Editing
Hakomari (Indonesia):Jilid 3 Putaran Pertama
(section)
Jump to navigation
Jump to search
Warning:
You are not logged in. Your IP address will be publicly visible if you make any edits. If you
log in
or
create an account
, your edits will be attributed to your username, along with other benefits.
Anti-spam check. Do
not
fill this in!
===▶Hari Pertama <C> [Pertemuan Rahasia] dengan [Oomine Daiya], Kamar [Hoshino Kazuki]=== Yang harus kulakukan untuk menghadapi Daiya; Kami memutuskan kalau aku harus tetap diam. Daiya pasti akan berusaha membingungkanku, hanya memberi reaksi padanya saja berbahaya. Karena aku tidak yakin bisa melawan rencananya, aku tidak punya pilihan lain selain menutup telingaku. Duduk di kasurku, aku menyapa Daiya. Dengan mengangkat tanganku ketika ia memasuki kamarku. Dengan cepat Daiya mengamati sekitar dan duduk di meja. "Kazu, biar kutanya―" "Daiya," Aku langsung memotongnya. "Aku tau kalau kami ada di dalam 'kotak' milikmu. Aku yakin kamu menganggapku mudah dipengaruhi, dan, karena itu, kamu mendekatiku untuk mengelabuiku. Jadi, dari sekarang ini, aku tidak akan bicara lagi." <!--aku rasa kata-kata Kazuki terlalu congkak dan terasa bodoh buatku... Kenapa kau beberkan rencanamu? --> Daiya terkejut setelah melihatku menutup rapat bibirku sesaat, tetapi ekspresinya dengan cepat berubah jadi senyuman.<!—‘form a thin line with my mouth itu kujadikan ‘menutup rapat bibir’. Aku rasa ini bener, mungkin? --> "Apa maksudmu, Kazu?" "......" "Memangnya apa tujuannya? Bukankah kau ingin menanyakanku tentang 'kotak'-nya? Kau harus melakukan sesuatu pada 'kotak'-nya, 'kan!" "......" Aku tidak akan berkata lagi. Itu yang sudah kami putuskan. Kalau aku menjawabnya dengan perhitunganku karena 'ini mungkin bukan masalah', ia pasti akan mengeksploitasi kelengahanku. Ia akan memberikan isyarat padaku bahwa 'tak apa untuk bicara' dan akan membuatku bicara. Jadi aku tidak akan bicara. "...aah, jadi kau menyerahkan semua tugasnya pada Otonashi, eh? Yang mengatakan padamu agar tetap diam itu pasti dia, 'kan? Kau bahkan bukan pakan burung. Kalau kau tetap diam, itu artinya serangga jauh lebih baik meski mereka tidak bisa bicara selamanya." Aku menutup kedua telingaku dengan tanganku. "Kau masih bisa mendengarku. Hmph, biar kukatakan hal yang menarik, Kazu!" Daiya berdiri, mendekatiku dan berbisik. "<u>'kotak' ini tidak sesuai dengan 'keinginan'-ku</u>." Aku langsung membuka lebar mataku setelah mendengarnya dan melihat Daiya. Daiya tertawa. "'Kan! Kau kalah oleh serangga." "Uh..." Jangan terpengaruh, aku! Atau aku tidak bisa tetap diam. Saat ia berhenti tertawa, Daiya kembali ke meja. Kemudian menatap padaku dan menyatakan: "Yang kukatakan tadi itu benar." ...Aku tidak akan terpengaruh. Tidak mungkin aku akan mempercayainya. Meski aku sebaik ini. "Yah, kurasa mustahil untukku memaksamu percaya. Isi kepalamu mungkin taman bunga besar, tapi tidak mungkin kau percaya semuanya seperti orang bodoh. Tapi kenapa kau fikir aku akan menyatakannya seperti tadi?" Daiya menaikkan ujung mulutnya. "Karena itu kenyataannya." ...Aku tidak akan percaya. Aku pasti tidak akan percaya padamu. "Kau seharusnya tau kalau aku tidak melakukan apapun setelah kudapatkan 'kotak'. Dengan kata lain, <u>aku masih memiliki 'kotak' tapi belum kugunakan</u>. Hei, Kazu, bagaimana kau bisa begitu yakin <u>aku tidak memilikinya sekarang</u>?" <!-- "aku berhenti melakukannya" itu hasil translate Mr.EEE, mungkin? Tapi karena aku sendiri butuh loading, jadi aku pakai kata yang lebih cocok. --> ...Mustahil. ...aku yakin ini salah. "Kau tidak perlu mempercayaiku. Memang, sejak awal, percaya padaku itu mustahil. Tetap saja, Kazu, kau memikirkan ini tadi, 'kan? Aku mungkin bohong, tapi bagaimana jika aku benar? Kalau begitu, bukanakah perlu untuk memikirkan kemungkinan adanya 'pemilik' lain, tanpa memikirkan aku mengatakan kebenarannya atau tidak? ...huh, bukan kata yang pantas kukatakan, ya." ...Sial. Benar seperti yang ia katakan. Aku tidak yakin itu hanya kebohongan. Malahan, aneh untukku kalau Daiya telah menguasai 'kotak'. Ini tidak diragukan lagi hanya bsia terjadi kalau bukan Daiya si 'pemilik'-nya. Kalau ada 'pemilik' lain selain Daiya, maka ia dapat dengan mudah membunuh kami. Daiya dengan mudahnya berhasil menggoncangku seperti ini. Tentu, ia tidak menyia-nyiakan gangguan di dalamku, kekosongan kecil dalam hatiku ini. "Kazu, kau si [Penyihir], 'kan?" "......Eh?" Aku mengeluarkan suaraku dengan spontan. "K-Kenapa b-bisa―?" Kenapa bisa ia mengetahuinya? Aku tidak melakukan kesalahan yang akan― Setelah memikirkannya, aku menyadari sesuatu. Aku membuat kesalahan ―<u>baru saja</u>. Daiya tertawa dengan santai, mungkin karena raut wajah kebingungan yang kubuat. "Hahaha! Sudah kutau dari awal, tapi kau memang terlalu tidak penting dalam permainan ini 'kan!" Saatku mendengar tawanya, aku menggigit bibirku. Meski Maria mengarahkanku dengan baik, aku membawanya ke dalam kehancuran. Aku berada dalam kubangan Daiya. "......kamu beruntung, ya, Daiya." Daiya hanya menebak saat menyebutku [Penyihir]. Kemungkinannya adalah 1:6 ― bukan, 1:5 karena ia tau [kelas]-nya sendiri. Ia hanya secara acak menyebut [Penyihir] yang kebetulan adalah [kelas]-ku. ...kalau aku memiliki [kelas] lain, hanya kenyataan kalau aku bukanlah si [Penyihir] akan ketahuan... "Aku beruntung? Tidakkah kau mengerti kenapa aku menanyaimu apakah kau ini si [Penyihir]?" "...apa maksudmu?" Daiya tetap diam sesaat dan lalu menggaruk kepalanya. "Yah, sekarang anggap aku bukan si 'pemilik' 'kotak' ini." "Aku tidak berfikir begitu." "Diam dan dengarkan. Kalau ini bukan milikku, maka ini artinya aku tidak menginginkan «permainan kematian» ini. Juga, aku tidak ingin kau, orang yang kukenal, untuk mati." "...Ya." "Jadi, aku ingin menanyaimu apakah [kelas]-mu itu [Penyihir]." "......bukankah kedua pernyataan itu sedikit tidak ada hubungannya?" Daiya melihatku dengan mata yang menghinaku. "Jangan bilang kau fikir kau sangat aman karena [Penyihir] tidak punya musuh? Kalau kau fikir begitu, maka kau sama sekali tidak punya otak, tapi hanya sampah." Aku tidak bisa menjawab karena ia menebaknya dengan bernar. "Biar kujelaskan dengan sangat sopan sampai monyet pun bisa mengerti! Pertama, tentu saja [Penyihir] adalah yang tersulit untuk bertahan." "...Kenapa? Hidup-matinya [Penyihir] tidak ada hubungannya dengan kondisi kemenangan dari [kelas] lain." "Bahkan kau mengerti kalau [Revolusioner] adalah yang paling berbahaya, 'kan?" Aku mengangguk. Tanpa disebutkan pun [Revolusioner] adalah yang paling berbahaya, bisa memiliki kemampuan untuk membunuh orang lain atas kehendaknya. "Yang sangat ingin [Revolusioner] singkirkan adalah si [Penyihir]. Kau tau? Hanya [Ksatria] yang bisa memilih untuk membunuh atau tidak, selain si [Penyihir]. Tetapi, kondisi kemenangan dari [Ksatria] dan [Revolusioner] cukup mirip, jadi mereka bisa saja berkonspirasi. Kalau si [Penyihir] mati, bahaya untuk [Revolusioner] akan jatuh dengan cepat." Aku mengeluarkan perangkat portable di meja dan membaca kembali penjelasan tentang [kelas]. ...Benar. Meski [Revolusioner] membunuh [Raja] yang jelas-jelas berlawanan dengannya, si [Pangeran] dan [Si Kembar] hanya akan akan mengambil alih tempatnya; jadi kondisinya tidak akan berubah banyak. Tetapi, jika si [Penyihir] menghilang, [Revolusioner] akan langsung mendapat posisi yang sangat menguntungkan. "Hei, tapi bukankah...itu artinya [Revolusioner] sangat mungkin menang jika si [Penyihir] mati...?" "Tidak semudah itu juga. Untuk beberapa orang mungkin akan menebak [kelas] milik orang lain dengan salah dan tidak akan menjadi rekan dari [Revolusioner]. Dan juga,―" Daiya menggeledah kantong kecilku dan mengeluarkan pisau itu keluar. "Tidak peduli dalam keuntungan atau tidak kau dalam permainan ini, di saat-saat buruknya kau bisa pakai ini. Hah, kau bisa bertahan hidup dalam [Perebutan Kerajaan] kapanpun, kau hanya perlu keyakinan untuk membunuh orang lain dengan langsung!" Aku menahan nafasku. ...Aku yakin sekarang. 'Pemilik' dari 'Permainan Kebosanan' ini gila. "...Kazu, biar kukatakan ini seperti ini." Daiya mengatakannya sambil menyimpan pisaunya. "Kau tidak bisa terus membujuk si 'pemilik' sampai saling bunuh-membunuh dimulai. Kalau kau berharap hanya sedikit kerusakan saja yang terjadi, kau harus membunuh si 'pemilik'. Jadi―" Daiya melihatku. Ia mengatakannya dengan wajah yang jujur, tanpa ada kebohongan: "Tidak peduli seberapa banyak perlawananmu, sudah pasti satu orang akan mati karena 'kotak' ini." Aku menggelengkan kepalaku perlahan dan menggumam, "Itu tidak, benar―" Daiya tidak mengatakan apapun. Sebenarnya, telaha kussadari itu sejak lama. Itulah kenyataannya. Sejak lama.
Summary:
Please note that all contributions to Baka-Tsuki are considered to be released under the TLG Translation Common Agreement v.0.4.1 (see
Baka-Tsuki:Copyrights
for details). If you do not want your writing to be edited mercilessly and redistributed at will, then do not submit it here.
You are also promising us that you wrote this yourself, or copied it from a public domain or similar free resource.
Do not submit copyrighted work without permission!
To protect the wiki against automated edit spam, please solve the following captcha:
Cancel
Editing help
(opens in new window)
Navigation menu
Personal tools
English
Not logged in
Talk
Contributions
Create account
Log in
Namespaces
Page
Discussion
English
Views
Read
Edit
View history
More
Search
Navigation
Charter of Guidance
Project Presentation
Recent Changes
Categories
Quick Links
About Baka-Tsuki
Getting Started
Rules & Guidelines
IRC: #Baka-Tsuki
Discord server
Annex
MAIN PROJECTS
Alternative Languages
Teaser Projects
Web Novel Projects
Audio Novel Project
Network
Forum
Facebook
Twitter
IRC: #Baka-Tsuki
Discord
Youtube
Completed Series
Baka to test to shoukanjuu
Chrome Shelled Regios
Clash of Hexennacht
Cube × Cursed × Curious
Fate/Zero
Hello, Hello and Hello
Hikaru ga Chikyuu ni Itakoro......
Kamisama no Memochou
Kamisu Reina Series
Leviathan of the Covenant
Magika no Kenshi to Basileus
Masou Gakuen HxH
Maou na Ore to Fushihime no Yubiwa
Owari no Chronicle
Seirei Tsukai no Blade Dance
Silver Cross and Draculea
A Simple Survey
Ultimate Antihero
The Zashiki Warashi of Intellectual Village
One-shots
Amaryllis in the Ice Country
(The) Circumstances Leading to Waltraute's Marriage
Gekkou
Iris on Rainy Days
Mimizuku to Yoru no Ou
Tabi ni Deyou, Horobiyuku Sekai no Hate Made
Tada, Sore Dake de Yokattan Desu
The World God Only Knows
Tosho Meikyuu
Up-to-Date (Within 1 Volume)
Heavy Object
Hyouka
I'm a High School Boy and a Bestselling Light Novel author, strangled by my female classmate who is my junior and a voice actress
The Unexplored Summon://Blood-Sign
Toaru Majutsu no Index: Genesis Testament
Regularly Updated
City Series
Kyoukai Senjou no Horizon
Visual Novels
Anniversary no Kuni no Alice
Fate/Stay Night
Tomoyo After
White Album 2
Original Light Novels
Ancient Magic Arc
Dantega
Daybreak on Hyperion
The Longing Of Shiina Ryo
Mother of Learning
The Devil's Spice
Tools
What links here
Related changes
Special pages
Page information