Editing
Kamisu Reina Indo:Jilid 1 Shizuka Wakui
(section)
Jump to navigation
Jump to search
Warning:
You are not logged in. Your IP address will be publicly visible if you make any edits. If you
log in
or
create an account
, your edits will be attributed to your username, along with other benefits.
Anti-spam check. Do
not
fill this in!
==Bagian 5== Aku sudah bilang Reina Kamisu kalau aku akan mengikutinya. Dia menyambut ku dengan tangan terbuka, tampak sangat senang dengan keputusanku. Tentu saja, salah satu alasan kebahagiaanya adalah meningkatkan efektifitas, tapi aku pikir dia pun senang akhirnya memiliki teman disisinya dalam pertarungan yang tak berujung. Aku tidak tahu berapa lama dia telah bertarung sejauh ini, tapi melenyapkan satu demi satu energi humanoid (yang mana terus bertambah sementara ini) seperti mengumpulkan pasir gurun sebutir demi sebutir. Aku paham. Mungkin dia sedang menunggu untuk seseorang sepertiku yang akan membantunya menyelamatkan dunia. Tidak, dia tetap menunggu. Seandainya jumlah orang yang membantunya terus meningkat, maka menyelamatkan dunia akan berhenti menjadi harapan hampa. Aku melihat sekeliling kamarku. Ini akan menjadi terakhir kalinya aku disini; emosi yang mendalam mengisi hatiku. Meski ini bukan kamar yang keren – yang didalamnya ada perabotan seperti meja dari ibuku dan benda seperti boneka aneh – tapi disini aku tertawa dan menangis terus tertawa dan menangis. Haruskah aku meninggalkan surat untuk orang tuaku dan Kazuaki? …Tidak usah, mereka akan mengelirukan itu sebagai kata-kata terakhir atau suatu hal. Padahal itu mungkin benar di mata mereka. Aku membuka kunci laci paling atas dan mengambil kalung salib. Reina Kamisu bilang kepadaku kalau aku perlu memakai sesuatu yang sangat berharga untukku. Ketika aku tanya alasannya, dia menjelaskan kalau aku memerlukannya sebagai tanda penyesalan. Aku bisa melihat bahwa aku mungkin secara tidak sengaja terjebak disisi lain dunia kecuali bila ada sesuatu yang merantaiku disisi ini. untuk menjadi seperti Reina, aku mungkin akan memerlukan sesuatu seperti itu. Aku kenakan kalungnya. Aku tidak akan goyah lagi. Aku menuruni tangga dan mengenakan sepatuku di pintu masuk. “Shizuka, mau kemana?” ibuku bertanya dari dapur tanpa memperlihatkan badannya. “Pergi agak jauh.” Bersama kata-kata ini, aku membuka pintu. Kini, energi humanoid dan manusia terlihat hampir sama untukku tapi aku masih bisa membedakan mereka entah bagaimana. Energi-energi itu tidak mempunyai niat dan tujuan, sehingga mereka praktis menetap di satu tempat; mereka bergumam sesuatu meskipun mereka sendirian, dan ketika mereka berbicara sendiri, ekspresi wajah mereka tidak berubah sedikitpun. Berjumpa dengan beberapa energi humanoid-berwujud makhluk saat aku menuju ke tempat dia menunggu. <i>{Kenapa kamu mencampakkan ku, Takeshi! Kamu bilang padaku kamu cinta kepadaku!} {Aku tidak memiliki satupun teman, aku tidak perlu hidup.} {Seandainya aku tidak menatap cewek sekolah yang montok itu, aku dan keluarga yang mengendarai mobil lain tidak harus mati. Kecelakaan yang bodoh!}</i> Diantara mereka ada seorang pria paruh baya: <i>{Kenapa kamu memecatku! Apa kesalahan yang aku perbuat!}</i> Nampaknya, dia bunuh diri setelah kehilangan pekerjaannnya. “Helo,” ucapku, untuk pertama kali tertuju ke energi humanoid. Bunuh diri setelah seseorang gagal dalam pekerjaan bukanlah hal yang biasa, tapi wajahnya agak mirip ayahku. <i>{Kamu bisa… melihatku?}</i> “Aku bisa. Aku juga bisa mendengarmu.” <i>{Aku mengerti… kamu tidak seharusnya berbicara kepadaku. Atau mungkin… tidak membahayakan untuk seorang wanita muda sepertimu?}</i> “Aku yakin tidak. Derajat kita sangat berbeda.” <i>{Derajat, kamu bilang… dengan kata lain, kamu pikir alasan kenapa aku melakukan bunuh diri kelihatan murahan dan klise untukmu?}</i> “Semacam itulah. Maksudku, kamu hanya akan mendapat penghasilan yang lebih sedikit bila kamu dipecat, dan cuma itu, kan?” Energi humanoid paruh baya melihat ku penuh kesedihan. Tidak, dia (?) mempunyai tampang penuh kesedihan melekat diwajahnya setiap saat. <i>{Ini tidak sesimpel itu, wanita muda.}</i> “Lalu apanya yang tidak sesimpel itu?” <i>{Aku buruk dalam menjelaskan sesuatu, sehingga aku tidak akan mampu meyakinkanmu, tapi pekerjaan adalah segalanya bagiku. Meskipun begitu, aku diberitahu sudah tak berguna untuk perusahaan. Apakah kamu mengerti apa yang aku maksud?}</i> “Aku mengerti, tapi aku belum terlalu yakin.” <i>{Aku menduga seperti itu. Tapi ada satu hal yang aku ingin kamu mengerti: tidak ada tempat untuk orang tua sepertiku. Bahkan tidak didalam keluarga yang aku nafkahi. Meskipun demikian, aku sangat percaya kalau aku dibutuhkan, bahwa aku roda dalam keluarga dalam perusahaan tempat aku bekerja.}</i> “Tapi kamu bukan lagi salah satu roda.” <i>{Tepat sekali. Dan aku tidak akan lagi bisa menjadi bagian dari apapun lagi.}</i> “Kupikir aku kurang lebih mengerti. Tetap saja… seseorang mengakhiri hidup karena itu adalah hal bodoh.” Dia menurunkan pandangannya dan menjawab, <i>{Ya… mungkin kamu benar.}</i> Kupikir kemudian aku melihat senyum samar diwajahnya. Dan dia berputar-putar ke kiri dan kekanan. “Seperti yang kusangka. Kamu sudah mati, bukan?” <i>{Apa maksudmu…?}</i> Aku menemukan dia. “Bukankah kamu mengingatku?” <i>{Tidak…}</i> Aku seharusnya sudah tahu; energi humanoid adalah inti dari energi kita, dan karena itu hanya memiliki kenangan yang paling penting. “Ketika kamu masih hidup, kamu pernah menabrak ku saat kamu terburu-buru keluar dari ruangan psikiater kita.” <i>{jadi begitu…maaf.}</i> “Oh, tak usah dipikirkan. Ngomong-ngomong, siapa namamu?” <i>{Atsushi Kogure…}</i> “Aku mengerti, Atsushi-kun ya.” <i>{Siapa namamu..?}</i> “Namaku? Aku Shizuka Wakui.” <i>{Ada urusan apa denganku, Shizuka-san?}</i> “Tidak ada, sebenarnya…kalau pun ada, aku agak merasa nostalgia.” <i>{Aku mengerti… tolong tinggalkan aku sendiri, kalau begitu?}</i> “Dingin banget, Hm…oke, lantas bolehkah aku bertanya satu hal?” <i>{Boleh…tapi aku tidak akan bisa menjawabmu karena aku tidak bisa mengingat apapun}</i> “Benarkah? Bagaimanapun aku akan bertanya. Kamu menabrakku – aku sudah bilang ke kamu, kan?” <i>{Ya…}</i> “<u>Apa lagi yang kamu teriakan saat terburu-buru keluar dari ruangan?</u>” Matanya melebar seketika. Aku terkejut – energi humanoid tidak merubah ekspresi mereka. <i>{Aku tidak tahu.}</i> Itu bohong. Lagipula, dia lebih memberi penekanan pada kata-katanya dibanding sebelumnya. <i>{Aku tidak tahu!}</i> dia berteriak, nampaknya merasakan keraguanku. Atsushi-kun berkata sudah jangan lagi setelah itu. Setelah berganti kereta beberapa kali, aku akhirnya turun dari kereta di stasiun terdekat dari sebuah danau tertentu yang telah aku kunjungi dahulu. Selama perjalanan, aku sekali lagi teringat kehadiran dimana-dimana dari energi-energi humanoid. Aku takut dunia bisa berbalik kapan saja. Melihat sekelompok gadis sekolah yang riang, aku merasa sedikit cemburu pada mereka. Mereka tidak perlu melihat ini dan tidak perlu mengetahui betapa tipisnya es yang kita pijak. Keseimbangan sama rapuhnya dengan melakukan triple axel pada ice rink diatas es ultra-tipis. Setelah memastikan posisi danau dipeta yang tergantung di stasiun, aku pergi ke tempat tujuanku. Selagi aku berjalan, aku mengingat kembali perkataan Reina. “<i>Air bekerja secara sempurna karena terhubung ke seluruh dunia.</i>” Untuk menemukan danau yang sesuai, aku harus mencari di google ‘tempat untuk melakukan bunuh diri’. Maksudku, ‘bunuh diri…? ‘Njir, ini bukannya aku ingin mati. Setelah berjalan selama 40 menit, aku sampai di danau. Aku bisa saja menggunakan sebuah taksi (aku tidak peduli dengan uang dari sekarang, lagian) tapi aku tidak ingin menyebabkan kesalahpahaman yang merepotkan. “Kamu terlambat.” Reina sudah disana duluan, menungguku dengan senyuman cantik yang tidak terjangkau akal. “Maafkan aku.” Tapi aku bisa kemari kapanpun aku mau, bukan? Lagipula kamu tidak bilang kepadaku kemana aku harus pergi. Aku memandang danau didepanku. Ah, aku mengerti. Tidak heran kalau ini menjadi tempat yang terkenal untuk bunuh diri. Betapa banyak jumlah energi-energi humanoid. Sebenarnya, ada banyak sekali, sehingga mereka telah bercampur baur menjadi makhluk yang sama sekali berbeda. Itu seperti dalam lukisan tua Youkais. Beberapa kepala mengulur kepada ku, mengamati ku dengan seksama. Mereka terlihat seperti buah anggur bagiku, dengan wujud kepala-kepala yang berkumpul tersebut seperti buah anggur. Aku mengerti. Dengan banyaknya mereka, ada suatu gelombang untuk setiap orang yang datang kesini, menarik mereka ke dalam kematian. Tentu saja, orang-orang yang kesini melakukan itu dengan niat bunuh diri; tapi sebetulnya seseorang mengakhiri hidup tidaklah begitu mudah. Ketakutan dan keterikatan hidup yang timbul saat menghadapi kematian membantu mencegah bunuh diri. Namun, dengan keadaan danau ini, <u>sudah sangat terlambat setelah mereka datang kesini.</u> Energi-energi humanoid tersebut mengeksploitasi hati yang hampa dari pengunjung yang berniat bunuh diri, memendekkan pemikiran logis mereka dan menarik mereka ke dalam kematian. “Shizuka, ada beberapa tempat seperti ini di dunia.” “Dan kita harus menghilangkan tempat-tempat itu satu per satu, iya kan?” “Mmm,” dia menggelengkan kepala, “Itu tidak mungkin.” “Kenapa…?” “Ini sesederhana seperti masalah banyak melawan beberapa. Kita memiliki terlalu sedikit kekuatan. Setelah sebuah tempat berubah seperti ini, tak bisa dibersihkan.” Aku melihat ‘mereka’ lagi. Aku mengerti. Setelah bercampur bersama, saling melengkapi satu sama lain, mereka berubah menjadi monster. Haruskah aku melangkah masuk dan menghapus mereka, mereka akan membawaku ke dalam juga dan masih berusaha memperoleh kembali bentuk mereka yang dulu. Sebuah mekanisme itu mirip suatu lubang hitam yang terbentuk di tempat ini. <u>Tempat ini tidak bisa dibersihkan lagi.</u> “Ah-“ Aku mengerti sekarang. Aku memahami semuanya. Ini dia. <u>Inilah yang terjadi saat sisi dunia kita berbalik.</u> Hubungan proporsional kita dalam kekuatan ditiadakan oleh sisi ini, dengan demikian <u>kita terbawa oleh mereka</u>. Jiwa kita dilahap, tubuh-tubuh kita menjadi berlubang dan membusuk. Itulah hasil kita disetir. “…Kita harus menghentikan peningkatan tempat ini, kan?” “Ya”, Reina mengangguk merespon kesadaranku. “Itulah misi kita.” Aku memerengut ke monster di depan kita. Semua makhluk mirip anggur itu tak berekspresi tapi tetap tak bersahabat. Mereka adalah – <u>musuhku</u>. Aku menekan kalung salibku dengan erat. “Reina, satu hal <i>terakhir</i>.” “…Satu hal terakhir?” dia tersenyum. “…Kamu benar. Ini baru dimulai.” “Memang! Lalu, apa yang ingin kamu ketahui?” “Kamu bilang bahwa semua orang punya peran tertentu, kan?” “Iya.” “Dan itu tugasku untuk menyelamatkan dunia,” tambahku. “Ya, hanya yang terpilihlah yang bisa melakukan itu.” “Jadi, aku terpilih karena aku memperoleh kekuatanku.” Dan – “- <u>Aku memperoleh kekuatanku karena insiden itu.</u>” Reina menggangguk dengan senyuman. Ya, aku mengerti. Aku mengerti sekarang. Tak pernah masuk akal bagiku: Kenapa aku harus begitu menderita? Tentu saja aku bukan orang suci, tapi aku pikir aku hidup dengan cukup rendah hati untuk mendapatkan tiket ke surga. Jadi kenapa insiden itu terjadi padaku dari sekian banyak orang? Itu tak pernah masuk akal. Tentu, realitas menyerang siapapun – tanpa pertimbangan apapun tapi menyerang dengan racun mematikan. Tapi tetap, aku tak berdaya gagal memahami kenapa ini terjadi padaku. Tetapi sekarang aku berucap dengan keyakinan: Ya, ada suatu alasan kenapa aku harus begitu menderita. Itu sederhana – -Itu diperlukan untuk menyelamatkan dunia. “Kamu benar, Shizuka,” dia berujar dengan senyuman hangat. “<u>Itu adalah cobaan yang dibebani kepadamu sehingga kamu bisa memenuhi misimu!</u>” Ya! Aku menemukan kebenarannya! Maksudku, selainnya tidak akan adil. Itu tidak adil bila seandainya aku satu-satunya yang tidak beruntung. Terlebih lagi, <u>bila tidak ada arti yang layak dalam insiden itu, penderitaanku akan sia-sia belaka.</u> “Ya, kalau begitu ayo, Reina! Kita mulai permainannya!” “Ya!” Ya, tidak ada alasan untuk goyah lagi. Aku tinggal mengumpulkan keberanian dan melompat ke dalam danau – Waktunya pergi ke panggung baru ku – Selagi aku memegang kalung salibku, aku melomp – “—Ah –“ Selagi – aku – memegang – kalung – ku – Suara, seseorang. <<big><i>-TSCHHHHHHHHHHHHHH–</i></big> Bekas luka. Tubuh. gaun putih. <i>“-Tidak.”</i> Shizukamenangis. <i>“-Tidak ada!”</i> <i><big>-TSCHHHHHHHHHHHHHH–</big></i> <i>“Nih…hadiah natal.” “Oh! Terimakasih, Kazuaki! Boleh aku buka?” “Tentu.” “Wow! Indah sekali! Tapi bukankah ini mahal?” “Tidak seberapa.” “Bukankah ini sebuah berlian ditengah salibnya?” “Ya, itu berlian…” “Hei, kalau begitu harganya mahal, pembual!” “D-Diam… biarkan aku pamer sedikit!” -<big>TSCHHHHHHHHHHHHHH–</big> “Kenapa ini harus terjadi padaku dari sekian banyak orang? Kenapa?” “Apakah ada artinya semua ini?” -<big>TSCHHHHHHHHHHHHHH–</big></i> Aku tidak akan berhenti menangis. Kazuaki tidak akan berhenti terlihat pilu. ''“Kenapa ini harus terjadi padaku dari sekian banyak orang? Kenapa?” “Apakah ada artinya semua ini?”'' Aku meratap seperti ini, menyentuh-nyentuh dirinya, sampai dia akhirnya membuka mulut, dan berujar: ''“-Tidak.” “-Tidak ada!”'' <i>“Tidak ada artinya, Shizuka! Jika ada, ini karena penyerangmu tak bisa menahan dorongan seksual mereka. Kamu kebetulan bertemu mereka, dan kamu kebetulan terlihat cukup bagus untuk mereka. Tapi itu bukanlah alasan yang kamu inginkan, kan?” “Realitas memperlakukan sama antara orang suci dan pendosa, menyerang mereka secara otomatis, acak, tanpa pertimbangan dan pemilihan apapun. Kamu harus menerima itu, Shizuka.”</i> Realitas memperlakukan sama antara orang suci dan pendosa, menyerang mereka secara otomatis, acak, tanpa pertimbangan dan pemilihan apapun. Ya, sekarang aku ingat – Itu bukan berasal dari keyakinan ku sendiri – Itu adalah pendapat jujur dan benar dari Kazuaki. ''<big>-TSCHHHHHHHHHHHHHH–</big>'' “Ada apa, Shizuka?” cewek yang begitu sangat cantik menanyakanku. Kalungku basah kuyup bersama keringatku. “Reina Kamisu – “ “Ya?" “Siapa kamu?” Reina Kamisu menahan napasnya. “…Ada apa tiba-tiba?” tanyanya. “<u>Itu adalah cobaan padaku sehingga aku bisa memenuhi misiku.</u>” “…Kenapa dengan itu?” “Kenapa dengan itu, kamu tanya? Jangan pura-pura! Seolah-olah hal itu bisa menjadi benar!” “<u>Seolah-olah suatu alasan akan muncul dengan mudah!</u>” Kehilangan kata-kata, Reina Kamisu hanya menatapku dalam sikap kebingungan. “Aku memahami semuanya. Aku mencari suatu alasan. Suatu alasan untuk penderitaanku. Itulah kenapa aku memunculkan logika energi-energi humanoid itu dan mencoba mencari perlindungan disitu.” Dia dengan diam-diam mendengarkanku. “Semua orang tahu kalau aku sedang berusaha lari dari kenyataan. Baik itu Mihara-sensei atau Kazuaki, atau semuanya. Mereka tahu aku melarikan diri. Lagi pula. Logika ku hanya masuk akal pada diriku sendiri. Tapi, tapi kenapa –“ “-Kenapa kamu bisa memahami aku!” “Itu aneh! Kenapa seseorang sepertimu, Reina Kamisu, tiba-tiba muncul begitu mudah untuk memastikan teoriku? Aku tidak sepenuhnya mempercayainya sampai kamu menampakkan diri, iya kan? Kenapa… kenapa kamu muncul begitu –“ “Yah,” dia memulai. “Karena itulah apa yang kamu inginkan, Shizuka,” katanya, sedikit mencibir bibirnya. “Kamu mencari sebuah eksistensi sepertiku. Orang ketiga yang akan mengubah delusimu menjadi kenyataan. <u>Diberi nama Reina Kamisu.</u>” Reina Kamisu tersenyum. Dengan sebuah senyuman nan begitu cantik yang tak mungkin pernah ada. Akhirnya, aku mengingat kembali – apa yang Atsushi Kogure teriakan saat dia terburu-buru keluar dari ruangan psikiater kami. Dan Atsushi-kun – -sudah tak ada lagi. “Ah…ah…” Aku memegang kalung salibku dengan erat. Tolong aku. Tolong aku, Kazuaki. “Apakah kamu berniat membunuhku?" Dia menatapku dengan heran saat aku bertanya seperti itu. “Kenapa aku harus?” dia membalas. “M-Maksudku, <u>itu benar kan bahwa kamu yang menggiring siswa SMA Shikura untuk melakukan bunuh diri, bukan begitu?</u>” Dia mengangkat tangannya ke dagunya dan menjawab setelah jeda sebentar, “Mungkin.” “…Mungkin?” “Aku sebenarnya tidak melakukan apa-apa.” “Itu tidak-“ “Tidak benar? Lantas bagaimana denganmu?” dia tiba-tiba bertanya. “Hah?” “Akankah kamu mampu terus hidup bila aku menghilang sekarang?” Ah – Aku paham apa yang dia maksud. Reina adalah suatu fenomena. Hanya suatu fenomena. Cepat atau lambat, kita menyadari kalau dia tidak benar, kemudian kita kehilangan dia. <u>Setelah kita kehilangan dukungan kalau Reina adalah milik kita, kita semua roboh oleh diri kita sendiri.</u> “…Kalau begitu tetaplah disisiku!” “Aku selalu berada disisimu. Selama kamu tidak menutup matamu dariku. Aku akan selalu bersamamu. Tapi…<u>bisakah kamu menerimaku ketika aku hanyalah suatu fenomena?</u>” Bersama dengan kata-kata ini, Reina Kamisu menghilang. Tidak, dia tidak menghilang. Aku hanya menganggapnya sebagai sesuatu yang tidak eksis. Kamisu Reina selalu <b>berada disini</b>. Aku berdiri sendirian ditepi danau. Aku berdiri sendirian, tanpa suatu alasan untuk penderitaanku. Aku berdiri sendirian, masih terus menderita. Tiba-tiba, aku ingat pemikiranku sebelumnya. -<i><u>sudah sangat terlambat setelah kamu datang kesini.</u></i> Aku menaikkan kepalaku menatap ke danau. Baiklah – Monster dengan puluhan serta ratusan wajah sedang menungguku.
Summary:
Please note that all contributions to Baka-Tsuki are considered to be released under the TLG Translation Common Agreement v.0.4.1 (see
Baka-Tsuki:Copyrights
for details). If you do not want your writing to be edited mercilessly and redistributed at will, then do not submit it here.
You are also promising us that you wrote this yourself, or copied it from a public domain or similar free resource.
Do not submit copyrighted work without permission!
To protect the wiki against automated edit spam, please solve the following captcha:
Cancel
Editing help
(opens in new window)
Navigation menu
Personal tools
English
Not logged in
Talk
Contributions
Create account
Log in
Namespaces
Page
Discussion
English
Views
Read
Edit
View history
More
Search
Navigation
Charter of Guidance
Project Presentation
Recent Changes
Categories
Quick Links
About Baka-Tsuki
Getting Started
Rules & Guidelines
IRC: #Baka-Tsuki
Discord server
Annex
MAIN PROJECTS
Alternative Languages
Teaser Projects
Web Novel Projects
Audio Novel Project
Network
Forum
Facebook
Twitter
IRC: #Baka-Tsuki
Discord
Youtube
Completed Series
Baka to test to shoukanjuu
Chrome Shelled Regios
Clash of Hexennacht
Cube × Cursed × Curious
Fate/Zero
Hello, Hello and Hello
Hikaru ga Chikyuu ni Itakoro......
Kamisama no Memochou
Kamisu Reina Series
Leviathan of the Covenant
Magika no Kenshi to Basileus
Masou Gakuen HxH
Maou na Ore to Fushihime no Yubiwa
Owari no Chronicle
Seirei Tsukai no Blade Dance
Silver Cross and Draculea
A Simple Survey
Ultimate Antihero
The Zashiki Warashi of Intellectual Village
One-shots
Amaryllis in the Ice Country
(The) Circumstances Leading to Waltraute's Marriage
Gekkou
Iris on Rainy Days
Mimizuku to Yoru no Ou
Tabi ni Deyou, Horobiyuku Sekai no Hate Made
Tada, Sore Dake de Yokattan Desu
The World God Only Knows
Tosho Meikyuu
Up-to-Date (Within 1 Volume)
Heavy Object
Hyouka
I'm a High School Boy and a Bestselling Light Novel author, strangled by my female classmate who is my junior and a voice actress
The Unexplored Summon://Blood-Sign
Toaru Majutsu no Index: Genesis Testament
Regularly Updated
City Series
Kyoukai Senjou no Horizon
Visual Novels
Anniversary no Kuni no Alice
Fate/Stay Night
Tomoyo After
White Album 2
Original Light Novels
Ancient Magic Arc
Dantega
Daybreak on Hyperion
The Longing Of Shiina Ryo
Mother of Learning
The Devil's Spice
Tools
What links here
Related changes
Special pages
Page information