Editing
Oregairu (Indonesia):Jilid 6 Bab 6
(section)
Jump to navigation
Jump to search
Warning:
You are not logged in. Your IP address will be publicly visible if you make any edits. If you
log in
or
create an account
, your edits will be attributed to your username, along with other benefits.
Anti-spam check. Do
not
fill this in!
===6-3=== Ada beberapa masalah dengan slogan festival budaya. Ya. Aku sempat mendengar sesuatu yang berbunyi seperti ini. [Asikǃ Terlalu asikǃ ~Dengarlah suara desiran laut. Festival Budaya SMA Sobu~] …Tentu saja slogan itu tidak akan diterima. Maksudku, itu slogan milik Juumangoku Manjuu<ref>Slogan manjuu aslinya berbunyi “Enakǃ Terlalu Enakǃ"</ref> di Saitama. Tentu saja tidak akan diterima dengan baik di suatu acara Chiba. Yah, mari kita sampingkan Chiba. Ada diskusi bahwa slogan ini dicaplok bulat-bulat dari slogan tempat lain, jadi keputusan akhir dari negosiasinya berakhir dengan ditolaknya slogan tersebut. Kami kemudian segera menyelenggarakan rapat untuk menyelesaikan masalah ini. Haruno-san dan Hayama, pengamat yang akhir-akhir ini sering ada disini, juga turut hadir. Ini juga merupakan suatu bukti terhadap komite panitia yang semakin kacau. Petinggi komite yakni para anggota OSIS dan Yukinoshita diperas sampai kelelahan. Sejauh ini mereka masih sanggup bertahan dengan jumlah orang yang semakin sedikit. Tapi kejadian ini menimpa mereka di saat genting, dan bisa menjadi krisis yang menghancurkan komite ini. Belum ada tanda-tanda rapat akan dimulai. Hiruk pikuk mereka yang mengobrol menyelimuti seluruh ruangan konferensi tersebut. Sagami, orang yang seharusnya memimpin rapat ini, sedang mengobrol di depan papan tulis dengan teman-temannya yang diangkatnya sebagai sekretaris. Meguri-senpai mulai berbicara, setelah tidak sanggup terus mendiamkan hal ini, "Sagami-san, Yukinoshita-san. Semuanya sudah datang." Obrolan Sagami terhenti. Dia kemudian melihat ke arah Yukinoshita. Tentu saja, pandangan semua orang juga tertuju padanya. Meski begitu, Yukinoshita terus menatapi notulen di tangannya dengan tatapan hampa. “Yukinoshita-san?” kata Sagami. Yukinoshita menyentakkan wajahnya ke atas. “Eh…?” Perlu waktu sejenak, tapi dia segera menilai situasi saat ini. "Kita akan mulai rapat komitenya sekarang. Seperti yang disebutkan oleh Shiromeguri-senpai, kita akan mendiskusikan slogan festival budaya hari ini.” Yukinoshita mulai memimpin rapat ini secara sistematis setelah dia menenangkan dirinya. Pertama-tama, dia meminta usulan slogan. Tapi bagi kelompok yang pasif seperti ini, hal itu terlalu sulit. Tidak ada orang yang termotivasi. Tidak ada apapun selain suara bisikan yang mengisi rapat serius ini. Duduk di sampingku, Hayama mengangkat tangannya. "Kurasa mungkin terlalu sulit bagi kita untuk tiba-tiba menyampaikan ide slogan kita di depan semua orang. Bagaimana kalau kita tulis di kertas saja? Setelah itu baru dijelaskan ide slogannya.” “Baiklah… Mari kita tulis di kertas dulu sekarang.” Semua orang diberikan secarik kertas. Setiap orang memiliki secarik kertas, tapi tidak semua orang punya sebuah ide. Hanya beberapa yang menulis, sisanya hanya cekikikan dengan satu sama lain dengan lelucon yang mereka buat. Setelah waktunya untuk mengumpulkan ide slogan, banyak yang tidak mengumpulkannya. Meski begitu, di antara orang-orang teledor ini, ada beberapa orang yang tetap rajin bekerja meskipun tidak terlihat oleh yang lain. Mereka terus mengerjakan pekerjaan mereka di balik layar. Mereka orang-orang yang telah menyokong komite sampai ke detik ini. Dan sekarang, sepertinya merekalah yang akan menyokong kami lagi. Slogan-slogan yang tertulis di dalam kertas yang dikumpulkan tersebut ditulis pada papan tulis. Pertemanan - Usaha - Kesuksesan Ya. Kira-kira slogan sejenis itu yang tertera di papan tulis. Satu slogan yang menonjol adalah "Delapan Penjuru Dunia Di Bawah Satu Atap"<ref>Hakkō ichiu, slogan politik Jepang yang berarti membuat seluruh dunia ini menjadi satu keluarga. Dipakai sebagai propaganda Jepang di Perang Dunia Kedua. Di anime diganti jadi Ichii senshin, yang berarti berkonsentrasi penuh terhadap sesuatu atau berdedikasi penuh. </ref> One slogan that stuck out was “All Eight Corners of the World Under One Roof”[50] ''Whoa, aku rasa aku tahu siapa yang menulis itu…'' Ada satu lagi slogan yang menarik perhatian semua orang. [SATU UNTUK SEMUA] Setelah slogan itu ditulis di papan tulis, Hayama berseru "oh" dengan suara kecil. “Slogan itu cukup bagus." Sepertinya slogan itu menarik perhatian Hayama. ''Ya, kamu tipe orang yang menyukai hal seperti itu.'' Slogan itu bahkan ditulis dengan huruf kapital. Aku menyahut dengan helaan sinis yang maksudnya "yang benar saja". Hayama mengangkat bahunya. "Satu orang berusaha demi semua orang. Aku sebenarnya suka sekali hal seperti itu.” “Apa, jadi itu maksudmu. Sederhana saja bagiku." “Huh?” Haha—bahkan Hayama-san sendiri juga tidak mampu memahami kalimatku. Maka mari saya jelaskan, oh tuanku, maksud dari perkataanku. “Dorong semua beban pada satu orang, lalu buang dia... Satu orang demi semua orang. Cukup sering terjadi, bukan?” ——''Persis seperti apa yang kalian semua sedang lakukan sekarang ini.'' “Hikigaya… kamu-“ ekspresi Hayama terlihat seakan dia baru saja dihantam, tapi tatapannya perlahan semakin tajam. Dia membalikkan badannya ke arahku dan menghadapku secara empat mata. Kami mungkin terlihat seakan kami sedang melototi satu sama lain. Obrolan-obrolan di sekitar kami terhenti sejenak. Karena suara kami pelan, mungkin membuat sekeliling kami hanya berbisik-bisik mengenai kami. Konfrontasi Hayama tanpa bersuara hanya berlangsung beberapa detik, meski itu karena aku segera memalingkan mataku. Tidak, bukan karena aku takut. Itu karena perhatian semua orang juga terpaling ke depan, jadi bukan cuma aku sendiri. Sagami berbicara dengan teman-temannya yang diangkat menjadi sekretaris dan berdiri. "Oke, ini yang terakhir. Slogan ini dari kamiː [Pertemanan ~Festival Budaya Saling Gotong Royong~]…” “Ughhh…” secara refleks suara tersebut keluar dariku ketika mendengar kata-kata itu dari mulut Sagami. Apa isi kepalanya itu Kebun Hanabatake<ref>[https://map.uu-hokkaido.jp/e/hanabatake-farm/ Hanabatake Farm] di Hokkaido dengan taman bunga, peternakan dan suasana yang asri nan indah. Di sana juga ada kafe dan teh, juga ada toko yang menjual suvenir seperti keju yang dibuat di peternakan itu dan potongan karamel.</ref>, hah? Apa dia membuat karamel di dalam sana? Reaksiku memicu bisikan-bisikan di sekelilingku. Suara-suara cibiran tersebut membuat Sagami tidak senang. Jadi cukup beralasan bahwa dia akan menargetkan diriku karena aku, yang posisinya ada di bawah dia, merupakan penyebab dari suara-suara tersebut. “…Kenapa? Apa aku mengatakan sesuatu yang aneh?" Sagami tetap mempertahankan senyumannya, tapi pipinya berkedut dan dia jelas terlihat geram. “Tidak, tidak ada…” Katakan sesuatu lalu berhenti, tapi buat itu terdengar seakan kamu sedang mengeluh. Ini merupakan jawaban yang paling menjengkelkan. Karena jawaban itu berasal dari diriku yang pernah melakukannya tanpa sadar dan kehilangan teman karena itu, jadi tidak perlu diragukan lagi. Sampaikan hal-hal yang tidak bisa kamu sampaikan dengan kata-kata. Aku tahu bagaimana melakukannya. Itu cara bagaimana kamu bisa menyampaikan maksud hatimu meskipun kata-katamu tidak mengatakan hal tersebut. Itu karena aku tidak pernah menyampaikannya dengan percakapan. Pura-pura tidur pada saat jam istirahat, membuat wajah tidak senang ketika diminta melakukan sesuatu, dan menghela ketika bekerja. Itu karena aku selalu mengekspresikan diriku tanpa perlu menggunakan kata-kata. Aku tahu caranya... Hanya saja, aku cuma tahu cara menggunakannya dengan tujuan yang negatif. “Apa kamu yakin kamu tidak mau mengatakan sesuatu?" “Tidak. Ya, sungguh tidak ada.” Sagami melototiku sejenak dengan tidak senang dan berkata, "Yaaaaaa, oke. Kalau kamu tidak suka, coba sebutkan idemu." Dan itulah kenapa aku kemudian mengatakan slogan ituǃ “[Manusia ~Amati Lebih Dekat dan Ada yang Bersantai sambil Bersandar pada Lain. Festival Budaya~]” Bam! …Aku pikir mungkin dunia ini terhenti sejenak. Tidak ada yang bersuara. Sagami, Meguri-senpai, Hayama tidak ada yang berkata apa-apa; mereka cuma tercengang. Ïni adalah situasi yang mereka bilang terdiam. Komite tersebut tidak bersuara. Bahkan mulut Yukinoshita ternganga. Kesunyian tersebut dipecahkan oleh suatu suara tawa. “Ahahahahaha! Tolol sekaliǃ Ada orang tolol disiniǃ Hebat sekaliǃ E-Ehehe~, ahhhh. Oh ya Tuhan, perutku sakit.” Haruno-san tertawa terbahak-bahak. Hiratsuka-sensei melototiku dengan tatapan masam. ''Anda menakutkan sekalib bu. Ketakutanku berlipat ganda, bu.'' Dia kemudian menyengol Haruno-san dengan sikunya. "...Haruno, tertawamu berlebihan." “Ahahaha, ha… Mm, mmm,” Haruno-san menahan tawanya dan terbatuk, setelah menyadari suasana dingin di sekelilingnya. "Maksudku, aku rasa itu ide yang cukup bagus. Yep. Selama itu menarik, itu oke bagikuǃ” “Hikigaya… Jelaskan…” Hiratsuka-sensei meminta penjelasanku sembari terlihat agak tercengang. “Ya, mereka bilang kanji untuk manusia, 人, memperlihatkan orang yang menyokong satu sama lain, tapi bukankah sebenarnya itu cuma satu orang yang bersandar pada orang yang satunya lagi? Aku rasa sebenarnya konsep kanji ini adalah selalu akan ada seorang korban. Makanya untuk festival budaya ini —untuk komite panitia ini— Aku rasa itu sangat sesuai." “Persisnya apa maksudmu dengan korban?” sudah tidak ada lagi ekspresi tercengang pada wajah Hiratsuka-sensei. “Lihat saja aku. Aku itu korban disini. Aku dipaksa untuk mengerjakan segunung pekerjaan. Malah orang-orang terus memberiku lebih banyak pekerjaan. Apa ini yang dimaksud dengan "gotong royong" yang diserukan ketua disini? Aku tidak mendapat bantuan apapun, jadi aku sama sekali tidak memahaminya." Tatapan semua orang tertuju pada Sagami. Setelah melihat Sagami yang sedang gemetar, mereka kemudian berpaling pada satu sama lain. Suasananya menjadi liar. Suara-suara muncul dari satu orang ke orang lain. Bisikan-bisikan yang diarahkan padaku dan kemudian diarahkan ke depan seperti ombak yang menghantam pesisir pantai dan kemudian surut. Kemudian, semuanya berhenti di pusatnya. Itu adalah pusat dimana petinggi panitia komite festival budaya dan wakil ketua Yukinoshita Yukino berada. Tidak ada satu suara-pun yang muncul di dalam ruangan konferensi ini di detik ini. Yukinoshita adalah ratu es yang memerintah dengan kekuasaan otokratis absolut, menggunakan cara-cara yang drastis sejak pelantikannya. Semua orang memusatkan pandangan mereka padanya dengan ekspektasi bahwa dia akan memberikan hukuman untuk omong kosong ini. Kemudian, Yukinoshita mengangkat notulen kusut yang ada di tangannya untuk menutupi wajahnya. Bahu Yukinoshita bergetar. Dia menundukkan badannya ke depan meja dan punggungnya yang merosot bergerak naik turun. Semua orang hanya bisa menonton hal aneh tersebut. Rasa sunyi yang sampai menyakitkan telinga tersebut terus berlanjut beberapa saat lagi. Setelah itu, Yukinoshita menghela pendek dan mengangkat wajahnya. “Hikigaya-kun.” Tatapannya tertuju tepat ke arah tatapanku. Terasa sudah agak lama sejak dia memanggil namaku seperti itu dan sejak aku melihat mata biru yang jernih tersebut. Pipinya yang tampak sedikit merona. Mulutnya yang membentuk suatu senyuman. Bibir berwarna ceri dan berbentuk indah tersebut bergerak lembut. Dengan suatu wajah yang tersenyum dengan cemerlang dan mengingatkanku dengan suasana hangat bunga yang bermekaran, dia menyatakan, "''Ditolak.''" Yukinoshita kembali serius, meluruskan punggungnya, dan mengosongkan tenggorokannya. "Sagami-san. Mari kita sudahi dulu disini hari ini. Sepertinya kita tidak akan mendapatkan ide yang baik hari ini.” “Huh? Tapi…” “Alangkah baiknya kalau kita tidak membuang-buang waktu untuk hal ini. Semua anggota komite sebaiknya memikirkan suatu slogan dan kita akan putuskan slogan yang sesuai besok. Untuk sisa pekerjaannya, jika semua anggota turut berpartisipasi selama sisa waktu yang ada, kita seharusnya bisa mengejar ketertinggalannya," kata Yukinoshita, melihat ke sekeliling ruangan konferensi tanpa bersuara namun dengan tatapan yang tegas. "Sepertinya tidak ada yang keberatan." Tidak ada yang mengajukan keberatan setelah merasakan intensitasnya. Dengan sekejap, dia mampu mendorong semua orang untuk kembali berpartisipasi. Begitu pula dengan Sagami. “O...ke, baiklah. Kalau begitu ayo kita tetap semangat untuk besok. Terima kasih atas kerja keras kalian." Setelah dia membubarkan rapatnya, semua orang meninggalkan tempat duduk mereka berdua dan bertiga. Tanpa melihat ke arahku, Hayama berdiri dan meninggalkan ruangan konferensi tersebut. Selagi mereka mengikutinya keluar, orang-orang menatapiku dengan sinis dan tajam setelah berpapasan denganku. Bahkan ada orang di antaranya yang membisikkan "ada apa dengan orang ini". ''Ya, betul. Ada apa dengan orang ini? Eh, itu aku.'' Setelah anggota komite meninggalkan ruangan tersebut, yang tersisa disana adalah anggota OSIS yang biasanya. Di dalam suasana yang santai tersebut, ada satu orang yang terlihat kecewa. Dia adalah Meguri-senpai. Meguri-senpai berdiri dari tempat duduknya tanpa bersuara. Dia mendekatiku dan tidak memasang senyuman riangnya yang biasa. “Aku kecewa… Aku pikir kamu itu orang yang benar-benar serius…” “……” Tidak ada kata-kata yang bisa kulontarkan untuk bisikan sedihnya. Itulah kenapa aku tidak ingin bekerja. Jika kamu bekerja keras untuk melakukan pekerjaanmu, kamu akan dihadapkan dengan ekspektasi. Suatu saat nanti, satu salah langkah saja dari dirimu akan menghasilkan kekecewaan. Aku menyeka semua rasa penyesalanku dengan satu helaan. Aku mengangkat diriku dari kursiku. Baru saja aku akan berjalan keluar dari ruangan konferensi, Yukinoshita muncul di depan pintu. “Apa kamu tidak masalah dengan ini?" “Dengan apa?” tanyaku balik, tapi dia tidak menjawab. “Aku rasa akan lebih baik jika kamu membenarkan kesalah-pahaman ini.” “Aku tidak akan bisa membenarkannya. Itu sudah ada di luar sana, jadi masalahnya selesai disana. Tidak ada lagi yang perlu dijelaskan." Jawaban yang benar, suatu kesalah-pahaman; apapun istilahnya, itu jawaban akhirku. Kamu tidak bisa menarik kembali kekecewaan pada dirimu, kamu juga tidak bisa menghilangkan stigma yang dicap pada dirimu. Yukinoshita memincingkan matanya dan melototiku sejenak. "...Kamu selalu membuat alasan untuk hal-hal yang tidak penting tapi tidak pernah membuat alasan ketika ada hal penting yang terjadi. Aku rasa kamu itu agak pengecut. Kalau kamu menjelaskannya, tidak ada orang yang bisa membantahmu." “Tidak ada gunanya membuat alasan. Semakin penting suatu hal baginya, akan semakin egois orang tersebut.” “…Ya. Mungkin itu benar. Hal seperti alasan itu tidak ada artinya," kata Yukinoshita, seakan sedang merenungkannya. Kamu tidak bisa menarik kembali jawaban yang telah kamu berikan. Tidak ada gunanya menangisi susu yang telah tumpah. Telur yang kamu pecahkan tidak akan kembali. Semua kuda dan tentara seorang raja yang gugur tidak akan kembali ke sisinya lagi. Tidak peduli apapun yang dikatakan. Kamu tidak akan pernah bisa menghilangkan kesan yang buruk. Meskipun jika dibandingkan, kebalikannya itu sangat mudah. Hanya satu kata saja bisa membuat seseorang terlihat buruk. Hanya satu tindakan saja bisa membuatmu terkesan buruk. Itulah kenapa alasan itu tidak ada artinya. Karena bahkan semua alasan itu akan membuatmu terkesan buruk. Yukinoshita melipat lengannya dan berdiri dalam diam. Namun, dia tidak bersandar pada dinding. Seperti biasa, dia melurukan postur tubuhnya dan mengangkat wajahnya. “…Kalau begitu, berarti aku harus bertanya lagi." Itu adalah suatu niat yang membara dan intens yang bahkan bisa menutupi kebencian. Mata indahnya terlihat seperti bintang-bintang yang berkelip terang. Seakan mata tersebut sedang memberitahukuː "Aku tidak akan membuat alasan. Jadi, lihat aku." Tatapannya yang sungguh-sungguh lalu berubah menjadi sesuatu yang sedikit hangat. “Jadi, ada apa dengan itu tadi?" “Apa?” “Slogan menyedihkan yang kamu katakan itu. Itu ampas sekali." “Itu jauh lebih baik dari sloganmu... Apa kamu sejenis tesaurus?" kataku. Yukinoshita menghela dengan disengaja. "Kamu tidak pernah berubah, mengecewakan sekali..." “Manusia tidak semudah itu berubah." “Kamu itu memang sudah aneh dari awal." “Hei, tidak perlu bilang begitu." Yukinoshita tertawa kecil. “Ketika aku melihatmu, aku mulai berpikir akan terlihat bodoh untuk memaksamu berubah." Dia memalingkan punggungnya sebelum dia selesai berbicara. Dia bergegas ke arah mejanya untuk mengambil tasnya dan kemudian menunjuk ke luar tanpa bersuara. "Keluar" itu apa yang dia maksudkan. Kami berdua meninggalkan ruangan konferensi itu dan dia mengunci pintunya. “Oke, aku akan mengembalikan kuncinya dulu." “Ya, sampai jumpa." “Ya, selamat tinggal." Dia berpamitan, tapi kemudian meletakkan tangannya pada dagu dan terlihat ragu-ragu sejenak. Lalu, dia menambahkan, "...Sampai jumpa besok." Tangannya bergerak dari dagu menuju ke dekat dadanya. Telapak tangannya yang terlihat ragu antara mau terbuka atau tergenggam diayunkan sedikit ke kiri dan ke kanan. “…Ya, sampai jumpa besok.” Kami berdua berpaling ke belakang dan mulai berjalan. Aku memiliki niatan untuk berpaling ke belakang setelah melangkah beberapa langkah, tapi tidak ada tanda-tanda langkah kaki dia berhenti. Kalau begitu, aku juga tidak akan berhenti. Bisakah kita tetap seperti ini tanpa berpaling ke belakang? Bisakah aku menanyakannnya sekali lagi? Di dunia ini, kamu tidak akan pernah bisa menarik kembali sesuatu. Jawabanmu yang salah akan terus tetap seperti itu. Jika kamu ingin memperbaikinya, maka kamu harus menemukan jawaban yang baru. Maka dari itu, aku akan bertanya lagi. Demi mengetahui apa jawaban yang benar.
Summary:
Please note that all contributions to Baka-Tsuki are considered to be released under the TLG Translation Common Agreement v.0.4.1 (see
Baka-Tsuki:Copyrights
for details). If you do not want your writing to be edited mercilessly and redistributed at will, then do not submit it here.
You are also promising us that you wrote this yourself, or copied it from a public domain or similar free resource.
Do not submit copyrighted work without permission!
To protect the wiki against automated edit spam, please solve the following captcha:
Cancel
Editing help
(opens in new window)
Navigation menu
Personal tools
English
Not logged in
Talk
Contributions
Create account
Log in
Namespaces
Page
Discussion
English
Views
Read
Edit
View history
More
Search
Navigation
Charter of Guidance
Project Presentation
Recent Changes
Categories
Quick Links
About Baka-Tsuki
Getting Started
Rules & Guidelines
IRC: #Baka-Tsuki
Discord server
Annex
MAIN PROJECTS
Alternative Languages
Teaser Projects
Web Novel Projects
Audio Novel Project
Network
Forum
Facebook
Twitter
IRC: #Baka-Tsuki
Discord
Youtube
Completed Series
Baka to test to shoukanjuu
Chrome Shelled Regios
Clash of Hexennacht
Cube × Cursed × Curious
Fate/Zero
Hello, Hello and Hello
Hikaru ga Chikyuu ni Itakoro......
Kamisama no Memochou
Kamisu Reina Series
Leviathan of the Covenant
Magika no Kenshi to Basileus
Masou Gakuen HxH
Maou na Ore to Fushihime no Yubiwa
Owari no Chronicle
Seirei Tsukai no Blade Dance
Silver Cross and Draculea
A Simple Survey
Ultimate Antihero
The Zashiki Warashi of Intellectual Village
One-shots
Amaryllis in the Ice Country
(The) Circumstances Leading to Waltraute's Marriage
Gekkou
Iris on Rainy Days
Mimizuku to Yoru no Ou
Tabi ni Deyou, Horobiyuku Sekai no Hate Made
Tada, Sore Dake de Yokattan Desu
The World God Only Knows
Tosho Meikyuu
Up-to-Date (Within 1 Volume)
Heavy Object
Hyouka
I'm a High School Boy and a Bestselling Light Novel author, strangled by my female classmate who is my junior and a voice actress
The Unexplored Summon://Blood-Sign
Toaru Majutsu no Index: Genesis Testament
Regularly Updated
City Series
Kyoukai Senjou no Horizon
Visual Novels
Anniversary no Kuni no Alice
Fate/Stay Night
Tomoyo After
White Album 2
Original Light Novels
Ancient Magic Arc
Dantega
Daybreak on Hyperion
The Longing Of Shiina Ryo
Mother of Learning
The Devil's Spice
Tools
What links here
Related changes
Special pages
Page information