Editing
Zero no Tsukaima ~ Indonesian Version:Volume5 Bab2
(section)
Jump to navigation
Jump to search
Warning:
You are not logged in. Your IP address will be publicly visible if you make any edits. If you
log in
or
create an account
, your edits will be attributed to your username, along with other benefits.
Anti-spam check. Do
not
fill this in!
===Bagian 2=== Kirche memasuki Akademi sihir begitu musim semi, pada bulan keempat, minggu kedua bulan Feoh, di tengah-tengah minggu Heimdallr. Upacara masuk diadakan di Aula Alvíss . Disana, setiap tahun, 90-an siswa baru akan dibagi menjadi tiga kelas. Anak-anak dari keluarga aristokrat, yang dikumpulkan dari sluruh daerah, telah menunggu Kepsek osman dengan wajah tegang. Osman, yang memimpin para guru, muncul di lantai kedua dan memandangu para siswa di lantai bawah. "Para siswa, kalian dari Tristain...Argh!" Osman, melebarkan lengan dan kakinya, telah meloncat dari terali lantai 2, bersiap untuk mendarat di sebuah meja di lantai 1. Di udara, dia mengayunkan tongkatnya untuk menggunakan "Melayang" untuk mendarat dengan aman, tapi gagal. Dia telah menua; waktu untuk melantunkan mantra memanjang dan dia langsung jatuh ke meja. Aula dipenuhi keributan begitu para guru meloncat turun untuk membantunya berdiri. Osman telah melakukan sesuatu dengan buruk dan seseorang harus menyembuhkannya dengan sihir air. Dia melanjutkan, tanpa sedikitpun tanda malu, "Semuanya, Jadilah Aristokrat yang akan mendukung Helkeginia di masa depan!" Kata-kata yang berani. Semuanya mulai bertepuk tangan, karena kasihan pada Osman yang berusaha keras menjaga harga dirinya. Di kerumunan..Ada seorang gadis cantik yang menonjol bahkan diantara para ningrat. Itu Kirche, yang bergelar "Ardent". Mengeluarkan uapan besar begitu melihat Kepsek nan ceroboh, dia berfikir apakah dia membuat kesalahan dengan melamar kesini. Namun, bagi Kirche, yang telah meninggalkan Akademi Sihir Vindobona di ibukota Germania...Tiada pilihan lain, selain pergi ke sebrang untuk belajar. Orang tuanya di Zerbst berencana menikahkan Kirche, yang bermalas-malasan disekitar rumah setelah meninggalkan sekolah, pada seorang Marquis tua. Kirche, yang tak memiliki keinginan untuk menikah saat itu, meninggalkan negaranya ke Tristain untuk mencari perlindungan. Dia melakukannya tak sadar. Sejak muda, begitu dia menyukai sesuatu, dia akan melakukan segalanya untuk mendapatkannya. Jika seorang protes, dia akan membungkamnya dengan keahliannya, "Api". Alasannya di-DO, "insiden" yang terjadi di Germania, adalah hasil dari aspek kepribadiannya ini.. Kepribadian yang kau tumbuh dengannya adalah hal yang sulit diubah. Bahkan di Tristain, cara arogannya tetap mekar. Kembali ke sini, di sebelah kirche, duduk seorang gadis berambut biru nan mungil. Dibandingkan dengan Kirche sang dewi kecantikan, pemilik tubuh iblis, tubuh gadis ini bahkan belum mencapai puber. Dia memang hanya seorang anak kecil. mata jade deibelakang kacamata masih membawa tanda-tanda anak-anak. Meski dia pergi ke Upacara Masuk , matanya tetap terbuka lebar, tenggalam dalam membaca buku. Tanpa alasan, Kirche mulai sebal dengan sikapnya. bagi Kirche, anak baik yang senang belajar adalah sasaran yang bagus untuk digojlok. dia berkata dengan nada rendah, "Apa yang kau baca?" dan merebut buku itu. Gadis itu hanya melihatnya dengan mata yang mati. Kata-kata dalam buku terlalu berat untuk Kirche, dia tak mengerti apapun. "Apa-apaan ini..."Pengaruh Kekuatan Angin pada Atmosfer dan Akibatnya'? Apaan nih kata-katanya. Apa kau bisa menggunakan sihir tingkat tinggi ini?" Gadis itu tak menjawab, hanya mengulurkan tangannya. "Hei, jika kau minta bantuan seseorang, kau seharusnya memberikan namamu, apa orang tuamu tak pernah mengajarimu?" Sejujurnya, ini bukan meminta bantuan, ini hanya mencoba mengambil kembali apa yang telah direbut...Gadis itu termenung sesaat, dan mengatakan namanya.."tabitha". "apaan itu? apa semua orang di Tristain memakai nama yang aneh-aneh?" Kirche hampir berguling-guling di lantai dalam tawa. Guru yang bertugas membagi kelas menatapnya tajam, tapi Kirche mengabaikannya dan terus tertawa. Tabitha menatap kirche dengan mata dingin. Rantai yang membawa takdir orang tuanya...untuknya telah dihina oleh seseorang. Saat itu, Kirche sama sekali tak melihat perubahan mata tabitha. Seorang gadis dengan rambut blonde-stroberi, yang tak bisa lagi menahan diri, langsung bangkit. "Gadis di sebelah sana! Sesuatu yang penting tengah diumumkan sekarang! mengapa kau tak menutup mulutmu!" Dia kemungkinan telah menolerir arogansi Kirche sejak tadi. "Siapa kau? aku Louise Françoise Le Blanc de la Vallière. Sungguh mengejutkan ada orang sepertimu yang masuk sini!" "la Vallière?" Kirche memandangi wajah Louise dengan senang. "Mohon bantuannya. Aku Kirche von Zerbst, tetanggamu. Sebuah keistimewaan untuk bertemu denganmu disini!" Mendengar ini, Sekujur Tubuh Louise mulai gemetaran. "A-A-Apa yang kau katakan?" "Oh, mohon bantuannya." Kirche tetawa penuh daya tarik. Seorang guru yang melihat mereka gemetaran karena amrah berteriak pada ketiganya, "Semuanya DIAM!" 'OK." sambil mengatakan itu, Kirche kembali ke kursinya. Tabitha merebut bukunya dari tangan Kirche dan menatapnya tajam dari sudut matanya, bibirnya ditekan erat. setiap tahun dibagi dalam tiga kelas, yang merupakan nama 3 santo legendaris, Suen, Iyer and Seger. Kirche dan tabitha di Suen, Louise di Iyer, sementara Guiche dan Montmorency di Seger. Setelah meninggalkan kejutan besar di upacara masuk, Kirche diabaikan oleh gadis-gadis lain di kelasnya. Daya tarik liar gadis Germania, dengan dada aduhainya, membuat hormon di udara tak bisa disumbat. dalam sekejap, semua lelaki di kelas telah doimilikinya. ini membuat gadis-gadis Tristain, yang sangat terkenal karena sifat irinya, terbakar dengki. Kepribadiannya adalah salah satu alasan mengapa dia tak disukai. Bahkan di Germania, Tanah Api itu sendiri, Kirche didiamkan karena arogansinya. Kepribadiannya hanya memperparah perasaan orang-orang Tristain, yang menyembah kehati-hatian sebagai keagungan, dengan cara yang salah. Dalam jangka waktu yang begitu pendek, dia sudah menggoda tiga pemuda. Ada dua alasan. Pertama, ketiga dari mereka adalah yang lebih tampan di kelas. Kedua, dan yang lebih penting...Dia begitu bosan.Pertama, pandangan menggoda dilemparkan ketika di aula. Kedua, membusungkan dadanya ketika berpura-pura tersandung. Ketiga, menyilangkan kakinya di hadapan mereka.hanya dengan itu, ketiganya sudah meminta Kirche untuk bersama mereka. Kirche menerima permintaan mereka meski dia menerima panggilan secara bersamaan. Dia pergi bersama ketiganya tanpa menyembunyikan apapun, sehingga ketiganya segera terlibat dalam pertarungan.Di akhir dari pertarungan tersebut, lelaki ketiga muncul sebagai pemenang. Tepat ketika dia akan menghadiahi dirinya sendiri dengan akhirnya mendapatkan Kirche hanya untuk dirinya, Kirche menemukan yang keempat. Gadis-gadis yang tertarik dengan pemuda-pemuda ini membentuk sebuah aliansi untuk berunding dengan Kirche. Kirche, yang barus saja menemukan yang ke-5 dan ke-6, dan sekali lagi men-tiga, meng-huh-kan saja usaha gadis-gadis malang tersebut."tak tahukah kapan kau harus berhenti? Berapa banyak lelaki yang kau inginkan sebelum kau bahagia?""Siapa tahu, aku tak tahu."Kata Kirche sambil duduk di kursi dan memoles kukunya."jangan berpura-pura!"" Aku tak melakukan apapun. Mereka menemukanku atas usaha mereka sendiri, berkata 'Kirche, ingin datang ke kamarku untuk minum," atau 'aku telah menuliskan sebuah puisi, ingin mendengarnya,' yah seperti itulah."kata Kirche, meniru para pemuda."Selalu seperti itu, aku cukup kesal juga, jadi aku harus menerimanya, dalam bahasa kalian 'Oui'. Apa aku mengejanya dengan benar?"Sikapnya membuat dengki para gadis langsung meroket ke tingkat yang baru."Dengar. Ini Tristain, diaman kami menghargai adat dan tradisi, tak seperti negara barbarmu. bahkan dalam cinta ada cara-cara yang patut, Seorang gadis desa nan abai yang bahkan tak tahu itu seharusnya pulang saja!""Jika kau benar-benar perhatian tentang cintamu, mengapa tak menguncinya di kamarmu?""Apa katamu?""Aku hanya bingung. Jika kau punya waktu untuk mengiri, mengapa tak membujuknya untuk tinggal? Jika kau menyukainya kau seharusnya memujinya sedikit. Yang kalian semua tahu hanyalah bagaimana memasang wajah marah, kalian bahkan tak tahu bagaimana mengatakan hal-hal yang membuat pria bahagia, kan?""Itu tugas pria!""Kalau aku sih tak begitu, jika aku menginginkan seseorang, aku akan memujinya sebanyak mungkin, kalau tidak, aku akan menjadi sangat sedih.""Jangan memeprlakukan kami seperti orang tolol!""bagaimanapun, kalian semua bisa tenang. Meski aku mengikuti filosofi "Lakukan apapun untuk mendapatkan apa yang kumau," Aku takkan pernah mengambil apa yang paling penting bagi seseorang."Pembohong! Bukankah kau mencoba menggenggam para pacar kami dengan tangan kotormu?"Kirche memutar pandangannya perlahan pada gadis-gadis yang mengelilinginya."Bagi kalian, itu bukan hal paling penting, kan?""Apa katamu?""Jika ia merupakan hal yang begitu penting, kalian takkan membentuk sebuah tim untuk berunding denganku. kalian akan menggulingkan kepalaku dari bahu dari dulu, atau apakah aku salah?"para gadis yang iri tak bisa berkata apa-apa."...Er...""Aku belum ingin mati. Makanya aku takkan mengambil apa yang paling berharga dari seseorang."Para gadis telah dipukul oleh sikap Kirche dan mulai saling memandang satu sama lain.Dengan itu, pacar Kirche terus bertambah, tapi dia tak bisa membuat satu jalinan pertemanan. Namun Tabitha juga tak lebih baik.Tabitha jarang berbicara pada siapapun. Entah itu waktu istirahat atau makan siang, kelas dimulai atau berakhir, bahkan dalam asrama atau tempat-tempat ramai. Dia tak mengatakan apapun pada siapapun. Pendiam, dengan wajah pencemas dunia pada mukanya...hanya membaca. Tak peduli siapapun yang mencoba bicara kepadanya, Tabitha mengabaikan mereka. Tak hanya mengabaikan, dia bahkan tampak mengabaikan keberadaan mereka.karena ini, Tabitha menjadibahan ejekan. Untuk alasan tertentu, dia menolak memberitahu nama belakangnya, jadi muncul isu-isu bahwa dia seorang penjahat.Saat dimana dia benar-benar membakar kedengkian seluruh kelas adalah pada saat kelas pertama mereka.Tabitha, yang dikira sebagai kutu buku biasa, ternyata adalah seorang Penyihir "Angin" jagoan. Ini baru diketahui saat pelajaran sihir "Angin" pertama.pak Quito adalah penanggung jawab kelas 'Angin". kata-kata pertama dari mulutnya adalah,"Siswa-siswa tahun ini begitu menyedihkan."Ketaksenangan langsung terpancar dari wajah para siswa, yang berkumpul di Lapangan Pusat."Melihat rekaman sekolah kalian, hampir semuanya adalah penyihir "Titik", hanya sedikit yang "garis". bahkan tiada yang "segitiga". Ada apa ini?"Titik dan segitiga mengacu pada jumlah elemen yang bisa dipakai. 'Titik' berarti satu elemen, 'garis' berarti dia bisa memadukan dua. Meskipun ia merupakan elemen yang sama, selama ia bisa dipakai, sebuah mantra kuat dapat tercipta."Aku mutlak tak punya harapan untuk kalian semua, tapi ini perkerjaanku, jadi kuteruskan."Setelah Pak Quito selesai berbicara dengan nada rendah, kelas dimulai. Kemampuan dasar "Angin" adalah "terbang" dan "melayang".namun...Tabitha mulai menunjukkan kemampuannya mulai saat itu.dia adalah yang pertama terbang begitu tinggi menggunakan mantra "terbang". Meski untuk menghindari perhatian, dia sengaja tak menggunakan seluruh kekuatannya. Pak Quito rada bingung."Untuk seorang penyihir 'titik', itu cukup bagus."karena tak mengetahui kemampuan Tabitha yang sebenarnya, tak salah bila dia mengatakan itu.Untuk alasan-alasan tertentu, satu-satunya yang tahu kekuatan tabitha yang sebenarnya adalah Kepsek Osman. Terlebih lagi Pak Quito belum melihat rekaman siswa-siswa pertukaran."Tak peduli bagaimanapun juga, kalian semua kalah dari gadis termuda di kelas. tidakkah kalian malu?"karena perkataan Pak Quito itu, seluruh kelas mulai marah.Saat istirahat setelah makan siang, seorang lelaki meminta Tabitha untuk berlatih dengannya.latihan seperti ini pada dasarnya sama dengan bertarung. Karena ini Latihan, tiada kemungkinan untuk kehilangan nyawa, setidaknya tidak pada masa ini. Di masa lalu, tersiar kabar bahwa memberikan lawanmu coup de grace adalah cara ningrat, tapi masa para pahlawan ini sudah menghilang menjadi sejarah. Metode modern adalah dengan menggunakan mantra-mantra dengan ancaman nyawa yang kecilm dan sekali seseorang terluka, pemenangnya sudah diputuskan. Meski ada kejadian dimana ada jari yang patah, ini lebih aman daripada mempertaruhkan nyawa, mencuri tongkat lawan merupakan cara paling elegan untuk menang.Pemuda yang menantang tabitha bernama de Lorraine. terlahir di keluarga yang terkenal dengan sihir "Anginnya". dia merupakan salah satu dari penyihir 'garis' elit angkatan mereka.Dia menyimpan dendam karena dikalahkan di "terbang" oleh seseorang tak dikenal seperti tabitha. Dia suka menyombongkan diri bahwa tiada yang bisa bertanding dengannya dalam sihir "angin", dan ingin mendapatkan kesempatan untuk membalas tabitha.Sambil berjalan menuju tabitha yang tengah membaca di Lapangan pusat, dia mendeklarasikan perang,"Nona, aku menginginkan instruksimu dalam sihir 'Angin'." Ketika tabitha tak menjawab apapun, de Lorraine mulai marah. "melanjutkan membaca saat seseorang menantangmu, apa itu tidak keterlaluan?" Tabitha tetap tak menjawab. Perkataan de Lorraine melewaqti telinganya, tak terdengar, seakan ia hanya suara hembusan angin. "Jadi, untuk ini, kau tak punya keberanian. Itu tak terlalu sulit dimengerti. apalagi, ini mempertaruhkan nyawa! sangat berbeda dengan terbang dan meloncat-loncat di dalam kelas!"Tabitha terus membalikkan halaman bukunya. Ejekan De Lorraine tak berefek apapun pada gadis bermata jade ini."Heh!"De Lorraine mendengus, dan tersenyum mengejek."Jadi, sepertinya isu bahwa kau seorang bajingan benar. Aku takut kau bahkan tak tahu siapa ibumu. Untuk mendengki seseorang yang begitu hina sepertimu akan merusak reputasi keluargaku!"Begitu dia habis berkata begitu dan hendak pergi, tabitha akhirnya bangkit berdiri. Jika Kirche melihatnya sekarang, mungkin dia akan merasakannya. Didalam mata jade yang tak bernyawa itu, sebuah angin beres berhembus.'Apa kau akhirnya serius?"tabitha menyimpan bukunya di bangku, dan berputar, berjalan menuju daerah terbuka.tabitha dan De Lorrain berdiri saling menghadap dalam jarak sekitar 10 meter."Meski aku tak mau memberikan namaku untuk seorang bajingan sepertimu, ini adalah prakterk umum. Aku, Verrieres de Lorraine, akan menjadi lawanmu."Tabitha tak memberikan namanya."Adalah sangat menyedihkan untuk tidak memiliki nama untuk disebutkan, bahkan pada saat seperti ini! Aku takkan menunjukkan ampun! En guarde!" Teriak De Lorraine, dan ulai melantunkan mantra, "Gebrakan Angin ". Dia hendak menerbangkan Tabitha dalam sekali pukul. Tabitha dan menyiapkan kuda-kuda, dan hanya bersiap dalam hening untuk menahan angin yang tampak akan menerbangkannya.Apa yang tengah terjadi? Dia sama sekali tak hendak mengambil kuda-kuda persiapan. 'Gebrakan Angin" De Lorraine adalah mantra yang kuat, sebuah mantra untuk membalasnya akan memakan waktu untuk dilantunkan.Apakah ini karena dia tak pernah latih-tanding seperti ini sebelumnya, atau karena dia begitu ketakutan oleh mantra De Lorraine...apapun alasannya, waktu telah habis.Tepat ketika De Lorraine merasa kemenangan sudah di tangan...tabitha mengangkat tongkatnya, dan bagaikan membersihkan sarang laba-laba dari hadapannya, mengayunkankannya secara acak. Sebuah kata diucapkan, dan dengan itu saja, tabitha sudah mengendalikan seluruh arus udara di sana.Penyesuaian aliran udara ini mengubah arah mantra de Lorraine, mengembalikannya pada pemantranya,De Lorraine diterbangkan ke tembok oleh anginnya sendiri. Tanpa memberikannya waktu, Tabitha langsung memantra lagi, Uap air di udara membeku jadi es, berubah jadi panah es, yang menuju de Lorraine,"Ah!"Dengan suara "Duk" yang jelas, panah es tersebut menancapkan de Lorraine ke tembok pada jubah dan bajunya. Dia membeku ketakutan oleh kekuatan yang baru kali ini dia lihat selama hidupnya. "Angin", apa mungkin bisa sekuat ini? Sebuah panah es raksasa terbang menuju de lorraine yang tertancap dari depan."Aku akan mati! selamatkan aku!"Dia berteriak secara refleks. panah itu, setebal tangannyam berhenti di depan matanya, Ia lalu mulai mencair, menjadi genangan.Pada saat yang sama, panah-panah yang menahan tubuhnya di tembok pun mulai mencair.De Lorraineyang baru terlepas gemetaran tak terkendali. Di kakinya, sebuah genangan mulai terbentuk, bukan dari panah esyang mencair, tapi dari cairan lain. Dari antara kedua kakinya, cairan mengalir, membentuk genangan air sesuhu suhu tubuh. Dia bertekuk lutut.Sambil melemparkan tongkatnya dan memohon, "Mohon ampuni aku," dia merangkak pergi.Kaki kecil Tabitha tiba-tiba mengisi pandangannya, membuatnya begitu ketakutan sehingga dia mundur. Tabitha berdiri disana memandangnya dari atas, ekspresinya tetap sama."Ampuni aku! biarkan aku hidup! L-latih tanding hanyalah sebuah permainan! Pertarungan dimana kau mempertaruhkan nyawa hanyalah sejarah lama1"kata De Lorraine, bertolak belakang dengan apa yang dikatakannya tadi. tabitha memunculkan sebuah tongkat."Biarkan aku pergi! jika kau biarkan aku hidup, aku akan melakukan apapun yang kau katakan!"Tabitha menunjuk tongkat di tangannya, dan hanya berkata,"Kau lupa ini."itu tongkat yang dilemparkan de Lorraine.Itu adalah alasan mengapa Kirche dan Tabitha dibenci isi kelas yang lain...Kirche khususnya oleh gadis-gadis yang dicuri pacarnya, dan Tabitha oleh de Lorraine, yang telah dikalahkan begitu telak.De Lorraine mengajukan suatu rencana pada para gadis.Ketika mendengarnya, para gadis bertepuk tangan dan setuju. Mereka akan menjaga identitas mereka dari ketahuan dan akan mengurus dua gadis yang paling dibenci dalam kelas mereka.
Summary:
Please note that all contributions to Baka-Tsuki are considered to be released under the TLG Translation Common Agreement v.0.4.1 (see
Baka-Tsuki:Copyrights
for details). If you do not want your writing to be edited mercilessly and redistributed at will, then do not submit it here.
You are also promising us that you wrote this yourself, or copied it from a public domain or similar free resource.
Do not submit copyrighted work without permission!
To protect the wiki against automated edit spam, please solve the following captcha:
Cancel
Editing help
(opens in new window)
Navigation menu
Personal tools
English
Not logged in
Talk
Contributions
Create account
Log in
Namespaces
Page
Discussion
English
Views
Read
Edit
View history
More
Search
Navigation
Charter of Guidance
Project Presentation
Recent Changes
Categories
Quick Links
About Baka-Tsuki
Getting Started
Rules & Guidelines
IRC: #Baka-Tsuki
Discord server
Annex
MAIN PROJECTS
Alternative Languages
Teaser Projects
Web Novel Projects
Audio Novel Project
Network
Forum
Facebook
Twitter
IRC: #Baka-Tsuki
Discord
Youtube
Completed Series
Baka to test to shoukanjuu
Chrome Shelled Regios
Clash of Hexennacht
Cube × Cursed × Curious
Fate/Zero
Hello, Hello and Hello
Hikaru ga Chikyuu ni Itakoro......
Kamisama no Memochou
Kamisu Reina Series
Leviathan of the Covenant
Magika no Kenshi to Basileus
Masou Gakuen HxH
Maou na Ore to Fushihime no Yubiwa
Owari no Chronicle
Seirei Tsukai no Blade Dance
Silver Cross and Draculea
A Simple Survey
Ultimate Antihero
The Zashiki Warashi of Intellectual Village
One-shots
Amaryllis in the Ice Country
(The) Circumstances Leading to Waltraute's Marriage
Gekkou
Iris on Rainy Days
Mimizuku to Yoru no Ou
Tabi ni Deyou, Horobiyuku Sekai no Hate Made
Tada, Sore Dake de Yokattan Desu
The World God Only Knows
Tosho Meikyuu
Up-to-Date (Within 1 Volume)
Heavy Object
Hyouka
I'm a High School Boy and a Bestselling Light Novel author, strangled by my female classmate who is my junior and a voice actress
The Unexplored Summon://Blood-Sign
Toaru Majutsu no Index: Genesis Testament
Regularly Updated
City Series
Kyoukai Senjou no Horizon
Visual Novels
Anniversary no Kuni no Alice
Fate/Stay Night
Tomoyo After
White Album 2
Original Light Novels
Ancient Magic Arc
Dantega
Daybreak on Hyperion
The Longing Of Shiina Ryo
Mother of Learning
The Devil's Spice
Tools
What links here
Related changes
Special pages
Page information