyimpang dari tujuan rencana ini. Lagipula, kita bahkan mendapat sebuah KONSENSUS, dan kita bisa sama-sama memiliki sebuah DESAIN UTAMA dan…” Benar, kita memang mendapat sebuah konsensus dan kita juga memunculkan sebuah desain utama bersama-sama. Dengan bersikap tidak peduli demi sebuah jawaban yang bisa meyakinkan semua orang, semua orang dipaksa untuk menoleransinya, penderitaannya didesakkan pada semua orang dan ini menyebabkan semua orang untuk mengekang<!--inhibit--> diri mereka. Itu sudah diputuskan. Mereka yang keberatan itu orang heretik<!--heretic-->. Dengan memaksa mereka secara tersirat dengan pemikiran itu, mereka mendapat persetujuan dengan paksa. Dan saat semuanya hancur berkeping-keping, mereka akan mengatakan ini: Bahwa semua orang sudah memutuskan ini. Mereka akan membagi tanggung jawabnya di antara satu sama lain dan meringankan beban di dalam hati mereka, menyalahkannya pada seseorang yang tak bernama. Pada paling akhirnya, karena “semua orang” sudah memutuskan ini, mereka akan memaksa satu sama lain menjadi komplotan. Ya, itu persis seperti sebuah kotak kosong di suatu tempat. Itulah kenapa aku perlu menolaknya. Walaupun aku sama sekali tidak bisa mengatakan aku itu adil. Tapi itu karena aku mampu menolak sehingga aku sadar di mana aku salah. Dengan demikian, tidak mungkin aku bisa menerima kesimpulan ini. Aku tahu apa yang aku lakukan ini salah. Tapi dunia ini jauh lebih salah. Aku menatap ke arah Tamanawa. Kemudian sudut mulutku meringis. “…Salah. Kamu sedang bersikap angkuh dengan berpikir kamu bisa melakukannya. Itulah kenapa kamu tidak bisa menerima bahwa kamu salah. Itu karena kamu ingin menyembunyikan kegagalanmu. Dan untuk melakukan itu, kamu mencoba untuk memakai rencananya dan kata-kata untuk mendapatkan komitmen<!--commitment--> dari orang lain sehingga kamu bisa merasa lega. Karena ketika kamu salah, itu terasa jauh lebih baik untuk membuatnya menjadi salah orang lain.” Tanpa kusengaja, suaraku bercampur dengan rasa mencela-diri seakan aku sedang melihat pada seseorang barusan tadi. Sebuah tempat yang lembut dimana tidak ada penolakkan itu mungkin seperti sebuah mimpi. Debat-debat palsu itu yang tetap berada di notulen sementara hanya konferensi yang cuma namanya saja itu berlanjut. Dengan begitu, kamu bisa mengelabui dirimu sendiri. Tapi itu adalah penipuan. Itu mendadak. Suaraku meninggi. Riak-riak yang kecil itu, namun, dengan perlahan menggema. Pusaran suaraku memerangkap tempat di sekelilingku dan tatapan yang tidak ada kehangatan itu terarah padaku. “Bukan begitu keadaanya, lihat, aku hanya merasa itu kurangnya KOMUNIKASI, kamu tahu.” “Mari kita TENANG sebentar dan setelah kita tenang, kita bisa membahasnya lagi…” Ada rasa dingin yang lengket dalam suara yang datang dari pihak Kaihin Sogo. Namun, sikap mereka tidak berubah bahkan sampai ke paling akhir.<!--the very end--> Mereka mencoba untuk mengeluarkan usulan<!--put out feeler--> untuk menerima penolakan di pihak mereka dan mencoba untuk mencari tahu apa yang salah. Tapi ada suatu suara yang menghancurkan itu. “Kalau kalian mau memainkan permainan sandiwara, bisakah kalian melakukan itu di tempat lain?” Suara itu tidak keras sedikitpun, namun dengan hanya kata-kata itu saja menyebabkan tempat itu teredam ke dalam keheningan. Pemilik suara itu meneruskan lebih jauh lagi. “Sudah untuk beberapa saat sekarang, semua yang telah kudengar itu tidak ada apa-apa selain omong kosong, tapi apa itu benar-benar semenyenangkan itu berpura-pura menggelar konferensi dan bertingkah seakan kalian sedang <!--do work-->bekerja menggunakan kata-kata yang baru saja kamu hafal?” Tidak ada satu orangpun selain daripada Yukinoshita Yukino yang membuka mulut mereka. Suara provokatifnya berubah menjadi suara perlahan-lahan.<!--something gradual--> “Kalian terlibat dalam diskusi dengan kata-kata tak jelas dan kalian pikir kalian paham, namun tidak ada satu hal pun yang diselesaikan. Tidak mungkin kalian bisa memajukannya seperti itu… Tidak ada yang akan dibuat, tidak ada yang akan didapat, dan tidak ada yang akan diberikan… Itu bukan apa-apa selain penipuan.” Ketika aku dengan santai melihat ke samping, Yukinoshita sedang mengepalkan tangannya dan menunduk ke bawah. Tapi ketika dia mengangkat kepalanya, dia membuat ekspresi yang sangat dingin dengan mata kuat yang melihat ke depan. “Bisakah kalian tidak menghabiskan waktu kami lebih banyak lagi dari ini<!--than this-->?” Itu terlihat seperti Ruang Seminar lupa apa itu suara. Semua orang tercengang dengan intensitas Yukinoshita dan kehilangan kata-kata mereka. Sebuah ruang hampa udara lahir yang menyelubungi perdebatan yang terus berlanjut tanpa akhir dalam lingkaran. “Ummm, itu mungkin sedikit terlalu sulit, jadi daripada memaksa diri kita untuk bekerja bersama-sama, bukankah itu akan lebih baik untuk berpikir bahwa itu akan <!--to have fun-->menyenangkan dengan mengerjakan sesuatu dua kali? Dengan begitu, individualitas sekolah kita akan terlihat.” Yuigahama dengan rajin mencoba untuk mengisi celah itu dengan semangatnya. Dia kemudian melemparkan percakapannya pada seseorang yang duduk yang masih ternganga. “Benar, Iroha-chan?” “Ah, ya. A-aku rasa itu akan bagus…” Dan kemudian, Yuigahama melemparkan pandangannya sedikit ke depan. Di depan terdapat Orimoto Kaori. “Ba-bagaimana itu? Bagus?” “Eh, ah, tentu… Kedengarannya, bagus?” Orimoto menjawab secara refleks terhadap pertanyaan yang tiba-tiba ditanyakan padanya. Dia tidak terdengar begitu percaya diri dengan jawabannya dan dia menghadap orang-orang di sampingnya. Ketika dia melakukannya, mereka mengangguk balik. Ketika konferensi yang tidak ada orang yang keberatan condong ke arah satu persetujuan itu, konferensinya berakhir<!--come to an end--> seperti tanah longsor. Tapi akhirnya, konferensi yang panjang, panjang sekali itu berhenti sepenuhnya.<!--came to a full stop.--> <br /> <center><big>× × ×</big></center> <br />
Summary:
Please note that all contributions to Baka-Tsuki are considered to be released under the TLG Translation Common Agreement v.0.4.1 (see
Baka-Tsuki:Copyrights
for details). If you do not want your writing to be edited mercilessly and redistributed at will, then do not submit it here.
You are also promising us that you wrote this yourself, or copied it from a public domain or similar free resource.
Do not submit copyrighted work without permission!
To protect the wiki against automated edit spam, please solve the following captcha:
Cancel
Editing help
(opens in new window)
Navigation menu
Personal tools
English
Not logged in
Talk
Contributions
Create account
Log in
Namespaces
Page
Discussion
English
Views
Read
Edit
View history
More
Search
Navigation
Charter of Guidance
Project Presentation
Recent Changes
Categories
Quick Links
About Baka-Tsuki
Getting Started
Rules & Guidelines
IRC: #Baka-Tsuki
Discord server
Annex
MAIN PROJECTS
Alternative Languages
Teaser Projects
Web Novel Projects
Audio Novel Project
Network
Forum
Facebook
Twitter
IRC: #Baka-Tsuki
Discord
Youtube
Completed Series
Baka to test to shoukanjuu
Chrome Shelled Regios
Clash of Hexennacht
Cube × Cursed × Curious
Fate/Zero
Hello, Hello and Hello
Hikaru ga Chikyuu ni Itakoro......
Kamisama no Memochou
Kamisu Reina Series
Leviathan of the Covenant
Magika no Kenshi to Basileus
Masou Gakuen HxH
Maou na Ore to Fushihime no Yubiwa
Owari no Chronicle
Seirei Tsukai no Blade Dance
Silver Cross and Draculea
A Simple Survey
Ultimate Antihero
The Zashiki Warashi of Intellectual Village
One-shots
Amaryllis in the Ice Country
(The) Circumstances Leading to Waltraute's Marriage
Gekkou
Iris on Rainy Days
Mimizuku to Yoru no Ou
Tabi ni Deyou, Horobiyuku Sekai no Hate Made
Tada, Sore Dake de Yokattan Desu
The World God Only Knows
Tosho Meikyuu
Up-to-Date (Within 1 Volume)
Heavy Object
Hyouka
I'm a High School Boy and a Bestselling Light Novel author, strangled by my female classmate who is my junior and a voice actress
The Unexplored Summon://Blood-Sign
Toaru Majutsu no Index: Genesis Testament
Regularly Updated
City Series
Kyoukai Senjou no Horizon
Visual Novels
Anniversary no Kuni no Alice
Fate/Stay Night
Tomoyo After
White Album 2
Original Light Novels
Ancient Magic Arc
Dantega
Daybreak on Hyperion
The Longing Of Shiina Ryo
Mother of Learning
The Devil's Spice
Tools
What links here
Related changes
Special pages
Page information