Editing
Oregairu (Indonesia):Jilid 5 Bab 4
(section)
Jump to navigation
Jump to search
Warning:
You are not logged in. Your IP address will be publicly visible if you make any edits. If you
log in
or
create an account
, your edits will be attributed to your username, along with other benefits.
Anti-spam check. Do
not
fill this in!
===4-4=== Setelah kami akhirnya bisa memasuki kedai itu, kami membeli tiket makanan dari mesin tiket. Aku menampilkan mentalitas ladies first dan membiarkan Hiratsuka-sensei masuk duluan. Ketika pergi ke suatu tempat yang berbahaya atau tempat yang tidak kamu kenal untuk yang pertama kalinya, kamu harus memastikan itu aman dengan membiarkan wanita masuk duluan! Hiratsuka-sensei menekan sebuah tombol tanpa berpikir panjang. Dia begitu gagah sampai aku rasa aku akan jatuh cinta. Setelah membeli tiket tersebut, dia berpaling ke belakang padaku dengan dompetnya masih tergengam pada tangannya . Um, bisa kamu cepat geser? “Kamu mau yang mana?” Jangan katakan dia ingin mentraktirku? Sekarang aku ingin memanggilnya abang. Meskipun aku sangat berterima kasih atas niatnya, itu tidak terlihat pantas untuk menerimanya. “Ti-tiidak, aku bisa bayar sendiri.” “Tidak usah malu-malu.” “Tidak, maksudku, tidak ada alasan bagimu untuk mentraktirku,” kataku. Hiratsuka-sensei memiringkan kepalanya karena penasaran. “Hm? Aku kira kamu jenis ampas yang cukup busuk untuk berpikir itu wajar bagi wanita untuk mentraktirmu…” Parah sekali yang kamu katakan. “Itu namanya cuma menjadi benalu… Apa yang kuidamkan adalah menjadi bapak rumah tangga!” “A-Aku tidak paham perbedaannya…” Hiratsuka-sensei terlihat bingung, tapi aku juga tidak begitu mengerti perbedaannya. Tapi hei, menjadi bapak rumah tangga terdengar jauh lebih baik dibandingkan menjadi seorang benalu, bukan? Yang penting, seorang guru yang membelikan makanan seorang murid tertentu tidak terdengar seperti suatu hal yang bagus bagiku. Menolak penawarannya disini akan menguntungkanku. Sama seperti Hiratsuka-sensei, aku memilih tonkatsu, berjalan menuju meja konter dan duduk. Hiratsuka-sensei menyerahkan tiket makanannya dan menyatakan level kekerasan mienya. “Tolong Kona-otoshi.” “Ah, punyaku hari-gane,” kataku, mengikutinya. Tapi kamu tahu… Apa wanita benar-benar memesan dengan begitu lancarnya seperti ini di kedai ramen? Tapi ada sesuatu yang menarik soal melihat wanita cantik modis di sebuah kedai ramen. Kami mendapatkan perhatian yang jumlahnya tidak biasa, tapi Hiratsuka-sensei tidak terlihat begitu merisaukannya selagi dia mempersiapkan celemek kertas yang disediakan dengan wajah gembira dan memastikan posisi merica, biji wijen, wasabi, dan jahe merah. Hei, yang benar saja? Wanita ini begitu semangat melakukannya… Mereka segera menyajikan pesanan ramen kami karena kelihatannya tidak perlu waktu lama untuk merebus mie kami. Hiratsuka-sensei mengambil sumpit bambu dan menangkupkan tangannya bersama. “Terima kasih untuk makanannya.” “Terima kasih untuk makanannya.” Pertama, supnya. Suatu lapisan minyak menutupi permukaan ramen itu dan terlihat selembut keramik putih, menunjukkan padamu betapa kentalnya ini. Rempah-rempahnya menghilangkan bau minyaknya dan sup tonkatsu itu kental dan kaya citarasa. Selanjutnya, mienya. Untuk sup yang begitu kental, mienya tipis dan lurus. Keseimbangan antara tekstur mie yang keras dan kemudahan untuk dikunyahnya bagus. “Yep, lezat.” Kami berdua menyatakan kesan sederhana kami dan kemudian menyeruput mie kami tanpa berkata-kata, menikmati sup tersebut. Tektur garing jamur kuping merahnya dan daun bawangnya membuat rasanya jauh lebih menabjubkan. Ketika Hiratsuka-sensei memesan satu porsi mie lagi saat mienya tinggal seperempat, dia berbicara padaku. “Tentang percakapan kita tadi…” [[File:YahariLoveCom v5-117.jpg|200px|thumbnail]] “Ya?” “Percakapan tentang kebersihanmu.” Ketika pesanan mienya tiba, dia menambahkan wasabi. Merasa senang saat dia menyesuaikan rasanya dengan seleranya, Hiratsuka-sensei tersenyum. “Aku percaya akan tiba hari dimana hal itu bisa diterima.” “Ya…” jawabku dengan enggan selagi aku menaburkan bawang putih mentah. “Seperti ramen ini.” Hiratsuka-sensei dengan bangga menyajikan ramen spesial Shizukanya dan melanjutkan,“Ketika kamu masih muda, kamu piker tonkatsu ramen itu yang paling lezat dan lemaknya enak. Kamu tidak bisa menerima apapun selain sup kotteri, tapi setelah kamu tumbuh dewasa, kamu akan perlahan mulai mengizinkan ramen garam dan ramen kecap.” “Bu-bukankah itu cuma proses penuaan…” “Apa itu?” “Tidak ada apa-apa…” Dia melemparkan tatapan keji padaku… Hiratsuka-sensei terlihat geram untuk sesaat, tapi tiba-tiba tenang kembali. “Yah, tidak masalah … Tidak masalah kalau kamu tidak diterima sekarang. Jika suatu hari nanti kamu diterima, sudah cukup baik.” Mungkin, dia telah memahami masalahku dan keraguanku. Tapi meski begitu, dia tidak melafalkan jawabannya untukku. Walaupun untuk diriku yang sekarang, tidak ada yang bisa kujawab. “Tentu saja, tidak seperti semuanya akan diterima. Aku benci tomat, jadi aku masih tidak bisa menerima mie tomat sampai hari ini.” “Jadi anda benci tomat…” “Benar, aku hanya tidak bisa terbiasa dengan sensasi lembek dan bau unik itu.” Apa dia itu anak-anak? Tapi aku bisa mengerti apa yang sedang coba dia katakan. Rasa lengket pada buah-buahan itu mungkin sama dengan siksaan bagi orang yang membencinya. Itu agak menjijikan dan sebagainya. “Aku juga benci timun untuk alasan yang sama.” “Aku juga tidak suka timun…” Walau aku suka Bannanchiten Kiryu<ref> Manga Mamotte Shugogetten. </ref>. Aku juga suka Pepsi rasa timun. “Tapi masalahnya dengan timun itu kalau kamu menaburkannya semua pada salad kentang atau roti sandwich, itu akan memberikan rasa timun itu padanya…” Tidak masalah menambahkan timun ke dalam sup miso. Tapi timun mentah harus dihindari. Pada saat timun dipotong menjadi irisan bundarlah mereka menunjukkan sifat aslinya… Mereka akan mewarnai segala citarasanya dengan rasa timun. Terlebih lagi, nilai nutrisinya tidak begitu banyak, jadi mereka itu seperti predator di dunia sayur-sayuran. “Namun, aku suka sayur acar…” Hiratsuka-sensei menyatakan pendapat seperti seorang pemabuk. Aku juga sependapat. “Aku juga suka seperti anda.” Yep, itu benar. Sayur acar itu enak. Itu adalah hidangan yang sangat menyegarkan. Dan fakta bahwa kamu bisa menyantapnya dengan nasi putih saja itu suatu kebahagiaan. “……” Entah kenapa percakapannya berhenti dan timbul keheningan. Aku melihat ke arah Hiratsuka-sensei karena penasaran dan dia sedang melamun. Ketika mata kami bertemu, dia menegak airnya dengan gugup. “Ah, ma-maksudmu acarnya. Benar. A-aku juga suka.” “…Um, itu agak memalukan ketika anda mengatakannya dengan teramat canggung seperti itu, tolong hentikan.” “A-apa yang kamu katakan barusan!? Dipikir lagi… apa yang ingin kukatakan…?” Apa orang ini baik-baik saja? Mungkin kamu sebaiknya melatih otakmu dengan mengisi tabel perkalian satu sampai sepuluh. Ayo cegah kepikunan! Walau aku sendiri tidak bisa ingat apa yang sedang kami bicarakan selain timun. Suasana hati Hiratsuka-sensei menjadi baik dan dia dengan santai mengangkat sumpitnya. “Nah, kuberi sepotong daging babi.” “Terima kasih. Kalau begitu aku kasih rebungku.” “Fufu, terima kasih.” “Mempertimbangkan usia anda dan semacamnya, anda sebaiknya perbanyak serat.” “Jangan berkata lebih dari yang kamu perlukan.” “Ouch.” Aku menggosok kepalaku setelah dia memukulku saat aku memakan ramenku. Terlihat puas dengan rasa dari kedai ini, Hiratsuka-sensei tersenyum. “Karena kamu membawaku ke kedai yang lezat seperti ini, aku merasa seperti aku sendiri harus membawamu juga ke suatu tempat.” “Apa ada yang direkomendasikan?” “Tentu ada. Dulu sewaktu aku masih sekolah, aku pergi menaklukkan semua kedai ramen di lingkungan Chiba. Tapi mungkin agak aneh seorang siswa dan gurunya sering-sering bepergian. Jadi setelah kami tamat, aku akan membawamu ke suatu tempat.” “Oh tidak, tidak usah, aku tidak begitu perlu anda sensei, jadi kalau anda beritahu saja tempatnya padaku—“ Krek. Walaupun kedai itu sangat ribut, aku bisa mendengar suara itu dengan jelas. “Ups, sumpitnya patah.” “Tentu, silahkan bawa aku ke sana…” Aku cukup yakin sumpit biasanya tidak akan patah ketika kamu memegangnya… “Baik. Nantikan saja.” Hiratsuka-sensei terlihat seperti dia sendiri yang merasa senang. Tidak begitu buruk memakan ramen bersama seseorang. Walaupun kamu sendirian ataupun bersama seseorang, ramen masihlah lezat. Tanpa sedikitpun keraguan, makanan terhebat dari semuanya adalah ramen. Tidak boleh dibantah. {| border="1" cellpadding="5" cellspacing="0" style="margin: 1em 1em 1em 0; background: #f9f9f9; border: 1px #aaaaaa solid; padding: 0.2em; border-collapse: collapse;" |- | Mundur ke [[Oregairu (Indonesia):Jilid 5 Bab 3| Bab 3]] | Kembali ke [[Yahari Ore no Seishun Rabu Kome wa Machigatteru (Indonesia)|Halaman Utama]] | Lanjut ke [[Oregairu (Indonesia):Jilid 5 Bab 5| Bab 5]] |- |}
Summary:
Please note that all contributions to Baka-Tsuki are considered to be released under the TLG Translation Common Agreement v.0.4.1 (see
Baka-Tsuki:Copyrights
for details). If you do not want your writing to be edited mercilessly and redistributed at will, then do not submit it here.
You are also promising us that you wrote this yourself, or copied it from a public domain or similar free resource.
Do not submit copyrighted work without permission!
To protect the wiki against automated edit spam, please solve the following captcha:
Cancel
Editing help
(opens in new window)
Navigation menu
Personal tools
English
Not logged in
Talk
Contributions
Create account
Log in
Namespaces
Page
Discussion
English
Views
Read
Edit
View history
More
Search
Navigation
Charter of Guidance
Project Presentation
Recent Changes
Categories
Quick Links
About Baka-Tsuki
Getting Started
Rules & Guidelines
IRC: #Baka-Tsuki
Discord server
Annex
MAIN PROJECTS
Alternative Languages
Teaser Projects
Web Novel Projects
Audio Novel Project
Network
Forum
Facebook
Twitter
IRC: #Baka-Tsuki
Discord
Youtube
Completed Series
Baka to test to shoukanjuu
Chrome Shelled Regios
Clash of Hexennacht
Cube × Cursed × Curious
Fate/Zero
Hello, Hello and Hello
Hikaru ga Chikyuu ni Itakoro......
Kamisama no Memochou
Kamisu Reina Series
Leviathan of the Covenant
Magika no Kenshi to Basileus
Masou Gakuen HxH
Maou na Ore to Fushihime no Yubiwa
Owari no Chronicle
Seirei Tsukai no Blade Dance
Silver Cross and Draculea
A Simple Survey
Ultimate Antihero
The Zashiki Warashi of Intellectual Village
One-shots
Amaryllis in the Ice Country
(The) Circumstances Leading to Waltraute's Marriage
Gekkou
Iris on Rainy Days
Mimizuku to Yoru no Ou
Tabi ni Deyou, Horobiyuku Sekai no Hate Made
Tada, Sore Dake de Yokattan Desu
The World God Only Knows
Tosho Meikyuu
Up-to-Date (Within 1 Volume)
Heavy Object
Hyouka
I'm a High School Boy and a Bestselling Light Novel author, strangled by my female classmate who is my junior and a voice actress
The Unexplored Summon://Blood-Sign
Toaru Majutsu no Index: Genesis Testament
Regularly Updated
City Series
Kyoukai Senjou no Horizon
Visual Novels
Anniversary no Kuni no Alice
Fate/Stay Night
Tomoyo After
White Album 2
Original Light Novels
Ancient Magic Arc
Dantega
Daybreak on Hyperion
The Longing Of Shiina Ryo
Mother of Learning
The Devil's Spice
Tools
What links here
Related changes
Special pages
Page information