Editing
Oregairu (Indonesia):Jilid 6 Bab 4
(section)
Jump to navigation
Jump to search
Warning:
You are not logged in. Your IP address will be publicly visible if you make any edits. If you
log in
or
create an account
, your edits will be attributed to your username, along with other benefits.
Anti-spam check. Do
not
fill this in!
===4-3=== Kami meninggalkan ruang kelas dan menuju ke ruang konferensi. Walau tidak ada rapat harian ada beberapa pekerjaan untuk pubdok, sangat disayangkan. Hal lain yang disayangkan adalah di sini cuma Hayama dan aku. “……” “……” Kami tidak begitu banyak bertukar kata. Dia mungkin merasakan “aura jangan bicara padaku” milikku dan menurutinya. Aku melihat ke arahnya dengan tatapan sekilas, tapi dia sama sekali tidak terlihat begitu risih ataupun khawatir. Biasa saja. Dia bersenandung pada dirinya sendiri, tidak begitu terlalu prihatin dengan kesehatanku. Dia luar biasa santai. Kalau aku, aku tidak mendapat kesenangan itu. Ketika aku sadar bahwa cuma ada aku dan Hayama, ingatan kemah musim panas di Desa Chiba melintasi benakku. Kata-kata dingin yang dia utarakan malam itu, di dalam kamar gelap itu. Pemikiran itu sendiri bahwa perasaan-perasaan seperti itu ada di dalam Hayama Hayato membuat hawa dingin menjalari sumsumku. Hayama tidaklah menakutkan. Yang menakutkan adalah fakta bahwa bahkan Hayama itu memiliki perasaan demikian selagi dia menjalani hidupnya. Orang sesempurna itu, yang melakukan sesuatu dengan baik, dan di mata siapapun dia adalah pria yang hebat dari segala aspek. Hayama itu. Tidak mampu berkata-kata dari awal sampai akhir, kami berbelok pada sudut lorong tersebut. Setelah kami sampai ke ruangan konferensi, ada banyak orang di pintu masuk yang mengintip ke dalam ruangan. Apa ada semacam insiden di sini? Meskipun insiden seharusnya tidak terjadi di ruang konferensi itu, tapi di tempat kejadian perkara<ref> Bayside Shakedown (Drama/Komedi polisi Jepang) – Kalimat yang dikatakan oleh protagonis Aoshima Shunsaku. </ref>. “Apa sesuatu terjadi?” tanya Hayama, dengan santai. Gadis itu berpaling ke belakang dengan jengkel, tapi menyadari bahwa itu Hayama yang bertanya, dia dengan gelisah berkata “um…” selagi dia berusaha untuk menjelaskan situasinya. Tunggu dulu sebentar. Kenapa merona, huh? Gadis itu mulai berbicara dengan malu-malu, tapi kelihatannya ini akan lebih lama dari yang dibutuhkan. Kalau aku harus mendengarkannya, aku mungkin lebih baik menghemat waktuku dan melihat perkara itu sendiri. Ketika aku meletakkan tanganku pada pintu, penonton yang mengelilinginya membukakan jalan untukku. Penyesalan segera mengisi diriku segera setelah membuka pintunya. Kamu harus meniru sikap massa. Riak-riak ketegangan menyapu seluruh ruangan konferensi tersebut. Beberapa orang berpindah ke sudut dan mulai membentuk kerumunan. Di pusat ruangan itu ada tiga orang. Yukinoshita Yukino. Shiromeguri Meguri. Dan terakhir, Yukinoshita Haruno. Yukinoshita dan Haruno-san berdiri saling berhadapan, berjarak tiga langkah, diperkirakan dari posisi mereka. Meguri-senpai berada di belakang Haruno-san dengan gugup. “Nee-san, kenapa kamu datang kemari?” tanya Yukinoshita, menggunakan nada yang keras dan menginterogasi. “Oh ay’lah, aku datang kemari karena muncul pengumuman bahwa ada penerimaan kelompok sukarelawan. Juga sebagai OG dari klub orkestra.” OG… awalnya kupikir dia sedang membicarakan tentang Super Robot <ref> Super Robot Taisen OG (Original Generation). https://en.wikipedia.org/wiki/Super_Robot_Taisen:_Original_Generation </ref>, tapi kurasa bukan itu. Mungkin dia sedang mengacu pada daging Australia <ref> Daging Australia dalam bahasa Jepang オージービーフ (oojii biifu). </ref>, tapi tentu saja bukan itu juga. Kurasa maksudnya old girl? Hei, jangan mengejek Hiratsuka-sensei! Meguri-senpai memaksakan dirinya di antara mereka berdua. “Ma-maafkan aku, aku yang memanggilnya. Kami kebetulan bertemu di kota, dan jadi, karena sudah lama tak berjumpa, kami memutuskan untuk berbicara sebentar, dan itu terlintas di benakku bahwa kita agak kurang organisasi sukarelawan, jadi…” Bertemu Yukinoshita Haruno, dari semua orang, karena kebetulan itu mustahil. Itu karena dia bisa membuatku berpikir seperti itulah yang membuat dia menakutkan. “Yukinoshita-san, aku yakin kamu tidak tahu karena kamu masih belum masuk kemari, tapi Haru-san sewaktu tahun ketiganya ikut ke band sukarelawan. Dia benar-benar menabjubkan! Jadi aku cuma berpikir sebaiknya aku mengundangnya saja…” kata Meguri-senpai, melihat ke arah Yukinshita dengan santun, bertanya padanya, “Bagaimana kedengarannya?” “Aku tahu itu… Aku ada di sana dan melihatnya. Tapi…” Yukinoshita menundukkan matanya pada lantai, mengatupkan mulutnya dengan kuat. Dia tidak bertatapan dengan pandangan gelisah Meguri-senpai. Alhasil, keheningan yang singkat menyelimuti mereka. Haruno-san tersenyum dengan wajah tersipu-sipu dan masuk ke dalam. “Ahaha, Meguri. Bukan begitu. Itu cuma untuk bersenang-senang. Tapi aku berencana untuk melakukannya dengan lebih serius tahun ini. Aku cuma ingin tahu apa aku bisa mendapatkan tempat untuk kadang-kadang berlatih di sekolah… Tidak apa-apa, kan? Yukino-chan. Maksudku kamu juga kurang sukarelawan~” Berusaha untuk memberikan desakan terakhir, Haruno-san mengenggam bahu Yukinoshita. “Aku cuma ingin melakukan apa yang kubisa untuk adik manisku, Yukino-chan, begitu~” “Jangan bercanda… Sedari awal, nee-san, kamu,” Yukinoshita menepis tangannya, melangkah menjauh, dan melotot padanya. “Aku? Aku apa?” Haruno-san menerima tatapan Yukinoshita secara langsung tanpa berpaling. Senyuman yang dia tampilkan begitu manis, namun dengan melihatnya saja membuat lututku ingin menyerah. “…Seperti itu, lagi…” Yukinoshita mengunyah bibirnya dan mengalihkan pandangannya. Pandangan yang dia alihkan kemudian berpapasan dengan mataku. “…!” Dia juga dengan pelan berpaling dariku. Dia mungkin sedang menatapi lantai yang sama. “Oh? Hikigaya-kun! Hyahalo!” Menyadariku, Haruno-san memberiku sapaan yang semangatnya tak terhingga. Apa-apaan dengan sapaan itu, apa kamu dari Century’s End<ref> Referensi Legend of the Century’s End Messiah: Fist of the North Star. </ref>? “Haruno-san…” Hayama, yang telat masuk, berdiri di sampingku. “Hai, Hayato.” Haruno-san mengangkat tangannya dengan pelan. [[File:YahariLoveCom v6-123.jpg|200px|thumbnail]] Hayama mengangguk singkat sebagai balasannya. “Ada apa?” “Aku cuma berpikir aku ingin mengajukan diri untuk klub orkestra. Itu akan menarik kalau kita mengumpulkan semua OB dan OG dan sebagainya <ref> OB, ''old boy'', OG, ''old girl''. Artinya alumnus laki-laki dan perempuan. </ref>. Terdengar menyenangkan, bukan?” “Kamu melakukan apapun yang terpikirkan olehmu lagi seperti itu…” kata Hayama dengan pasrah. Aku sudah tahu mereka berkenalan, tapi ada sesuatu yang tidak nyaman mengenainya. Mungkin itu karena nada mereka. Santai, huh…? Aku melihat ke arah Hayama maupun Haruno-san. Haruno-san tersenyum masam ketika dia menyadari itu. “Mm? Aah, Hayato itu seperti adik bagiku. Kami sudah saling mengenal dari dulu. Kamu juga boleh santai saja denganku, Hikigaya-kun, tahu? Kalau begitu, apa sebaiknya aku memanggilmu Hachiman? Hachiman?” “Ahaha.” Aku menolak gagasannya itu dengan tawa datar. Aku mohon dengan sangat kamu jangan pernah melakukan itu. Hanya orangtuaku dan Totsuka yang diizinkan untuk memanggilku dengan nama Hachiman. Setelah merasa puas dengan kenakalan singkatnya, Haruno mengembalikan pandangannya pada Yukinoshita. “Hei, Yukino-chan, aku boleh datang, kan?” “Lakukan saja apapun yang kamu inginkan… Aku juga bukan orang yang berhak memutuskannya.” “Huh? Sungguh? Kupikir sudah pasti kamu ketuanya. Kamu tidak direkomendasikan oleh semua orang?” Sebenarnya, ada, dan alasannya itu karena dia adalah adik Yukinoshita Haruno. Haruno-san tergelak dan tersenyum, seakan dia telah mengetahui semua kebenarannya. Yukinoshita memalingkan pandangannya. “Jadi siapa ketuanya? Meguri… atau tidak karena dia kelas dua belas. Hikigaya-kun?” Itu bukanlah lelucon yang lucu jika dia sedang mencoba untuk melucu. Aku hanya menjawab dengan mengangkat bahuku. Dengan ketegangan tidak biasa yang terus berlanjut, pintu ruangan konferensi tersebut dihempas tanpa segan-segan. “Maaaaaaaf, aku tadi pergi ke kelas dan jadinya telat!” Bergegas ke dalam ruagan itu tanpa sedikitpun tanda-tanda rasa malu adalah Sagami Minami. Yah, tidak ada rapat hari ini, dan pada saat ini, kami sedang bekerja sesuai jadwal kerjanya. Aku bisa memaklumi kenapa dia jadi lebih santai. “Haru-san, gadis ini ketuanya.” kata Meguri-senpai. Pandangan Haruno-san terkunci pada Sagami dengan rasa penasaran. Mata itu lagi. Mata iblis itu yang menilai hargamu dengan dingin. “…Ah, saya Sagami Minami.” suara Sagami memudar, tertekan oleh pancaran pada mata Haruno-san. “Hmmm…” Haruno-san tidak terlihat tertarik sedikitpun, namun dia menghembus pelan dan melangkah lebih dekat. “Ketua komite panitia Festival Budaya telat? Ditambah lagi, kamu malah pergi ke kelas? Uh huuuh…” Nadanya itu mengerikan. Suara menekan yang terdengar seakan itu diperas dari lubuk tubuhnya itu membuat seluruh tubuh Sagami menciut. Sikap bersemangatnya tadi membuatnya terlihat lebih keji dengan peralihan mendadaknya menjadi sikap yang dingin. Tidak hanya ada perbedaan dalam cara intimidasi antara Haruno-san dengan Yukinoshita, dia juga memasang ekspresi kelam itu pada wajahnya tanpa menyembunyikannya. Dia menampilkan kebenaran ini di dalam sikapnya, dimana dia akan tetap ramah sampai ke suatu titik tertentu sehingga dia dapat berinteraksi padamu dengan bersahabat, tapi saat dia memutuskan untuk balik menyerang, dia akan mencekikmu tanpa ampun. “Ah, um…” kata Sagami, berusaha keras mencari-cari alasan. Kemudian, Haruno-san tersenyum. “Ya, ketua harus bisa seperti itu, kan!? Sebagai seseorang yang bisa menikmati Festival Budaya sepenuhnya, itu sempurna sekali sebagai seorang ketua! Kedengarannya bagus bagiku! Um, Apagami-chan kurasa? Amagami? Oh, terserahlah. Ketua-chan saja.” “Te-Terima kasih banyak…” Bibir Haruno yang mendadak melengkung ke atas membuat Sagami kebingungan, dan sekaligus menyemangatinya. Ini mungkin saja merupakan pujian pertama bagi Sagami semenjak kehadirannya di sini. Selagi pipi Sagami memerah atas kegembiraannya, Haruno-san melanjutkan. “Omong-omong, ada sesuatu yang ingin kuminta padamu, ketua-chan. Itu, aku benar-benar ingin berpartisipasi sebagai organisasi sukarelawan. Jadi aku membicarakannya dengan Yukino-chan, tapi dia agak enggan menerimanya. Itu karena dia tidak begitu menyukaiku…” Dia menunjukkan sisi lemah lembutnya dan mengisak. Aku tidak bisa membangkitkan hasrat untuk mengkritiknya karena betapa licik, namun menggemaskannya sikap aneh dia itu. “Eh…” Sagami memandang ke arah Yukinoshita. Ekspresi muram Yukinoshita tidak rubuh. Dan tidak juga dia menatap mata siapapun. “…Aku rasa kenapa tidak. Kami memang kekurangan organisasi sukarelawan, dan seorang siswi OG berpartisipasi, maka kita bisa terus, um, terhubung dengan komunitas lokal? Atau apalah.” Itu terdengar seperti kata-kata yang diulang dari kata-kata yang diucapkan oleh seseorang, tapi Sagami memberitahu Haruno-san seakan itu adalah kata-katanya. “Kyaaa, terima kasih!” Haruno-san berpura-pura memeluk Sagami dengan penuh semangat. Tapi dia segera melepaskannya, dan bergugam dengan mata mengenang. “Yep, yep, itu benar-benar menabjubkan untuk bisa kembali ke Alma matermu setelah tamat. Aku sebaiknya memberitahu teman-temanku, mereka paaaaaasti cemburu!” “Begitukah rasanya?” “Uh huh, begitulah rasanya bagiku. Aku terkadang benar-benar mendapat hasrat ini untuk datang berkunjung…” Kata-kata Haruno-san membuat Sagami berpikir sejenak. Cuma Hayama dan Yukinoshita menghela singkat, seakan sudah menyerah. Tidak menyadari hal tersebut, Sagami menepukkan kedua tangannya. “…Oh begitu ya. Ah, bagamana kalau kamu memanggil temanmu itu untuk datang juga kemari?” “Oh, ide bagus! Apa kamu keberatan kalau aku memanggil mereka sekarang?” “Tidak, tidak.” Setelah dia selesai mengatakannya, Haruno-san dengan riang mulai menelepon temannya dengan satu tangan. Yukinoshita, terlihat gelisah, berusaha untuk menghentikan Sagami. “Tunggu, Sagami-san.” Tapi Sagami berkata dengan santai dan dengan tampang acuh tak acuh, “Apa masalahnya? Kita memang kekurangan organisasi sukarelawan. Kita juga sudah menyelesaikan masalah terhubung dengan komunitas lokal, kan?” Sagami memasang seringaian bangga, tapi apa dia sadar? Bahwa Yukinoshita Haruno-lah yang memperdayainya untuk membuat sebagian besar gagasan tersebut. “Lagipula, aku tidak tahu apa masalahmu dengan kakakmu, tapi itu dan ini dua hal yang berbeda, kan?” “!……” Cuma dengan mengamati interaksi Yukinoshita dan Haruno saja sudah lebih dari cukup bagi siapapun untuk menyadari bahwa mereka tidak akur. Menunjukkan hal itu, pernyataan Sagami membuat Yukinoshita tergagap. Sagami tersenyum bangga, akhirnya bisa berdiri di atas Yukinoshita untuk yang pertama kalinya. “Ternyata jadi seperti ini juga…” gugam Hayama singkat. Aku tanpa bersuara melihat ke arah Hayama, perhatianku terpancing oleh nadanya yang terdengar seakan dia tahu bagaimana semuanya akan berjalan. Niatku adalah untuk mendapatkan penjelasan darinya, tapi Hayama tidak mengungkitnya sama sekali, seakan disengajainya. “Oke, aku akan mengambil dokumennya dan kembali.” Hayama dengan begitu saja meninggalkan ruangan konferensi itu. Sekarang, satu-satunya keabnormalan yang tersisa di komite panitia adalah Yukinoshita Haruno. Setelah Haruno-san menyudahi panggilan teleponnya, dia mengambil satu set formulir dan kemudian berbicara dengan Meguri-senpai, Sagami, dan teman-temannya. Dia tidak banyak menganggu, tapi sebagai seseorang yang menarik perhatian orang, perhatian anggota komite teralihkan. Sikapnya dengan sendirinya mengumpulkan perhatian semua orang. Cuma Yukinoshita yang tidak melihat ke sana karena keras kepala. Sagami dan teman-temannya semakin bersemangat karena sesuatu. Penasaran, aku melihat ke arah sana, dan Sagami sedang berbincang dengan riang bersama teman-temannya dan Meguri-senpai menganggukkan kepalanya dengan singkat. Kemudian, ada juga Yukinoshita Haruno yang telah melirik ke sini dan berdiri. Haruno-san berjalan ke arahku dan dengan sengaja duduk di sampingku. “Apa kamu benar-benar bekerja, anak muda?” “…Ya, kira-kira begitu.” “Aku agak sedikit terkejut. Hikigaya-kun, kakakmu ini benar-benar menduga kamu bukan tipe laki-laki yang melakukan hal-hal semacam ini.” “Haa, itu juga yang kupikirkan.” “Uh huuh… dipaksa oleh Shizuka-chan mungkin?” Haruno-san mengangguk, memahami situasi itu. Namun, keterkejutan itu seharusnya diarahkan pada satu orang lagi karena hadir di komite ini. “Berbicara soal tidak terduga, bukankah adikmu juga sama?” “Masa? Aku pikir dia akan melakukannya.” Aku memiringkan kepalanya tidak memahami arti dari kata-katanya. Melihat pada wajahku, Haruno-san menambahkan, “Maksudku, aku jamin pasti sangat sulit baginya untuk tetap berada di klub, dan belum dibilang, aku, kakaknya, menjadi ketuanya dulu. Itu sudah cukup sebagai alasan baginya untuk melakukannya.” Nadanya diwarnai dengan cemooh dan aku merenungkan arti dari kata-katanya sedikit demi sedikit. Aku tentu enggan untuk menyebut suasana di klub sekarang ini tidaklah baik. Di luar itu, bagi Yukinoshita, persisnya sosok semacam apa Haruno-san itu baginya, aku rasa aku bisa memahaminya sedikit. “Namun, kelihatannya yang pertama tidak terlihat begitu baik jadinya, huh?” tambah Haruno-san, tertawa kecil seakan dia sedang melihat pada sesuatu yang mempesona. Hubungan kakak-beradik ini jauh lebih rumit dilihat dari sudut pandang seorang pengamat. Ada kalanya ketika abang beradik, atau kakak beradik, dibandingkan dengan satu sama lain. Kadang kala, pencapaian dan kekurangan mereka juga akan dibandingkan. Aku, sendiri, ada seorang adik perempuan. Entahkah itu karena perbedaan antara seorang abang dengan adik perempuannya atau karena kami saling menutupi kekurangan satu sama lain saat kami dibesarkan, pemikiran untuk dibandingkan tidak pernah benar-benar melintasi benakku. Tapi, untuk kasus kakak beradik Yukinoshita, mereka hampir mirip sepasang kembar. Kakak yang teramat, hebat. Dan adik hebat yang sama berbakatnya, tapi sampai hari ini masih belum bisa menang. Kalau salah satu dari mereka kurang pandai, tidak akan ada perseteruan seperti itu di antara mereka berdua. Walau, mungkin salah satu dari mereka malah mungkin akan menjadi sinis. Yukinoshita masih terkungkung di dalam perjuangannya melawan ilusi kakaknya yang terlihat bisa dikalahkan namun tak bisa dikalahkannya. Dia bisa membuatnya terasa lebih mudah padanya kalau dia melarikan diri saja dari hasil yang tersisa yakni Haruno-san. Harga dirinya, tekad kuatnya, tidak akan memperbolehkan itu terjadi. Kalau dia paham sebanyak itu, mengetahui sebanyak itu, apa mungkin ada sesuatu yang Haruno-san ingin lakukan? Suatu cara yang jauh lebih berbeda untuk terlibat dengan adiknya. “Um… apa yang kamu rencanakan?” tanyaku dengan terus terang. Yang membuat Haruno-san mengerikan, melebihi yang lain, adalah tidak memahami apa yang mungkin sedang dia pikirkan. Itu mungkin aneh mendengarnya dari diriku, tapi bagi seseorang sepertiku, yang telah hidup sampai hari ini dengan mengamati orang lain, dengan cara yang buruk, bahkan aku kesulitan untuk memahami dirinya yang rumit. “Apa kamu akan mempercayaiku kalau aku mengatakan sesuatu?” “…” Tidak. Aku sudah membentuk suatu kesan yang kuat dari Yukinoshita Haruno. Meskipun dia memiliki semacam alasan yang mendalam ataupun ideologi yang mengagumkan, aku tidak akan menerimanya dengan begitu saja. Kelihatannya dia mengerti apa maksud keheninganku. “Kalau begitu, kurasa itu bukan sesuatu yang perlu ditanya, hm?” Suaranya membekukan. Meskipun dia berusaha menyembunyikannya atau menutupinya dengan candaan, kurasa ini mungkin adalah kedinginan yang sesungguhnya dari Yukinoshita Haruno. Semenjak itu, Haruno-san tetap terdiam. Haruno-san dikaitkan dengan kesan yang ceria, tapi ketika dia tetap seperti itu, dia benar-benar menyerupai Yukinoshita. Ketika dia terdiam, keributan di sekelilingku semakin nyaring. Karena itulah, percakapan semua orang sampai ke telingaku dengan cukup baik. Terutama Sagami dan teman-temannya semakin bersemangat, tertawa dan mengatakan sesuatu. Dan terbawa oleh semangat itu, Sagami berkata dengan suara yang jauh lebih lantang. “Semuanya, ada waktu sebentar?” Ruangan konferensi yang ricuh segera menjadi sunyi. Setelah melihatnya, Sagami sedang berdiri dan melihat ke sekeliling ruangan. Dia terbatuk pelan untuk mempersiapkan dirinya dan mulai berbicara dengan gugup. “Um, Aku ada sedikit sesuatu dalam benakku, tapi… tentang komite panitia seharusnya bisa bersenang-senang dan sebagainya. Maksudku, kalau kita sendiri tidak bisa menikmatinya, maka mustahil kita bisa membuat orang untuk, atau semacamnya…” Itu sesuatu yang barusan kudengar tadi… “Dan untuk sepenuhnya menikmati Festival Budaya, aku rasa kelas juga penting. Jadwal kerja kita sudah berjalan dengan cukup mulus jadi kita bisa menurunkan laju kita. Bagaimana kedengarannya?” Semua orang mengambil waktu sejenak untuk memikirkan saran Sagami. Status kemajuan kami tidaklah buruk. Berkat Yukinoshita menyelesaikan poin-poin yang bermasalah tempo hari, kami sedang melaju dengan cukup baik. Tapi Yukinoshita menyuarakan sanggahan untuk saran tersebut. “Sagami-san, kamu sedikit keliru. Kita perlu mempertahankan laju ini supaya ada waktu ekstra…” Suara yang penuh energi dan blak-blakan menghadangnya. “Oooh, bagus sekali yang kamu katakan. Ketika aku jadi ketua, semua orang juga berusaha sebisa mereka untuk kelas mereka ~” Yukinoshita mengarahkan tatapan yang mengancam pada suara Haruno-san, mirip dengan saat-saat dulu. Sagami kemudian melanjutkan dengan sikap tersebut. “Nah, juga ada contoh kita. Lagipula… saat itu, festivalnya super menabjubkan, kan?” Walaupun dia ditanyai, Yukinoshita tidak menjawab. Menganggap itu sebagai jawaban iya, Sagami terus melanjutkan lagi. “Kita benar-benar harus mencoba mewarisi bagian-bagian yang bagus, kamu taaaaaahu? Belajar dari pendahulumu atau begitulah kata orang? Kamu sebaiknya lebih memikirkan orang lain tanpa meletakkan perasaan pribadimu ke dalamnya.” Meguri-senpai mengamati percakapan itu dengan ekspresi pelik. Di sisi lain, anggota komite lain melihat pada satu sama lain dan bertepuk tangan dengan yakin pada saran Sagami. Kelihatannya saran dia diterima. Alhasil, Sagami meminta mereka bubar. Kalau semua orang akan mengikuti sarannya, Yukinoshita sendiri tidak akan bisa menghentikannya. Sagami tersenyum puas sementara Yukinoshita kembali melakukan pekerjaannya dengan ekspresi dingin. Kalau untuk Sagami, apa dia mungkin sedang berpikir bahwa dia sudah melakukan pekerjaan yang sesuai dengan statusnya sebagai ketua komite panitia? “Sungguh bagus sekali yang kamu katakan~ Iyakan, Hikigaya-kun?” Duduk di sampingku, Haruno-san berbicara padaku. Apa dia kali ini juga merencanakan sesuatu? Namun, mungkin bukan ide yang bagus untuk mencurigainya. Orang ini benar-benar sulit untuk ditangani.
Summary:
Please note that all contributions to Baka-Tsuki are considered to be released under the TLG Translation Common Agreement v.0.4.1 (see
Baka-Tsuki:Copyrights
for details). If you do not want your writing to be edited mercilessly and redistributed at will, then do not submit it here.
You are also promising us that you wrote this yourself, or copied it from a public domain or similar free resource.
Do not submit copyrighted work without permission!
To protect the wiki against automated edit spam, please solve the following captcha:
Cancel
Editing help
(opens in new window)
Navigation menu
Personal tools
English
Not logged in
Talk
Contributions
Create account
Log in
Namespaces
Page
Discussion
English
Views
Read
Edit
View history
More
Search
Navigation
Charter of Guidance
Project Presentation
Recent Changes
Categories
Quick Links
About Baka-Tsuki
Getting Started
Rules & Guidelines
IRC: #Baka-Tsuki
Discord server
Annex
MAIN PROJECTS
Alternative Languages
Teaser Projects
Web Novel Projects
Audio Novel Project
Network
Forum
Facebook
Twitter
IRC: #Baka-Tsuki
Discord
Youtube
Completed Series
Baka to test to shoukanjuu
Chrome Shelled Regios
Clash of Hexennacht
Cube × Cursed × Curious
Fate/Zero
Hello, Hello and Hello
Hikaru ga Chikyuu ni Itakoro......
Kamisama no Memochou
Kamisu Reina Series
Leviathan of the Covenant
Magika no Kenshi to Basileus
Masou Gakuen HxH
Maou na Ore to Fushihime no Yubiwa
Owari no Chronicle
Seirei Tsukai no Blade Dance
Silver Cross and Draculea
A Simple Survey
Ultimate Antihero
The Zashiki Warashi of Intellectual Village
One-shots
Amaryllis in the Ice Country
(The) Circumstances Leading to Waltraute's Marriage
Gekkou
Iris on Rainy Days
Mimizuku to Yoru no Ou
Tabi ni Deyou, Horobiyuku Sekai no Hate Made
Tada, Sore Dake de Yokattan Desu
The World God Only Knows
Tosho Meikyuu
Up-to-Date (Within 1 Volume)
Heavy Object
Hyouka
I'm a High School Boy and a Bestselling Light Novel author, strangled by my female classmate who is my junior and a voice actress
The Unexplored Summon://Blood-Sign
Toaru Majutsu no Index: Genesis Testament
Regularly Updated
City Series
Kyoukai Senjou no Horizon
Visual Novels
Anniversary no Kuni no Alice
Fate/Stay Night
Tomoyo After
White Album 2
Original Light Novels
Ancient Magic Arc
Dantega
Daybreak on Hyperion
The Longing Of Shiina Ryo
Mother of Learning
The Devil's Spice
Tools
What links here
Related changes
Special pages
Page information