Editing
Zero no Tsukaima ~ Indonesian Version:Volume5 Bab2
(section)
Jump to navigation
Jump to search
Warning:
You are not logged in. Your IP address will be publicly visible if you make any edits. If you
log in
or
create an account
, your edits will be attributed to your username, along with other benefits.
Anti-spam check. Do
not
fill this in!
===Bagian 3=== Pesta dansa penyambutan bagi siswa baru diadakan pada akhir minggu kedua, minggu Heimdallr, bulan Ur. Karena tajuk utama pesta ini adalah siswa baru, kakak-kakak kelas menghiasi aula dan menghibur para siswa baru sebagai tuan rumah.Meja-meja terisi hidangan yang khusus dipersiapkan untuk menyambut perut siwa-siswa baru. Kakak-kakak kelas yang berpakaian istimewa tengah mendiskusikan adik-adik kelas mana saja yang akan diundang berdansa.Tak perlu dikatakan lagi bahwa orang yang paling menarik perhatian adalah si siswa asing dari Germania, Kirche.Pada dasarnya, para siswa baru masih tak terbiasa dengan kegiatan sosial, jadi gerakan dansa, atau rasa keindahan mereka masih rendah, shingga mereka belum pantas jadi rekan dansa para kakak kelas. Namun, siswa Germania ini, yang sangat "hidup" dalam sektor sosial pada seluruh aspek adalah kasus lain. Dia memiliki daya tarik seks yang kuat, kecantikannya menyerupai sepetik bunga yang mengeluarkan bau nektar nan manis. Topik obrolan siswa-siswa senior terfokus pada siapa yang bakal mengundang siswi baru ini untuk berdansa.Dan, saat Kirche -yang mengenakan gaun hitam nan seksi yang menonjolkan dada mekarnya, rambutnya ditata menjadi gaya yang terkenal di jalalanan, dan mengenakan kalung Rubi yang menyimbolkan sedikit panas-muncul, seluruh lelaki di sana berdesah emosional. Desahan menyebar bagai riak, dan dalam sesaat, Kirche telah menangkap mata seluruh orang di sana.Begitu melihat penampilan Kirche, wanita-wanita lainnya disana membuang pandangan mereka, dan mulai mencari-cari kesalahan pada pakaian dan gaya rambutnya. Ini karena keadaan dimana seorang wanita sing menarik seluruh perhatian membuat mereka tak senang.Para lelaki senior mengelilingi Kirche, semuanya mencoba mengundangnya berdansa. Kirche menunjukkan wajah bangga, dan menyipitkan matanya seperti seorang ratu yang sombong.Begitu Kirche mengambil gelas anggur, akan ada seseorang yang menuangkkan anggur untuknya. kapapnpun dia menggigit sepotong keju, akan ada seseorang yang membawanya sebuah piring dengan daging. Jika dai bercanda, semuanya akan tertawa sepenuh hati. Tiap gerakan Kirche menarik mata semua orang disana.Musik telah dimulai. Kirche memilih seorang bangsawan sebagai rekan dansanya. Dia siswa tahun kedua nan tinggi dan tampan. Si tampan ini menunjukkan sebuah senyuman seperti patung nan sempurna, dan mencium punggung tangan Kirche yang diulurkan padanya. Siapapun bisa berkata dengan mudah bahwa keduanya adalah sorotan hari ini.Ada sekelompok orang di kursi mereka di tempat yang agak jauh, menonton ini dengan mata sedingin es.Mereka adalah orang-orang yang hendak membalas dendam pada Kirche dan Tabitha. Salah satu dari mereka, yang menyembunyikan cinta untuk siswa tahun kedua yang tampan itu, menggigit sapu tangannya dan menggeleng-gelengkan kepalanya karena marah."Ah~~Apa itu! Berani-beraninya dia mendekati Pellison-sama..."Ucap Thonet Charante pelan, pemimpin kelompok pendendam ini, sambil menyibakkan rambut abu-abunya."Lihat saja. Kami akan mempermalukanmu tepat dihadapan semuanya..."Setelahnya, dia mengirimkan sebuah sinyal pada De Lorraine. Dia sedang bersembunyi di belakang tirai pada sudut aula, menunggu-nunggu saat ini tiba.Dia mengikuti skenario yang dia latih sebelumnya, dan mulai melantunkan sebuah mantra sambil menunjuk tongkatnya pada Kirche.Kirche tengah berpegangan pada seorang siswa tahun kedua dan berjalan kedalam aula, saat tiba-tiba, sebuah topan kecil menyelimuti tubuhnya."Apa ini?"Sebelum dia menyelesaikan kalimatnya, topan itu mulai berputar dan berpilin, membuat gaunnya terlilit."Huh? Oh?"Pisau angin nan kcil dan tak terhitung banyaknya memotong rok dan pakaian dalam Kirche, merobek mereka jadi serpihan."Waaaaahhhhhhhhhhhhhhh!"Yang menjerit bukan Kirche, tapi seorang gadis yang berdiri di dekatnya. Selain dari sepatu di kakinya, Kirche bagaijkan seorang yang baru lahir, mematung berdiri di pusat aula, telanjang.Siswa tahun kedua yang seharusnya bersama Kirche mendapat mimisan, dan ambruk setelah kehilangan sekolam darah, Seluruh lelaki disana, termasuk para guru, semuanya menatap lurus pada Kirche, bagaikan menelannya bulat-bulat. Sedangkan par wanita yang tak senang dengan Kirche, meski mereka mengeluarkan sesuatu mirip desahan kasihan para kejadian tiba-tiba ini, mereka tetawa dalam hati, merasakan perasaan tak senang mereka teralirkan.Namun...Kirche tak panik karena kecelakaan tak beruntung ini, dan malah, membawakan sikap ratunya disitu.Dia tak menutupi tubuh berwarna perunggunya, yang memberikan daya tarik liar, sama sekali. Dia berjalan ke arah dinding, terlihat sangat alami, dan duduk di sofa disana.dan dibawah tatapan siswa-siswa, dia menyilangkan kaki, bergumam seperti "sekarang lebih sejuk". Pada saat ini, sang tersangka, De Lorraine bersikap biasa dan berjalan kesana."Bencana yang luar boiasa." katanya sambil memberikan jubahnya pada Kirche."Siapa sih...yang melakukan ini..."kata De Lorraine, membuang pandangannya dari tubuh Kirche yang sangat dibanggakan. Dia tak bisa menolong wajahnya yang memerah."Pada dasarnya aku bisa agak-agak menebak siapa."Kirche menatap sekelompok gadis di sudut jauh. Mereka melihat ke arah sni, menyeringai sambil saling berbisik.De Lorraine menempatkan mulutnya di sisi telinga Kirche."Erm...aku melihats eseorang yangs epertinya pelaku di bayang-bayang tirai..."Kirche menggunakan mata penuh curiga untuk menatap De Lorraine."Oh...Benarkah?""Ya. Jika aku mengatakan padamu siapa itu, apa kau akan kencan denganku?"De Lorraine mengulangi naskah yang disiapkan sebelumnya. Kebanyakan karena Thonet Charente berargumen sangat kuat bahwa, dengan menanyakan ini, Kirche sepertinya lebih bakal percaya pada apa yang akan dikataknnya.Kirche mempelajari De Lorraine perlahan-lahan. Dia memiliki wajah yang terlihat rada kaku...Dia termasuk jenis yang. meski pede dengan pelajaran dan sihir mereka, mutlak tak tahu soal hubungan pria-wanita. Sepertinya dia mungkin secara rahasia jatuh cinta padanya?Kirche memberikan senyuman nan menawan. Merendahkannya, dia berpikir sendiri: Apa ini? jadi orang ini hanya pengagum rahasia diriku yang lain. Untuk orang-orang yang sangat-sangat narsistik, mata mereka yang seharusnya melihat kebenaran cenderung mudah dibatakan dengan mudah juga."Pasti, jadi ceritakan padaku."De Lorraine menceritakannya kepada Kiche dengan pelan."...pelakunya gadis yang kecil. Dia tengah memandangmu dan mengayunkan tongkatnya, jadi kupikir pasti dia.""Jadi, siapa dia?""Aku tak dapat melihat wajahnya dengan jelas."De Lorraine tampak malu begitu dia menambahkan."Yeah, setelahnya, perhatianku tertuju padamu, dengan gaunmu yanhg menjadi sepihan kain. Adalah setelah itu kupikir ia mungkin pelaku semua ini. Tapi saat aku menoleh lagi, dia tak lagi disana.""Oh...Apakah ada sesuatu padamu yang bisa bertindak sebagai bukti?"De Lorraine mengambil sehelai rambut dari kantongnya. Sehelai rambut biru."Warna ramhbut ini sangat tak biasa.""Yang memiliki rambut dnegan warna itu seharusnya tak banyak."De Lorraine mengangguk."Terima kasih, kupikir aku tahu siapa dia."Kirche mengatakannya begitu pelan, memandang sekitarnya dan...matanya berhenti pada seorang gadis kecil yang memakai kacamata. Anak itu, namanya Tabitha kan?De Lorraine, yang kini berdiri disebelahku, bukankah dia pernah bertarung dengannya? Karena Kirche tak tertarik dengan hals emacam ini, dia hanya mendengarkan sedikit dari apa yang terjadi."Bukankah kau pernah bertarung dengannya?""Ya." angguk De Lorraine. "Meski memalukan, aku kalah sangat telak.""Begitu yang kedengar. Alasan pertarungannya?""Karena dia sangat tak hormat padaku, aku berkata: 'Aku berandai-andai bagaimana ibumu.' Seperti yang kau tahu, gadis itu punya nama yang aneh kan? Diapasti menyembynyikan kelahiran yang memalukan. Tepat saat aku mengatakannya, dia tiba-tiba bertindak, itulah mengapa aku kalah darinya."De Lorraine berdusta.Kirche memiringkan kepalanya dan berpikir soal itu.Kirche mengoloknya sedikit saat upacara masuk , apa mungkin itu alasannya? lagipula, dia tampaknya mengolok nama Tabitha sebelumnya.Dia menyipitkan matanya dan menatap Tabitha, wajahnya menunjukkan sebuah senyum dingin.Melihat ini, De Lorraine berfikir bahwa rencananya tampak berjalan mulus, dia tak bisa menolong dirinya yang menyeringai dalam hati.Kirche tampaknya teryakinkan...Tabitha menyimpan dendam padanya karena mengolok namanya, dan ingin membalas dendam.Alasan Thonet Charente menyuguhkan ide ini pada De Lorraine adalah akrena dia ingat bahwa sebelumnya pernah ada gesekan antara Kirche dan tabitha selama upacara masuk, jadi dia menggunakannya untuk rencana ini.Pagi setelahnya...Kirche berjalan masuk kelas dan duduk di sebelah Tabitha. Tabitha sendiri membaca bukunya tanpa bergerak. Kirche mengambil inisiatif dan merebut bukunya.Tabitha memandang pada Kirche, mata biru itu yang tetap tak memperbolehkan orang lain mendeteksi emosi apapun di dalamnya bersinar dengan cahaya yang nyata."Kau...cara balas dendam yang kau dapat benar-benar cerdas."Tabitha tak menjawab."Apakah sebegitu tak termaafkannya untuk mempermainka namamu?"Tabitha memiringkan kepalanya, memandangi Kirche, dia tampak tak mengerti bahwa Kirche menceritakan kejadian itu.Kirche melemparkan serpihan-serpihan gaunnya pada Tabitha."Ini sangat mahal."Tabitha menggunakan jarinya untuk menggosok kain tersebut, dan memandanginya sebentar."Aku ingin kau menderita penghinaan yang sama, apa kau menerimanya?"Tabitha menggelengkan kepalanya, bagaikan mengatakan "Aku tak mengerti apa yang kau katakan.""Berhentilah berpura-pura, kau ahli sihir "angin" kan? Aku aslinya benci angin, tapi kini aku semakin membencinya. Seseorang sepertimu, yang mengyelinap ke sudut gelap untuk melepaskan sebuah topan...Itu sangat mengganggu!""Itu bukan aku."Dengan keadaan yang sudah begini, Tabitha akhirnya buka mulut."Sekarang sudah sampai segininya, dan kau masih ingin bersikap tak bersalah?"Rambut Kirche menari bagai api. Dia menunjukkan senyum tak terpaksa dan mengatakan dengan nada tenang."Ingat ini, seharusnya tak perlu waktu lama bagiku untuk membuatmu mengingatnya."Dengan itu, Kirche bangkit dan berjalan kembali ke kursinya.Thonet Charante dan De Lorraine menyelinap dan bersembunyi di salah satu sudut kelas untuk menguping pembicaraan mereka; setelahnya, mereka bertukar pandang, dan diam-diam tersenyum.Mereka memicu bagian kedua rencana mereka dengan sangat cepat.Setelah sekolah hari itu, Tabitha kembali ke rumahnya, hanya untuk menemukannya dalam keadaan mengerikan. Kamarnya terisi bau dan buku terbakar, yang selama ini merupakan satu-satunya teman Tabitha, dan lemari buku untuk menyimpan mereka terbakar seluruhnya menjadi abu. Tabitha mengambil sisa-sisa dari salah satu buku yang terbakar. Halaman di dalamnya terbakar menjadi abu, dan terbang ke bawah, jatuh ke lantai.Tabitha menggigit bibir keras-keras. Dia menggunakan mata tak bernyawanya untuk melihat sekeliling, dan menemukan sehelai rambut yang jatuh ke kasurnya. Dia mengambilnya dan dengan lampu kerosen dalam kamarnya, dia melihat rambut merah panjang yang bersinar dengan nafsu.Deidalam mata biru Tabitha, sebuah angin dingin nan keras mulai berhembus.Pada larut malam, ada sebuah ketukan di pintu Kirche.Kirche sangat marah soal menyajikan tubuhnya secara gratis di pesta untuk dikagumi seluruh siswa dan guru di sekolah, dia menanyai orang diluar: Siapa?""Ini aku."Itu suara Tabitha. Sisi bibir Kirche terangkat dengan sikap tegas, menampakkan senyum kejam yang takkan pernah ditunjukkan kepada orang lain. Dia membuka pintu kamarnya.Tabitha yang memegang tongkat besar di tangannya berdiri di luar."Kau akhirnya ingin menyelesaikan segalanya sekali ini dan untuk selamanya?"tanya Kirche, sambil melihat gadis ini yang tingginya hanya sedada dia dari atas. Tabitha tak menjawab, dan hanya menggunakan mata dinginnya untuk menatap Kirche.Matanya memberikan jawaban yang jelas pada pertanyaan Kirche."Tempat?"Kirche bertanya sekali lagi."Dimanapun bisa.""Waktu?""Sekarang.""Bagus."Kirche mengambil tongkatnya, dan berjalan pergi sebelum Tabitha.di pusat Lapangan Vestri yang jarang ada orang bahkan di siang hari, Kirche dan Tabitha membalikkan badan untuk saling berhadapan. Sepertinya hanya bulan yang menjadi hadirin mereka.Namun...Ada penonton lainnya yang bersembunyi di belakang semak-semak ataupun dalam bayang-bayang menara. Mereka adalah De Lorraine, dan gadis-gadis yang mencari balas dendam, dengan Thonet Charante sebagai pemimpin mereka. Dan Thonet Charante adalah pelaku yang menyelinap ke kamar Tabitha dan membakar lemari bukunya.Mereka berpuas diri atas kesuksesan rencana mereka. Mereka ingin melihat hasil akhir, jadi mereka menyelinap kesini, sembunyi-sembunyi, di belakang Tabitha dan Kirche.Kegelapan diam-diam menyelimuti udara dingin nan lembab di malam musim semi.Tabitha mengangkat tongkat ke hadapannya."Pertama-tama, aku ingin meminta maaf. Terkait soal menghina namamu...aku tak punya niat buruk. Sebagaimana yang kau lihat, ini hanya kepribadianku~aku cenderung secara tak sengaja membuat marah orang lain." Tabitha menempatkan tongkat besarnya menghadap tanah, dan bersiap melantunkan mantra kapapnpun jua."Tapi, aku tak pernah mengira kau akan membuatku merasakan penghinaan seperti itu, jadi aku takkan main-main denganmu."namun, Kirche menyadari bahwa Tabitha masih sangat kecil. Meski dia benar-benar marah, tapi untuk bertarung dengan gadis sekecil dia...Apa ini benar? Kecamuk kecil ini muncul sayup-sayup di hatinya."Jangan ambil aku sebagai penggoda biasa dan meremehkan kemampuanku. Aku adalah Zon Verbst dari Germania, kau sudah mendengarnya, kan?"Tabitha mengangguk."Maka kau seharusnya tahu isu-siu soal keluargaku di medan perang. Keluargaku ramai dan bebas bagai api, tapi tidak hanya itu. Kami akan dengan gembira dan bebas membakar apapun menjadi abu. Dan tidak hanya musuh kami...bahkan pihak kami sendiri yang tak mematuhi kami."Tabitha memandangi Kirche tanpa gerak, wajahnya tampak berkata: "Terus kenapa?""Hal yang paling kubanggakan adalah api Zerbst yang mengalir dalam tubuhku. Jadi selama ada sesuatu yang menghalangi jalanku, tak peduli apapun itu, aku akan membakarnya jadi abu. Bahkan bila itu adalah raja kami...Atau seorang anak, mereka semua sama."Tabitha mulai melantunkan mantra. Sepertinya ancaman Kirche tak berefek apapun pada Tabitha."Aku sudah memperingatkanmu."Kirche mengayunkan tongkatnya. Karena beratnya latihan militer yang diterimanya, saat dia serius, kecepatan lantunnya lebih cepat dari siapapun.dari ujung tongkatnya, muncul bola api, bukan yang biasa dari ukuran maupun kekuatannya, dan terbang menuju Tabitha. Tabitha merubah mantranya seketika, membuat sebuah tembok es tepat dihadapannya.Sebuah tembok es tebal menahan bola api Kirche...dan meleleh jadi air. Tapi tembok es ini tak mampu sepenuhnya menahan bola api Kirche, menyebabkan rambut Tabitha terbakar oleh pecahan api.Tabitha melompat ke belakang dan berubah dari bertahan menjadi menyerang. Dia membuat uap air di udara berkondensasi jadi es, dan mengirimkan panah es pada Kirche dari seluruh arah. Dia juga serius, dibandingkan dengan saat dia memaku De Lorraine ke tembok, kini jumlah panah esnya tiga kali lebih banyak...semua langsung menuju Kirche.Kirche mengayunkan tongkatnya. Api berputar menyelimuti tubuhnya, menyalut panah es nan tajam, dan melelehkan mereka sepenuhnya. Tapi salah satu panah es yang belum meleleh sepenuhnya menggesek pipinya.Setetes darah segar menetes dari pipi Kirche.Namun...Baik Kirche maupun Tabitha berhenti setelah itu...Serangan dari kedua belah pihak diakhiri disana.Keduanya menurunkan tongkat mereka, dan saling menatap.Kirche menggunakan lidahnya untuk menjilat darah yang mengalir dari pipinya.Tabitha juga menggunakan tangannya untuk memeriksa rambutnya yang terbakar.De Lorraine yang tengah bersembunyi di semak-semak menanyai Thonet Charante yang berada di sampingnya, yang tengah menahan napasnya untuk menyaksikan pertarungan."...Apa yang teengah berlangsung? Apa ini sudah selesa?""...Bagaimana kutahu. Ampun dah, teruskanlah pertarungannya. Belum ada hasilnya, kan?"Mengapa Tabitha dan Kirche berhenti bertarung setelah saling melepaskan satu serangan? De Lorraine dan Thonet Charante tak bisa mengerti alasannya sama sekali."Pusing deh...sepertinya ini memang salah pengertian." kata Kirche, merajuk.Perkataan lepas ini membuat De Lorraine dkk makin bingung. Kini bukan waktunya membuat ceramah yang begitu kepas, kan? Mereka seharusnya bertarung, mempertaruhkan nyawa mereka, kan?Tabitha tampaknya memiliki pendapat yang sama dengan Kirche, dan mengangguk.Setelahnya, dia berjalan mendekati Kirche, dan menyerahkan buku yang terbakar pada Kirche. Kirche melihatnya dengan seksama, menggelengkan kepala, dan berkata."Aku tak melakukan ini."Tabitha mengangkat kepalanya dan memandangi Kirche. Kirche tersenyum tipis, dan menepuk bahunya."walah, kalau ada sesuatu yang kuinginkan, aku akan merampoknya, tapi aturanku adalah 'tidak merebut apa yang paling berharga dari seseorang'."Tabitha membuka mulutnya untuk berkata."Mengapa?""Karena, jika aku merebutnya, akan menyebabkan keadaan dimana aku harus membahayakan nyawaku, bukankah hal semacam itu sangat mengganggu?"Kirche tertawa gembira.Tabitha, dipimpin Kirche, menampakkan senyuman kecil.Kirche tampaknya menyadari senyum itu, dan berkata pada Tabitha."Kau lebih manis bila tersenyum seperti ini."Setelahnya, Kirche mengangkat tongkatnya tinggi-tinggi. Beberapa bola api kecil ditembakkan ke langit seperti kembang api, menerangi sekelilingnya seakan kini pagi.De Lorraine dkk yang bersembunyi dalam gelap langsung terlihat dalam cahaya."Hi! Hiiiiii!""Kalian...Apa yang kalian lakukan disini?""T-tidak, hanya jalan-jalan!""Jalan-jalan? Itu untuk nanti saja. Yap, untuk penghinaan yang kuderita berkat kau...Aku ingin 'membayar'mu."Para gadis dan De Lorraine hendak lari, tapi kaki mereka diikat erat oleh tali angin tabitha.Kirche mendekati De Lorraine yang terjatuh. "M-M-Mengapa!" "Apa kau mencoba bertanya mengapa kami menyadarinya?"De Lorraine mengangguk-angguk berkali-kali seakan dia memiliki kram."Dengarkan baik-baik, apa kau pernah dengar ungkapan 'Yang kuat akan mengenali yang kuat?' Saat kau menjadi 'Kelas segitiga' seperti kami, kau akan bisa mengerti tingkat sihir yang diarahkan padamu. topan yang merobek gaunku di pesta, bila dibandingkan dengan panah es yang digunakan anak ini sekarang, meski mereka sama-sama sihir "angin", kekuatan sihirnya jauh berbeda!" βHi! Hi! Hiiiii!" Mendengar istilah "Penyihir Segitiga", Semua yang terjatuh ke lantai begitu ketakutan sehingga mulai gemetaran. "Aku dan tabitha menyadari kami berdua penyihir segitiga; itulah mengapa kami menurunkan tongkat kami. Jika terbakar oleh apiku, bagaimana mungkin masih ada buku yang mempertahankan bentuk aslinya? Ingat baik-baik, "apiku" akan membakar semuanya 'jadi abu'."De lorraine berusaha bangkit untuk kabur. Tabitha hendak melantunkan sebuah mantra, tapi Kirche menghentikannya."Biarkan aku saja."Tabitha menggelengkan kepalanya."Apaan buku-buku itu! Aku akan menjadi temanmu menggantikan bukumu! Tapi penghinaan diriku...Aku tak bisa mendapatkan gantinya. Jadi, aku akan membalas dendam untukmu juga, tonton sajalah!"Sesuatu yang hangat termanifestasi dalam hati Tabitha. Sejak dia meninggalkan namanya, ini adalah kali pertama seseorang mengatakan sesuatu seperti "menjadi temanmu".Kalimat ini...tampaknya telah membuat badai yang mengamuk dalam hatinya perlahan-lahan meleleh...Tabitha merasakan itu."Aku berutang satu padamu."Tabitha mengatakannya sambil mengangguk.Suaranya begitu lembut...Dia terdengar sedikit malu-malu, dan tampaknya ada sedikit kebahagiaan dalam nadanya. Memiliki seseorang dimana dia bisa berhutang budi, ini membut Tabitha sangat senang tanpa tahu mengapa."Baiklah, kau kini berhutang padaku. Kau sebaiknya membayarnya di masa depan!"Kirche menggunakan suara nan tenang dan sikap khidmat untuk memulai pelantunan mantra. Sebuah bola api terbang kepada De Lorraine dkk, yang tak tahu harus lari kemana.Ratu api mengirimkan lebih banyak bola api secara berurutan, tindakannya tampak seakan dia tengah menari, nadanya seakan dia tengah bernyanyi dengan riang...Semakin Kirche marah, semakin dingin ucapannya, dan semakin tenang sikapnya.
Summary:
Please note that all contributions to Baka-Tsuki are considered to be released under the TLG Translation Common Agreement v.0.4.1 (see
Baka-Tsuki:Copyrights
for details). If you do not want your writing to be edited mercilessly and redistributed at will, then do not submit it here.
You are also promising us that you wrote this yourself, or copied it from a public domain or similar free resource.
Do not submit copyrighted work without permission!
To protect the wiki against automated edit spam, please solve the following captcha:
Cancel
Editing help
(opens in new window)
Navigation menu
Personal tools
English
Not logged in
Talk
Contributions
Create account
Log in
Namespaces
Page
Discussion
English
Views
Read
Edit
View history
More
Search
Navigation
Charter of Guidance
Project Presentation
Recent Changes
Categories
Quick Links
About Baka-Tsuki
Getting Started
Rules & Guidelines
IRC: #Baka-Tsuki
Discord server
Annex
MAIN PROJECTS
Alternative Languages
Teaser Projects
Web Novel Projects
Audio Novel Project
Network
Forum
Facebook
Twitter
IRC: #Baka-Tsuki
Discord
Youtube
Completed Series
Baka to test to shoukanjuu
Chrome Shelled Regios
Clash of Hexennacht
Cube Γ Cursed Γ Curious
Fate/Zero
Hello, Hello and Hello
Hikaru ga Chikyuu ni Itakoro......
Kamisama no Memochou
Kamisu Reina Series
Leviathan of the Covenant
Magika no Kenshi to Basileus
Masou Gakuen HxH
Maou na Ore to Fushihime no Yubiwa
Owari no Chronicle
Seirei Tsukai no Blade Dance
Silver Cross and Draculea
A Simple Survey
Ultimate Antihero
The Zashiki Warashi of Intellectual Village
One-shots
Amaryllis in the Ice Country
(The) Circumstances Leading to Waltraute's Marriage
Gekkou
Iris on Rainy Days
Mimizuku to Yoru no Ou
Tabi ni Deyou, Horobiyuku Sekai no Hate Made
Tada, Sore Dake de Yokattan Desu
The World God Only Knows
Tosho Meikyuu
Up-to-Date (Within 1 Volume)
Heavy Object
Hyouka
I'm a High School Boy and a Bestselling Light Novel author, strangled by my female classmate who is my junior and a voice actress
The Unexplored Summon://Blood-Sign
Toaru Majutsu no Index: Genesis Testament
Regularly Updated
City Series
Kyoukai Senjou no Horizon
Visual Novels
Anniversary no Kuni no Alice
Fate/Stay Night
Tomoyo After
White Album 2
Original Light Novels
Ancient Magic Arc
Dantega
Daybreak on Hyperion
The Longing Of Shiina Ryo
Mother of Learning
The Devil's Spice
Tools
What links here
Related changes
Special pages
Page information