Editing
Oregairu (Indonesia):Jilid 2 Bab 4
(section)
Jump to navigation
Jump to search
Warning:
You are not logged in. Your IP address will be publicly visible if you make any edits. If you
log in
or
create an account
, your edits will be attributed to your username, along with other benefits.
Anti-spam check. Do
not
fill this in!
===4-5=== Ketika kami memasukkan Kamakura ke dalam kotak kardusnya, dia mencoba menyentuhnya dengan cakar depannya. Setelah dia menghaluskan dasar kotaknya tiga kali, dia membuat suara purr dengan puas seakan untuk mengatakan , “Heh… cukup bagus.” Kalau begitu sekarang, semua yang perlu kami lakukan sekarang adalah menunggu kemunculan Kawasaki Saki. Masalahnya adalah kami tidak tahu kapan dia akan muncul. Panjangnya ceramah Hiratsuka-sensei tergantung pada keinginannya. “Mari kita bagi tugas,” usul Yukinoshita, mengambil alih situasinya. Dia menyuruh Totsuka menunggu sembunyi-sembunyi di depan ruang staf, selagi Yuigahama ditempatkan di samping area parkir sepeda. Komachi ditugaskan untuk berpatroli. Dan aku diperintahkan untuk menggotong kotak kardusnya dan berlari berkeliling. Setelah kamu pikir-pikir, yang lain sudah memiliki tugas mereka, tapi aku tidak ada tugas yang bisa dikerjakan sampai Kawasaki Saki terlihat. Selagi aku sedang menunggu, aku mengumpulkan tekad besarku dan pergi membeli sekotak Sportop dari mesin penjual minuman terdekat. Selagi aku menusukkan sedotanku dan meminum satu atau dua teguk, aku kembali ke posku. “Meong.” Aku mendengar suara meong Kamakura yang kukenali. “Meong.” Aku mendengar suara meong seorang gadis yang tidak kukenali. Aku secara refleks memeriksa sekelilingku, tapi tidak ada gadis lain selain Yukinoshita di sekitar sini. Untuk sekarang, aku memanggil gadis yang punggungnya menghadapku itu. “…apa yang sedang kamu lakukan?” tanyaku. “Apa yang sedang kamu bicarakan?” jawab Yukinoshita dengan polosnya. “Tidak apa-apa, hanya barusan kamu sedang berbicara dengan kucingnya.” “Yang lebih pentingnya, aku cukup yakin aku memerintahkanmu untuk pergi menunggu, tapi kelihatannya menjalankan instruksi sederhana itu saja sudah di luar kemampuanmu. Aku memasukkan level ketidakbecusanmu ke dalam pertimbanganku, tapi jujur saja kamu benar-benar melampaui perkiraanku. Aku heran bagaimana seharusnya aku mengutarakan perintahku untuk membuatnya cukup sederhana untuk dimengerti seseorang yang lebih bodoh dari anak SD.” Yukinoshita lima puluh persen lebih dingin dari biasanya dan nadanya begitu bengis. Matanya sedang memberitahuku bahwa aku akan mati jika aku mengucapkan satu patah kata lagi. “A-Aku mengerti. Aku akan kembali menunggu…” Selagi aku mengendap-endap kembali ke bangku tempat aku menunggu, ponselku mulai bergetar. Itu dari penelepon asing. Melihat dari timingnya, panggilannya hanya mungkin bisa dari Yuigahama atau Komachi atau Totsuka – atau mungkin Yukinoshita. Aku tahu nomor Yuigahama dan Komachi dan tidak mungkin Yukinoshita akan meneleponku setelah apa yang terjadi barusan. …jadi itu berarti panggilannya dari Totsuka?! “H-halo?!” “Oh, apa ini onii-san? Aku meminta nomormu dari Hikigaya-san.” “Aku tidak ada adik laki-laki ataupun adik ipar.” Aku memutuskan panggilannya pada saat itu juga, tapi panggilan lain datang dengan segera. Bahkan tanpa melihat wajahnya, aku tahu dia itu jenis orang yang persisten, jadi aku menyerah. “Hei, mengapa kamu memutuskan panggilannya?!” “Apa yang kamu ingin katakan?” “Hanya bahwa aku mendengar tentang kucing itu dan, yah, nee-chan ada alergi kucing.” Hening. Rencana kami gagal total. “Kenapa kamu tidak memberitahu kami dari tadi?” “Maaf, aku baru tahu.” “Astaga, aku mengerti, aku mengerti. Terima kasih sudah memberitahu kami. Sampai nanti.” Aku menutup teleponnya untuk kali terakhirnya dan dengan segera menuju ke tempat Yukinoshita berada. Yukinoshita sedang berjongkok di depan Kamakura dan menggelitik leher Kamakura. Kamakura sedang melengkung seperti bola. “Yukinoshita,” Aku memangilnya. Yukinoshita tiba-tiba melepaskan kucingnya dan hanya menatapku dengan kata “Ada apa sekarang?” terpampang di seluruh wajahnya. Astaga, lupakan saja itu. Cara dia terus menatapiku itu hanya akan membuatku mengingat apa yang terjadi sebelumnya. “Aku barusan mendapat panggilan dari Taishi dan rupanya Kawasaki ada alergi terhadap kucing. Jadi aku rasa dia tidak akan mengutip kucingnya meskipun kita meletakkannya disini.” “…huh. Itu menghancurkan rencananya,” kata Yukinoshita selagi dia membelai kepala Kamakura dengan sedih pada perpisahan mereka. Meong. [[Image:YahariLoveCom_v2-173.png|thumb|200px]] Ketika aku memanggil yang lain untuk memberitahu mereka kami sudah menghentikan rencananya, Yuigahama, Totsuka dan Komachi kembali kemari. “Onii-chan, kamu mendapat panggilan dari Kawasaki-kun?” tanya Komachi. “Er, ya.” Kemudian aku berkata, “Jangan pergi memberitahu nomor telepon pada orang asing. Bagaimana jika sesuatu yang berbahaya terjadi? Berhati-hatilah ketika kamu menangani informasi personal.” “Informasi personal Hikigaya-kun bukanlah masalah besar,” Yukinoshita mengejekku, tapi hanya setengah bercanda. “Bukan punyaku, tapi punya Komachi. Kamu dengar aku? Jangan berikan nomor teleponmu dengan gampangnya, oke? Terutama pada laki-laki.” “Tidak mungkin, kamu mengetahuinya?” Komachi mengelakkan peringatanku dengan sebuah tawa. Yah, adik kecilku adalah salah satu tipe “jangan ceramahi aku”. Itu tidak menghentikannya menjadi lebih superior dibandingku dalam hal-hal semacam ini. (Atau malah, akulah yang mesti mengejarnya.) Sekarang setelah operasi terapi hewan sudah gagal, kami perlu menemukan rencana lain. Karena aku sendiri tidak memiliki rencana, Aku melihat ke arah Yukinoshita. Ketika aku melakukannya, dia melihat pada Komachi dan diriku secara bergantian dan membuat helaan pelan. “…Kalian bersaudara cukup akur.” Dia bimbang. “Aku agak cemburu.” “Huh? Oh, orang-orang sering berkata begitu ketika mereka hanya anak satu-satunya. Itu bukanlah suatu hal yang hebat.” “Tidak, aku…” suara Yukinoshita melemah, yang jarang baginya. Biasanya dia akan menyatakan apapun yang ada dalam pikirannya, meski akibatnya akan melukai orang lain. “Tidak, tidak apa-apa.” Apa dia memakan sesuatu yang buruk, seperti salah satu biskuit Yuigahama atau semacamnya? “Kalau begitu sekarang, apa yang mesti kita lakukan? Kita perlu memikirkan sesuatu.” “Er, uh…” Totsuka mengacungkan tangannya dengan takut-takut. Dia melihat pada baik Yukinoshita dan Yuigahama dengan tampang tidak yakin di matanya, seakan dia ingin mengontribusikan sesuatu tapi tidak yakin bagaimana mengatakannya. Silahkan dan katakan saja, pikirku. Meskipun tidak ada orang lain yang mau menerimanya, aku akan menerimanya! Contohnya, aku bahkan akan menerima cinta yang tidak dapat diterima ini! “Silahkan,” kata Yukinoshita. “Aku tidak keberatan jika kamu mengutarakan isi pikiranmu. Itu akan membantu kita semua.” “Oke kalau begitu… jadi um, bagaimana jika kalian memberitahu Hiratsuka-sensei tentang itu? Aku rasa Kawasaki mungkin terlalu dekat dengan orangtuanya untuk memberitahu mereka tentang masalahnya. Tapi jika dia sedang berbicara pada orang dewasa lain, dia mungkin bisa mencurhatkan masalahnya, mungkin bisa?” Oh, sungguh pendapat yang hebat. Memang, dia mungkin tidak bisa membicarakannya pada orangtuanya karena mereka adalah orangtuanya. Contohnya, aku sepenuhnya tidak ada keinginan untuk membicarakan tentang porno atau kisah cintaku pada orangtuaku. Juga, aku tidak akan memberitahu mereka jika aku pergi ke sekolah dan ada coretan di atas mejaku, atau ada sampah di rak sepatuku, atau jika aku menerima sebuah surat cinta dan menjadi begitu bersemangat karenanya, hanya untuk mengetahui bahwa itu adalah lelucon teman sekelasku. Itulah mengapa pihak ketiga itu diperlukan. Seseorang yang dapat diandalkan dengan pengalaman hidup yang berlimpah mungkin bisa pergi dan membantunya. “Tapi Hiratsuka-sensei, katamu…” Ada sebuah faktor kekhawatiran disana. Bisakah kamu benar-benar memanggil orang semenyedihkan ini sebagai orang dewasa? Satu-satunya hal yang dewasa tentangnya adalah dadanya. “Dibanding dengan guru lain, Hiratsuka-sensei sangat dekat dengan murid-muridnya.” ujar Yukinoshita. “Tidak ada orang yang lebih cocok untuk ini.” “Oh, ya, kurasa.” Persis seperti yang dikatakan Yukinoshita, Hiratsuka-sensei memang bekerja keras dalam membimbing murid-muridnya. Dia mengarahkan murid-murid yang terjerat akan masalah pada Klub Servis, dan dia terhubung dengan murid-muridnya pada level harian. Dia mungkin bisa melakukan apa yang kami perlukan darinya karena pengamatannya begitu tajam dan semacamnya. “Kalau begitu aku akan mencoba menghubunginya.” Aku menjelaskan inti situasi Kawasaki Saki dalam pesan teksku. Alamat telepon Hiratsuka-sensei, yang sepenuhnya tidak kubutuhkan ataupun kuinginkan, telah berguna untuk sekali ini. “Itulah kira-kira. Aku memberitahunya kita akan menjelaskan lebih banyak di pintu masuk. Oke, itu akan membuatnya datang.” Setelah aku menutup ''email''nya, kami menunggu selama lima menit. Kami mendengar suara kaku dari sepatu hak tingginya menggesek lantai, menandakan kemunculan Hiratsuka-sensei. “Hikigaya, Aku mengerti situasinya,” katanya dengan wajah serius. “Aku akan mendengar detilnya.” Dia memadamkan rokok yang dihisapnya ke dalam asbak portabelnya. Aku menjelaskan apa yang kami tahu tentang Kawasaki Saki, dan juga apa yang kami duga. Hiratsuka-sensei mendengar dengan hening sampai aku selesai, yang kemudian dia membuat helaan yang pendek dan singkat. “Fakta bahwa murid sekolah kita sedang bekerja paruh waktu sampai lewat tengah malam adalah sebuah masalah serius. Kita perlu menyelesaikan masalah ini dengan cepat sebelum masalahnya mejadi lebih besar lagi. Aku akan menanganinya.” Hiratsuka-sensei terkekeh dengan gaya yang agak tidak professional. “Apa yang kamu lihat? Aku baru melepaskan Kawasaki sebelum aku datang kemari. Dan itu memakan dua menit lagi untuk sampai kemari.” …ada apa dengan perasaan tidak enak yang tidak dapat dijelaskan ini yang muncul di benakku? Keseluruhan tingkahnya berbau ''schadenfreude''<ref> Bahasa Jerman yang berarti senang di atas penderitaan orang lain </ref>. “Um, anda tahu anda tidak diizinkan untuk meninju atau menendangnya bukan?” “Tidak mungkin… kamu sadar aku hanya melakukan hal semacam itu padamu saja bukan?” “Tidak, itu sama sekali tidak romantis.” Selagi ini sedang terjadi, Kawasaki Saki muncul di pintu masuk. Dia menyeret kakinya dengan malas dan terkadang membuat uapan lebar. Dia menyandangkan tas sekolahnya ke bahunya dengan lesu seakan dia tidak memperdulikan apapun juga. Sikunya maju mundur dengan malas. “Tunggu dulu disana, Kawasaki,” Hiratsuka-sensei memanggil dengan nada memerintah pada punggungnya. Nada suaranya menggetarkan tanahnya dengan kasar. Mendengar itu, Kawasaki berpaling, matanya menyipit setengah seakan dia sedang menatapinya. Selagi dia berpaling, dia membungkuk dengan gerakan yang mulus. Hiratsuka-sensei juga tinggi, tapi dia inferior dibanding dengan Kawasaki. Kaki panjangnya, yang ditutupi dengan longgar oleh sepatunya, menendang sebuah kerikil dengan cekatan. “…anda perlu sesuatu?” kata Kawasaki dengan tak ramahnya dengan nada serak yang menyatakan “Aku tidak peduli”. Caranya berbicara dengan blak-blakan itu menakutkan. Dia tidak menakutkan seperti preman atau yankee jenis “Aku akan meninjumu sampai setengah mati!”. Dia menakutkan seperti wanita tua di bar mesum. Dia membuat jenis kesan seseorang yang sedang duduk di sudut kasir, sedang merokok dan memegang sebotol whisky di satu tangan. Di sisi lain, seluruh tubuh Hiratsuka-sensei juga menghasilkan aura yang sama menakutkannya. Dia menakutkan seperti seorang pria tua letih yang sedang menyajikan dirinya sebotol bir selagi dia memakan porsi soba kelimanya di sebuah rumah makan Chinese di depan stasiun di bagian kota yang kumuh, selagi meneriakkan hal-hal seperti, “Dia tidak ada harapan lagi! ''Pitcher'' yang sungguh sampah<ref> Pelempar bola di baseball </ref>” saat menonton siaran ulang ''baseball''. Apa ini, Clash of the Titans? “Kawasaki, Aku dengar kamu pulang telat ke rumah akhir-akhir ini – bahwa kamu pulang ke rumah pada subuh hari. Persisnya apa yang kamu lakukan dan dimana?” “Apa seseorang memberitahu anda itu?” “Informasi klienku sangat rahasia. Sekarang jawab pertanyaanku,” Hiratsuka-sensei berkata dengan nada kamu jangan mengatakan hal sampah. Kawasaki menghela dengan lesu. Kelihatannya, dia sedang mengejek sensei. “Tidak banyak. Apa itu benar-benar masalah kemana aku pergi? Tidak seperti aku sedang menganggu orang lain.” “Tapi kamu mungkin bisa di kemudian hari. Kamu tidak akan menjadi murid SMA selamanya. Tidakkah kamu tahu ada orang yang sedang mengawasimu? Seperti orangtuamu dan aku,” tegas Hiratsuka-sensei. Tapi Kawasaki hanya menatap dirinya dengan ekspresi bosan. Hilang kesabaran, Hiratsuka-sensei mencengkram lengan Kawasaki. “Tidakkah kamu pernah memikirkan bagaimana perasaan orangtuamu?” tuntutnya dengan serius, mencengkramnya seakan dia tidak akan pernah melepaskannya. Sentuhannya mungkin hangat dan lembut. Aku heran apakah perasaan penuh emosionalnya dapat meluluhkan hari Kawasaki. “Sensei…” bisik Kawasaki, menyentuh tangan Hiratsuka-sensei dan menatap langsung ke dalam matanya. Lalu- “Macam aku tahu bagaimana perasaan orangtuaku. Dan lagipula, tidak mungkin anda bisa tahu karena anda belum menjadi orangtua juga, sensei. Bukankah anda sebaiknya mengatakan hal itu setelah anda sendiri menikah dan melahirkan anak?” “Uuuuurk!” Kawasaki sudah membalikkan situasinya sepenuhnya. Hiratsuka-sensei kehilangan pijakannya seperti seorang petinju dihantam oleh tinju yang tiba-tiba. Dia sedang menerima sejumlah luka yang cukup dalam. Kelihatannya perasaan Hiratsuka-sensei tidak sampai padanya. “Sensei, anda seharusnya mengkhawatirkan masa depan anda sendiri sebelum anda mengkhawatirkan masa depanku. Seperti menikah dan semacamnya.” Tubuh Hiratsuka-sensei terjungkir saat menerima tinjunya terus menerus. Jadi lukanya sudah mencapai kakinya, huh… Dampak lukanya mencapai panggulnya, bahunya dan mengarah ke atas sampai ke kotak suaranya. Dia membuat suara serak, tapi tidak ada kata yang keluar. Matanya berlinang-linang. Si Kawasaki yang tak berperasaan itu tidak memperdulikannya dan menghilang ke area parkiran sepeda. Kami melihat pada satu sama lain tanpa mengatakan apapun, tidak tahu apa yang mau dikatakan. Yuigahama dan Komachi menatap tajam ke lantai, sementara Totsuka bergugam, “Kasihan sensei,” pada dirinya sendiri. Kemudian Yukinoshita meringkuk. Itu seakan dia sedang mencoba menyembunyikan sosoknya. Mengapa? Mengapa semua diserahkan padaku untuk melakukan sesuatu? Pikirku. Selagi aku melihat kondisi menyedihkan guruku, aku merasa terdorong untuk mengatakan sesuatu. Mungkinkah itu… bahwa aku sedang merasa kasihan padanya? “Er, uh… sensei?” kataku, berusaha untuk memikirkan kata-kata penghibur. Sensei berpaling dengan kaku seperti zombie. Dia terisak. “Aku pulang dulu…” katanya dengan suara yang tipis dan bergetar selagi dia mengusap matanya dengan sisi ibu jarinya. Dan kemudian, bahkan tanpa menunggu jawabanku, dia mulai berjalan dengan terhuyung-huyung menuju ke parkiran mobil. “A-Anda sudah berusaha yang terbaik.” Selagi aku melihat figur sendiriannya tersandung di kejauhan, sinar matahari sore menusuk mataku dan membuat air mataku berlinang. Tolong, seseorang cepat nikahi dia. <br /> <center>× × ×</center> <br />
Summary:
Please note that all contributions to Baka-Tsuki are considered to be released under the TLG Translation Common Agreement v.0.4.1 (see
Baka-Tsuki:Copyrights
for details). If you do not want your writing to be edited mercilessly and redistributed at will, then do not submit it here.
You are also promising us that you wrote this yourself, or copied it from a public domain or similar free resource.
Do not submit copyrighted work without permission!
To protect the wiki against automated edit spam, please solve the following captcha:
Cancel
Editing help
(opens in new window)
Navigation menu
Personal tools
English
Not logged in
Talk
Contributions
Create account
Log in
Namespaces
Page
Discussion
English
Views
Read
Edit
View history
More
Search
Navigation
Charter of Guidance
Project Presentation
Recent Changes
Categories
Quick Links
About Baka-Tsuki
Getting Started
Rules & Guidelines
IRC: #Baka-Tsuki
Discord server
Annex
MAIN PROJECTS
Alternative Languages
Teaser Projects
Web Novel Projects
Audio Novel Project
Network
Forum
Facebook
Twitter
IRC: #Baka-Tsuki
Discord
Youtube
Completed Series
Baka to test to shoukanjuu
Chrome Shelled Regios
Clash of Hexennacht
Cube × Cursed × Curious
Fate/Zero
Hello, Hello and Hello
Hikaru ga Chikyuu ni Itakoro......
Kamisama no Memochou
Kamisu Reina Series
Leviathan of the Covenant
Magika no Kenshi to Basileus
Masou Gakuen HxH
Maou na Ore to Fushihime no Yubiwa
Owari no Chronicle
Seirei Tsukai no Blade Dance
Silver Cross and Draculea
A Simple Survey
Ultimate Antihero
The Zashiki Warashi of Intellectual Village
One-shots
Amaryllis in the Ice Country
(The) Circumstances Leading to Waltraute's Marriage
Gekkou
Iris on Rainy Days
Mimizuku to Yoru no Ou
Tabi ni Deyou, Horobiyuku Sekai no Hate Made
Tada, Sore Dake de Yokattan Desu
The World God Only Knows
Tosho Meikyuu
Up-to-Date (Within 1 Volume)
Heavy Object
Hyouka
I'm a High School Boy and a Bestselling Light Novel author, strangled by my female classmate who is my junior and a voice actress
The Unexplored Summon://Blood-Sign
Toaru Majutsu no Index: Genesis Testament
Regularly Updated
City Series
Kyoukai Senjou no Horizon
Visual Novels
Anniversary no Kuni no Alice
Fate/Stay Night
Tomoyo After
White Album 2
Original Light Novels
Ancient Magic Arc
Dantega
Daybreak on Hyperion
The Longing Of Shiina Ryo
Mother of Learning
The Devil's Spice
Tools
What links here
Related changes
Special pages
Page information