Editing
Oregairu (Indonesia):Jilid 9 Bab 5
(section)
Jump to navigation
Jump to search
Warning:
You are not logged in. Your IP address will be publicly visible if you make any edits. If you
log in
or
create an account
, your edits will be attributed to your username, along with other benefits.
Anti-spam check. Do
not
fill this in!
===5-3=== Kami mengirim pulang murid-murid SD itu dan terus bekerja untuk sedikit lebih lama lagi. Kami akhirnya selesai menyusun dokumen-dokumen yang tersisa dan tidak lagi memiliki sesuatu untuk dikerjakan. Para anggota OSIS SMA Sobu terlihat tidak antusias dan mengerjakan tugas-tugas seperti memeriksa pekerjaan mereka serta menghitung kembali anggaran untuk menghabiskan waktu. Kalau mengenai SMA Kaihin Sogo, di sisi lain, mereka kelihatannya sedang sepenuhnya asyik berdiskusi. ''Cuma semua ini yang bisa kukerjakan hari ini, huh?'' “Isshiki, kelihatannya tidak ada hal lain lagi untuk kukerjakan, jadi apa kamu keberatan jika aku pulang<!--leave-->?” Ketika aku menanyakan Isshiki yang sedang membalik-balik setumpuk kertas di dekatnya, dia melihat ke arah jam, berpikir. Kemudian dia berkata. “Benar… Kalau begitu mari kita mengakhirinya di sini untuk hari ini?” “Bagus. Kalau begitu aku akan pulang lebih dulu.” Selagi Isshiki mengucapkan “terima kasih untuk kerja keeerasnya” dari belakang, aku meninggalkan Ruang Seminar itu. Ketika aku sampai di luar pusat komunitas, hujannya sudah berhenti<!--let up-->. Cahaya kota yang terpantul dalam genangan-genangan air itu hanya untuk diserap oleh tetesan hujan yang terus mengalir di bawah atap. Namun, seindah-indahnya itu, pemandangan ini entah kenapa terlihat menyuramkan. Aku meluruskan kerah mantelku dan memutar kakiku ke arah tempat parkir sepeda. Aku kemudian sadar bahwa aku tidak membawa sepedaku hari ini. Karena hari terus hujan sepanjang pagi, aku harus pergi menaiki kereta api dan bus. Jengkel akan realisasi ini, aku mengubah arah jalanku menuju ke stasiun. Di tengah jalanku ke sana, MariPin masuk ke dalam pandangan. Papan tandanya diterangi dengan terang benderang dan kehangatan bagian dalam toko ini mengalir ke luar setelah pintu otomatis itu terbuka.<!--upon the opening of the automatic doors.--> ''Oh iya, ada KFC di MariPin bukan…? Aku sama sekali lupa mengenai pesanan itu.'' Aku pulang jauh lebih awal dari biasa jadi aku rasa aku akan pergi membuat pesanan untuk ''party barrel'' yang disuruh ibu padaku untuk memesannya. Rumahku agak sedikit jauh dari sini, tapi kami mungkin hanya akan menghangatkannya lagi dalam oven pemanggangnya, dan belum dibilang aku juga yang akan mengambilnya, jadi membelinya di sini seharusnya cukup bagus. Namun, untuk pergi mengambil ayamnya, aku rasa untuk diri ayamku ini<ref> Mayo Chiki, pemain utamanya Sakama'chi' 'Kin'jirou -> Chikin (Chicken)</ref>, itu adalah tugas yang sempurna! Ketika aku memasuki MARINPIA, pemandangan orang-orang membawa kantong-kantong plastik besar seakan mereka sedang menggelar belanja Natal. Aku melihat <!--scan->ke arah serong di bagian dalam toko itu dan segera setelah aku menemukan KFC, aku menuju arah tersebut. Bagi KFC, saat-saat musim ini dimana Natal mendekat dalam hanya sekitar seminggu lagi itu bagus untuk bisnis mereka sebab di sana ada antrian beberapa orang yang kelihatannya sedang menunggu untuk memesan sebuah ''party barrel''. Yah, bagi orang dalam perjalanan pulang mereka dari kantor mereka, ini adalah tempat yang cocok untuk mampir. Toh, tempat ini dekat dari stasiun. Aku juga mengantri dan membuat pesananku tanpa masalah<!--incident-->. Aku menyelesaikan apa yang perlu kulakukan. Semua yang tersisa adalah untuk pulang ke rumah. Aku mulai berjalan <!--I started off--> ke pintu keluar terdekat dari KFC. Karena lalu lalang orang masuk dan keluar yang terus menerus, pintu otomatisnya tetap terbuka terus. Selain orang-orang di lantai satu, ada orang-orang yang menuju ke tangga eskalator terdekat serta ada orang yang turun darinya yang berbaur bersama membentuk suatu kerumunan besar.<!--congestion--> Seperti yang bisa kalian duga dari hari Natal, hari di akhir tahun. Suasana yang lumayan darurat, huh… Dan kemudian, aku melihat ke arah tangga eskalator. Ketika aku melakukannya, di dalam gelombang orang-orang yang menuruni tangga eskalator, aku melihat Yukinoshita Yukino. Meskipun aku seharusnya cukup pergi secepat mungkin, aku menghentikan langkahku karena kaget. Yukinoshita benar-benar menonjol bahkan di dalam kerumunan ini. Aku bahkan tidak sedang mencari-cari dirinya, namun sosoknya segera muncul ke dalam pandanganku. Yukinoshita kelihatannya pergi berbelanja di sebuah toko buku sebab dia sedang memegang sebuah kantong plastik toko buku di tangannya. Aku berada di jalan yang sedang ditujunya. Tentu saja, dia menyadari keberadaanku juga dan menunjukkan ekspresi terkejut. Mata kami bertemu dan kami berdua mengenali keberadaan satu sama lain. Mencoba untuk bertingkah seakan kami tidak pernah melihat satu sama lain di sini akan sulit. Aku dengan pelan menggerakkan kepalaku untuk menyapanya dan Yukinoshita yang baru saja turun dari tangga eskalator dan menuju ke pintu keluar ikut mengangguk balik. “Yo.” “…Selamat sore.” Lajuku yang masih tetap dari yang sebelumnya dan laju Yukinoshita, yang berjalan dengan cepat dari tangga eskalatornya, bertemu<!--overlap--> sebab kami berdua pergi ke luar hampir pada waktu yang sama. Orang-orang yang menuju ke rumah di jalan raya dan pelanggan berbelanja yang datang serta pergi mengerumuni area itu. Setelah meninggalkan pintu masuk di sisi KFC, apa yang segera masuk ke dalam pandangan di depan kami adalah suatu plaza kecil. Aku tidak yakin kalau sore hari sewaktu liburan atau pada musim yang hangat, tapi pada malam yang dingin dimana hujan baru berhenti, tidak ada orang yang berhenti di sana. Tapi di sanalah tempat kami malah<!--ended up--> berhenti untuk suatu alasan tertentu. Yukinoshita mengatur ulang mantelnya dan merapikan syalnya untuk memeriksa kondisinya. Aku mengatur syalku dengan gaya bangsawan<!--commanding fashion--> dengan cara yang sama sepertinya. Apa ini adalah suatu kebiasaan karena berada di klub akhir-akhir ini? Aku bisa saja menghentikan diriku, tapi selagi aku mencari kata-kata, aku secara refleks berbicara. “Aah, pergi berbelanja sedikit?” tanyaku “Ya… Bagaimana denganmu, apa yang sedang kamu lakukan di sini pada jam segini?” kata Yukinoshita dengan nada yang dingin, memasang ekspresi tak berubah itu yang tidak berbeda dari biasanya. Hari ini, aku juga meninggalkan klubnya lebih awal. Maka dari itu, untuk berada disini pada jam segini itu tidak wajar. Itu jelas untuk ditanyakan hal itu di sini. Suatu pertemuan yang kebetulan di sini adalah sesuatu yang ingin kuhindari. Namun, sekarang setelah kita telah bertemu, tidak ada cara untuk menghindarinya. Selagi aku menggaruk-garuk pipiku, aku mengalihkan mataku dari Yukinoshita. “…Yah, aku ada beberapa hal yang perlu kuurus<!--care--> di sini.” Aku tidak bisa mengatakan apa itu sebenarnya. Itulah kenapa aku menyuarakan kata-kata samar, tidak berarti serta umum. Tapi tidak ada kebohongan di dalamnya. Yukinoshita menunduk dan menjawabnya<!--complied--> dengan suara pelan. “Begitukah…” [[File:YahariLoveRom-v9-209.png|thumbnail|200px]] Dia kemudian mengangkat wajahnya. Bibirnya yang digigitnya terlihat gelisah akan apakah mau mengatakan sesuatu atau tidak itu bergetar dengan begitu pelan dan matanya yang menghadapku bergetar pelan. “…Aku paham bahwa kamu sedang membantu Isshiki atas permintaannya.” Itu adalah suara pelan yang kurang berambisi. Kata-kata itu yang terdengar seakan itu akan hancur jikalau kamu menyentuhnya itu seperti tetesan embun beku di malam hari. Itulah kenapa ini terasa teramat dingin. Kemungkinan besar Yuigahama tidak memberitahunya. Aku rasa Yukinoshita mungkin menebaknya sendiri. Dia mungkin sudah menoleransi hal tersebut sampai sekarang, tapi sekarang setelah dia melihat tindakan mencurigakanku dengan mata kepala sendiri, dia mungkin tidak bisa menahan dirinya untuk menanyakan tentang hal tersebut. “Aah, yah, aku tidak punya banyak pilihan melihat situasinya…” Tidak peduli seambigu apapun aku dengan kata-kataku, kebenarannya tidak akan berubah, tapi aku tidak bisa mengatakannya dengan cara lain. Menyangkalnya pada titik ini tidak ada artinya. “Kamu tidak perlu berbohong mengenai itu.” Pandangan Yukinoshita terarah pada tanah kosong dimana hanya ada angin dingin yang menghembusinya. Dia mungkin sedang menyebut alasanku mengenai Komachi itu suatu kebohongan. “Aku tidak berbohong. Itu memang bagian dari alasanku.” “…Kamu benar, itu tentu bukanlah suatu kebohongan.” Ketika aku mengatakannya dengan begitu merendahkan diriku, Yukinoshita menyisiri rambutnya yang ditiup oleh angin dingin itu dengan tangannya. Melihat gerakan tersebut, percakapan itu pada suatu waktu dulu terlintas dalam pikiranku. Yukinoshita Yukino tidak berbohong. Aku dengan keras kepalanya mempercayai hal itu dan karena itu, aku merasa kecewa oleh fakta bahwa dia tidak mengatakan kebenarannya. Tapi ini bukan perihal<!--in regard--> Yukinoshita. Orang yang mengecewakanku adalah diri masa laluku yang memaksakan ideal tersebut pada dirinya. Di sisi lain, bagaimana aku yang sekarang? Aku lebih parah dari diriku yang waktu itu. Tidak mengatakan kebenaran bukan merupakan suatu kebohongan. Aku menelan penipuan tersebut dan aku bahkan menggunakannya. Bagiku untuk menggunakan penipuan semacam itu yang seharusnya sudah sangat kutolak sekali membuatku berpikir betapa memuakkannya diriku. Itulah kenapa kata-kata yang kuucapkan terdengar penuh rasa penyesalan. “…Maaf untuk menerima permintaannya sendirian.” Yukinoshita memejamkan matanya dan kemudian dengan hening menggelengkan kepalanya. “Aku tidak keberatan. Tidak ada apapun yang bisa kulakukan mengenai apa yang kamu lakukan pada waktu luangmu, tidak juga aku memiliki hak untuk itu. Kecuali…” Yukinoshita berhenti. Tangannya yang memegangi tas yang tertenteng di bahunya meremas bahkan lebih kuat lagi. “Kamu perlu izinku?” Yukinoshita memiringkan kepalanya sedikit dan mata beningnya menanyaiku. Suara lembutnya tidak sedang mengkritikku. Itulah kenapa hal tersebut terasa begitu tidak perlunya menyakitkan. Suatu perasaan menekan merangkak menuju ke hatiku. “…Tidak, aku hanya ingin kamu tahu.” Aku mengucapkan kata-kata itu. Aku tidak tahu jawaban seperti apa yang benar. Dari awalpun suatu jawaban yang benar mungkin tidak pernah dipersiapkan. Aku hanya menggerakkan mataku dan melihat ke arah Yukinoshita. Dia sedang memakai senyuman yang sama seperti yang dipakainya di ruang klub yang terlihat seperti dia merindukan hari-hari yang telah lama pergi itu. “…Begitu ya. Kalau begitu kamu tidak perlu meminta maaf. Lagipula, aku yakin itu akan lebih mudah bagi Isshiki-san untuk bekerja denganmu.” Yukinoshita berbicara dengan mulus dengan suara yang lambat, namun tidak mendesakku. Aku tetap terdiam dan mendengarnya. Jika aku tidak diizinkan untuk meminta maaf, apa ada hal lain lagi yang bisa kukatakan? Yukinoshita meneruskan. Dia melakukannya tanpa melihat ke arahku, tapi hanya melihat pada awan-awan mirip kabut yang dicemari cahaya oranye dari area industri yang jauh di pesisir pada langit yang berawan dan tak berbintang.<!--far shore-->? “Aku yakin kamu bisa menyelesaikan itu semua sendiri. Toh, begitulah itu selalu.” Aku pikir itu tidaklah benar. Aku tidak menyelesaikan apapun sampai sekarang ini. Entahkah itu Isshiki ataupun Rumi, pada akhirnya, aku hanya membuat masalahnya kabur yang akhirnya berubah menjadi kacau balau. Kalau soal menyelamatkan mereka, sama sekali tidak ada yang seperti itu. “Aku benar-benar tidak menyelesaikan apapun… Juga, itu karena aku sendirian sehingga aku melakukannya sendiri, itu saja.” Aku akan melakukan sesuatu mengenai diriku sendiri. Itu bukan apa-apa selain suatu hal yang sangat wajar untuk dilakukan. Entahpun aku dilemparkan ke dalamnya atau kebetulan masalahnya jatuh ke dalam tanganku, sekali aku ikut terlibat, maka itu akan akhirnya berubah menjadi masalahku. Itulah kenapa aku hanya melakukannya untuk diriku sendiri. Itu adalah sesuatu yang terukir di dalam diriku dan dengan bergantung pada seseorang dengan begitu mudahnya meski tidak mengetahui cara lain untuk melakukan sesuatu hanya akan mengubahnya menjadi sesuatu yang tidak berguna. Dari awalpun, meskipun seseorang yang salah itu mengambil langkah yang semestinya, itu jelas bahwa mereka tidak akan mendapatkan hasil yang benar<!--come up-->. Itulah kenapa aku akan melakukannya sendiri. Hanya itu saja<!--That’s all there was to it-->. Itu seharusnya sama bagi Yukinoshita yang sudah bekerja sama denganku di dalam klub itu selama lebih dari setengah tahun. “Bukankah kamu begitu juga.” Dengan percaya diri, tidak, dengan ekspektasi, aku mengatakannya. Tapi kata-kata Yukinoshita mengeras. “Tidak… tidak benar.” Dia menundukkan kepalanya, menutup mulutnya, dan meremas lengan baju mantelnya. Yang terlihat dari syal yang dilonggarkannya adalah gerakan tenggorokan putihnya. Itu terlihat seakan dia sedang berjuang di dalam terpaan angin ini. Ini mungkin merupakan yang pertama kalinya aku pernah melihat Yukinoshita seperti ini. Yukinoshita terus melihat ke bawah dan dia memaksa kata-katanya keluar. “Semua yang pernah kulakukan hanya bertingkah seakan aku bisa melakukan segalanya… seakan aku memahami semuanya.” Persisnya siapa yang sedang dibicarakannya? Apa itu dirinya atau mungkinkah itu diriku? Tidak peduli yang mana<!--Nevertheless-->, mungkin sama saja yang manapun itu. Persisnya siapa dia yang berpikir bahwa dia mengerti semuanya? Itulah kenapa, aku harus mengatakan sesuatu dan meskipun aku tidak bisa menyusun pemikiranku, aku tetap harus berbicara. “Hei, Yukinoshita…” Aku mencoba untuk mengatakan sesuatu, tapi aku tidak bisa meneruskan kata-kataku lebih jauh lagi. Yukinoshita segera mengangkat wajahnya dan menyelaku dengan suara kalem biasanya. “Kenapa tidak kamu berhenti dari klub untuk sementara? Jika kamu sedang bersikap pengertian dengan kami, maka itu adalah kekuatiran yang tidak perlu.” Ekspresinya yang berbicara terus menerus memiliki senyuman tembus pandang lagi. Senyuman itu memiliki kekaleman yang mirip dengan boneka porselen bisque halus yang terpajang di dalam sebuah peti kaca. “Aku tidak sedang bersikap pengertian, sungguh.” Aku tahu kata-kata itu bukanlah kata-kata yang seharusnya kukatakan. Meskipun begitu, jika aku terdiam di sini, maka aku mengerti bahwa bahkan ruangan kosong itu akan hilang. Namun, suatu kesalahan tetaplah sebuah kesalahan. Tidak peduli bagaimana kamu mencoba membuatnya menjadi tidak begitu serius, hal itu tidak akan terperbaiki. Yukinoshita dengan hening menggelengkan kepalanya. Dia membiarkan kantong plastik yang ditaruhnya di bahunya mengendur dan menjadi menurun. “Tidak, kamu bersikap begitu… Kamu telah bersikap pengertian, semenjak saat itu… Itulah kenapa…” Selagi aku dengan saksama mendengarkan suaranya yang menghilang, aku menunggu kata-kata yang menyambungnya. Tapi kata-kata tersebut tidak akan keluar sebab Yukinoshita mengatakan sesuatu yang berbeda. “Tapi kamu bisa berhenti memaksakan dirimu sekarang. Baginya untuk dihancurkan hanya dengan itu saja cuma bisa berarti bahwa pada akhirnya hal tersebut hanya sebesar itu saja… bukan?” Di hadapan pertanyaan itu, aku terdiam. Itu adalah sesuatu yang kupercayai, tapi tidak lagi. Namun, Yukinoshita mempercayainya. Hal yang berhenti kupercayai selama karya wisata itu. Aku membuat suatu kebohongan pada waktu itu. Keinginan untuk tidak mau berubah dan mereka tidak ingin berubah diputar balikkan oleh kebohongan tersebut. Ebina-san, Miura dan akhirnya, Hayama. Mereka menginginkan suatu kehidupan sehari-hari yang tidak berubah nan penuh kebahagian. Itulah kenapa mereka berbohong sedikit demi sedikit, memperdaya satu sama lain, dan dengan bertindak sejauh itu, hubungan tersebut merupakan hubungan yang ingin mereka lindungi. Untuk dapat memahami sebanyak itu, tidak mungkin aku bisa memungkiri hal tersebut dengan begitu mudahnya. Kesimpulan yang mereka tarik, pilihan untuk mencoba melindungi apa yang mereka miliki adalah sesuatu yang tidak dapat kurasa salah. Aku menggabungkan itu semua ke dalam diriku sendiri dan berakhir memberikan persetujuanku padanya. Aku senang dengan hari-hari tersebut dalam caraku sendiri dan bahkan aku mulai merasa kecewa untuk kehilangan itu semua. Meskipun aku sepenuhnya sadar bahwa itu semua pada akhirnya akan menghilang. Itulah kenapa kepercayaanku menjadi terputar-balik dan aku berbohong pada diriku sendiri. Tidak ada sesuatu untuk menggantikan hal yang penting. Sekali kamu kehilangan hal-hal tak tergantikan itu, kamu tidak akan bisa meletakkan tanganmu padanya untuk yang kedua kalinya. maka dari itu, kamu harus melindunginya; itulah bagaimana aku berbohong. Itu bukan bahwa aku sudah melindungi sesuatu. Aku hanya bergantung kepada perasaan telah melindungi sesuatu. Barusan tadi, pertanyaan yang Yukinoshita ajukan padaku itu sudah pasti suatu ultimatum. Tidak ada arti di dalam hal-hal yang hanya dangkal saja. Itu adalah kepercayaan tunggal yang pernah dipegang baik aku maupun dia bersama. ───Apa aku masih memiliki kepercayaan itu? Aku tidak bisa menjawab. Sebab aku yang sekarang ini, aku sudah sadar akan fakta bahwa mencoba untuk memperbaiki tampilan di luar itu tidaklah sepenuhnya tak berarti. Sebagai satu dari cara-cara untuk melakukan sesuatu, aku mengerti bahwa itu ada. Itulah kenapa aku tidak bisa memungkirinya. Tidak mampu untuk mengatakan apapun, Yukinoshita melihat ke arahku dengan mata kesepian. Yukinoshita diam dan kelihatannya sedang menunggui jawabanku. Namun, ketika dia mengerti bahwa itu adalah suatu jawaban tanpa suara, dia membuat helaan kecil dan membuat senyuman sekejap. “Kamu tidak perlu memaksa dirimu untuk datang lagi…” Suara ucapannya itu teramat baik hati. Suara sepatu loafer menggema di tangga bata itu. Bahkan di dalam kerumunan ini, aku merasa seperti aku dapat mendengar suara langkah kaki yang semakin menjauh dan menjauh tanpa akhir. Yukinoshita menghilang ke dalam kerumunan orang-orang. Dia tidak pergi sejauh itu, namun itu terasa bukan main jauhnya. Selagi aku melihatnya pergi selagi tidak mampu mengatakan apapun, aku duduk di tangga plaza kecil itu. Ketika aku menyadarinya, ada lagu Natal yang dimainkan di sebuah toko di dekat sini. Di dalam plaza itu terdapat suatu pohon yang diterangi dan didekorasi oleh suatu hiasan berbentuk kado. Isi kotak kado itu mungkin kosong. Seakan itu mirip dengan ruang klub tersebut. Meski begitu, aku masih mencoba untuk meraih kotak kosong itu. Meskipun itu bukanlah sesuatu yang seharusnya kuharapkan. <br /> <center>× × ×</center> <br />
Summary:
Please note that all contributions to Baka-Tsuki are considered to be released under the TLG Translation Common Agreement v.0.4.1 (see
Baka-Tsuki:Copyrights
for details). If you do not want your writing to be edited mercilessly and redistributed at will, then do not submit it here.
You are also promising us that you wrote this yourself, or copied it from a public domain or similar free resource.
Do not submit copyrighted work without permission!
To protect the wiki against automated edit spam, please solve the following captcha:
Cancel
Editing help
(opens in new window)
Navigation menu
Personal tools
English
Not logged in
Talk
Contributions
Create account
Log in
Namespaces
Page
Discussion
English
Views
Read
Edit
View history
More
Search
Navigation
Charter of Guidance
Project Presentation
Recent Changes
Categories
Quick Links
About Baka-Tsuki
Getting Started
Rules & Guidelines
IRC: #Baka-Tsuki
Discord server
Annex
MAIN PROJECTS
Alternative Languages
Teaser Projects
Web Novel Projects
Audio Novel Project
Network
Forum
Facebook
Twitter
IRC: #Baka-Tsuki
Discord
Youtube
Completed Series
Baka to test to shoukanjuu
Chrome Shelled Regios
Clash of Hexennacht
Cube × Cursed × Curious
Fate/Zero
Hello, Hello and Hello
Hikaru ga Chikyuu ni Itakoro......
Kamisama no Memochou
Kamisu Reina Series
Leviathan of the Covenant
Magika no Kenshi to Basileus
Masou Gakuen HxH
Maou na Ore to Fushihime no Yubiwa
Owari no Chronicle
Seirei Tsukai no Blade Dance
Silver Cross and Draculea
A Simple Survey
Ultimate Antihero
The Zashiki Warashi of Intellectual Village
One-shots
Amaryllis in the Ice Country
(The) Circumstances Leading to Waltraute's Marriage
Gekkou
Iris on Rainy Days
Mimizuku to Yoru no Ou
Tabi ni Deyou, Horobiyuku Sekai no Hate Made
Tada, Sore Dake de Yokattan Desu
The World God Only Knows
Tosho Meikyuu
Up-to-Date (Within 1 Volume)
Heavy Object
Hyouka
I'm a High School Boy and a Bestselling Light Novel author, strangled by my female classmate who is my junior and a voice actress
The Unexplored Summon://Blood-Sign
Toaru Majutsu no Index: Genesis Testament
Regularly Updated
City Series
Kyoukai Senjou no Horizon
Visual Novels
Anniversary no Kuni no Alice
Fate/Stay Night
Tomoyo After
White Album 2
Original Light Novels
Ancient Magic Arc
Dantega
Daybreak on Hyperion
The Longing Of Shiina Ryo
Mother of Learning
The Devil's Spice
Tools
What links here
Related changes
Special pages
Page information