Editing
Seri Monogatari:Koyomimonogatari:Bab 1
(section)
Jump to navigation
Jump to search
Warning:
You are not logged in. Your IP address will be publicly visible if you make any edits. If you
log in
or
create an account
, your edits will be attributed to your username, along with other benefits.
Anti-spam check. Do
not
fill this in!
== 004 == Malamnya. Aku menuju suatu gedung yang tidak terpakai. Bekas bimbel yang telah bangkrut beberapa tahun lalu———karena bimbelnya menggunakan sebuah bangunan gedung, mungkin bimbelnya sederajat dengan ''juku'' tapi tidak dapat menandingi serangan ''Yobikō''<ref>Sekolah persiapan ujian masuk universitas untuk siswa yang sudah lulus SMA, namun gagal memasuki universitas pilihannya dan harus mengulangi satu tahun atau lebih untuk ikut ujian masuk lagi</ref> besar yang berkembang ke depan stasiun seperti api, entah mengundurkan diri atau melarikan diri, walaupun mendengar macam-macam, tapi sebenarnya, aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Yah. Entahlah. Dengan pengertian seperti itu aku, dari SMA yang asal usulnya tidak terlalu kuketahui menuju ke gedung yang tidak terpakai yang asal usulnya tidak terlalu kuketahui, dengan perasaan seperti bagaimana bisa jalan yang samar diikuti tanpa rasa gawat, aku sendiri heran. Tapi, tidak seperti Hanekawa Tsubasa, aku tidak ingin tahu hal seperti itu hingga sampai menyelidikinya. "Yo Araragi, ———aku telah menunggumu" Oshino. Oshino Meme sang spesialis, dengan ucapan pura-pura tidak tahunya yang seperti biasa itu menyambutku———di ruang kelas pada lantai empat. Walau ada gadis kecil berambut pirang di pojok ruang kelas, gambaran mengenainya dihilangkan. Aku memberitahukan keadaannya pada Oshino. Sebenarnya, aku tidak melakukannya tanpa menambah sedikit dramatisasi di sana. "Hmmm. Batu ya" Begitu kata Oshino, om-om dengan pakaian aloha. "Batu itu sesuatu yang mudah menjadi sasaran kepercayaan———seperti katamu Araragi, tidak apa-apa menganggap ''power stone'' itu memang beda jenis pada dasarnya." "Umm...... bagaimana dengan permata yang mengandung sihir, apakah sama juga ?" "Yah, tapi masa kini———pada masyarakat masa kini, yang membuat orang tertarik dengan permata adalah harganya yang tinggi dibandingkan penampilannya." Oshino tertawa enteng. Dengan gayanya yang suka melantur, jujur, ini adalah tipe yang susah ditangani. Tapi Oshino Meme, sama sekali bukan om-om yang hanya bisa melantur———menyelamatkan hidupku, menyelamatkan gengsiku, ia adalah om-om yang telah menyelamatkan kemanusiaanku. Walau tidak ada bedanya dengan melantur. "Mengutip gaya bicara Araragi, batu itu berukuran seperti apa yang disebut bola rugbi kan ? Nah, pada bola rugbi itu, arah mana yang dihiasi ?" "Arah mana maksudnya ?" "Arah vertikal ? Arah horizontal ? Bola rugbi itu kan ada panjang dan lebarnya ?" "Ah......" Kupikir akan ditanyakan hal-hal kecil nantinya, tapi sebaliknya, adapun untuk menggantikan Hanekawa menjelaskan hal-hal kecil itulah, sebab aku datang ke sini, sepertinya ini adalah kesalahanku. Walau kurasa mungkin sebaiknya memang Hanekawa yang datang secara langsung ke sini, tapi walaupun bukan keadaan gawat atau darurat, akal sehat untuk tidak mengajak keluar anak perempuan yang cukup muda larut malam lebih diutamakan. "Rasanya seperti ''Ojizousama''<ref>Ksitigarbha, Di Jepang, Ksitigarbha, dikenal dengan nama Jizō, atau Ojizō-sama. Ia juga dihormati sebagai salah satu dari seluruh dewa dewi orang Jepang. Patungnya terletak di daerah yang mudah terlihat, terutama di pinggir jalan dan di kuburan. Menurut adat istiadat, ia terlihat sebagai wali anak-anak, terutama anak-anak yang meninggal mendahului orangtuanya. selengkapnya http://id.wikipedia.org/wiki/Ksitigarbha</ref> lho. ...... termasuk juga kuil kecilnya, jika dipikir itu mungkin benar-benar tiruannya ''Ojizousama''...... apa ya ? Jizou itu dewa Buddha kan ?" "Kau lumayan mengetahuinya ya Araragi, semacam itulah." "Jangan bilang semacam itulah." Jangan mengatakan itu dengan lancar. Tapi yah, tentunya aku tidak bisa menyangkal kalau ini pengetahuan yang kudapat tanpa sengaja, apalagi mengeluarkan pengetahuannya hanya sampai sini saja. Mengenai Jizou dalam Buddha, aku juga tidak yakin dewa yang seperti apa. "Anu......, dewa pelindung jalanan kah ? Tidak, tapi rasanya aku pernah mendengar soal enam jizou......, Itukah ? Tapi, ''kasajizou''<ref>Jizou yang memakai caping, salah satu cerita rakyat di Jepang</ref>......" Entah bagaimana terasa semakin dikatakan semakin menunjukkan wajah aslinya. "Hahhaa. Itu karena di Jepang, ''Ojizousama'' dan ''Dousojin''<ref>dewa pelindung jalan dalam Shinto http://id.wikipedia.org/wiki/D%C5%8Dsojin</ref> dijadikan satu———nah, meskipun demikian keberadaannya di petak bunga itu aneh kan ?" Jarang-jarang Oshino tidak mempermainkan penampilanku yang buru-buru, malah mengatakan sesuatu yang seperti menyambung, "Patung batu." Katanya. "Karena kau menggunakan istilah patung batu, apakah batunya persis berbentuk seperti itu ? Bukan bulatan sederhana, pahatannya, berbentuk seperti orang kah ?" "Tidak, bagaimana ya......Sejujurnya, karena dalam keadaanku prasangka seperti itu diberikan oleh Hanekawa, bisa dikatakan melihatnya seperti itu walaupun aku melihatnya......tapi mungkin tanpa prasangka apapun, ketika secara kebetulan melewati petak bunga tanpa sengaja, jika melihat batu itu———mungkin hanya menganggapnya sebagai batu yang kasar." "Heee" "Yah" Aku menggelengkan kepala menerima seringai dan anggukan Oshino. "Mungkin tidak———jika kebetulan melewati petak bunga tanpa sengaja, biarpun tidak mendengarkan apa-apa saat itu, seandainya kondisinya telah dibuat altar dan dikelilingi oleh kuil kayu kecil seperti itu, aku pun mungkin mengiranya batu yang dipahat seperti patung batu-" "Gejala ''simulacrum''<ref>bayangan, tiruan terhadap sesuatu</ref>" "Eh?" "Cerita tentang manusia yang jika melihat sesuatu yang mirip wajah, akan melihatnya sebagai wajah———menemukan manusia dari kotoran atau noda di dinding.Yah jika dikatakan dengan gaya lama, orang yang melihat hantu ternyata aslinya rumput perak layu." "Bentuk asli hantu———kaii, cerita kaii, gejala seperti itu masuk cerita ?" "Tidak-tidak, ini dan itu masih hal yang berbeda———nanti Araragi. Untuk sementara anggap saja batu itu patung batu, kan tidak harus dipahat. Mungkin saja ia lapuk secara alami oleh cuaca, sehingga berbentuk seperti itu." "Lapuk ya." "Bagaimana ? Dengan penjelasan itu, meski seharusnya teman yang kau sayangi itu melihat kondisi batu tanpa hiasan dua tahun lalu pun———waktu itu bentuknya tidak berubah kan ?" "Maksudmu tidak berubah" Seandainya memang normal, bahkan jika hampir tersandung, adalah normal tidak mengingat soal batu atau bentuknya yang dilihat dua tahun lalu, tetapi Hanekawa Tsubasa tidak senormal itu. Selama dua tahun, meski warnanya akan berubah karena waktu, katanya waktu melihatnya seperti itu dahulu batu itu berbentuk seperti bola rugbi. Dengan kata lain, dalam dua tahun ini, walaupun ada orang yang menghiasi bagian luarnya, artinya bentuk aslinya———batu itu sendiri tidak mengalami perubahan. "Ya. Lalu, apa pendapat mbak ketua ?" "Pendapatnya———" Oshino memanggil Hanekawa mbak ketua. Karena ia membenci diperlakukan seperti siswi teladan, ia tidak begitu bahagia mendapat nama panggilan itu, tapi karena lawannya Oshino, walau tidak puas ia menerimanya. Ngomong-ngomong aku pernah memanggilnya 'mbak ketua' sekali sebagai candaan dan cukup terkejut saat dimarahinya. Kurasa aku tak mampu pulih. "Singkatnya menurut Hanekawa, karena melihat kondisi batu yang tidak dihiasi itu, pada waktu itu pun, sepertinya cuma menganggapnya sebagai batu biasa. Tapi kali ini Oshino, sebagai bentuk terima kasih padamu ia akan mulai menyelidiki sekolah———karena menyadari entah bagaimana penampilan batu yang dilihat dua tahun lalu itu berubah. Menurutnya hal itu sangat menakutkan———semacam itu." "Menakutkan ya" Oshino mengulangi ungkapanku. "Yah, pastinya, yang seharusnya cuma batu biasa, jika ditempatkan di kuil kecil dan dipuja akan terasa menakutkan———ada sesuatu yang dianggap mbak ketua menakutkan, hahaha, aku sama sekali tidak bisa memikirkannya" "Itu bukan hal untuk ditertawakan" Walaupun itu mungkin karena hanya cara Hanekawa bercerita tapi——— bagaimana ya, tentunya situasi dimana kepercayaan misterius berkembang dalam sekolah, tak tergoyahkan dan menakutkan, jika tidak pun, bukan sesuatu yang mudah diabaikan. Bahkan orang dengan rasa keterlibatan dengan sekolah yang rendah seperti aku pun berpikir demikian. "Nah———pertama-tama aku ingin kau memeriksa asal mula kue murahan yang dipersembahkan itu, tetapi mbak ketua sudah melakukannya. Bukannya ia sudah menyelesaikannya sebelum berbicara denganmu Araragi ?" "............" Ia mengatakan hal-hal yang seperti mengetahui segalanya seperti biasa. Jika dikatakan yang diketahui Oshino mengenai Hanekawa, entah mengapa terasa menimbulkan amarah———perasaan yang misterius. Padahal baru saja berkenalan tapi tahu, biarpun begitu, pada akhirnya perkenalan aku dengan Hanekawa pun hanya beberapa hari lebih dahulu sebelum Oshino. Pada awalnya, aku sama sekali tidak mengetahui apa-apa soal Hanekawa. "Ya. Lihat mereknya, waktu penjualannya dihitung mundur dari tanggal kedaluwarsanya, tentukan toko yang menjualnya dan siswa yang mungkin membelinya———" "Seperti detektif ternama ya. Perlukah melakukan wawancara ?" "Tidak, kelihatannya masih belum melakukannya sampai sejauh itu." "Apa menurutmu itu tidak melangkah terlalu jauh ?" "Tidak. Dalam proses penyelidikan, tidak harus seseorang yang memberikan sesajen itu,maksudku karena aku tahu sejumlah orang sepertinya meletakkan kue murahan atau apapun di kuil kecil itu———jika demikian maka aku tidak bisa melebarkan usaha penyelidikan, kukira aku jadi tidak bisa bergerak di balik layar." "............" "Jadi, kubawa cerita seperti itu karena kukira kau akan menyukainya. Seperti ucapan terima kasih untuk utangnya dari Hanekawa." Untuk sementara, kukira aku telah mengatakan apa yang seharusnya dikatakan, kusimpulkan seperti itu. Tidak, walaupun aku tidak yakin telah menyimpulkannya atau tidak, bagaimanapun juga, telah mendatangi Oshino seperti sekarang, sama sekali bukan karena untuk membicarakan misteri batu yang ada di sekolah, harus kutegaskan bahwa hanya karena kebaikan hati aku membawa informasi kejadian misterius yang ada di sekolah. Tanpa membedakannya seperti itu, utang yang kupunya akan semakin membengkak. Nah karena lima juta yen sekarang ini pun aku tidak bisa melunasinya, lebih lanjut, jika jumlah utangnya bertambah, sebenarnya bukan masalah dengan cara berpikir seperti itu. Jika mendengar utang, ketika jumlahnya melebihi jumlah tertentu, sang peminjam tidak harus berputus asa ketika tidak bisa membayar utangnya, sepertinya rasa segan tidak akan diingat dibanding dengan jumlah utang yang meningkat. Tak disangka, mungkin aku sekarang berada di batas itu———jika kita anggap aku tidak bisa mengambil utang lebih banyak daripada ini. Karena itu aku sulit menghadapi risiko kemungkinan ditarik biaya konsultasi, kurang lebih, tidak, jujur jika dikatakan merendahkan diri pun, saat ini tidak terelakkan. "Hahhaa" Mengetahui dugaanku seperti itu, ia pura-pura tertawa. Meski Hanekawa bercerita soal hantu 'kerakera onna', entah hantu itu tertawa seperti ini atau tidak. "A- ada apa ya?" Aku pura-pura bingung. Tidak, jika benar-benar ketahuan, aku akan benar-benar bingung bukannya pura-pura——— "Me-memangnya spesialis sepertimu tidak ada minat pada cerita seperti cerita hantu sekolah ? Ataukah seleramu cerita berbelit-belit seperti yang berasal dari dokumen ?" "Sama sekali tidak, bacaan mbak ketua mengenai itu tepat———tentunya, dalam jangkauan spesialisasiku yang ''all-rounder'' ini pun, ada kekuatan dan kelemahannya. Cerita dalam wilayah tertutup seperti sekolah itu cukup sulit dikumpulkan———itu pemberian yang pantas disyukuri" "Be-begitu ya" "Tapi, karena itu Araragi. Karena ini adalah kebaikan dari mbak ketua, dan bukannya kebaikan darimu, jadi persoalan ini tidak akan melunasi utangmu, untuk itu aku benar-benar berterima kasih." "............" Lah. Sekedar utang tidak bertambah cukup memuaskan kah ? Tapi, bukannya aku tidak mengharapkannya———sekitar sini mungkin wilayah kompromi. "Walau itu sulit disebut sebagai cerita kaii———hahha, aku dapat cerita yang bagus. Harus dicatat baik-baik." "...... Oshino. Perlu diketahui meski aku ingin kau yang menceritakannya,'cerita' seperti yang kau kumpulkan itu, jika terkumpul, akhirnya ingin kau apakan ?" "ng?" "Anu...... jadi, mengumpulkannya ke dalam buku kah, memublikasikannya pada masyarakat ilmiah kah...... adakah rencana seperti itu ?" Untuk menegaskan hal yang terpikir saat berbicara dengan Hanekawa sepulang sekolah, sebenarnya tidak harus mendapatkannya sekarang, tapi aku ingin menanyakannya jika ada kesempatan. Menarik perhatianku sejauh itu. Dengan kata lain pria ini, yang bisa dikatakan adalah penolongku, benarkah pekerjaan sebenarnya adalah mengumpulkan kaii ? ataukah sebenarnya tidak punya pekerjaan tapi bersikeras pekerjaannya adalah hobi…… "Hahha. Karena aku tidak punya wewenang khususnya dalam ilmu kaii, aku tidak melakukan hal sebagus itu. Yah, tapi aku menjual cerita yang terkumpul itu pada orang yang menginginkannya." "Menjual ? Memang ada pembelinya ? Pada semacam cerita hantu ?" "Sebut saja semacam itu. Kau hampir jadi pemeran utama cerita hantu itu Araragi." ".......ngomong-ngomong, kira-kira berapa ?" "Hahha. Bagaimana kalau memberitahukan nilai transaksi dengan pelanggan pada agen penjualan." "............" Yah, kalau dikatakan demikian aku cuma bisa mundur, tetapi menarik biaya konsultasi dariku dan menyelesaikan masalah kaii, lalu menjual cerita kaii itu di tempat lain dan memperoleh uang, bagaimana mengatakannya ya, kurasa itu bisnis yang sangat nyaman. Mungkin ia orang yang berada di pertengahan. ......Tentu saja, walau mungkin tidak senyaman yang dirasakan amatir...... apapun itu, mmm, anggap saja aku hanya tahu koleksinya Oshino itu berhubungan dengan pendapatannya. "Tapi, sesuatu seperti cerita inikah yang akan dibeli seseorang ?" "Begini. Walaupun orang itu menginginkan apapun———baru-baru ini orang itu, nampaknya melakukan sesuatu yang masih belum kuketahui, menjaga jarak adalah jawaban yang tepat, kurasa. Yah, karena itulah aku tidak bisa menjualnya pada orang itu saja———" Entah bagaimana Oshino, setelah ini mulai meningkatkan usahanya, hal itu sedikit tergesa-gesa, atau bisa dikatakan mungkin seperti belum beranak sudah ditimang. Cuma cerita batu aneh yang dipuja pada petak bunga sekolah, tidak terdapat ''punchline'' apapun———secara harfiah, orang ini tidak mungkin. Bisa menemukan semacam penjelasan di sana, itulah yang disebut spesialis. "Lalu, bagaimana Oshino ?" "Ng ? Bagaimana apanya ?" "Tidak, jika ditanya lagi, walaupun susah dijawab———sebagai seorang spesialis, bagaimana pendapatmu masalah ini?" Mengatur bagian yang tidak pasti, aku bertanya kembali. "Yang seharusnya cuma sebuah batu pada waktu itu dua tahun lalu, dua tahun kemudian, mengumpulkan kepercayaan dari sebagian siswa———sejumlah orang yang tak tentu banyaknya, menjadi semacam kaii, semacam itu kah ?" "Benda yang menjadi kaii tidaklah langka———pada awalnya, kaii pun memiliki semacam dasar, sesuatu yang berkembang. Tetapi," "Eh ?" "Karena kaii jadi dipercayai———ataukah karena dipercayai jadi kaii, tidak dapat ditentukan." "Karena kaii jadi dipercayai, ataukah kaii karena dipercayai?" Meski tujuanku hanya mengulangi kata-kata Oshino apa adanya, tapi sepertinya ada ketidakcocokan, "Tidak, tidak" Kata Oshino. "Bukannya kaii karena dipercayai. Karena kaii jadi dipercayai, ataukah karena dipercayai jadi kaii———begitu." "......? Ah, yah, tentu, meski sedikit, susunan katanya, partikelnya kelihatan berbeda......sengaja menunjukkan perbedaan itu kah ?" "Dalam situasi ini ya." Oshino berkata dengan makna yang dalam, "Tapi, karena hanya mendengar ceritanya saja, memang sedikit sulit dimengerti. Tidak bisakah kau menggambarnya Araragi ?" Pintanya. "Eh?" "Ya. Jika sepulang sekolah langsung datang ke sini, setidaknya bawa alat tulis dan catatan kan ?" "Emm, walaupun aku membawanya......" Aku tidak pernah mengira akan diminta menggambar saat datang kesini. Meski kebingungan, tapi jika diminta aku tidak ingin menolaknya. "Tapi jujur saja, aku tidak punya nilai seni. Walau kelihatannya mungkin mengejutkan." "Apa kau tidak mempelajarinya pada saat seni murni di sekolah ?" "Karena sekolahku sekolah persiapan, tidak diberikan kemampuan pada mata pelajaran kesenian. Terlebih lagi saat pemilihan, aku tidak mengambil seni murni." "Hmmm...... yah, kalau begitu gambaran besarnya saja cukup." "ok." Aku menggerakkan pensil mekanik pada catatan yang kukeluarkan. Bergantung pada ingatan———jika dikatakan kejadian dua tahun lalu, aku cuma bisa bilang tidak ada lagi yang diingat, tapi jika hal-hal yang hanya beberapa jam lalu, begini-begini aku juga masih remaja pelajar SMA aktif, walau tanpa Hanekawa, aku juga memiliki daya ingat. "Bagaimana menurutmu ?" "Apaan tidak bagus begini." Dinilai tidak bagus pada kesan pertama. Seandainya aku ingin menjadi seorang pelukis, mungkin aku sudah tidak bisa pulih lagi. Tidak bisakah memuji walaupun cuma bohong ? "Jangan bilang tidak bagus ah. Begini-begini dengan susah payah aku ingin menggambar menirunya loh. Walau mungkin garisnya kelihatan sedikit bengkok, bentuknya benar-benar seperti ini." "Bukannya begitu. Jangan cuma gambar batunya saja, kuil kecil dan altarnya juga." "Huuh ? tapi———" "Sudahlah." Didesak tanpa alasan, dengan enggan kulakukan seperti yang dikatakan. Yah, menambahkan gambar kuil kecil dan altarnya bukanlah pekerjaan besar———karena bukan bangunan dengan bentuk sedemikian kompleks. Sedangkan kuil kecilnya, karena tidak ada ungkapan lain, hanya untuk mengungkapkannya seperti itu kupilih simpel, atau lebih cocok seperti balok mainan, jika tidak dipaku. "Hemm. Kalau bentuknya seperti ini bagaimana ? Kuil kecilnya." "Ya———cuma" Semuanya selesai digambar, kataku. Aku mulai menunjukkan semangat pelayanan apakah perlu latar belakangnya digambar juga, tapi kuputuskan untuk tidak berlebihan. "Mengenai altarnya, bagaimana ya, bentuknya biasa saja, kesan yang kutangkap hanya meja kecil yang diletakkan sesajen saja, tapi jika dikatakan mengenai bentuk kuil kecil ini, ada perasaan seperti meniru sesuatu walaupun jelek." "Heeh ?" Sembari melihat baik-baik catatan yang kuserahkan, Oshino menanggapi kata-kataku. "Pernah melihatnya sebagai kuil di suatu tempatkah...... ataukah melihatnya sebagai ''jizousama'' di jalan atau ''dousojin'', aku tidak tahu...... bentuk kuil kecil itu sendiri, serasa pernah mengingatnya." "Oi oi. Katakan yang tadi jika kau tahu macam-macam. Ataukah untuk memamerkan keterpelajaranmu, kau ingin menggunakan senjata rahasia ?" Kata Oshino sambil menyeringai. Daripada mencela, nada bicaranya jelas mengejek. "Tidak, hanya samar-samar menurutku, sekarang, ketika menggambarnya ke gambar ini, serasa mencapai kesadaran untuk pertama kalinya. Itu artinya———" Sepertinya berkat kau menyuruhku menggambarnya aku jadi teringat kembali, hampir kukatakan demikian lalu lekas-lekas kuhentikan. Kurasa akan dimintai biaya jika mengatakan kata-kata sembarangan seperti 'disuruh' atau 'berkat'———tidak, walaupun sebenarnya Oshino bukan orang kikir yang setamak itu menurutku. Sebab setelah bicara soal uang, aku jadi langsung waspada. Terlepas dari itu. "———anu, tapi masih belum bisa mengingatnya secara jelas. Entah merasa pernah melihatnya di suatu tempat, ataukah bukan pertama kali ini melihatnya...... Oshino, kalau kau tahu kah ? Jika kuil kecil itu meniru semacam sesuatu———" "......nah, aku tidak bisa berkata aku tahu. Tapi." Tapi, setelah mengatakan itu Oshino diam dan mengembalikan catatan padaku. Karya besar yang telah kugambar dengan susah payah, walaupun terasa sepi menyelesaikan tugas ini kurang dari lima menit, di sini bukanlah tempat untuk mengomentari kemampuan menggambarku. "Tapi apa ? Jangan mulai berbicara kemudian berhenti———jika kau memiliki semacam petunjuk, segera beri tahu aku." Meski tujuanku adalah ingin menekannya secara rasional sampai akhir, tapi karya besar yang sepertinya sudah tidak berguna lagi, bisa dikatakan 'menyuruh orang yang tidak punya harga diri menggambar, sebegitukah tanggapannya' ketidakpuasan itu merembes keluar, hasilnya gaya bicaraku jadi sedikit kasar. Pada tanggapanku yang seperti itu, dengan perasaan tidak peduli Oshino mengelak, "Hahhaa. Semangat sekali Araragi. Ada sesuatu yang baik kah ?" Hanya itu jawabnya. "Ngomong-ngomong, aku ingin mendengar pemikiranmu. Aku sangat ingin mendengar pendapat Araragi yang terpelajar. Bagaimana kau menangkap masalah ini ?" "Bagaimana ya...... mmm, seperti yang kau katakan secara sepintas tadi, rasanya meski ada 'cerita hantu sekolah' pun, menurutku sulit menentukan apakah ini termasuk cerita kaii atau tidak" "Hee. Jadi artinya ?" "Err, ini akan menjadi tafsiran yang realistis dan tidak menarik, dengan kata lain, seseorang, walau aku tidak tahu siapa, seseorang telah menyembah batu yang jatuh di petak bunga itu seperti demikian layaknya dewa———tapi, jika manusia tidak membuatnya, kuil kecil itu tidak akan muncul kan ?" "Jika vampir mungkin saja mewujudkannya." Oshino menatap gadis kecil berambut pirang di pojok kelas. Yah, tentu ada pengecualian seperti itu. "Tapi, kuil kecil itu jelas hasil pekerjaan manusia. Begitu menurutku. Yah, walaupun aku tidak bisa mengatakannya seratus persen......" "Hmmm" "Jadi, dalam situasi ini seseorang, dalam bentuk jamak, maksudnya sejumlah siswa yang tak tentu banyaknya, membantuk semacam grup agama atau kepercayaan kecil lalu menjadikan batu itu benda yang disembah...... perasaan seperti itu?" Meski aku tidak mampu mengatakannya dengan bagus, juga susah mengungkapkan letak persoalan pada masalah ini, dalam sekolah lahir kepercayaan aneh, jadi memang menakutkan. Biasanya menakutkan. "Tapi kepercayaan itu bebas. Dijamin oleh undang-undang." "Nah, itu sudah pasti———tapi situasi kali ini, menurut kesaksian Hanekawa jelas bahwa batu yang dipuja itu cuma batu biasa hanya sampai dua tahun lalu———jika dipikir begitu, bukannya terasa sedikit menjijikkan ?" Pada SMA Naoetsu yang hanya memiliki sejarah selama delapan belas tahun, bertentangan dengan tidak adanya 'cerita hantu', batu yang sepertinya mendapat kepercayaan, yang cuma batu di tepi jalan sampai dua tahun lalu, entah bagaimana sulit diterima. Begitulah yang kurasakan. "Cerita kaii itu tidak harus selalu memerlukan asal-usul atau sejarah———kaii yang baru pun, satu demi satu terlahir karena diciptakan." "Itu menjijikan, semacam niat jahat yang menjerat, begitu menjijikannya menurutku. Kurasa Hanekawa mengkhawatirkan itu. Dengan kata lain, seseorang telah memalsukan kepercayaan, memalsukan benda yang disembah, dan menipu banyak siswa kan ?———" "Menipu ?" Kata Oshino. "Menipu, maksudnya merampok kue murahan ?" "...... tidak, bagaimana yah." "Jika menipu, bendanya akan lebih terlihat pantas menipu———meski aku belum melihatnya secara langsung, sekedar melihat gambaran jelek Araragi, bangunan kuil kecil itu mungkin sama jeleknya. Kurang lebih sama jeleknya dengan gambarnya kan." "Oshino. Aku pun mengerti jika aku sendiri lemah dalam bidang itu, tapi jika dikatakan begitu oleh seseorang bukannya akan menyakitinya ?" Jangan mengatakan karena aku yang menggambarnya, kuil kecil yang jelek itu jadi kelihatan semakin jelek. "Seandainya memang untuk menipu seseorang, tentu akan membuat kuil kecil yang lebih bagus kan ? Dengan merapikan desainnya, orang bisa tertipu———kata temanku." "Bukannya kamu tidak punya teman ?" "Yep. Mungkin bukan teman." Kukira aku akan menyakitinya balik dengan mengatakan itu, tapi bukannya tersakiti, Oshino malahan hanya tertawa senang. Entah bagaimana keadaan mentalnya. Suatu teka-teki. "Apalagi dalam situasi orang itu, ada kemungkinan hal itu cuma kebohongan. Yah, biarpun begitu, bagaimana kesanmu Araragi ?" "Yah, tentu......begitulah adanya. Jika menipu, tidak mungkin membuatnya seperti hasil pekerjaan anak-anak itu. Jika aku tidak bisa membuatnya sendiri, seharusnya aku bisa memesannya dari luar. Jika demikian, setingkat kepercayaan sungguhan kah ? Adakah aliran yang mengharuskan membuat kuil kecil sendiri meski jelek. Hmmmm, tapi biar dikatakan ada kebebasan untuk memilih kepercayaan pun, kepercayaan aneh yang bermula dari dalam sekolah itu sedikit......" Terlebih lagi dalam situasi ini, masih terdapat keraguan apakah batu yang dipercaya termasuk seperti melakukan apapun karena pilihannya sendiri. Tapi beda halnya dengan batu permata......atau mungkin meski aku dan Hanekawa hanya tidak merasakannya, mungkinkah batu itu sebenarnya ''power stone'' yang sangat hebat ? "Jika memang ''power stone'', Araragi yang sekarang harusnya bisa merasakan sesuatu kan———mm. Nah Araragi. Sampaikan ini pada mbak ketua. Seandainya gadis itu, harusnya ia bisa mengerti segalanya." Oshino, Oshino yang biasanya menyeringai, entah mengapa———disini, menunjukkan padaku wajah yang menampakkan keadaan hati yang senang dan berkata. Segera setelah melakukan penyelidikan 'kisah hantu sekolah', "''Bagaimana jika memeriksa kurikulum SMA Naoetsu sekarang''——— begitu. Bagaimana pun juga, karena kewajiban pelajar adalah belajar."
Summary:
Please note that all contributions to Baka-Tsuki are considered to be released under the TLG Translation Common Agreement v.0.4.1 (see
Baka-Tsuki:Copyrights
for details). If you do not want your writing to be edited mercilessly and redistributed at will, then do not submit it here.
You are also promising us that you wrote this yourself, or copied it from a public domain or similar free resource.
Do not submit copyrighted work without permission!
To protect the wiki against automated edit spam, please solve the following captcha:
Cancel
Editing help
(opens in new window)
Navigation menu
Personal tools
English
Not logged in
Talk
Contributions
Create account
Log in
Namespaces
Page
Discussion
English
Views
Read
Edit
View history
More
Search
Navigation
Charter of Guidance
Project Presentation
Recent Changes
Categories
Quick Links
About Baka-Tsuki
Getting Started
Rules & Guidelines
IRC: #Baka-Tsuki
Discord server
Annex
MAIN PROJECTS
Alternative Languages
Teaser Projects
Web Novel Projects
Audio Novel Project
Network
Forum
Facebook
Twitter
IRC: #Baka-Tsuki
Discord
Youtube
Completed Series
Baka to test to shoukanjuu
Chrome Shelled Regios
Clash of Hexennacht
Cube × Cursed × Curious
Fate/Zero
Hello, Hello and Hello
Hikaru ga Chikyuu ni Itakoro......
Kamisama no Memochou
Kamisu Reina Series
Leviathan of the Covenant
Magika no Kenshi to Basileus
Masou Gakuen HxH
Maou na Ore to Fushihime no Yubiwa
Owari no Chronicle
Seirei Tsukai no Blade Dance
Silver Cross and Draculea
A Simple Survey
Ultimate Antihero
The Zashiki Warashi of Intellectual Village
One-shots
Amaryllis in the Ice Country
(The) Circumstances Leading to Waltraute's Marriage
Gekkou
Iris on Rainy Days
Mimizuku to Yoru no Ou
Tabi ni Deyou, Horobiyuku Sekai no Hate Made
Tada, Sore Dake de Yokattan Desu
The World God Only Knows
Tosho Meikyuu
Up-to-Date (Within 1 Volume)
Heavy Object
Hyouka
I'm a High School Boy and a Bestselling Light Novel author, strangled by my female classmate who is my junior and a voice actress
The Unexplored Summon://Blood-Sign
Toaru Majutsu no Index: Genesis Testament
Regularly Updated
City Series
Kyoukai Senjou no Horizon
Visual Novels
Anniversary no Kuni no Alice
Fate/Stay Night
Tomoyo After
White Album 2
Original Light Novels
Ancient Magic Arc
Dantega
Daybreak on Hyperion
The Longing Of Shiina Ryo
Mother of Learning
The Devil's Spice
Tools
What links here
Related changes
Special pages
Page information