Editing
Oregairu (Indonesia):Jilid 5 Bab 4
(section)
Jump to navigation
Jump to search
Warning:
You are not logged in. Your IP address will be publicly visible if you make any edits. If you
log in
or
create an account
, your edits will be attributed to your username, along with other benefits.
Anti-spam check. Do
not
fill this in!
===4-3=== Sekarang sudah mendekati akhir Agustus, tapi masih sedikit panas untuk berjalan di luar, melihat kulitku yang digoreng di bawah sinar matahari. Tapi dengan angin yang berhembus melewati tempat ini yang menghadap jalan di sepanjang pesisir, aku merasa agak sejuk. Itu membuat berdiri di luar kedai terasa lebih nyaman dari yang seharusnya. Akan memakan sedikit lebih lama lagi sebelum kami dapat memasuki kedai itu, tapi karena aku pandai dalam menghabiskan waktu, itu bukan suatu masalah. Aku juga pandai membuat orang lain merasa malu dan juga menekan gelembung plastik. Berdasarkan yang di atas, aku menduga bahwa setelah aku terjun ke dalam masyarakat, aku akan menjadi ahli penghancur pemula, tapi karena mereka terlalu kasihan, aku pasti tidak akan bekerja. Aku melakukan sedikit observasi manusia dan aku dapat melihat seorang pria di depan yang berusaha keras berbicara dengan suara keras, dua orang yang kelihatannya mahasiswa yang sedang membuat suasana sepasang kekasih yang sedang berkencan, dan sebagainya. Setelah menyerah, kali ini, aku mencoba untuk membayangkan situasi seperti yang berikut : “Kalau aku berhasil memulai sebuah bisnis ramen dan stasiun TV datang padaku untuk wawancara, bagaimana sebaiknya aku menjawab mereka?” …Untuk sekarang, aku berencana untuk memperkenalkan teknikku sebagai sebuah keahlian rahasia yang diturunkan, dari zaman leluhur, menamainya sebagai “Tsubame Gaeshi” dimana aku akan mengoyangkan mienya dengan kuat untuk mengeringkannya, naik-turun dan kiri-kanan. Dan setelah kedaiku popular, aku akan membuka sekolah les ramen, merampas uang dari orang-orang yang berimpian untuk melepaskan diri mereka dari kehidupan pegawai dan memulai sebuah bisnis. Selagi aku memikirkan tentang hal-hal ampas ini, aku dapat mendengar suatu helaan lembut yang menyerupai tawa. “…Kenapa?” Aku memasang tampang mencela pada pemilik helaan itu, Hiratsuka-sensei, dan dia membuka mulutnya sambil tersenyum masam. “Tidak ada apa-apa, aku cuma sedikit kaget. Aku menyangka kamu akan membenci kerumunan dan antrian.” “Aku benci. Kerumunan kacau-balau yang kubenci. Kalau antrian, yah, aku sedang mengantri dengan benar, kan? Aku bukan orang tolol yang memotong antrian.” Kenyataannya, aku tidak begitu membenci antrian. Aku rasa alasan kenapa sebagian besar orang tidak menyukai antrian adalah antara itu terasa seperti buang-buang waktu, mereka tidak banyak menyelesaikan sesuatu dengan berdiri-diri di sana, atau mereka tidak bisa membuat percakapan yang baik ketika mereka bersama dengan seseorang. Kalau kita mempertimbangkan legenda modern dimana pasangan akan putus ketika mereka pergi ke Destinyland, bukankah itu karena antrian sejenis ini yang menyebabkan terlihatnya perbedaan nilai sosial mereka dan rasa jengkel mereka? Jadi mengenai hal tersebut, aku diberkati dengan waktu yang teramat banyak dan tidak akan pernah bosan karena kemampuan berpikirku yang berlebihan; singkatnya aku bergerak di atas kaki sendiri. Hati bajaku tidak akan goyah oleh sesuatu yang sepele seperti antrian. Kalau mengenai kerumunan kacau balau, itu penuh dengan bangsat yang tak punya aturan dan tak beradab dan aku hanya tidak tahan melihat mereka di dekatku atau bahkan berjalan mendekatiku. “Mengejutkannya kamu itu orang yang bersih, ya?” kata Hiratsuka-sensei, terkejut atas pernyataanku. “Itu tidak benar. Aku tidak begitu pandai kalau berbicara soal bersih-bersih.” Kamarku sebenarnya kotor. Kalau kamu menjuluki kamarku dengan “Urbanisasi” atau “Masa Depan Bumi”, tempat itu akan menjadi dasar untuk menilaiku setelah aku meninggal. “Aku bukan sedang membicarakan soal kebersihanmu atau higenitasmu, tapi etikamu. Tentu saja, etika itu hanyalah apa yang kamu miliki di dalam dirimu.” “Bukankah itu secara teknis kamu menyebutku bocah tolol yang egois dan egosentris?” “Aku sebenarnya sedang memujimu. Itu bagus bahwa kamu telah mengembangkan nilai-nilai yang benar untuk menilai sesuatu.” Dia membuatku terdiam di tempat ketika dia menampilkan tampang menawannya padaku. Maksudku, sedari awal aku benar-benar tidak pernah memiliki niat seperti itu. Aku berpaling dan bergugam, “Aku cuma sungguh tidak menyukai orang yang ribut…” “Ayo kita bersenang-senang, inilah saat-saat dimana kita paling bersinar!” Persisnya pada siapa mereka mengatakannya dan pada siapa mereka sedang mencoba untuk mempromosikan diri mereka? Mereka yang tahu senangnya kedamaian seperti membaca buku sendirian dengan hening atau bermain game di rumah entah bagaimana bisa melihat sia-sianya promosi diri mereka untuk bersenang-senang. Aku benci orang yang salah dengan percaya bahwa mereka dapat mengukur kesenangan mereka berdasarkan volume suara mereka dan jumlah orang yang bersama dengannya tidak peduli betapa salahnya itu. Dan seakan kerumunan besar dan acara-acara adalah saat terbaik untuk memamerkan diri, mereka bahkan akan menjadi lebih aktif. Aku tidak tahan melihat orang menipu dan berbohong pada diri mereka sendiri. Kenapa mereka tidak bisa membuktikan sendiri kesenangan mereka dan menetapkan mana yang benar untuk mereka sendiri? Alasan kenapa kamu tidak bisa berdiri dengan bangga adalah karena kamu tidak percaya diri. Sesuatu di dalam dirimu, dirimu yang kalem akan menyodorkanmu pertanyaan, “Apa ini benar-benar menyenangkan? Untuk mendorong pergi pertanyaan itu, kamu akan meletakkannya ke dalam kata-kata seperti, “Ini menyenangkan”, “Ini sudah semakin menyenangkan”, “Sekarang ini paling menyenangkan”, dan begitulah seterusnya. Kamu akan mengatakannya keras-keras. Dan kemudian, kamu akan meninggikan suaramu dan meneriakkannya keluar. Aku tidak ingin terlibat dengan orang-orang seperti mereka. Aku tidak ingin berubah menjadi orang munafik yang menipu diri sendiri. “Kalau begitu kurasa kamu tidak akan mengikuti festival kembang api.” Kata-kata Hiratsuka-sensei memutuskan rentetan pemikiranku. “Festival Kembang Api?” “Ya. Kamu tahu soal itu, bukan? Festival yang digelar di menara pelabuhan. Apa kamu pergi?” Ketika dia mengungkitnya, itu membuatku menyadarinya. Kalau itu festival kembang api di menara pelabuhan, maka itu pasti tradisi musim panas Chiba. Aku pernah pergi ke sana sebelumnya ketika aku masih kecil. Tapi saat itu, perhatianku lebih terfokus pada pusat jajanan daripada kembang apinya itu sendiri. Tapi tinggal di tempat ini berarti kamu sudah bisa melihat tembakan kembang api dari stadium, lihatlah, Destinyland saja sudah menembakkan kembang api sepanjang tahun, jadi itu tidak begitu spesial.* “Aku tidak ada rencana khusus ke sana, tapi bagaimana denganmu, sensei?” tanyaku. Dia membuat helaan panjang. “Kurasa kamu bisa bilang itu pekerjaanku selama liburan musim panas. Tapi itu lebih akurat untuk mengatakan aku pergi ke sana untuk mengawasi orang daripada untuk menyaksikan kembang api…” Aku menampilkan tampang yang meminta penjelasan padanya mengenai apa sebenarnya yang sedang dibicarakannya. “Aku ditugaskan untuk mengawasi siswa-siswi. Termasuk selama festival dan sebagainya. Tapi sebenarnya tugas seperti ini biasanya diberikan pada guru-guru muda. Astaga, aku tidak ada pilihan lain untuk itu, hahaha. Karena, lihatlah, aku muda.” “Kenapa anda terlihat begitu senang …?” Suasana hati Hiratsuka-sensei sedang bagus dan dia melanjutkan seakan tidak mendengar gugamanku. “Kalau ada siswa yang berulah di luar kendali, itu akan menjadi masalah. Karena festival ini sebuah acara kota, akan ada beberapa VIP yang juga hadir.” “VIP, huh?” “Itu benar, keluarga seperti keluarga Yukinoshita seharusnya menghadirinya.” Memang, keluarga Yukinoshita itu singkatnya merupakan selebritis local dan sebuah keluarga yang berkedudukan tinggi. Mereka memiliki kursi di DPRD dan juga memiliki sebuah bisnis local. Jadi mungkin saja mereka memberikan bantuan untuk acara ini. Kalau begitu, tidak mustahil kalau mereka diundang. “Berbicara soal mereka, apa Haruno-san mantan siswi di sana?” “Hm? Ahh. Itu benar. Aku yakin dia sudah akan tamat ketika kamu masuk. Dia tamatan dari SMA Sobu kita. Aku mengingatnya dengan cukup baik.” Kalau dia tamat ketika aku memasuki sekolah ini, itu berarti kami beda tiga tahun. Jadi Haruno-san antara berusia sembilan belas atau dua puluh tahun. Dia tamat dua tahun yang lalu, huh…? “Secara umum, nilainya berada di peringkat atas dan dia bisa menyelesaikan semua yang disodorkan padanya. Dan mempertimbangkan penampilannya, dia kurang lebih diperlakukan seperti seorang dewi oleh laki-laki.” Itu terdengar seperti kisah orang yang sepenuhnya berbeda. Kalau dibilang, dia itu lebih mirip penyihir daripada dewi. Dewi dan penyihir. Mungkin mereka dulunya perwujudan yang setara, tapi oleh karena agama, mereka dipisah menjadi yang benar dan yang salah. Itu adalah lambang kedua gambaran tersebut. “Tapi,” kata Hiratsuka-sensei, berhenti sejenak. Dengan tampang tidak senang, dia melanjutkan. “Dia bukanlah siswi yang istimewa.” “Namun kedengarannya dia istimewa?” “Dia istimewa. Tapi hanya dari segi nilainya saja. Dia ribut di kelas, seragamnya berantakan, dan kamu akan selalu menemukannya di festival seperti festival yang akan datang ini. Kamu bisa bilang dia suka keluyuran. Tapi juga karena itulah dia punya banyak teman.” —Ahh, Aku bisa dengan mudahnya membayangkan melihat dia seperti itu. Sebagai seseorang yang begitu berwarna dan egois sepertinya, jiwa bebasnya yang membuat orang terpikat padanya. “Tentu saja, itu juga…” Dia mendadak berhenti. Aku melanjutkan kalimatnya. “Itu juga sebuah kedok, kan?” “Hoh, jadi kamu menyadarinya?” Hiratsuka-sensei terlihat terkesan, atau malah, dia memasang senyuman yang dia buat ketika dia memberitahu suatu perasaan negatif tentang sesuatu. “Aku bisa tahu dengan melihatnya saja.” “Kemampuan observasi yang mengesankan.” Kurang lebih. Itu adalah pendidikan khusus untuk para ampas yang kuterima dari ayahku. “Namun, kedoknya itu adalah salah satu hal yang mempesona dari Haruno. Mereka yang menyadari kedok tersebut mulai untuk merasa suka dengan sifat penuh intrik dan penuh tekadnya.” “Apa itu yang mereka sebut berkarisma?” kataku. Hiratsuka-sensei mengangguk. “Ketika dia berperan sebagai Ketua Komite Panitia untuk Festival Budaya, kita mendapat jumlah siswa peserta terbanyak. Tidak hanya siswa, tapi bahkan staf pengajar juga terlibat … Dia juga membuatku memainkan bas untuknya.” Sensei mengernyit, mengingat sesuatu yang tidak mengenakkan. Setelah dia menyebutnya, gaya rambutnya memang menyerupai salah satu bassist itu. Kupikir kami sedang membicarakan mengenai Klub Entahapa-On<ref> K-On, bassistnya bernama Akiyama Mio. </ref> atau semacamnya … “Tapi kakak beradik itu terlihat amat berbeda dari satu sama lain.” Kalau Yukinoshita menyerupai seorang siswi tamatan yang terdedikasi dengan penelitiannya, Haruno-san itu seperti mahasiswa yang terlampau sadar (hah) mengenai berbagai hal. Omong-omong, aku paling membenci frasa seperti “terlampau sadar”, “menjadi senang”, “melibatkan semua orang”, dan sebagainya. Riajuu itu (hah) teramat suka mengucapkan hal-hal semacam itu. Mereka benar-benar harus berhenti terlalu sering menggunakan frasa singkat padat tersebut karena itu membuat mereka terlihat lemah. Hiratsuka-sensei mengangguk, menyilangkan lengannya untuk berpikir. “Itu benar… Tapi aku tidak akan berkata dia harus menjadi seperti Haruno. Dia sebaiknya menjadi dirinya sendiri saja dan mengembangkan poin-poin bagusnya.” “Poin-poin bagus…” “Aku memberitahumu sebelumnya, seperti dia itu baik dan benar.” Di masa lalu, Hiratsuka-sensei tentu menilai Yukinoshita Yukino seperti itu. Ditambah lagi, dia menyatakan bahwa itu sulit baginya utuk hidup seperti itu karena dunia itu tidaklah baik maupun benar. Yukinoshita umumnya benar. Kalau mengenai apa dia baik atau tidak, aku masih merasa ragu, tapi kamu tidak bisa berkata dia itu tidak baik hanya karena dia itu tidak lembut. Itu tidak masalah tidak bersikap baik denganku karena aku lebih ingin kamu memanjakanku saja. Gagasan bahwa bersikap keras itu suatu bentuk kebaikan? Tidak terima kasih … Oh iya, orang ini juga berpikir seperti ini… Pikirku, dan ketika aku menatap ke arah Hiratsuka-sensei, dia sedang melihatku dengan tatapan hangat. “Kamu juga sama.” Dia tersenyum padaku, tapi aku menanyakannya arti hal tersebut. “Apa yang sama?” “Kamu juga baik dan benar hanya saja kebaikanmu dan kebenaranmu tidak cocok dengan yang dimiliki Yukinoshita.” Ini adalah yang pertama kalinya aku diberitahu sesuatu seperti itu. Tapi aku sama sekali tidak senang. Karena, aku selalu mempercayai kebaikanku dan kebenaranku sendiri. I-Itulah kenapa, a-aku tidak merasa senang atau semacamnya! “Bukankah kebenaran yang tidak cocok itu cuma sebuah kontradiksi? Anda tahu apa yang selalu dikatakan Conan-kun, bahwa selalu hanya ada satu kebenaran.” “Sayangnya, aku lebih tahu Conan dari Future Boy, bukan sang detektif terkenal itu,” kata Hiratsuka-sensei, menyeringai sambil menepis usahaku untuk menyembunyikan rasa maluku. Persisnya setua apa orang ini, serius?
Summary:
Please note that all contributions to Baka-Tsuki are considered to be released under the TLG Translation Common Agreement v.0.4.1 (see
Baka-Tsuki:Copyrights
for details). If you do not want your writing to be edited mercilessly and redistributed at will, then do not submit it here.
You are also promising us that you wrote this yourself, or copied it from a public domain or similar free resource.
Do not submit copyrighted work without permission!
To protect the wiki against automated edit spam, please solve the following captcha:
Cancel
Editing help
(opens in new window)
Navigation menu
Personal tools
English
Not logged in
Talk
Contributions
Create account
Log in
Namespaces
Page
Discussion
English
Views
Read
Edit
View history
More
Search
Navigation
Charter of Guidance
Project Presentation
Recent Changes
Categories
Quick Links
About Baka-Tsuki
Getting Started
Rules & Guidelines
IRC: #Baka-Tsuki
Discord server
Annex
MAIN PROJECTS
Alternative Languages
Teaser Projects
Web Novel Projects
Audio Novel Project
Network
Forum
Facebook
Twitter
IRC: #Baka-Tsuki
Discord
Youtube
Completed Series
Baka to test to shoukanjuu
Chrome Shelled Regios
Clash of Hexennacht
Cube × Cursed × Curious
Fate/Zero
Hello, Hello and Hello
Hikaru ga Chikyuu ni Itakoro......
Kamisama no Memochou
Kamisu Reina Series
Leviathan of the Covenant
Magika no Kenshi to Basileus
Masou Gakuen HxH
Maou na Ore to Fushihime no Yubiwa
Owari no Chronicle
Seirei Tsukai no Blade Dance
Silver Cross and Draculea
A Simple Survey
Ultimate Antihero
The Zashiki Warashi of Intellectual Village
One-shots
Amaryllis in the Ice Country
(The) Circumstances Leading to Waltraute's Marriage
Gekkou
Iris on Rainy Days
Mimizuku to Yoru no Ou
Tabi ni Deyou, Horobiyuku Sekai no Hate Made
Tada, Sore Dake de Yokattan Desu
The World God Only Knows
Tosho Meikyuu
Up-to-Date (Within 1 Volume)
Heavy Object
Hyouka
I'm a High School Boy and a Bestselling Light Novel author, strangled by my female classmate who is my junior and a voice actress
The Unexplored Summon://Blood-Sign
Toaru Majutsu no Index: Genesis Testament
Regularly Updated
City Series
Kyoukai Senjou no Horizon
Visual Novels
Anniversary no Kuni no Alice
Fate/Stay Night
Tomoyo After
White Album 2
Original Light Novels
Ancient Magic Arc
Dantega
Daybreak on Hyperion
The Longing Of Shiina Ryo
Mother of Learning
The Devil's Spice
Tools
What links here
Related changes
Special pages
Page information