Editing
Date A Live (Indonesia):Jilid 1 Bab 2
(section)
Jump to navigation
Jump to search
Warning:
You are not logged in. Your IP address will be publicly visible if you make any edits. If you
log in
or
create an account
, your edits will be attributed to your username, along with other benefits.
Anti-spam check. Do
not
fill this in!
===Bagian 4=== “—Jadi, yang di sini adalah monster yang kami sebut ''Spirit'', dan yang ini adalah AST. Mereka adalah Anti Spirit Team dari Angkatan Darat Bela Diri Jepang. Kau sudah melibatkan diri ke situasi yang cukup mengkhawatirkan, tahu? Kalau kami tidak menjemputmu, kau mungkin sudah mati dua atau tiga kali. Jadi, menuju hal berikutnya—” "Se-sebentar!" Shidou mengeraskan suaranya, mencoba menahan Kotori yang telah memulai penjelasan kilatnya. “Ada apa? Setelah semua kerepotan yang komandan ini lalui untuk memberikan penjelasan langsung padamu. Kalau kau mau menangis, lakukanlah dengan sedikit lebih terhormat. Karena sudah seperti ini, aku setidaknya dapat memberikanmu perlakuan spesial untuk menjilat bawah kakiku.” Sedikit mengangkat dagunya, dengan tatapan yang sepertinya merendahkan Shidou, sungai dampratan yang tidak-seperti-Kotori mengalir keluar dari mulutnya. “Be-benarkah!?” Suara penuh kegembiraan tersebut datang dari yang berdiri di samping Kotori, Kannazuki. Kotori langsung menjawab “bukan kau” dan menyikut ulu hatinya. “Gah...!” Menonton perbincangan tersebut, Shidou membuka mulutnya dalam keterkejutan. “...Ko-Kotori... Itu kau? Kau baik-baik saja?” “Ara, apa kau lupa wajah adikmu sendiri, <u>Shidou</u>? Aku tahu kau payah dalam mengingat, tapi aku tidak sampai mengira akan separah ini. Mungkin ide bagus untuk memesan tempat di rumah pensiunan sekarang juga.” Setitik peluh mengaliri wajah Shidou. Ia mencubit pipinya. Sakit. Imouto Shidou yang cantik tidak seharusnya berhenti memanggilnya ‘onii-chan’. Menggaruk belakang kepalanya, Shidou berbicara dengan suara kebingungan. “...entah kenapa, aku sangat bingung seolah-olah isi kepalaku sudah menjadi ''Crocodile Panic''<ref>Mesin game ''arcade'' di mana pemain memukul kepala buaya-buaya yang keluar dari lubang-lubang yang ada.</ref>. Apa yang sebenarnya terjadi? Selain itu, di mana aku? Siapa orang-orang ini? Dan juga—” Kotori, mengangguk “oke, oke”, mengangkat telapak tangannya dan menghentikan Shidou. “Tenanglah. Kalau aku tidak bisa mengerti apa yang kau katakan, bagaimana bisa aku menjawabnya.” Sambil mengatakan ini, Kotori menunjuk layar di ''bridge''. Di sana, gadis berambut hitam yang Shidou temui sebelumnya, juga orang-orang berbalut ''armor'' mekanik, sedang ditampilkan. “Uhmm... kau bilang... ''Spirit''?” Shidou bertanya sambil menggaruk pipinya. Ia mengingat kata yang Kotori gunakan di penjelasannya sebelumnya. Muncul begitu saja di dunia, monster yang tak dikenal asal-usulnya. “Ya. Dia adalah makhluk yang aslinya tidak berasal dari dunia ini. Hanya dengan muncul di dunia ini saja, tanpa kemauannya atau semacam itu, daerah sekitarnya akan tersapu habis.” Dengan suara bang, Kotori menyatukan kedua tangannya, kemudian membukanya, menggambarkan sebuah ledakan. Shidou menggerenyit, tangannya masih berada di pipinya. “...maaf, hal ini sedikit terlalu luas jadi sulit aku mengertinya.” Mendengar ini, Kotori mengangkat bahunya, “kau masih belum mengerti setelah semua ini?”, dan mengeluh. “Apa yang kubicarakan adalah ''spacequake'', atau lebih tepatnya fenomena yang kita sebut demikian, adalah buah dari kedatangan ''Spirit'' seperti gadis tersebut di dunia kita.” “Ap...” Shidou tanpa sadar mengernyitkan alisnya. Gempa di ruang terbuka. ''Spacequake''. Fenomena yang sangat tidak masuk akal yang menggerogoti kehidupan manusia, menggerogoti dunia. Dan alasan dibaliknya, adalah karena gadis itu—? “Yah... skala kehancurannya bervariasi. Bisa sebatas beberapa meter saja, atau bisa sebesar—kira-kira sampai taraf membuat lubang raksasa di benua.” Kotori membuat lingkaran besar dengan tangannya. Dia mungkin sedang berbicara mengenai ''spacequake'' pertama tiga puluh tahun lalu—yang dikenal dengan sebutan Bencana Langit Eurasia. “Keberuntungan sedang ada di sisimu, Shidou. Kalau saja skala ledakan kali ini sedikit lebih besar, kau mungkin sudah terhempas seketika.” “...” Seperti yang dia katakan. Bahkan sekarang, tubuh Shidou meringkuk ketakutan. Melihat Shidou seperti ini, Kotori setengah memejamkan matanya. “Dan lagipula, kenapa juga kau pergi keluar ketika peringatannya sedang berbunyi? Kau idiot ya? Kau mau mati?” “Bukan bukan itu... itu karena kau, lihat ini.” Shidou menarik ''handphone''-nya keluar dari saku, dan menunjukkan data posisi Kotori. Seperti yang dikiranya, ikon Kotori berhenti di depan restoran keluarga. “Hm? Ahh, itu.” Namun, Kotori mengambil ''handphone''-nya sendiri keluar dari sakunya. “Ahh...? Kenapa kau membawa, itu.” Shidou melihat bolak-balik antara layar ''handphone''-nya dan ''handphone'' yang Kotori pegang tepat di depan matanya. Karena Kotori berada di tempat ini, ia yakin sepenuhnya kalau dia telah menjatuhkan ''handphone''-nya di depan restoran keluarga. Kotori mengangkat bahunya, dan melepas keluhan panjang. “Aku sudah bertanya-tanya kenapa kau pergi keluar ketika peringatan sedang berbunyi, jadi ini alasannya. Kau pikir aku ini sebego apa, dasar kakak bodoh.” “Ta-tapi... ehh, kenapa ini—” “Sederhana saja. Alasannya karena kita sekarang ini ada di depan restoran keluarga itu.” “Huh...?” “Baiklah. Kurasa lebih cepat kalau aku menunjukannya padamu.—Matikan filternya.” Mengikuti perintah Kotori, ''bridge'' yang redup itu seketika menjadi terang. Namun, sebenarnya bukan lampunya yang dinyalakan. Lebih tepatnya, sepertinya sebuah tirai yang mengkubahi langit-langit tiba-tiba dilepas. Nyatanya, langit biru terbentang di sekeliling mereka. “Ap-Apa ini...” “Tolonglah jangan ribut-ribut. Pemandangan di luar adalah seperti yang kau lihat.” “Pemandangan diluar adalah... ini.” “Mhmm. Di mana kita sekarang ini berada adalah 15000 meter di atas Kota Tenguu. Menurut lokasi, tanpa sengaja ini berakhir tepat di sekitar restoran keluarga tempat kita berencana untuk bertemu.” “Di mana kita, berada...” “Yup. <Fraxinus> ini adalah pesawat udara.” Seraya melipat tangannya, Kotori menyeringai *fufun*. Dia terlihat seperti anak kecil yang membanggakan mainan favoritnya. Tidak—kalaupun begitu, mungkin lebih mirip dengan seorang ibu yang sedang memperkenalkan anaknya yang diasuh dengan penuh kesabaran. “Pe-pesawat...? Apa-apaan itu. Kenapa kau ada di dalam tempat semacam ini?” “Karena itulah, bukankah aku sudah bilang dengarkan penjelasanku secara berurutan? Bahkan ayam saja bisa mengingat sampai tiga langkah<ref>Ada pepatah yang mengatakan bahwa ayam melupakan banyak hal setelah mengambil tiga langkah, jadi dia sedang mencoba mengatakan kalau Shidou punya jangka perhatian/ingatan yang lebih rendah dari seekor ayam</ref>.” “Uuuu...” “...tapi, tak habis pikir kalau tempat ini sampai bisa ditemukan pencari jejak ''handphone'', kita benar-benar tidak memperhatikan hal itu. Kita melengahkan pertahanan setelah menambahkan ''Invisible'' dan ''Avoid'' menggunakan ''Realizer''. Kita harus memikirkan penanggulangannya nanti.” Sambil menggumamkan kata-kata yang Shidou tidak mengerti, Kotori menempatkan tangan di dagunya. “A-apa yang kau bicarakan?” “Ahh, jangan khawatirkan itu. Aku tidak mengharapkanmu untuk mengerti itu lagipula, Shidou. Bagaimanapun juga, kau punya otak yang bahkan kalah dengan [http://en.wikipedia.org/wiki/Horsehair_crab kepiting bulu] jika dihargai per-gramnya.” “...” “Komandan. Miso kepiting tidak terbuat dari otak melainkan usus.” Setetes keringat mengaliri wajah Shidou saat Kannazuki mengatakan itu dengan suara yang mantap. “...” Kotori menggerakan jari-jarinya, memberi isyarat padanya untuk mendekat, dan Kannazuki menunduk ringan. Dan kemudian, *pa*, stik lolipop yang sudah habis ditusukkan ke matanya. “Nuaaaaghh!” Sambil mencengkeram matanya, Kannazuki terguling kebelakang. “K-kau baik-baik saja?!” Dia tidak kelihatan seperti sedang berakting. Shidou mengeraskan suaranya karena khawatir. Namun, tepat saat ia bermaksud untuk berlari mendekat, ia menghentikan kakinya. Kannazuki, yang terjatuh ke lantai, menarik sapu tangan dari dalam sakunya, dan dengan ekspresi bahagia, dengan tenang membungkuskannya ke stik lolipop yang baru saja Kotori tusukkan padanya. “Maaf, apa saya membuatmu khawatir? Tidak apa-apa, ini adalah bentuk penghargaan dalam bidang pekerjaan kami!” Sambil mengatakan ini, Kannazuki segera bangkit, berdiri tegak sempurna. Bidang pekerjaan macam apa itu, Shidou tidak mau mengetahui lebih dalam detilnya. “Kannazuki.” “Siap.” Kotori mengangkat dua jari, dan Kannazuki mengambil dan mengulurkan dua permen pengganti padanya. “Nah, kembali ke topik. AST. Itu adalah satuan yang berspesialisasi dalam bidang ''Spirit''.” Sembari berbicara, Kotori menunjuk sekelompok orang yang ditunjukkan di layar. “... satuan yang berspesialisasi dalam bidang ''Spirit''... apa spesifiknya yang mereka lakukan?” Mendengar pertanyaan Shidou, Kotori mengangkat alisnya seakan jawabannya sudah jelas. “Sederhana. Kalau ''Spirit'' muncul, maka mereka akan datang terbang dan menanganinya.” “Menanganinya...?” “Intinya, memusnahkannya.” “...!” Sebenarnya apa yang Kotori katakan tidak membuatnya terkejut. Hanya saja—Shidou diserang oleh sebuah sensasi seakan hatinya sedang diremas. “M-memusnahkan...?” “Yup.” Acuh tak acuh, Kotori mengangguk. Shidou menelan ludah. Suara detak jantungnya sangat kencang. Ia sudah mengerti apa yang mereka bicarakan. ''Spirit''. Dia memang keberadaan yang membahayakan. Tapi—tak peduli apapun, sampai sejauh itu, membunuhnya. Tiba-tiba, Shidou melihat wajah gadis itu dibenaknya. (—Lagipula, bukannya kau datang untuk membunuhku juga?) Makna dibalik kata-kata yang diucapkan gadis itu, ia akhirnya mengerti. Begitu juga dengan makna dari wajah yang terlihat seakan air mata akan membanjir keluar darinya pada saat kapanpun. “Yah, kalau kau melihatnya dengan cara biasa, kalau dia mati mungkin itulah yang terbaik untuk kita.” Nampaknya tanpa emosi tertentu, Kotori berbicara. “Ke-Kena...pa?” “Kenapa, kau bertanya?” Dengan ekspresi meringis, Shidou bertanya seperti sedang mengeluh, dan Kotori dengan wajah bijaksana menempatkan tangannya di dagu. “Tak ada yang aneh dengan itu kan? Dia itu monster. Hanya dengan muncul di dunia ini dia menyebabkan ''spacequake''. Dia adalah racun paling jahat dan paling mematikan!” “Tapi, bukannya kau sudah bilang sebelumnya? Kalau ''spacequake'' tidak ada urusannya dengan keinginan ''Spirit''.” “Itu benar. Setidaknya, sudah diyakini secara luas kalau ledakan dari pertama kali memasuki dunia ini tidak ada relasinya dengan keinginan ''Spirit'' itu sendiri.—Tapi, sudah ada bekas-bekas kehancuran dan korban ''spacequake'' dari hasil pertarungan dengan AST setelahnya.” “... tapi bukannya itu karena orang-orang dari AST itu yang menyerangnya?” “Yah, bisa begitu juga. —Namun, itu tidak lebih dari sekadar dugaan saja. Bisa juga, seandainya AST tidak melakukan apa-apa, sang ''Spirit'' dengan senang hati memulai aktivitas destruktifnya.” “Itu... mungkin tidak akan terjadi.” Kotori memiringkan kepala keheranan mendengar pendapat Shidou. “Apa buktimu?” “Seseorang yang menghancurkan jalanan untuk bersenang-senang... tidak mungkin dapat membuat wajah seperti itu.” Hal seperti ini mungkin terlalu samar dan lemah untuk dikatakan sebuah bukti namun... entah kenapa, Shidou mempercayai itu dari lubuk hatinya. “Jadi itu mungkin bukan berdasarkan keinginan mereka kan? Tapi tetap saja—” “Baik mereka menyebabkannya dengan sengaja atau tidak bukanlah masalahnya. Bagaimanapun juga, kenyataannya sang ''Spirit''-lah yang menyebabkan ''spacequake'' tersebut. Bukannya aku tidak mengerti yang kau maksud, tapi kau tidak mungkin membiarkan keberadaan berbahaya yang se-''level'' bom nuklir itu begitu saja hanya karena kau kasihan padanya. Hari ini memang berakhir dengan ledakan kecil saja, tapi kita tidak bisa yakin kalau yang berikutnya bukan bencana ''level'' Eurasia.” “Tetap saja... membunuhnya...” Shidou dengan keras kepala membantah, dan, menggumamkan “ya ampun”, Kotori mengangkat bahu. “Kalian baru saja bertemu selama beberapa menit, dan tambah lagi dia adalah seseorang yang hampir membunuhmu, tapi kau masih membelanya. …masakah, kau jatuh hati padanya?” “B-bukan. Aku hanya berpikir kalau misalnya ada jalan lain.” “Jalan lain ya, huh.” Mendengar kata-kata Shidou, Kotori melepas desahan panjang. “Kalau begitu coba kita dengar, apa ada jalan lain yang kau pikirkan?” “Itu—” Kata-katanya berhenti. Dalam pikirannya, ia sudah mengerti sepenuhnya apa yang telah Kotori ucapkan. Makhluk menyimpang yang meninggalkan kerusakan mendalam pada dunia hanya dengan kemunculannya—''Spirit''. Keberadaan seperti dirinya harus dimusnahkan secepat mungkin. Namun, hanya untuk sekilas. Shidou telah menyaksikannya. Wajah sang gadis, yang kelihatannya tangisan akan segera terlimpah keluar darinya. Shidou telah mendengarnya. Suara sang gadis, penuh kesedihan. —Ahh, <u>ini semua salah</u>, itulah yang ia pikirkan. “...bagaimanapun juga.” Dari mulut Shidou, kata-kata mulai mengalir secara natural. “Kalau... kita tidak berbicara baik-baik dengannya sekali saja... kita tidak akan tahu.” Rasa takut menghadapi kematian di muka pada saat itu masih terukir di kedalaman tubuhnya. Jujur saja itu adalah rasa takut yang membuat seseorang ingin lari. Akan tetapi, Shidou tidak bisa meninggalkan gadis itu begini saja. Karena dia—<u>sama seperti Shidou</u>. Mendengar kata-kata Shidou, bibir Kotori membusur membentuk senyum nakal. Seolah dia sedang berkata “Aku sudah menunggu kata-kata itu”. “Begitu ya. —Kalau begitu, biarkan aku membantumu.” “Huh...?” Saat mulut Shidou menganga terbuka, Kotori membentangkan lengannya lebar-lebar. Reine, dan Kannazuki, dan seluruh ''crew'' di bawah, dan juga pesawat udara ini—<Fraxinus>, sepertinya dia sedang menunjukkan semua ini. “Aku bilang, kami akan mendukungmu untuk hal tersebut. Seluruh kekuatan <Ratatoskr> akan digunakan untuk mendukung Shidou.” Dengan gerakan yang elegan, Kotori menaruh jari-jari di lututnya. “Ap-Apa yang kau bicarakan. Aku tidak—” “Biarkan aku menjawab pertanyaan pertamamu. Mengenai siapa kami.” Seperti ingin mencela pertanyaan Shidou, Kotori mengeraskan suaranya. “Oke? Jalan untuk menangani seorang ''Spirit'' pada dasarnya terbagi menjadi dua metode utama.” “Dua...?” Shidou bertanya, Kotori mengangguk dalam-dalam, dan kemudian mengangkat jari telunjuknya. “Yang pertama, adalah penanganan yang diambil AST. Metode pemusnahan melalui adu kekuatan.” Mengikutinya, jari tengahnya juga ikut naik. “Yang satu lagi... menggunakan metode percakapan dengan para ''Spirit''. —Kami adalah <Ratatoskr>. Kami adalah sebuah organisasi yang dibentuk dengan tujuan menangani ''spacequake'' tanpa membunuh para ''Spirit'', melalui percakapan. “...” Shidou mengernyitkan alisnya sambil berpikir. Mengenai apa sebenarnya organisasi ini, dan mengapa Kotori ambil bagian dalam organisasi seperti itu, ada banyak pertanyaan dalam benaknya, tapi—untuk sekarang, ia menanyakan apa yang paling ditanya-tanyakan dalam pikirannya. “... lalu, kenapa organisasi seperti itu akan mendukungku?” “Kau punya dasar pemikiran yang salah. Pada dasarnya, organisasi yang disebut <Ratatoskr> ini adalah organisasi yang dibentuk untuk Shidou.” “Ha, haaaa...!?” Shidou mengalami kesulitan yang mencengangkan dalam berekspresi, dan berkata dengan suara histeris. “Sebentar. Sekarang aku lebih bingung lagi dari sebelumnya. Untukku?” “Ya. —yah, mungkin lebih tepat dibilang kalau ini adalah organisasi untuk mendirikan pondasi bagi peran Shidou dalam bernegosiasi dengan ''Spirit'' dengan tujuan menyelesaikan masalah para ''Spirit''. Bagaimanapun juga, ini adalah organisasi yang tidak akan ada jika Shidou tidak ada.” “Tu-tunggu. Apa maksudmu? Apa semua orang ini dikumpulkan untuk alasan itu? Atau lebih penting lagi, kenapa aku!” Shidou bertanya, dan sambil memutar-balikan permen di mulutnya, Kotori bergumam. “Mm, yah, Shidou itu spesial.” “Itu bukan penjelasaaaaaaaaan!” Tidak tahan lagi, ia berteriak. Namun Kotori tersenyum menantang, dan membuat gerakan mengangkat bahu. “Yah, kau akan mengerti alasannya seiring waktu. Bukankah ini bagus? Aku bilang kalau kami, seluruh anggota dan semua teknologi kami, akan mendukung tindakanmu. Atau—apa kau berencana untuk berdiri di tengah-tengah ''Spirit'' dan AST tanpa persiapan sendirian? Kau akan mati, pastinya.” Kotori menyipitkan matanya dan berbicara dengan suara dingin. Tanpa sadar, Shidou menahan nafas. Benar yang dikatakan Kotori. Shidou hanya melantunkan idealisme dan harapannya, tapi tidak memiliki kemampuan apapun untuk membuatnya menjadi kenyataan. Banyak sekali hal-hal yang ingin ia katakan sampai-sampai semuanya bisa membanjir dari dalam tenggorokannya, tapi ia entah bagaimana dapat menahannya, dan menanyakan hanya apa yang akan membuat laju pembicaraan maju. “... jadi untuk itu, metode percakapan, apa saja intinya yang perlu dilakukan?” Senyum tipis terbersit di wajah Kotori. “Mengenai itu.” Dia kemudian menempatkan tangannya di dagu. “Buat ''Spirit'' itu—jatuh cinta.” Sambil menyeringai, dia dengan bangga mengatakan itu. ...... Setelah agak lama. “...ha?” Setetes keringat menuruni wajah Shidou saat ia memberengut. “... maaf, aku tidak sepenuhnya paham.” “Seperti yang kukatakan, berteman dengannya, bicara dengannya, goda dia, kencani dia, dan buat dia tergila-gila karena cinta.” Mendengar Kotori mengatakan ini seakan sudah biasa, Shidou membenamkan kepalanya di tangannya. “...uhm, dan kenapa hal itu dapat menyelesaikan problem ''spacequake''?” Kotori menaruh satu jari di dagunya dan dengan “mmmm” membuat postur berpikir. “Kalau kita menginginkan sebuah solusi untuk ''spacequake'' tanpa menggunakan kekerasan, maka kita perlu membujuk ''Spirit'' tersebut kan?” “Kelihatannya benar.” “Untuk itu, bukankah lebih cepat untuk membuat ''Spirit'' itu menyukai dunia ini? Oh, dunia ini sangat menakjubkan~, kalau mereka seperti itu, maka bahkan seorang ''Spirit''-pun tidak akan mengamuk begitu saja.” “Begitu ya.” “Lalu, yah, bukankah sering dikatakan? Kalau kau sedang jatuh cinta maka seluruh dunia akan terlihat indah. —Karena itu, kencani dia, dan buat ''Spirit'' itu jatuh hati padamu!” “Tidak, ada yang salah dengan logikamu.” Jelas sekali kalau logikanya sudah di luar jendela. Ketika cucuran keringat membanjiri wajah Shidou, ia berkomentar. “A-Aku tidak bisa menjalani hal semacam itu...” “Diam kau ''fried chicken''.” Shidou mencoba menyuarakan komplain, namun Kotori menutupinya dengan suara kuat yang tidak memperbolehkan pilihan untuknya. “Aku tidak akan membiarkan AST untuk membunuh para ''Spirit''~, pasti ada jalan lain~, tapi aku tidak suka cara <Ratatoskr>~...? Kalau kau ingin bersikap naif setidaknya jangan berlebihan kau kumbang ''bombardier''. Apa yang dapat kau lakukan sendirian? Ketahuilah kemampuanmu sendiri.” “Ugghh...” “—Aku tidak perlu persetujuan dari dasar perutmu. Tapi, kalau kau tidak mau membunuh para ''Spirit''... maka kau tidak punya ruang untuk memilih metodenya.” Entah mengapa, senyum jahat terbersit di wajah Kotori. Kenyataannya, memang benar yang dikatakannya. Tanpa kekuatan atau dukungan, bahkan jika Shidou ingin berbicara dengan gadis ''Spirit'' itu sekali lagi saja, hal itu tidak akan jadi kenyataan. Metode AST sudah di luar pertanyaan—bahkan grup Kotori mungkin ingin menangkap ''Spirit'' untuk keperluan pribadi mereka, hanya itulah alasan yang dapat ia pikirkan. Tetapi—adalah kenyataan kalau tidak ada jalan lain. “..., aku mengerti.” Shidou dengan getir mengangguk, dan senyum Kotori mewarnai wajahnya. “—Yoroshiku. Melihat data sampai sekarang, kali berikutnya seorang ''Spirit'' muncul adalah setidaknya satu minggu kemudian. Kita akan segera memulai latihan besok.” “Huh...? Latihan...?” Shidou bersuara, tak bergeming.
Summary:
Please note that all contributions to Baka-Tsuki are considered to be released under the TLG Translation Common Agreement v.0.4.1 (see
Baka-Tsuki:Copyrights
for details). If you do not want your writing to be edited mercilessly and redistributed at will, then do not submit it here.
You are also promising us that you wrote this yourself, or copied it from a public domain or similar free resource.
Do not submit copyrighted work without permission!
To protect the wiki against automated edit spam, please solve the following captcha:
Cancel
Editing help
(opens in new window)
Navigation menu
Personal tools
English
Not logged in
Talk
Contributions
Create account
Log in
Namespaces
Page
Discussion
English
Views
Read
Edit
View history
More
Search
Navigation
Charter of Guidance
Project Presentation
Recent Changes
Categories
Quick Links
About Baka-Tsuki
Getting Started
Rules & Guidelines
IRC: #Baka-Tsuki
Discord server
Annex
MAIN PROJECTS
Alternative Languages
Teaser Projects
Web Novel Projects
Audio Novel Project
Network
Forum
Facebook
Twitter
IRC: #Baka-Tsuki
Discord
Youtube
Completed Series
Baka to test to shoukanjuu
Chrome Shelled Regios
Clash of Hexennacht
Cube × Cursed × Curious
Fate/Zero
Hello, Hello and Hello
Hikaru ga Chikyuu ni Itakoro......
Kamisama no Memochou
Kamisu Reina Series
Leviathan of the Covenant
Magika no Kenshi to Basileus
Masou Gakuen HxH
Maou na Ore to Fushihime no Yubiwa
Owari no Chronicle
Seirei Tsukai no Blade Dance
Silver Cross and Draculea
A Simple Survey
Ultimate Antihero
The Zashiki Warashi of Intellectual Village
One-shots
Amaryllis in the Ice Country
(The) Circumstances Leading to Waltraute's Marriage
Gekkou
Iris on Rainy Days
Mimizuku to Yoru no Ou
Tabi ni Deyou, Horobiyuku Sekai no Hate Made
Tada, Sore Dake de Yokattan Desu
The World God Only Knows
Tosho Meikyuu
Up-to-Date (Within 1 Volume)
Heavy Object
Hyouka
I'm a High School Boy and a Bestselling Light Novel author, strangled by my female classmate who is my junior and a voice actress
The Unexplored Summon://Blood-Sign
Toaru Majutsu no Index: Genesis Testament
Regularly Updated
City Series
Kyoukai Senjou no Horizon
Visual Novels
Anniversary no Kuni no Alice
Fate/Stay Night
Tomoyo After
White Album 2
Original Light Novels
Ancient Magic Arc
Dantega
Daybreak on Hyperion
The Longing Of Shiina Ryo
Mother of Learning
The Devil's Spice
Tools
What links here
Related changes
Special pages
Page information