Editing
Oregairu (Indonesia):Jilid 4 Bab 1
(section)
Jump to navigation
Jump to search
Warning:
You are not logged in. Your IP address will be publicly visible if you make any edits. If you
log in
or
create an account
, your edits will be attributed to your username, along with other benefits.
Anti-spam check. Do
not
fill this in!
===1-3=== Dia memiliki rambut yang rapi nan sehalus sutera serta tangan dan kaki yang memantulkan cahaya matahari yang cemerlang. Selagi dia menyesuaikan sarung raket pada punggungnya, dia membuat helaan lembut yang lenyap di udara, membawa datang hembusan angin. Dia adalah Totsuka Saika. Dia tidak menyadariku, dia malah tanpa bersuara menoleh ke belakang bahunya seakan terpaku akan sesuatu di belakangnya. Whoa whoa, apa dia itu si cantik yang menoleh ke belakang? <ref> Jepangnya 見返り美人 (lit inggris. ‘beauty looking back over her shoulder’), yang merupakan referensi pada sebuah lagu enka. Enka adalah salah satu aliran musik pop Jepang yang menyerupai musik tradisional Jepang. </ref> Memang, kupikir dia adalah sebuah ilusi yang dibentuk oleh udara panas berkilauan yang membumbung dari aspal jalan. Pada saat tersebut, kerumunan yang kurasa begitu sialannya menjengkelkan menghilang entah ke mana<!--receded into the background-->. Itu seperti Totsuka dan aku adalah dua orang yang tersisa di dunia ini. Dicengkram oleh terjangan emosi, rahangku mengendur. Aku sepenuhnya yakin aku akan menemukannya tidak peduli kemanapun dia pergi. Hal itu, kupercayai dengan segenap hatiku. “Totsukuuuuh-” Ucapan itu menghilang di dalam tenggorokanku. Malahan, helaan aneh ini yang menyelip keluar. Keluarga di sekelilingku memberiku tatapan aneh dari jauh<!--from a distance--> dan bergegas pergi. Aku menatap ke arah Totsuka dengan hening. Itu karena seseorang sedang berlari ke arah Totsuka, melambai dengan semangat di belakangnya. Laki-laki itu mengenakan baju kaos yang serupa, dan sebuah raket yang menyerupai punya Totsuka tersandang pada punggungnya. Ketika aku melihat betapa akrabnya mereka, aku tidak sanggup untuk memanggil<!--couldn’t bring myself to call out to--> Totsuka. Oleh karena itu, helaan menggelikan itu menyelip keluar dariku. Orang itu menepukkan tangannya bersama dengan pelan di depan Totsuka, mungkin karena dia terlambat pada janjian mereka<!--meet-up-->. Sebagai balasannya, Totsuka menggelengkan kepalanya dengan santai. Bahkan dari jauh<!--from a distance-->, aku dapat dengan jelas melihat senyuman malu-malunya. Mereka berdua bertukar beberapa patah kata dan berangkat menuju ke toko bersama. Setelah aku selesai melihat mereka menghilang ke kejauhan, aku sekali lagi mulai berjalan pergi menuju Plena Makuhari. Untuk sejenak, aku menggerakkan kakiku tanpa berpikir, hampir seperti sebuah robot. ''…Begitu ya. Jadi Totsuka ada aktivitas klub.'' Itu masuk akal bahwa dia akan memiliki teman yang terlibat di dalam klub juga. Benar. Ini musim panas, jadi tentu saja dia akan ada aktivitas klub. Apa mampir ke suatu tempat sewaktu dia pulang itu biasa baginya? Pasti<!--it had to be-->. Itu masuk akal bahwa dia akan memiliki teman di antara rekan-rekan tenisnya dan itu masuk akal bahwa dia akan tersenyum pada mereka. Aku heran persisnya kapan aku mulai berpikir bahwa dia hanya akrab denganku. Sewaktu SD dan SMP, orang-orang yang berbicara padaku akrab dengan semua orang dan memiliki teman yang berlimpah… meskipun aku berpikir mereka adalah temanku, mereka tidak akan berpikir serupa dan meskipun mereka itu teman baikku, aku tidak akan menjadi teman baik mereka – hal semacam itu terjadi sepanjang waktu. Sial, aku sedang bergetar dengan begitu hebatnya sampai kakiku berubah menjadi jeli. Aku mungkin akan terasa enak jika kamu menambahkan penyedap. Entah bagaimana, aku berhasil berjalan sampai ke tangga eskalator, dimana aku tumbang pada pegangan tangganya. Meski aku sedang linglung, tangga eskalator itu membawaku naik secara otomatis. Aku sedang menuju ke atas ketika itu terjadi. Aku menemukan wajah yang familier pada tangga eskalator yang menuju ke bawah. Hanya ada satu orang yang kukenal yang cukup tolol untuk mengenakan sebuah mantel pada pertengahan musim panas. Pada saat ini, aku lebih memilih berpura-pura aku tidak mengenalnya. Dua orang bersama Zaimokuza itu adalah yang disebut-sebutnya rekan bermain game, yang entah bagaimana dia sedang membuat percakapan yang akrab dengan mereka. Ini adalah kutipan dari percakapan mereka: “Arcana Peluang.” (Terjemahan: Mau main game “Arcana” di arcade?) “Affirmatif.” (Terjemahan: Tentu.) “Peluang.” (Terjemahan: Sama.) “As Peluang.” (Terjemahan: Bagaimana kalau kita pergi ke arcade “As”?) “Pengorbanan.” (Terjemahan: As begitu jauh jadi tidak.) “Admiral Letih.” (Terjemahan: Aku lelah jadi itu akan begitu melelahkan.) “Sampah.” (Terjemahan: Kalian tidak ada dedikasi.) “Pengorbanan Total.” (Terjemahan: Lepaskan sajalah<!--Just let it go already-->.) “Pengorbanan Peluang.” (<- Aku tidak paham apa yang sedang mereka bicarakan.) Aku berhenti memperhatikan mereka. Kelihatannya mereka sedang berbincang dengan sebuah bahasa yang hanya dimengerti mereka. Aku gagal memahami untuk apa berbicara dengan hanya kata-kata kunci<!--the point of-->. Mereka terlampau mengandalkan ambiguitas bahasa Jepang. Itu akan buruk bagi mereka jika aku menghancurkan kesenangan mereka, dan ditambah lagi aku berpikir itu juga akan buruk bagiku jika orang-orang berpikir aku berteman dengan mereka, jadi aku berpura-pura untuk tidak menyadari keberadaan Zaimokuza. Tapi persis pada saat kami berpapasan dengan satu sama lain, mata tajam Zaimokuza jatuh padaku, dan kami saling bertatap mata untuk sejenak. “Oh?” “…haaaaah.” Persis saat dia menuturkan sesuatu, aku tanpa membuang-buang waktu memalingkan wajahku dan menguap ke atas langit-langit. Itu adalah cara bertele-tele untuk mengatakan, “Aku sedang menguap sekarang ini jadi aku tidak menyadari keberadaanmu.” Jurus menghindari interaksi ini adalah keahlianku. Tentu saja, eskalator itu tidak akan berhenti untuk siapapun. Dengan satu gerakan cepat, jarak antara Zaimokuza dan aku menjauh, dan hanya dengan begitu saja adegan itu berakhir.<!--faded to black.--> Eskalator itu membawaku sampai ke lantai tiga, dan selagi aku melintas bersama-sama dengan arus manusia, aku berjalan sampai ke dalam toko buku. Tanpa bahkan melihat-lihat ke dalamnya, aku tahu bagaimana rak-raknya disusun. Buku-buku komik ada di kanan pintu masuk dan novel-novel ringan diletakkan di tengah-tengahnya. Area yang terputus dari lorong itu dikhususkan untuk novel-novel, dan rak di belakangnya dikhususkan untuk literatur. Heh, sempurna. …sekarang dimanakah buku-buku sainsnya? Karena aku biasanya tidak membaca buku-buku semacam itu, aku tidak dapat menemukan lokasinya di dalam peta batinku. Yah, kurasa orang-orang hanya melihat apa yang menarik bagi mereka, jadi mereka tidak terlalu menyadari apa yang terjadi di luar itu. Tidak mungkin aku bisa menanyakan pegawai tokonya mengenai itu, jadi aku memutuskan untuk mencari ke sekeliling toko itu sendiri. Kamu tahu, itu bukan seperti aku tidak ada keberanian untuk bertanya padanya atau apa; aku hanya sedang bersikap baik dengan tidak menganggunya untuk sesuatu yang begitu sederhana. Karena tokonya tidak sebesar itu, kelihatannya tidak akan memakan banyak waktu untuk berjalan dari satu bagian ke bagian lain. “…” Selagi aku sedang berjalan berkeliling, aku merasakan tatapan seseorang padaku. Apa ini Pengutilan G-Men, huh<ref> Referensi pada drama panjang Jepang G-Men '75, seri detektif. Pengutilan adalah tindakan diam-diam mencuri di toko buku. </ref>? ''Aku tidak melakukan kesalahan apapun! Buku yang sedikit mesum ini untuk sesuatu yang lain! Untuk projek penelitian liburan musim panas! Aku tidak mempercayai hal-hal mesum!'' Ketika aku berpaling ke belakang, mempersiapkan alasanku, mataku bertemu dengan seseorang yang tidak kusangka akan berjumpa. Dia mengenakan kemeja kardigan di atas bahunya dan celana ketat panjang di balik roknya, mungkin untuk melindungi dirinya dari sinar matahari. Dia terlihat kurang keras dibandingkan dirinya yang mengenakan seragam, tapi aksesoris-aksesoris kecilnya seperti arloji dan tas tangannya dijahit dengan begitu indahnya, mempertahankan penampilan rapi dan apiknya. Dia adalah Yukinoshita Yukino. Dia adalah ketua Klub Servis, yang dimana aku merupakan salah satu anggotanya. Dia memang tinggal di sekitar sini, jika aku mengingatnya dengan benar. Jadi gadis ini bepergian ke toko buku juga, huh? “…” “…” Kami menatap pada satu sama lain untuk sekitar dua detik tanpa mengatakan satu patah katapun. Lamanya sudah lebih dari cukup untuk mengenali seseorang. Yukinoshita dengan sembunyi-sembunyi mengembalikan buku yang sedang dipeganginya pada rak dan kemudian dengan cepat melangkah keluar dari toko ini. ''Diabaikan.'' Dia mengabaikanku dengan begitu spektakuler. Astaga, ini bahkan bukan mengabaikan – itu rasa jijik bisu. Baru saja itu rasa jijik yang dapat dibandingkan dengan Deklarasi Potsdam<ref> Ultimatum untuk penyerahan tanpa syarat angkatan bersenjata Jepang di akhir Perang Dunia Kedua </ref>. Ini mencetak sejarah<!--This was history in the making.--> Meskipun kami menatap mata satu sama lain dan jarak di antara kami tidak lebih dari satu meter, dia sama sekali mengabaikanku. Setiap kali aku diabaikan oleh teman sekelasku, mereka melakukannya dengan begitu imutnya. Itu karena aku mengabaikan diriku sendiri juga. Wow, itu juga lumayan kejam. …yang penting, itu sifat khas Yukinoshita. Aku dapat mengatakan sebanyak itu. Tersenyum masam meskipun aku tidak mau melakukannya, aku mengitari rak buku tempat Yukinoshita baru saja berdiri. Ketika aku melemparkan pandanganku padanya, kelihatannya itu bagian foto album. ''Jadi gadis ini ternyata feminin juga, melihati foto album aktor atau idola favoritnya atau semacamnya'', pikirku selagi aku melihat raknya sepintas, tapi satu jenis album yang menonjol keluar adalah album kucing dari semua album yang ada. ''Sudahlah, beli saja seekor kucing.'' <br /> <center>× × ×</center> <br />
Summary:
Please note that all contributions to Baka-Tsuki are considered to be released under the TLG Translation Common Agreement v.0.4.1 (see
Baka-Tsuki:Copyrights
for details). If you do not want your writing to be edited mercilessly and redistributed at will, then do not submit it here.
You are also promising us that you wrote this yourself, or copied it from a public domain or similar free resource.
Do not submit copyrighted work without permission!
To protect the wiki against automated edit spam, please solve the following captcha:
Cancel
Editing help
(opens in new window)
Navigation menu
Personal tools
English
Not logged in
Talk
Contributions
Create account
Log in
Namespaces
Page
Discussion
English
Views
Read
Edit
View history
More
Search
Navigation
Charter of Guidance
Project Presentation
Recent Changes
Categories
Quick Links
About Baka-Tsuki
Getting Started
Rules & Guidelines
IRC: #Baka-Tsuki
Discord server
Annex
MAIN PROJECTS
Alternative Languages
Teaser Projects
Web Novel Projects
Audio Novel Project
Network
Forum
Facebook
Twitter
IRC: #Baka-Tsuki
Discord
Youtube
Completed Series
Baka to test to shoukanjuu
Chrome Shelled Regios
Clash of Hexennacht
Cube × Cursed × Curious
Fate/Zero
Hello, Hello and Hello
Hikaru ga Chikyuu ni Itakoro......
Kamisama no Memochou
Kamisu Reina Series
Leviathan of the Covenant
Magika no Kenshi to Basileus
Masou Gakuen HxH
Maou na Ore to Fushihime no Yubiwa
Owari no Chronicle
Seirei Tsukai no Blade Dance
Silver Cross and Draculea
A Simple Survey
Ultimate Antihero
The Zashiki Warashi of Intellectual Village
One-shots
Amaryllis in the Ice Country
(The) Circumstances Leading to Waltraute's Marriage
Gekkou
Iris on Rainy Days
Mimizuku to Yoru no Ou
Tabi ni Deyou, Horobiyuku Sekai no Hate Made
Tada, Sore Dake de Yokattan Desu
The World God Only Knows
Tosho Meikyuu
Up-to-Date (Within 1 Volume)
Heavy Object
Hyouka
I'm a High School Boy and a Bestselling Light Novel author, strangled by my female classmate who is my junior and a voice actress
The Unexplored Summon://Blood-Sign
Toaru Majutsu no Index: Genesis Testament
Regularly Updated
City Series
Kyoukai Senjou no Horizon
Visual Novels
Anniversary no Kuni no Alice
Fate/Stay Night
Tomoyo After
White Album 2
Original Light Novels
Ancient Magic Arc
Dantega
Daybreak on Hyperion
The Longing Of Shiina Ryo
Mother of Learning
The Devil's Spice
Tools
What links here
Related changes
Special pages
Page information