Editing
Kamisu Reina Indo:Jilid 1 Shizuka Wakui
(section)
Jump to navigation
Jump to search
Warning:
You are not logged in. Your IP address will be publicly visible if you make any edits. If you
log in
or
create an account
, your edits will be attributed to your username, along with other benefits.
Anti-spam check. Do
not
fill this in!
==Bagian 4== Sial!… ini tidak berfungsi. ‘Selada’ yang aku tabur kemarin tidak berfungsi. Seperti Reina bilang… jika aku tidak berubah, kekuatanku akan tetap terbatas. Agar mendapatkan kekuatan sebenarnya, aku harus melompati dunia ini dan melampaui batas kewajaran semua eksistensi dan melewati beberapa delta. Istirahat, ruang kelas. Bangku, bangku, meja, energi humanoid yang bergelaparan, kazuaki. “Kazuki, berbicara denganku sebentar?” Ucapku ke Kazuaki yang sedang berbicara dengan Kiichi-kun, temannya. “Hm? Ada masalah apa, Shizuka?” Kiichi-kun dengan sopan meninggalkan kita berdua. Mm, maaf tapi terima kasih. “Ok, dengar baik-baik. Dunia akan meledak.” “Shizuka…?” “Seperti kataku, dunia penuh sesak. Ada sebuah level kritis dalam setiap sistem, bukan? Kamu mengerti itu, kan?” “…Iya… hei, em, aku sudah bilang ini pada istirahat sebelumnya, tapi kamu tidak terlihat baik hari ini, Shizuka.” “Itu tak masalah. Lupakan aku untuk saat ini. Cukup dengarkan,” aku mendesaknya. “Aku pikir itu masalah, tapi baiklah…” “Energi humanoid …tidak, aku membenci melakukan ini, tapi mari kita sebut mereka ‘roh’ karena lebih mudah. Seperti yang kamu tahu, Kazuaki, ada benda tak terhitung yang tidak bisa dilihat oleh mata. Gila, sangat banyak untuk selera ku. Dan supaya sadar akan mereka, kita harus memberi mereka nama yang pantas… tunggu, itu bukan masalahnya juga sekarang, ya kan? Pokoknya, roh-roh itu ada, oke?” “…Oke.” “Roh-roh itu terus meningkat jumlahnya. Jumlahnya terus membesar dan mereka mulai memenuhi dimanapun kamu lihat, bahkan disekitar kita. Sebenarnya, ada satu di pojok. Tentu, beberapa roh mengangkasa sebagaimana mestinya, tapi kebanyakan tidak. oleh karena itu, kita bisa menetapkan kalau roh-roh dalam pertumbuhan yang konstan. Benar, siklus hidup ini makanya sebanding dengan produksi oksigen. Bersamaan dengan setiap hembusan nafas, tanaman juga menghembuskan karbon dioksida tapi jumlah oksigen yang di produksi berkat fotosintesis lebih besar. Jadi mereka dengan efektif memproduksi oksigen yang sudah ditetapkan. Seperti itu.” “Oke…” “Kamu tahu apa yang terjadi kalau mereka tetap bermukim? <u>Dunia akan berubah terbalik</u>. Bagian depan dan belakang akan berbalik. Apakah kamu mengerti? Kamu ‘ngerti, kan? Ini sebuah pemberontakan! Oleh roh-roh tersebut! Itu masuk akal kalau dunia akan condong ke sisi yang memegang banyak energi. Dapatkah kamu membayangkan akibatnya? Dunia akan kacau balau: kita akan jatuh dari permukaan dunia, kehilangan bentuk kita, berubah menjadi makhluk tak jelas, terpencar ke segala arah. Mungkin. Tentu saja aku tidak tahu detailnya, tapi kita juga tidak tahu akibat persisnya dari meledak dan terbakarnya bumi kita dengan bahan peledak, ya kan? Dengan kata lain, satu-satunya yang bisa aku sampaikan dengan pasti adalah bahwa kesudahan dunia sama sekali tidak diinginkan. Menurutmu apa yang seharusnya aku lakukan? Apa, apa menurutmu kalau aku seharusnya mencegah hal itu bagaimanapun caranya?” “…Shizuka,” Kata Kazuaki sambil dia menatap dalam kepadaku. Terima kasih tuhan; dia menanggapiku dengan serius. Kazuaki memberi Kiichi-kun sebuah lirikan, “Aku minta maaf, Kiichi, tapi Shizuka dan aku pulang lebih awal hari ini.” Terkejut, Kiichi-kun menjawab, “Hah…? Ah, T-Tak apa, Kazuaki, bukan hal yang penting kok, serius.” “Bilang pada mereka kalau aku mengantar Shizuka pulang karena dia kurang sehat.” Mengabaikan pertanyaanku, dia menarik lenganku. <u>Kazuaki menyentuh lenganku.</u> Sel-sel lenganku mulai mengurai dan membusuk satu per satu. Ini menyakitkan. Tak tertahankan, dendam kesumat dan kebencian yang tak terhingga menusuk-nusuk diriku. “Kazuaki…<u>Apakah kamu sudah lupa</u>?” Dia secara refleks melepaskan tanganku, menyaksikan ku dengan mata yang terbelalak. Setelah beberapa saat, dia meminta maaf dalam suara yang hampir tidak aku dengar. Kazuaki tidak berbalik, jadi aku hanya mengikutinya tanpa kata. Sembari kita menyusuri jalan pulang. kita memasuki jalur kereta yang kita gunakan setiap hari. Hampir tidak ada orang karena bukan waktu sibuk, hah? Ada seseorang yang berdiri meskipun banyak bangku kosong. Ah, itu sesosok energi humanoid. Betapa membingungkannya. Kalau dipikir-dipikir, bagaimana ya aku membedakan antara manusia dan energi-energi humanoid? Hah? Bagaimana aku terbiasa menjalani hal itu? Aku tak mengingatnya. Kita turun dari kereta, tapi ketika aku mencoba melewati tempat tiket, aku menabrak pembatas karena mesin tidak bereaksi pada tiket berlangganan ku. Ada apa ini? apakah ini juga perbuatan jahat energi humanoid? Itu mungkin saja. Aku taruh tiket berlangganan ku diatas sensor kembali, dan kali ini pembatasnya terbuka. Fuuh, itu benar-benar membingungkan. Aku tetap bersama Kazuaki. Kanan, kiri, kanan, kanan, kiri – kita belok terus belok dan belok. Akhirnya, kita tiba di sebuah taman, tapi bukan taman dimana aku bertemu dengan Reina. Ini sangat kecil, taman biasa dengan dengan bangunan taman yang berkarat. “…Apakah kamu masih ingat tempat ini?” Kazuaki tiba-tiba bertanya, berbalik kepadaku. Meskipun dia tadi sangat diam dalam perjalanan kesini, dia tersenyum lembut menyeringai. Karena aku tidak memberi reaksi apapun, dia meneruskan: “Ini taman dimana kita pertama kali bertemu, saat itu kita berumur 2 tahun. Yah, aku tidak mengharapkanmu untuk mengingat saat itu, tapi kamu ingat kalau kita dulu bermain disini, bukan?” “…” Tentu saja aku ingat. Namun, Aku bimbang berucap sesuatu karena aku tidak bisa memahami maksud dari membawaku kesini dan memberitahuku hal itu. “Saat kita kecil, kamu lebih tinggi dariku dan kamu akan selalu mengusikku. Jujur saja, ada hari dimana aku sangat takut kepadamu sampai-sampai aku tidak ingin melihat mu, Shizuka!” dia tertawa. Aku melihat ke sekeliling. Memang, ini adalah taman dimana dulu kita bermain bersama. Aku sering bermain dengan Kazuaki dalam arena pasir disana, atau ayunan yang disana, atau dengan tiang olahraga itu. Arena bermain panjatan dan perosotan sudah tidak ada sekarang, tapi terlepas dari hal itu, taman ini tetap tempat kenangan masa muda yang kita pikir adalah kerajaan kami sendiri. “Itu adalah masa-masa yang indah, bukan?” Kazuaki meneruskan, masih tersenyum lembut. Senyumannya menyebabkan dalam diriku – kebencian. Aku tetap terdiam, bagaimanapun, karena itu bukan salahnya. Dia tidak bisa disalahkan. Terasa aku ingin muntah karena tusukan di perutku. Oleh karena itu, aku memutuskan memberitahu Kazuaki apa yang harus dia ketahui. “Kazuaki, dengar…” “Ya!” Jawabnya cepat seperti sebuah tembakan – dengan sentuhan kesabaran yang lembut. “Kamu sangat berarti untuk ku, Kazuaki.” Aku memulai, kelihatannya menampik kekhawatirannya. Matanya melebar. “Aku pikir setiap orang mempunyai peran tertentu dalam kehidupan. Sebagai contoh, Presiden dari suatu republik tertentu melindungi dunia dengan kekuasaan tertingginya, sementara Sang perdana menteri dari suatu negara kepulauan tertentu harus mematuhi presiden itu. Bunda Teresa harus mengabdi di Calcutta, Columbus yang menginjakkan kakinya di Amerika, dan Madam Curie yang menemukan polonium dan radium. Dan aku…aku harus menyelamatkan dunia.” “Bagaimana kamu melakukan hal itu…?” “Aku akan memastikan bahwa dunia tidak berbalik ke sisi mereka dengan melepaskan kekuatan didalam energi humanoid dan mengurangi jumlah mereka. Mungkin jatuh korban ketika mereka berkerlap-kerlip sebentar setelah kekuatan mereka dilepaskan, tapi itu kejahatan yang diperlukan. Jangan salah sangka kepadaku – hati nuraniku menusuk-nusukuku karena ini, tapi aku tidak bisa berhenti. Aku harus bertindak; ini peranku karena aku tahu apa yang harus dilakukan.” “…Anggaplah itu adalah hal yang benar untuk dilakukan – “ “Kazuaki. Aku ‘ngerti kalau ide tersebut kelihatan konyol pada awalnya, tapi <u>ini adalah hal yang benar untuk dilakukan.</u>” Dia memalingkan pandangannya ke tanah. Setelah beberapa saat berpikir, dia mengoreksi dirinya: “Biarpun aku kira kalau itu harusnya hal yang benar untuk dilakukan – kenapa juga kamu yang perlu bertanggung jawab atas tugas ini, Shizuka? Serahkan saja tanggung jawabnya kepada orang lain. Kamu berkata kalau kamu tahu bagaimana menyelamatkan dunia, tapi Shizuka… kita semua tahu negara-negara tersebut menderita kemiskinan, dimana anak-anaknya lahir untuk mati begitu cepat, para wanita terpaksa melacur menjangkiti AIDS, dan orang-orang lemah mati sakit disebabkan oleh lingkungan yang buruk dan kekurangan pengobatan. Kita semua tahu itu, tapi tetap kita tidak bisa berbuat apa-apa untuk memperbaiki masalah ini, kecuali mungkin untuk beberapa koin yang kita donasikan. <u>Ini adalah dunia</u> dimana kita hidup didalamnya. Akan selalu ada orang-orang yang mencari penyelamat. Bila kita menjawab setiap dan segala panggilan meminta tolong, kita akan terperangkap dalam satu titik, hidup hanya demi menyelamatkan orang lain. Pikirkan apakah itu patut dipuji? Yah, memang. Terus apa? Apa kamu pikir gaya hidup dimana kamu mengorbankan dirimu untuk orang lain adalah tepat? Mungkin iya, tapi aku tidak ingin gaya hidup seperti itu. Aku akan memilih mengabaikan panggilan meminta tolong mereka – sama seperti kita menolak pesan iklan yang kita dapat." “…Bukankah aku sudah bilang kepadamu alasannya dari awal, Kazuaki?” “…” “<i>Kamu sangat berarti untukku.</i>” Benar, Kazuaki hidup di dunia ini. Dia memandang ke bawah kembali. “…Keren memang kalau kamu berpikir seperti itu, sungguh, tapi…” “…Tak apa, Kazuaki. <u>Ungkapkan saja kekhawatiran yang ingin kamu katakan.</u>” Aku bisa bilang kalau Kazuaki tidak melihat bahaya dunia yang dihadapi. Dia hanya melihat masalah yang dia pikir sedang aku hadapi. Dia perlahan menaikkan kepalanya untuk menatapku, hampir bermuka masam. Meskipun begitu – “Sadarlah, Shizuka! Kamu bicara yang tidak sesuai dengan kenyataan.” Meskipun begitu, <u>aku mempunyai keyakinan.</u> Lagian, <u>ada seseorang yang membenarkan pandanganku.</u> “Kenyataan.” “…Iya, kenyataan! Kamu telah melalui banyak penderitaan, itu memang benar, tapi lihatlah...misalnya taman ini – tempat ini pun adalah kenyataan, oke? Segalanya tidaklah begitu buruk.” Ah, sekarang aku mengerti… itulah kenapa dia membawaku kesini. Tapi Kazuaki… <u>Maksudmu berubah menjadi sebuah bumerang.</u> Apalagi, kenyataanmu bukanlah masalah untukku. <u>Kenyataan untukku ialah</u> bahwa dunia dalam bahaya, dan satu-satunya yang mampu menyelamatkannya adalah <u>dia</u> dan aku. “Diantara hal-hal yang telah kamu katakan padaku tadi, Kazuaki, ada satu hal yang aku sukai.” “Hm…?” “’Lakukan apa yang kamu pikir benar untuk dilakukan.’” “Ya…” dia mengangguk dan terus menutup mulutnya. Kita sudah saling mengenal satu sama lain sejak kecil. dia tahu kalau aku susah dibujuk. Aku yakin, namun – Kazuaki tidak akan menyerah. “Oke, kalau begitu aku akan melakukan hal yang benar juga!” Sembari berujar, dia mendekati ku. Aku tahu apa yang akan dia perbuat. Aku bisa dengan mudah membayangkan apa yang tersirat dari wajah tegangnya; kita belum melakukan sesuatu karena tidak bersama-sama begitu lama. Lehernya tepat didepan mata ku. Aku benar-benar lupa kalau dia sudah bertambah besar dariku. Aku sedikit mendongakkan kepalaku memandang ke wajahnya. Dia sedikit menurunkan kepalanya menatap ke wajahku. Akhirnya, dia – mendekap ku. “Aku mencintaimu!” bisiknya ke telingaku, seakan-akan menekankan kalau aku satu-satunya yang harus tahu. “Aku mencintaimu lebih dari siapapun, Shizuka!” Aku bahagia. Aku sangat bahagia. Dia tidak sedang berusaha menghentikanku dengan gombalan cinta. Dia tidak cukup bagus dengan gombalan itu. Dia semata-mata tidak dapat menahan untuk mengatakannya, memilikku dalam dekapannya. Hanya itu hal yang dia dapat pikirkan. Kazuaki tuh sangat jujur, polos, setia...tidak memberikanku pilihan selain mengawasinya, membuatku ingin bersama dengannya – Meskipun gaun putih ku telah ternoda. <u>Meskipun dia tidak bisa melupakan noda itu.</u> Dia berani melompat. Mempertaruhkan hidupnya. Tentu saja, aku berada disisinya. Aku ingin dia menang taruhan. Akan tetapi tetap – “…Jangan sentuh aku.” -Aku tak bisa. Lengan disekitarku mengendur seketika. Malahan, aku memeluk diriku dengan erat, mengubur kuku-kuku tanganku ke dalam lengan ku. Aku senang kalau aku lebih pendek dari Kazuaki sekarang; aku tinggal sedikit menurunkan pandanganku untuk menghindari melihat wajahnya. Tubuhku sakit seperti ditusuk-tusuk ribuan jarum. Aku melawan dorongan untuk memunculkan isi dari kepala ku yang sakit. Gambaran masa lalu terus muncul di kepalaku, mencabik-cabik diriku, menghancurkanku, melumatku, menghamburkanku. “Aku minta maaf…” bukan aku melainkan Kazuaki yang berucap. Kenapa kamu meminta maaf? Hentikan! Akulah yang pantas disalahkan. Akulah yang lemah. Akulah yang tak mampu pulih. Ini salahku. Salahku. Salah. Salah. Salah. “Maaf membuatmu menangis…” Bingung, aku sentuh pelupuk mata dan akhirnya menyadari kalau aku benar-benar menangis. “Bukankah ini aneh? Aku ingin berakibat sebaliknya. Mendekapmu semestinya menghentikan tangisanmu. Aku gagal melakukan itu, bukankah aku… aku tidak sanggup melakukan itu…” Aku sangat berusaha untuk menahan air mataku. Aku tak boleh membuatnya berkata hal semacam itu. Tapi… tak bisa. “Aku bodoh. Aku pikir entah bagaimana akan menyelesaikan masalah bila aku datang kesini…aku pikir segalanya akan berubah menjadi lebih baik… sangat begitu simpel.” “…Dengar, Kazuaki…” ucapku, mencoba (dan kemungkinan gagal) untuk tak menangis. “Hm?” “Ada sesuatu..yang aku tidak beritahu kepadamu.” Aku mengangkat kepalaku, merasa kalau aku perlu. “Aku tak pernah memberitahumu detail insiden itu, kan…? Aku tidak ingin menyakitimu…jujur saja…taman ini…tempat penuh kenangan ini – “ “-Adalah tempat aku diperkosa.” Berhenti. Kazuaki berhenti sepenuhnya. Dia benar-benar terdiam yang aku mulai mencurigai bahwa aku seorang diri yang tersisa di dunia, disingkirkan dari aliran waktu. -seorang diri di dunia? Hah, itu penjelasan yang akurat. Aku yakin kalau impresi bukan sebuah ilusi melainkan sebuah kenyataan. “…Mengerikan,” Kazuaki bergumam. Dia tidak berucap kata itu untukku, tidak pula dia tujukan kepada orang-orang yang melecehkanku. Itu pun tidak ditujukan kepada Tuhan, sebab dia tidak menyakini itu. Aku yakin <i>kengeriannya</i> tidak ditujukan pada apapun yang spesifik. “Itu benar-benar…mengerikan!” Kazuaki tidak mengetahui bahwa realitas menyerang kapanpun kamu mengharapkannya sedikitpun, tak peduli bila itu adalah sebuah tempat kenangan. Realitas memperlakukan sama antara orang suci dan pendosa, menyerang mereka secara otomatis, acak, tanpa pertimbangan dan pemilihan apapun. Kazuaki tidak tahu itu. Tidak, dia mungkin telah mengetahuinya, tapi dia tidak memercayai kalau aturan ini akan berlaku juga pada kita. Dunia bisa melawan seseorang dengan tanpa arti. Namun, <u>tidak dalam kasusku.</u> “Aku harus pergi,” aku berujar. “…Pergi kemana?” dia berkata. “Ke taman lain yang seharusnya aku kunjungi.” “Hah?” “Aku harus bertemu Reina Kamisu.” Ada maksudnya dunia melawan ku Iya kan, Reina?
Summary:
Please note that all contributions to Baka-Tsuki are considered to be released under the TLG Translation Common Agreement v.0.4.1 (see
Baka-Tsuki:Copyrights
for details). If you do not want your writing to be edited mercilessly and redistributed at will, then do not submit it here.
You are also promising us that you wrote this yourself, or copied it from a public domain or similar free resource.
Do not submit copyrighted work without permission!
To protect the wiki against automated edit spam, please solve the following captcha:
Cancel
Editing help
(opens in new window)
Navigation menu
Personal tools
English
Not logged in
Talk
Contributions
Create account
Log in
Namespaces
Page
Discussion
English
Views
Read
Edit
View history
More
Search
Navigation
Charter of Guidance
Project Presentation
Recent Changes
Categories
Quick Links
About Baka-Tsuki
Getting Started
Rules & Guidelines
IRC: #Baka-Tsuki
Discord server
Annex
MAIN PROJECTS
Alternative Languages
Teaser Projects
Web Novel Projects
Audio Novel Project
Network
Forum
Facebook
Twitter
IRC: #Baka-Tsuki
Discord
Youtube
Completed Series
Baka to test to shoukanjuu
Chrome Shelled Regios
Clash of Hexennacht
Cube × Cursed × Curious
Fate/Zero
Hello, Hello and Hello
Hikaru ga Chikyuu ni Itakoro......
Kamisama no Memochou
Kamisu Reina Series
Leviathan of the Covenant
Magika no Kenshi to Basileus
Masou Gakuen HxH
Maou na Ore to Fushihime no Yubiwa
Owari no Chronicle
Seirei Tsukai no Blade Dance
Silver Cross and Draculea
A Simple Survey
Ultimate Antihero
The Zashiki Warashi of Intellectual Village
One-shots
Amaryllis in the Ice Country
(The) Circumstances Leading to Waltraute's Marriage
Gekkou
Iris on Rainy Days
Mimizuku to Yoru no Ou
Tabi ni Deyou, Horobiyuku Sekai no Hate Made
Tada, Sore Dake de Yokattan Desu
The World God Only Knows
Tosho Meikyuu
Up-to-Date (Within 1 Volume)
Heavy Object
Hyouka
I'm a High School Boy and a Bestselling Light Novel author, strangled by my female classmate who is my junior and a voice actress
The Unexplored Summon://Blood-Sign
Toaru Majutsu no Index: Genesis Testament
Regularly Updated
City Series
Kyoukai Senjou no Horizon
Visual Novels
Anniversary no Kuni no Alice
Fate/Stay Night
Tomoyo After
White Album 2
Original Light Novels
Ancient Magic Arc
Dantega
Daybreak on Hyperion
The Longing Of Shiina Ryo
Mother of Learning
The Devil's Spice
Tools
What links here
Related changes
Special pages
Page information