Editing
Kagerou Days:Volume 3 Children 1 Indo
(section)
Jump to navigation
Jump to search
Warning:
You are not logged in. Your IP address will be publicly visible if you make any edits. If you
log in
or
create an account
, your edits will be attributed to your username, along with other benefits.
Anti-spam check. Do
not
fill this in!
==Rekaman Anak-Anak 01 Part 3== ===(Bibi Momo Mirip Sapi!)=== "(1)Imouto-san tidak apa-apa kah" "Dia mungkin sedikit bodoh tapi dia aktif sekali" "Yah, mungkin sedikit bodoh" Saat aku melihat, anak lelaki itu hampir mendekati pintu keluar. Saat dia hampir melalui pintu keluar, anak lelaki itu terpental seperti tertabrak sesuatu. Tiba-tiba Momo muncul di ruang yang kosong, anak lelaki itu terkejut dan ingin bertahan, tetapi dia di dorong keras oleh Momo sampai-sampai dia tidak bisa bergerak sama sekali. "Woahhhh!!! Kerja bagus imouto-san!! Ah~ ah~ tapi dia memeluknya erat sekali….." "Dia sepertinya telah menjadi bantal yang bagus. Oke, kalau kita tidak mengejarnya sekarang...." "Yang lamban satu-satunya cuma kamu saja Master" Tanpa menghiraukan Ene, aku mempercepat langkah kakiku. Saat aku hampir mencapai pintu keluar, Momo disitu memeluk anak lelaki yang meronta-ronta ,yang hampir mati lemas, dengan erat. "Ah, onii-chan! Apa sih yang terjadi….. Ow sakit! Kamu jangan bergerak dulu………" "Maaf Momo. Hei, kau yang disitu! Aku tidak tau apa yang terjadi tapi paling tidak bisakah kau tenang dulu! Kau kalau tiba-tiba menghilang dari Rumah Sakit akan membuat orang-orang khawatir tau!!" "Eeehhh!?? Anak ini pasien!?" Momo melepaskan tenaga di tangannya karena terkejut, anak lelaki itu lalu lepas dari tangan Momo. Wajah anak lelaki itu menjadi merah dan dia menarik napas panjang, dan menghembuskannya lagi bersamaan dia melototi Momo. “Apa yang kau lakukan bibi gendut! Jangan tiba-tiba melompat dari suatu tempat dan menghalangiku!!” "H- HUHHH??!! Bi-bi-bibi gendut……. APA YANG KAMU BILANG TADIII??!!!!" "Yang kibilang itu kau bibi gendut besar!! Aku sedang buru-buru……" Anak lelaki itu kembali ingin berlari, tetapi Momo yang lebih cepat darinya memegang tudung anak lelaki itu dan menarik balik badannya. “He,hei kamu.....kamu itu pasien kan?!! Tentu saja kabur bukan hal yang benar!! Da-dan ge, gen, gendut itu juga.....” Mungkin perkataan anak itu tadi terlalu keras untuk Momo, badannya mulai bergetar dan napasnya tidak beraturan. Anak lelaki itu kembali melotot pada Momo dan mengambil kembali tudungnya yang dipegang dan berteriak kepada Momo lagi. “Sudah kubilang...!! Jangan hentikan aku!!! Dan aku sudah pasti bukan pasien disini karena tidak ada masalah pada diriku!! Tapi untukmu bibi, mungkin kau harus mencek badanmu yang seperti sapi itu ke dokter!! Itu sudah pasti penyakit.” Anak lelaki itu sepertinya mengarahkan tangannya ke dada Momo. Ene yang ada diHPku tertawa “Puuupuu…. ahh, maaf", dan suara yang agak serak terdengar dari Momo. "Seseorang khawatir denganmu, tapi kamu!!!!!!! KAMU…….!" Dia hampir menangis saat diejek oleh anak lelaki itu. Saat Momo yang berwajah merah ingin menyerang dan menangkap anak lelaki itu, tudung Momo ditarik oleh sesuatu yang tidak terlihat, menghentikannya menyerang. “Le, lepaskan aku (2)danchou-san! ANAK INI MUSUH KITA, YUP MUSUH KITA!!! MEKAKUSHI DAN PANGGILAN DARURAT!! Le~ pas~ kan~ a~ ku~ ARGHH~~ ……!!!!!!!!" Dikarenakan Momo yang meronta-ronta seperti sapi gila, digabung dengan apa yang anak lelaki itu tadi katakan, aku tidak bisa menahan diriku untuk sedikit tertawa, dan sepertinya Momo mendengar itu dan melototiku dengan tajam. “Apa yang kamu tertawakan (3)baka-ani!? Ada apa sih dengan anak itu?! Kenapa aku dikatai seperti itu?!” “Ah~ Aku tau Aku tau. Maaf oke, tenanglah dulu. Hei, namamu Hibiya kan. Kenapa kau tergesa-gesa? Bisakah kau pergi nanti?” Mendengar apa kataku, Hibiya tidak mencoba untuk lari, tapi tanpa menutupi kekesalannya padaku dia melihat ke arahku. “.....Ada perempuan yang sangat penting bagiku. Mungkin dia sudah mati. Cuma aku saja yang selamat. Jadi aku harus menyelamatkan dia juga.” Bahkan Momo yang berisik dari tadi menghentikan grakannya dan membuka mulutnya terkejut. “Tu,tunggu dulu. Mati maksudmu....kalian terlibat di suatu inisiden? Kalau begitu akan lebih baik jika kamu membicarakannya dulu ke dokter atau polisi dulu. Kemana kamu mau pergi sendirian?" Sebelum aku berlari ke Rumah Sakit, tempat dimana Hibiya pingsan tidak ada tanda kecelakaan mobil sama sekali. Badannya juga tidak terlihat terluka. Dari sudut pandang orang yang melihat, dia cuma pingsan karena kepanasan. Itulah yang kupikirkan. Tapi dari apa yang Hibiya katakan, itu bukan kejadian yang tiba-tiba melainkan dia terlibat dalam suatu insiden. Jika begitu dia harusnya membicarakannya ke polisi. “Biarpun aku mengatakannya, tidak akan ada yang percaya. Oh ya, kalau kalian tidak percaya tanya saja orang itu. Dia hanya berdiri disitu dan melihat saja.” Hibiya mengarahkan tangannya ke pemuda berambut putih, pemuda itu terlihat gelisah dan memegang bajunya dengan erat. “Hei, kau selalu melihatnya bukan? Jika kau tidak melakukan apa-apa paling tidak bisakah kau menjelaskannya.” “Tidak....itu..tidak...benar.....Aku..juga......ingin...menyelamatkannya.. tapi..tapi...Aku tidak memiliki pilihan....!” Bersamaan pemuda itu berkata, Hibiya menggertakkan giginya dan menggunakkan lototan yang lebih tajam yang mengarah ke arah pemuda itu. Hibiya menghela napas dan sekali lagi dia terlihat seperti ingin pergi ke pintu keluar. "…….. Baiklah. Jika kau tidak bisa melakukan apa-apa biarkan aku pergi sendiri. Jangan hentikan…… aku….." Saat Hibiya ingin melangkah maju, badannya tiba-tiba terhuyung dan miring, diapun langsung mengarah ke lantai tanpa pertahanan apapun. "o, oi!" Aku bergegas ingin memegang anak lelaki itu tetapi jaraknya terlalu jauh. Bahkan pemuda yang memperlihatkan tingkah mengejutkan itu, seperti merasa sedih dengan kata-kata Hibiya tadi, reaksinya lebih lambat dariku. Anak lelaki itu sama sekali tidak menunjukkan tanda pertahan diri, sepertinya dia akan jatuh begitu saja. “Sial....!” Saat kupikir ini sudah terlambat, badan Hibiya tiba-tiba tergantung oleh tali tak terlihat, dan berhenti ditengah-tengah udara. Aku tidak langsung mengerti apa yang terjadi, tapi setelah melihat Momo yang kehilangan keseimbangannya dan jatuh ke tanah, aku mulai mengerti. "Shintaro, anak ini…. Lebih baik jika tidak kita bawa kembali ke Rumah Sakit." Udara di sekitar Hibiya bergetar dan tergoyang, pada waktu yang sama Kido yang memakai parka ungunya dengan kepalanya di dalam tudungnya muncul. Di balik tudungnya dengan rambutnya yang panjang, wajah Kido menunjukkan perasaan campur aduk antara terkejut dan gelisah. “Tangkapan yang bagus....Heiii, apa yang kau maksud tadi? Sudah jelas kondisi anak ini memburuk kan. Yah, memang sepertinya situasi sekarang agak buruk, tetapi sepertinya memang lebih baik untuk meninggalkannya ke dokter atau ke polisikan?” “....tidak, kurasa dokter ataupun polisi tidak akan berguna. Sedangkan untuk situasi anak ini sekarang, menurutku hanya kita saja yang bisa menolongnya.” Melihat kepada Hibiya yang ada ditangannya, Kido berkata dengan ekspresi seperti telah menggigit sesuatu yang pahit. Apa yang terjadi sekarang, saat kupikirkan itu aku berjalan ke samping Kido dan melihat ke wajah anak itu, di matanya yang agak terbuka, warna merah padam sedikit demi sedikit keluar, bercampur dengan warna asli matanya. "Oi, ini………." "Ahh, aku dengar apa yang kau katakan, cuma situasi yang sekarang agak merepotkan" Kido mengatakannya seperti dia mengingat sesuatu yang buruk sekali. Perubahan warna mata anak ini sudah pasti adalah karakteristrik ‘suatu kemampuan’ yang dimiliki Kido dan yang lain. Mungkin apa yang Kido katakan tentang ‘dokter ataupun polisi tidak akan berguna’ adalah karena ini. Memang kalau menghadapi gejala tidak biasa seperti ini, kedua pihak akan tidak bisa melakukan apa-apa. “Jadi apa yang harus dilakukan sekarang....Apakah anak ini tidak apa-apa?” “Kita masih tidak mengetahui apa kekuatan anak ini untuk sekarang....Jika kita membiarkannya kembali akan jadi bahaya. Lebih baik kita membawanya ke markas dulu.” [[File:Hibiya Kido.jpg|thumb|Tangan Kido menahan pinggang Hibiya dengan erat, dan memeluknya dengan kepala Hibiya di pundaknya. ]] Tangan Kido menahan pinggang Hibiya dengan erat, dan memeluknya dengan kepala Hibiya di pundaknya. “Baiklah, Kisaragi. Beritau Kano untuk mengosongkan ranjangnya. Ahh, dan jika Mary takut akan menjadi repot, tolong beritau dia untuk tinggal di dalam kamarnya dengan Seto.” Kata Kido ke Momo, Momo yang terduduk di tanah langsung berdiri dan hormat. “O, oke! Siap!” "Haha…. kau terlalu kaku" Kido memberikan ekspresi kebingungan dan memberikan senyuman langka. Matanya memang selalu melotot dengan tajam, tapi saat dia tersenyum, senyumannya sangat hangat, dan sikap keibuannya juga terlihat. "Oh, iya. Siapa namamu?" Sambil memeluk Hibiya, Kido memikirkan sesuatu dan melihat ke arah pemuda berambut putih itu. "A-aku? ……. Konoha.... Namaku..... Kurasa." Mungkin dia tidak bermaksud seperti itu, tapi seperti biasanya, orang ini menggunakan intonasi yang sangat lambat dan berantakan untuk perkenalan dirinya. Saat orang ini mengatakan namanya, HPku yang kupegang bergetar lagi, dan saat aku melihatnya Ene kembali memperlihatkan wajah marah dan menggertakkan kakinya “Begitu yah, Konoha. Dari yang kudengar dari anak ini, tentang ‘insiden’ yang terjadi antara kalian berdua. Mungkin aku bisa membantu. Ngomong-ngomong, kami akan mengurus anak ini sebelum dia jadi stabil. Jadi, apakah kau cuma akan mendengarkanku atau kau akan ikut dengan kami?” Bersamaan Kido mengatakan itu, Konoha membuat muka terserius yang pernah kulihat dari dirinya dan mengganggukkan kepalanya. “Iya, huh. Baiklah, ayo....tapi aku agak lapar sekarang. Apakah aku biarkan Kano saja yang memasak makan malam....Hei, Kisaragi. Apakah kau sudah menelpon Kano.” “Enggak, aku tidak bisa menghubungi Kano-san sama sekali jadi aku sekarang sedang menelpon Seto-san....AH! Halo, ini Momo!” Kurasa Seto mengangkat telponnya. Biarpun dia tidak bisa melihat orang yang di sisi lain, Momo berdiri tegak dan bicara. “Maaf, ada sesuatu yang terjadi disini. Akan ada pasien yang dikirim ke markas, jadi dachou-san bilang minta Kano-san mengosongkan sebuah ranjang untuk....eh? Dia tidak ada di markas? Uhm...Oke aku mengerti! Ah, selain itu, yang menyiapkan makan malam.....dan juga tolong tinggal bersama Mary-chan di dalam kamar! Yah, sudah, dadah!” Pada bagian terakhir suaranya becepat, apakah dia memberitau Seto isinya dengan baik. Setelah memutus telponnya, Momo menghembuskan napas lega seperti telah berhasil menyelesaikan sebuah misi. “Maaf menyusahkanmu Kisaragi. Apakah Kano pergi ke suatu tempat? “Ah, iya. Dia sepertinya meninggalkan pesan ‘Aku tidakkan kembali malam ini’ dan pergi begitu saja.” “Haa....orang itu benar-benar tidak berguna saat hal penting seperti ini datang.” Mengingat Ene pernah mengatakan hal yang sama seperti itu, hatiku menjadi keram. Membicarakan tentang itu, Kano keluar pada waktu seperti ini, kira-kira apa yang dia rencanakan. Biarpun dia bersikap seperti penyendiri dia mungkin punya banyak teman. Jadi mungkin saja dia pergi malam-malam bersama temannya. Sial....padahal dia lebih muda daripada aku. “Ayo kita pergi. Dari sini ke markas mungkin tidak terlalu jauh, kita harus lebih cepat. Mata Kido kembali bercahaya merah. Kurasa dia menggunakannya karena Momo. Aku masih tidak terlalu mengerti dengan kemampuannya. Dengan kemampuannya siapapun tidak bisa melihat kami, itu agak tidak mudah dipercaya. "Uhm, Master" Setelah kejadian di pintu keluar, semuanya berjalan maju mengikuti Kido. Tiba-tiba HPku bergetar lebih pelan dari biasanya. “Ah? Ada apa.” Melihat ke layar, Ene berbeda daripada biasanya, dia berdiri dan membuat ekspresi yang suram sambil memikirkan sesuatu. “Uhm.....itu, bukannya lebih baik jika kita pulang ke rumah lebih cepat? Dengan imouto-san. Aku merasa sedikit khawatir. Seperti akan ada sesuatu yang buruk terjadi.” Langka sekali Ene berkata negatif seperti ini, dia dengan canggung menggosok-gosok bajunya membuat lipatan disitu. “Haa? Kalau boleh dibilang ini semua kan sebenarnya salahmu. Tapi aku juga ingin pulang ke rumah sih.....” “Ka, kalau gitu......!” "Mm~hmm Aku agak khawatir dengan anak itu, dan Momo juga sepertinya masih belum mau pulang. Lalu kupikir danchou juga tidak akan memperbolehkanku pulang dengan mudah.” “Be, begitu yah.....” Ene terlihat tidak berdaya dan depresi. Bersamaan aku memikirkan apa yang ingin dia katakan, aku baru sadar sesuatu. “Ah, jangan bilang kau....!” "Eh eh eh??!! Tidak! Tentu saja tidaaaak!! Ene masih Ene oke?! Ene bukan apa yang Master pikirkan! Master, kamu benar-benar jahat……." "Kau khawatir kalau akan kehabisan baterai, kan?" "………Huh?" Ene berkata hal-hal aneh, tetapi saat aku menanyakan itu kepadanya dia cuma menganga, dan tercengang. Dan tiba-tiba dia tersenyum, dan dengan kaku dan melambai-lambaikan tangannya. "……..Ah, ah~ ngisi baterai, iya memang itu kok~! Sekali baterainya berkurang aku jadi cape, menyebalkan deh!" "Uhuh! Sudah kuduga! Hei, aku akan mengecesmu saat kita sampai di markas, bersemangatlah oke" Jadi masalahnya adalah isi baterai huh. Mungkin karena dia menghabiskan banyak baterai di taman bermain, layarnya menunjukkan sisa baterai yang telah berkurang banyak. Aku tidak tau kondisi seperti apa yang membuatnya bisa aktif disitu, tapi jika semua tingkah aneh berhenti setelah mences baterai, aku akan lega. Aku tidak akan bisa bertahan jika dia melakukan sesuatu yang lebih aneh hanya karena tidak kuperdulikan. "Ahaha……. haa. Ngomong-ngomong, kupikir Master….agak sedikit berubah." "Ah? Benarkah? Aku tidak tau pasti….." "Lihat, Master bersenang-senang bukan. Baguskan, berteman itu." "Haa? Mereka temanku? Aku hanya merasa di dorong-dorong kesana kemari oleh mereka………" Aku merasa agak aneh mengatakan mereka teman padahal kami baru kenal satu hari. Tapi memang benar, aku bisa bersahabat dengan mereka dengan mudah. Mereka membantu lelaki normal ini, dan bahkan mencoba menolongnya, untuk anak zaman sekarang mereka itu adalah orang baik. “Baguskan Master. Bahkan Master bisa berteman baik dengan orang-orang yang mendorong-dorong Master~” Ene memberikan senyuman lembut yang sepi. Tiba-tiba, tanpa kuduga aku mengingat kembali senyuman lain yang sama seperti itu. Senyuman yang hilang dari hidupku. Dan juga senyuman yang selalu kusimpan jauh disuatu tempat di dalam hatiku. “Kurasa kau memang benar.” Bukannya aku ingin melupakannya, aku hanya mengunci senyuman itu disuatu tempat, disuatu tempat yang selalu kukunci. “Tentu saja aku benar! Ah, ngomong-ngomong, aku selalu berpikir kalau aku ini gadis yang kuat, gimana menurut Master? Apakah Master terobsesi denganku huh?” “Tidak Tidak, pertama-tama, memangnya kau masuk dalam kategori ‘GADIS’?” "EH EHHH?!!! Master jahat banget!! Bukannya aku ini gadis super!! Muda dan cantik, iyakaaaan!!" Menghadapi Ene yang kembali tidak bisa berhenti bicara seperti biasanya, aku berpikir aku harus bergegas kembali dan mengisi baterai untuknya. Akupun mempercepat langkah kakiku. (●ゝω)ノヽ(∀<●) TL Note : *(1) Imouto-san = Adik kecil (Perempuan) *(2) Dachou-san = Ketua *(3) Baka-ani = Kaka bodoh
Summary:
Please note that all contributions to Baka-Tsuki are considered to be released under the TLG Translation Common Agreement v.0.4.1 (see
Baka-Tsuki:Copyrights
for details). If you do not want your writing to be edited mercilessly and redistributed at will, then do not submit it here.
You are also promising us that you wrote this yourself, or copied it from a public domain or similar free resource.
Do not submit copyrighted work without permission!
To protect the wiki against automated edit spam, please solve the following captcha:
Cancel
Editing help
(opens in new window)
Navigation menu
Personal tools
English
Not logged in
Talk
Contributions
Create account
Log in
Namespaces
Page
Discussion
English
Views
Read
Edit
View history
More
Search
Navigation
Charter of Guidance
Project Presentation
Recent Changes
Categories
Quick Links
About Baka-Tsuki
Getting Started
Rules & Guidelines
IRC: #Baka-Tsuki
Discord server
Annex
MAIN PROJECTS
Alternative Languages
Teaser Projects
Web Novel Projects
Audio Novel Project
Network
Forum
Facebook
Twitter
IRC: #Baka-Tsuki
Discord
Youtube
Completed Series
Baka to test to shoukanjuu
Chrome Shelled Regios
Clash of Hexennacht
Cube × Cursed × Curious
Fate/Zero
Hello, Hello and Hello
Hikaru ga Chikyuu ni Itakoro......
Kamisama no Memochou
Kamisu Reina Series
Leviathan of the Covenant
Magika no Kenshi to Basileus
Masou Gakuen HxH
Maou na Ore to Fushihime no Yubiwa
Owari no Chronicle
Seirei Tsukai no Blade Dance
Silver Cross and Draculea
A Simple Survey
Ultimate Antihero
The Zashiki Warashi of Intellectual Village
One-shots
Amaryllis in the Ice Country
(The) Circumstances Leading to Waltraute's Marriage
Gekkou
Iris on Rainy Days
Mimizuku to Yoru no Ou
Tabi ni Deyou, Horobiyuku Sekai no Hate Made
Tada, Sore Dake de Yokattan Desu
The World God Only Knows
Tosho Meikyuu
Up-to-Date (Within 1 Volume)
Heavy Object
Hyouka
I'm a High School Boy and a Bestselling Light Novel author, strangled by my female classmate who is my junior and a voice actress
The Unexplored Summon://Blood-Sign
Toaru Majutsu no Index: Genesis Testament
Regularly Updated
City Series
Kyoukai Senjou no Horizon
Visual Novels
Anniversary no Kuni no Alice
Fate/Stay Night
Tomoyo After
White Album 2
Original Light Novels
Ancient Magic Arc
Dantega
Daybreak on Hyperion
The Longing Of Shiina Ryo
Mother of Learning
The Devil's Spice
Tools
What links here
Related changes
Special pages
Page information