Editing
Oregairu (Indonesia):Jilid 2 Bab 1
(section)
Jump to navigation
Jump to search
Warning:
You are not logged in. Your IP address will be publicly visible if you make any edits. If you
log in
or
create an account
, your edits will be attributed to your username, along with other benefits.
Anti-spam check. Do
not
fill this in!
===1-3=== “Um, apa kamu sadar betapa kejamnya reaksimu barusan tadi?” Aku berkata pada Yuigahama. “Kamu tidak sadar, benar? Usahakan untuk sadar.” “…oh.” Yuigahama melangkah mundur. "Aku hanya, uh, tidak dapat membayangkan kamu bersama dengan seorang gadis, Hikki…” Dia memungut telepon gengam yang jatuh, sambil tersenyum malu-malu. “Gadis bodoh,” sahutku. “Aku adalah yang terbaik. Biarkan aku memberitahumu tentang betapa menabjubkannya diriku. Ketika kelas kami diacak dan semua orang sedang bertukar nomor telepon, aku begitu populer sehingga semua yang perlu kulakukan hanya mengeluarkan teleponku dan melihat sekeliling dengan canggung saat gadis ini memanggilku dan berkata, ‘Um, baiklah, mari bertukar nomor telepon.’” “‘Baiklah’, katanya. Kebaikan kadang bisa begitu kejam.” Sebuah senyuman ramah muncul di wajah Yukinoshita. “Tidak usah mengasihaniku! Kami benar-benar saling ber-SMS dengan satu sama lain setelah itu.” Yuigahama menatap ke bawah pada telepon gengamnya. "Gadis seperti apa dia??” dia bertanya dengan tingkah biasa. Tapi anehnya, gerakan jari berkecepatan-tingginya juga tiba-tiba berhenti total. “Coba kuingat…” kataku. “Dia seorang gadis yang sehat dan pendiam. Oh, dia begitu sehatnya sampai-sampai ketika aku meng-SMSnya pada jam 7 malam, aku mendapatkan balasannya besok pagi yang berisi, ‘Maaf, aku tadi tidur~ sampai jumpa lagi di sekolah~’, dan dia begitu berhati-hati dan lemah gemulai sampai-sampai berbicara denganku di kelas terasa begitu memalukan baginya.” Yuigahama meletakkan tangannya ke mulutnya. “Oh, itu berarti…” Dia menahan isakannya, air mata mengalir dari matanya. Dia bahkan tidak perlu memberitahuku betapa menyedihkannya diriku. Dia sendiri sudah jelas-jelas menyadarinya. “Jadi dia mengabaikan SMSmu dengan berpura-pura tertidur. Hikigaya-kun, berhentilah memalingkan matamu dari kebenaran. Hadapi kenyataan.” Kamu berkata sesuatu, Yukinoshita-san? Ada apa dengan tampang riang di wajahmu itu, Yukinoshita-san? Lontong juga kamu, Yukinoshita-san! “…Aku tahu semua yang perlu diketahui tentang kenyataan. Aku tahu begitu banyaknya sampai-sampai aku bisa saja membuat sebuah Hikipedia.” Pffft, hahaha! Ini tentu membuatku mengenang kembali. Aku begitu polos dulu. Aku tidak menyadari gadis itu meminta nomorku karena rasa iba dan menjawab SMSku karena dia merasa kasihan denganku. Aku akhirnya menyadarinya setelah dua minggu kemudian, saat dia tidak mau merespon tidak peduli betapa banyak SMS yang kukirim padanya, dan jadi aku berhenti meng-SMSnya. Dan kemudian suatu hari aku mencuri dengar percakapan para gadis itu. “Si Hikigaya itu terus meng-SMSku. Aku harap dia berhenti begitu. Itu menjijikan.” “Aku taruhan dia menyukaimu, Kaori…!” “Eww, Menjijikan!” Aku ingin mengering dan mati di tempat. Dan aku juga benar, benar-benar menyukainya! Sekarang aku merasa kasihan dengan diriku dulu yang berusaha keras yang meng-''spam'' ''emoticon'' dalam setiap SMS. Aku pikir memakai lambang cinta itu menjijikan, jadi aku memakai bintang-bintang dan ''smiley-smiley'' serta lambang musik. Hanya memikirkannya saja membuat rasa mengigil menjalar di sepanjang sumsumku z ya Tuhan yang benar saja. “Hikigaya…” Hiratsuka-sensei berkata, jelas tersentuh. “K-Kalau begitu maukah kamu bertukar nomor denganku? Aku janji aku akan membalas SMSmu. Aku tidak akan berpura-pura tertidur.” Saat dia mengatakannya, dia merampas teleponku dari tangan Yuigahama dan mulai menekan nomornya ke dalamnya. Level rasa kasihannya padaku jauh lebih tinggi dari biasanya. “Um, anda tidak perlu begitu baik denganku…” Maksudku, mendapatkan SMS dari gurumu benar-benar menyedihkan. Itu tidak ada bedanya dengan mendapatkan coklat dari ibumu setiap tahun di hari Valentin. Buang sana rasa kasihannya. Aku lebih baik mendapatkan sikap acuh tak acuh Yukinoshita pada saat-saat seperti ini. Pada akhirnya, mereka berdua menambahkan nomor telepon mereka ke dalam telepon gengamku dan menyerahkannya kembali padaku. Hanya sedikit data yang mereka tambahkan jadi itu tidak seperti ada yang benar-benar berubah, tapi untuk beberapa alasan tertentu aku merasa ada beban dibalik tindakan mereka. Jadi ini beban dibalik hubungan, huh? …agak rapuh, sebenarnya. Itu menggelikan melihat bagaimana diriku di masa lalu melekat dengan begitu menyedihkannya pada sejumlah kecil kilobita data. Selagi aku berpikir dalam diriku akan betapa menjijikan dan tidak bergunanya memori-memori ini bagiku sekarang ini, aku membuka kontakku. Dan disana, aku melihat sebuah nama terpampang: ☆★YUI★☆ Oh yang benar saja, bagaimanalah itu akan didaftarkan? Itu tidak dimulai dengan huruf dari alfabet. Dan lagi, nama itu sangat berbau ''spam'' tidak peduli bagaimana aku melihatnya. Sungguh cocok dengan Yuigahama dan kelacurannya. Aku menutup teleponnya tanpa melihat lebih jauh lagi. Karena aku mulai agak hebat dalam melakukan pekerjaan sampingan, hanya tinggal beberapa lembar yang tersisa. Aku mulai menyortir mereka dengan cepat. Hiratsuka-sensei mengosongkan tenggorokannya dengan mencolok, melihat ke samping padaku. “Hikigaya, sudah cukup. Terima kasih sudah membantu. Kamu boleh pergi sekarang,” dia berkata sambil menyulut rokok di mulutnya bahkan tanpa melihatnya. Aku ingin tahu apakah wabah kasihan dari barusan ada menghasilkan kesan yang tertinggal padanya. Hiratsuka-sensei sedang bertingkah sangat baik. Atau mungkin itu lebih akurat untuk dikatakan bahwa ini hanya dikatakan secara relatif dan Hiratsuka-sensei tidak bertindak lebih baik dibanding orang biasa. “Baik. Beranjak ke tugas klubku, kalau begitu..” Aku mengambil tas sekolahku, yang telah jatuh di karpet, dan menyandangnya ke bahu kananku. Di dalamnya, ada sejumlah buku teks yang mencakupi isi ujian semester dan sebuah komik manga yang rencananya akan kubaca di ruangan klub. Itu mungkin akan menjadi hari menghabiskan waktu lain yang biasa dengan tidak ada seorangpun yang mendatangi klubnya untuk meminta bantuannya. Aku berjalan pergi dengan Yuigahama berada dekat di belakangku. Aku harap dia bergegas dan beranjak pulang. Berhenti mengikutiku, haah… Persis saat aku mendekati pintunya, aku mendengar sebuah suara di belakangku. “Oh, iya. Hikigaya. Aku lupa memberitahumu sebelumnya, tapi kalian akan dibagi ke dalam kelompok bertiga pada tur tempat kerja yang akan datang ini. Kamu dapat memilih kelompokmu sendiri, jadi pikirkanlah.” Aku tidak dapat percaya apa yang barusan kudengar. Segera setelah dia mengatakannya, aku mengempis. Bahuku merosot dan semacamnya. “…oh men. Aku benar-benar tidak mau teman sekelasku datang ke rumahku.” “Jadi kamu benar-benar bertekad menjalani tur tempat kerjamu di rumah, huh…?” Hiratsuka-sensei merasa ngeri menghadapi tekad bajaku. “Aku sepenuhnya membenci pemikiran memilih kelompokku,” ujarku. “Huh? Apa-apaan yang kamu-” Aku mendadak berpaling, menjentikkan rambutku ke atas pada waktu yang sama. Dan kemudian, saat mataku membuka dengan tajam, aku menatap pada Hiratsuka-sensei dengan semua intensitas yang dapat dikumpulkan oleh bola mataku. Selagi aku melakukannya, gigiku juga berkilau. “Penderitaan seorang penyendiri bukanlah masalah besar! Aku sudah terbiasa dengannya!” “Itu benar-benar menyedihkan…” “S-Sungguh bodoh anda. Seorang pahlawan super selalu seorang penyendiri, anda tahu. Dan pahlawan super itu keren. Dengan kata lain, 'Penyendiri = keren'.” “Memang, ada pahlawan yang memang mengatakan bahwa teman-teman yang kamu butuhkan hanyalah cinta kasih dan keberanian<ref> Ini adalah motto Anpanman. Anpanman merupakan pahlawan super anak-anak yang terkenal. </ref>,” kata Yukinoshita. “Aku tahu benar? Hei, kamu tahu banyak.” “Ya, Aku tertarik dalam topik ini. Aku ingin tahu persisnya kapan kamu menyadari saat kamu kecil bahwa kamu tidak memiliki cinta kasih atau keberanian ataupun teman?” “Itu merupakan ketertarikan yang agak busuk…” Tapi, yah, Yukinoshita ada benarnya. Aku tidak memiliki cinta kasih atau keberanian ataupun teman. Itu semua hanyalah kata-kata indah, memaniskan kebenarannya dengan kebohongan yang menyenangkan serta cerita fiksi. Di dalam hati, itu semua hanyalah kata-kata untuk mengabulkan keinginan dan pemuasan yang egosentris. Dan jadi aku tidak memiliki teman. Selagi kita membicarakannya, tidak, bola juga bukanlah teman<ref> Sebuah referensi pada moto ikonik karakter utama komik sepak bola Kapten Tsubasa: "Bola adalah teman" </ref>. Kebaikan, rasa kasihan, cinta kasih, keberanian, teman - dan ya, bahkan bola - aku tidak perlu satupun dari itu semua. <br /> <center>× × ×</center> <br />
Summary:
Please note that all contributions to Baka-Tsuki are considered to be released under the TLG Translation Common Agreement v.0.4.1 (see
Baka-Tsuki:Copyrights
for details). If you do not want your writing to be edited mercilessly and redistributed at will, then do not submit it here.
You are also promising us that you wrote this yourself, or copied it from a public domain or similar free resource.
Do not submit copyrighted work without permission!
To protect the wiki against automated edit spam, please solve the following captcha:
Cancel
Editing help
(opens in new window)
Navigation menu
Personal tools
English
Not logged in
Talk
Contributions
Create account
Log in
Namespaces
Page
Discussion
English
Views
Read
Edit
View history
More
Search
Navigation
Charter of Guidance
Project Presentation
Recent Changes
Categories
Quick Links
About Baka-Tsuki
Getting Started
Rules & Guidelines
IRC: #Baka-Tsuki
Discord server
Annex
MAIN PROJECTS
Alternative Languages
Teaser Projects
Web Novel Projects
Audio Novel Project
Network
Forum
Facebook
Twitter
IRC: #Baka-Tsuki
Discord
Youtube
Completed Series
Baka to test to shoukanjuu
Chrome Shelled Regios
Clash of Hexennacht
Cube × Cursed × Curious
Fate/Zero
Hello, Hello and Hello
Hikaru ga Chikyuu ni Itakoro......
Kamisama no Memochou
Kamisu Reina Series
Leviathan of the Covenant
Magika no Kenshi to Basileus
Masou Gakuen HxH
Maou na Ore to Fushihime no Yubiwa
Owari no Chronicle
Seirei Tsukai no Blade Dance
Silver Cross and Draculea
A Simple Survey
Ultimate Antihero
The Zashiki Warashi of Intellectual Village
One-shots
Amaryllis in the Ice Country
(The) Circumstances Leading to Waltraute's Marriage
Gekkou
Iris on Rainy Days
Mimizuku to Yoru no Ou
Tabi ni Deyou, Horobiyuku Sekai no Hate Made
Tada, Sore Dake de Yokattan Desu
The World God Only Knows
Tosho Meikyuu
Up-to-Date (Within 1 Volume)
Heavy Object
Hyouka
I'm a High School Boy and a Bestselling Light Novel author, strangled by my female classmate who is my junior and a voice actress
The Unexplored Summon://Blood-Sign
Toaru Majutsu no Index: Genesis Testament
Regularly Updated
City Series
Kyoukai Senjou no Horizon
Visual Novels
Anniversary no Kuni no Alice
Fate/Stay Night
Tomoyo After
White Album 2
Original Light Novels
Ancient Magic Arc
Dantega
Daybreak on Hyperion
The Longing Of Shiina Ryo
Mother of Learning
The Devil's Spice
Tools
What links here
Related changes
Special pages
Page information