Editing
Oregairu (Indonesia):Jilid 9 Bab 7
(section)
Jump to navigation
Jump to search
Warning:
You are not logged in. Your IP address will be publicly visible if you make any edits. If you
log in
or
create an account
, your edits will be attributed to your username, along with other benefits.
Anti-spam check. Do
not
fill this in!
===7-6=== Keesokan harinya pada hari Sabtu dan aku sudah keluar sejak pagi. Aku keluar untuk tujuan mengumpulkan data di Destinyland. Memakan sekitar dua puluh menit untuk sampai ke stasiun Maihama menaiki kereta api yang juga tempat kami akan bertemu. Hanya pada saat-saat seperti inilah kamu bisa iri dengan orang-oranng Chiba. Juga, orang-orang yang berkata “bukankah semua orang di Chiba mendapat upacara Akil-Balignya di Destinyland?” dan menjadi iri itu biasanya orang-orang dari Kota Urayasu<ref> </ref>. Itu adalah sesuatu yang tidak menyangkut mayoritas besar<!--a good majority--> orang-orang yang hidup di Chiba. Sementara aku mendapat pemikiran tersebut di otakku, kereta api akan berguncang dan pemandangan Destinyland memasuki pandangan dari luar jendela. Aku menyelipkan seruan “…ooh” kecil sebagai responnya. Sekali kamu melihat Kastil Tembok Putih dan gunung berapi aktif yang memuntahkan atraksi asap, itu benar-benar memang membangkitkan semangatmu meskipun kamu tidak tertarik untuk datang pada awalnya.<!--prior interest to coming.--> Ketika aku sampai ke tujuanku, Stasiun Maihama, aku dengan riang melompat turun dari kereta api. Bahkan mulai dari stasiunnya, hal-hal seperti lonceng keberangkatan diubah menjadi sesuatu yang berhubungan dengan Destiny dan bentuk jam yang unik membuatmu berapi-api. Untuk ditunjukkan semua ini membuatmu ingin bersenang-senang di Destinyland dengan segera secepat mungkin. Setelah meninggalkan gerbang tiket dalam suasana hati yang riang gembira, tempat bertemunya segera masuk ke dalam pandangan. Aku terus menerus mengalihkan mataku ke sekeliling heran apa semuanya sudah di sini dan suatu suara memanggil diriku. “Hikki, yahallo!” Jangan sapa orang seperti itu di sini… Aku tidak perlu melihat<!--confirm--> untuk tahu siapa dia. Ketika aku melihat ke sana, Yuigahama yang sedang mengenakan topi bobble<ref> [http://assets.instyle.co.uk/instyle/live/styles/article_landscape_600_wide/s3/galleries/12/11/Pinkandgreyknitbobblehat3instore5.11.12.jpg?itok=rcR0WPX_ Bobble hat] </ref> rajutan melambaikan lengannya. Dia pastilah sudah merasa tegang dari tadi<!--The tension must have gotten to her--> sebab dia sedang menenteng mantel warna krem beigenya di lengannya. Dia sedang mengenakan sweater rajutan panjang dengan sebuah syal panjang yang mengelilingi lehernya dan tangannya ditutupi dengan sarung tangan mitten<ref> [http://onmilwaukee.com//images/articles/mp/mptvmittens/mptvmittens_fullsize_story1.jpg Sarung tangan dengan hanya dua bagian. Satu untuk ibu jari dan satu untuk keempat jari.] </ref>. Kelihatannya dia sudah dipersiapkan terhadap musim dingin dengan semestinya. Tapi rok mini yang dikenakannya dengan celana ketat di bawahnya itu terlihat sedikit dingin. Tapi dia mungkin sudah memasukkan itu ke dalam pertimbangannya dengan mengenakan semacam sepatu bot pendek berbulu halus untuk menyeimbangkannya. Di sisi lain, tetangganya yang berdiri itu, Yukinoshita, dengan tertutup<!--firmly--> mengenakan mantel putih yang kerahnya dinaikkan. Sarung tangan hitamnya yang dipolesi dengan kulit dan syal motif tartannya terlihat hangat. Yukinoshita sedang mengenakan rok berlipat yang agak pendek, tapi memakai kaos kaki ketat panjang berwarna hitam<!--tights--> dan sepatu bot panjang yang tidak memberikan kesan bahwa dia merasa dingin. “Oh, kalian begitu awal.” Aku berjalan ke arah depan papan penanda arah tempat mereka berdiri dan menyapa mereka. “Sampai lima menit lebih awal sebelum waktu yang dijanjikan itu merupakan perilaku standar di dalam masyarakat.” Kata Yukinoshita dengan acuh tak acuh. Yuigahama mengangguk setelahnya. “Benar, benar, Yukinon juga benar-benar awal. Kupikir aku sendiri cukup awal sampai ke mari, tapi Yukinon yang pertama di sini.” “…Aku hanya tidak mau berurusan dengan kereta api yang padat.” Yukinoshita tiba-tiba memalingkan wajahnya selagi dia menjawab. Ketika dia melakukannya, rambut hitamnya yang jelas sekali berlawanan dengan mantel putihnya melambai-lambai. Yukinoshita benar-benar menanti-nantikan Destinyland, bukan? Dia begitu polos<!--earnest-->… Yah, pokoknya, sekarang kami bertiga sudah berkumpul. “Hanya tinggal Isshiki, huh?” “Ah, kalau kamu sedang membicarakan tentang Iroha-chan, dia di sebelah sana.” Ketika aku melihat ke arah yang ditunjuk Yuigahama, Isshiki baru saja meninggalkan toko pedagang kaki lima stasiun itu. Dan yang menyertainya dari belakang ada seseorang lagi. Dia adalah Hayama Hayato. …Yah, itu sudah diduga. Itu Isshiki yang sedang kita bicarakan di sini. Dia mungkin melakukan ini dan itu seperti menangis dan dengan keras kepala menempelinya untuk membuat dia datang. Jadi kelihatannya akan ada kami berlima yang berjalan berkeliling hari ini. Atau begitulah yang kupikir ketika orang yang muncul dari belakang Hayama adalah Miura. Dan setelahnya ada Tobe dan Ebina-san. Aku menekan-nekan mataku dan aku memastikan lagi pemandangan di depan mataku. Yuigahama dan Yukinoshita ←Masuk akal. Isshiki dan Hayama ←Masuk akal. Miura, Tobe, Ebina-san ←Tidak Masuk akal. Apa-apaan ini…? “Hei, kenapa orang-orang itu juga di sini…?” Aku melihat ke arah mereka berdua untuk mencari sebuah penjelasan akan pemandangan yang tak terduga ini. Ketika aku melakukannya, pandangan Yukinoshita beringsut pada Yuigahama yang bahunya tersentak sebagai responnya. “U-Ummm…” Yuigahama meremas dan menepuk topi rajutannya selagi pandangannya berkeliaran. Kelihatannya itu adalah pengganti terhadap tingkah menyentuh-nyentuh rambut ''bun''nya. “Ma-maksudku, kita toh ada rencana untuk bepergian… La-lagipula, aku tidak bisa menjadi satu-satunya teman Isshiki! Aku dihadapkan pada dua pilihan sulit, kamu tahu!” Yuigahama memegangi kepalanya. Setelah itu, Yukinoshita membuat helaan pendek. Aku juga ingin menghela, tapi ada sesuatu lagi yang ingin kukatakan dulu. Aku memandang ke arah Yuigahama yang sedang mengerang dengan kepalanya pada tangannya. “Nah, jangan kamu pergi mengajak mereka ikut hanya karena kamu bisa melakukannya. Kamu akan mengurus mereka bukan?” “A-aku benar-benar akan melakukannya, oke!” Yuigahama melesatkan kepalanya ke atas dan mengatakannya. Yukinoshita, yang sedang melihatinya, berkata. “Kalau begitu seharusnya itu tidak ada masalah. Itu bukan sesuatu yang perlu terlalu kita kuatirkan.” “Yukinon…” Yuigahama entah kenapa kelihatannya sangat tersentuh sekali selagi dia melihat ke arah Yukinoshita, tapi kamu tahu, barusan itu, hal itu lo, dia sebenarnya baru saja menyatakan bahwa itu tidak ada hubungannya dengan dirinya<!--nothing to do with-->… “Kurasa, namun…” Selagi aku mengatakan itu, ada sesuatu lagi yang sedikit mengganguku. Untuk sekarang, ini mungkin sesuatu yang harus kusebutkan. “Yuigahama… jangan repot-repot mencoba mendukung mereka<!--Tobe dan Ebina--> atau semacamnya.” “Ah, oke… Baiklah, kurasa.” Setelah dia mengatakan itu, Yuigahama membuat ekspresi murung dan menunduk ke bawah. Sekarang ini, kami masih belum cukup dewasa untuk ikut campur ke dalam masalah orang lain. Itulah kenapa kami akan pasti berakhir keliru mengenai banyak hal. Aku rasa ini adalah sesuatu yang pasti harus kusebutkan. Yuigahama sedang bermain-main dengan topi rajutannya seakan dia sedang memikirkan sesuatu. Pandangannya masih menghadap ke bawah, tapi melihat bagaimana dia sedang bersikap, aku sadar bahwa dia juga memahaminya. “…Yah, tidak banyak yang bisa kita lakukan karena mereka sudah dipanggil. Begini juga bisa karena kita bisa membuat mereka membantu mengumpulkan data dan mengambil foto.” Kenyataannya, aku benar-benar tidak banyak mengharapkannya, tapi toh aku berkata begitu. Ketika aku mengatakannya, Yuigahama akhirnya mengangkat kepalanya. “Ya, benar…” Yuigahama terlihat seperti dia sedang memaksa dirinya untuk tersenyum sedikit. Yukinoshita yang sedang melihat dirinya menyisir rambutnya dan mengarahkan senyuman kecil pada Yuigahama. “Kalau kita akan pergi mengumpulkan data, itu mungkin ide yang bagus untuk memutuskan bagaimana kita akan pergi berkeliling.” Wajah Yuigahama segera berbinar-binar. “Ah, itu sudah pasti! Apa yang harus kita naiki dulu?” “Yah, mungkin itu…” Aku melihat ke arah kereta api yang berhenti di serambi Jalur Keiyo. “Kereta api!? Kamu benar-benar siap untuk pulang ke rumah!?” Selagi kami berbicara, Isshiki dan yang lain berjumpa dengan kami. “Senpai, selamat pagiiiii untukmu.” “Ya.” Aku membalas suatu sapaan kecil pada Isshiki. Yang mengikuti persis di sampingnya adalah Hayama yang berbicara padaku dengan senyuman lemah<!--meek-->. “…Hei.” “Yo…” Kata-kata yang kami tukarkan itu pendek. Tapi pandangan yang kami tukarkan itu sudah cukup untuk menggantikannya. Aku sedang mencoba untuk memastikan apa itu yang tersembunyi di balik senyumannya sementara itu terasa seakan Hayama sedang mencoba melihat sesuatu di dalam diriku. Ketika aku sedang memikirkan hal-hal itu, suatu hawa dingin yang tiba-tiba menjalari sumsumku. Huh!? Niat membunuh! Tidak, niat busuk! Merasakan keberadaan yang mencurigakan itu, aku segera berpaling ke belakang dan Ebina-san sedang membuat suatu senyuman busuk. Tapi ketika mata kami bertemu, dia segera menekan niat busuk itu dan dengan riang melambaikan tangannya. “Halo, halo.” “Huuuh? Hikio juga di sini?” Dari belakang Ebina-san adalah Miura yang menunjukkan wajahnya, mengintip sedikit ke arah kami. Di sana, Tobe yang sedang berdiri di sampingnya meledak tertawa. “Nah, nah, Yumiko, Hikio itu terlalu kocak sekali. Omong-omong, dia itu Hikitani-kun.” Dua-dua itunya salah<!--though-->… “Karena kita semua sudah di sini sekarang, ayo kita pergi?” Setelah Isshiki melihat ke sekeliling dan mengatakannya, kami semua mulai berjalan. Kami berdiri di antrian yang sedang menunggu di pintu masuk, menukarkan tiket kami menjadi kartu pass, dan masuk ke dalam dari gerbang pintu masuk. Ketika kami sampai ke semacam plaza, suaraku menyelip keluar. Bagian depan yang terintip dari gerbangnya memiliki pohon Natal raksasa yang diterangi. Ada bangunan-bangunan ala barat yang terjajar di sepanjang jalan dengan Kastil Tembok Putihnya di belakang. Itu seakan kami sedang berada dalam suatu film. Dan ada suatu pemandangan yang kuperhatikan digunakan dalam film-film dengan motif Natal. Tiba-tiba, beberapa film terlintas dalam pikiranku. Tapi untuk beberapa alasan, film pertama yang muncul di dalam kepalaku adalah “Home Alone 2”. Sekarang itu aneh. Aku cukup yakin aku juga menonton banyak film lain… Untuk sementara ini, kami masih ada masalah mengumpulkan data, jadi aku mengeluarkan kamera digitalku dari jaket blousonku<ref> [http://www.highsnobiety.com/news/wp-content/uploads/2010/02/head-porter-plus-line-blouson-front.jpg Jaket Blouson] </ref> dan menjepret-jepret foto dengan ribut. Pada waktu yang bersamaan, kelompok gadis-gadis itu sedang memekik selagi mereka mulai berdiri di belakang antrian di depan pohon Natal itu untuk mengambil foto. Yukinoshita yang berada di samping Yuigahama terlihat sengsara sebab dia terjebak di tengah-tengah mereka. Kelihatannya dia tidak begitu terbiasa dengan suasana semacam itu. Tentu saja, karena Hayama ada dalam kelompok prianya, kami tidak ada pilihan selain ikut berbaris juga. Dan kemudian, ada Tobe yang bahkan lebih bising dari para gadis itu. Dia berbaris di belakang para gadis, melihat ke arah pohonnya, dan berteriak. “Uoooooh! Pohonnya menaaaaabjubkan! Benar-benar menjadi terpompa di siniii!” Hayama melihat ke arah Tobe dengan senyuman masam. Kami menunggu sejenak sebelum akhirnya giliran kami untuk mengambil foto. Kelihatannya staf taman itu yang akan mengurus pengambilan fotonya untuk kami, jadi aku tidak ada masalah untuk sekarang.<!--I was fine for now(diperlukan)--> Setelah satu foto kelompok, berbagai foto lain diambil: satu dengan semua gadis, satu dengan hanya Hayama, Miura, dan Isshiki, satu dengan Yukinoshita dan Yuigahama, dan seterusnya. Selagi melihati mereka, angka-angka permutasi dan kombinasi<!--sequence--> muncul dalam pikiranku. Akhirnya, mereka akhirnya selesai mengambil foto-foto dan ketika aku mulai berjalan berpikir kami akhirnya bisa pergi, Yuigahama mendekatiku dengan ponsel di satu tangan. “Hikki, terima kasih sudah menunggu.” Di sampingnya ada Yukinoshita yang menghela seakan hanya mengambil foto-foto itu saja melelahkan. Apa itu ya? Apa jiwanya tersedot?<!--sucked away--> Di sana, Yuigahama mencengkram tangan Yukinoshita. Dia kemudian menarik syalku. Ketika dia tiba-tiba menarik diriku, aku tersandung ke depan. Wajah Yuigahama begitu dekat. Dan yang menghadap di hadapanku adalah wajah kaget Yukinoshita. Dan kemudian ada suara jepretan kamera yang berturut-turut. Satu dari ponsel Yuigahama dan satu lagi dari Ebina-san yang sedang berdiri sedikit lebih jauh. “Yuiii, Aku mengambil gambarnya.” “Ah, terima kasiiih.” Ketika Yuigahama mengambil kameranya dari Ebina-san, dia menekan tombolnya untuk memeriksa gambar-gambarnya. “…Yuigahama-san.” “Jangan pergi mengambil foto seperti itu…” Baik suara Yukinoshita dan suaraku muncul bersamaan. Alis Yukinoshita diangkat dan dia terlihat sedikit geram. Tapi di hadapan itu, Yuigahama berbicara dengan ekspresi biasa-biasa saja<!--nonchalant-->. “Maksudku, kalau aku meminta kalian berdua, kalian berdua mungkin tidak akan membiarkan aku mengambil fotonya.” “Tidak, tidak juga.” Yang ada<!--if anything-->, membiarkanku tahu akan lebih baik. Jika aku setidaknya siap secara mental. Aku bisa diambil foto yang lebih baik. Wajahku merah di foto yang baru saja kami ambil barusan tadi jadi itu agak menggangu. “…Bagaimanapun juga, itu bukanlah alasan yang bagus untuk mengambil foto sesuka hatimu saja<!--however you please-->.” Yukinoshita membuat suatu helaan. Ketika dia melakukannya, Yuigahama merasa putus asa seakan dia merasa toh dia memang melakukan sesuatu yang salah. “A-aku minta maaf. Aku akan menanyakannya lain kali.” “…Tidak akan ada lain kali.” [[File:YahariLoveRom-v9-307.png|thumbnail|200px]] Walaupun dia sedang memasang senyuman senang dalam ekspresinya, suaranya begitu dingin sekali. Ketika dia mengatakan itu, Yukinoshita segera berjalan duluan. “A-aku benar-benar minta maaf! Yukinon, tunggu akuuu!” Yuigahama berlari mengejar Yukinoshita dengan panik. Laju Yukinoshita perlahan melamban dan akhirnya mereka berdua berjalan berdamping-dampingan. Aku sedang mengamati mereka dari sekitar dua langkah di belakang. Perasaan jarak yang selalu coba mereka berdua cari tahu itu kemungkinannya sudah seperti yang biasanya.<!--how it used to be.--> <br /> <center>× × ×</center> <br />
Summary:
Please note that all contributions to Baka-Tsuki are considered to be released under the TLG Translation Common Agreement v.0.4.1 (see
Baka-Tsuki:Copyrights
for details). If you do not want your writing to be edited mercilessly and redistributed at will, then do not submit it here.
You are also promising us that you wrote this yourself, or copied it from a public domain or similar free resource.
Do not submit copyrighted work without permission!
To protect the wiki against automated edit spam, please solve the following captcha:
Cancel
Editing help
(opens in new window)
Navigation menu
Personal tools
English
Not logged in
Talk
Contributions
Create account
Log in
Namespaces
Page
Discussion
English
Views
Read
Edit
View history
More
Search
Navigation
Charter of Guidance
Project Presentation
Recent Changes
Categories
Quick Links
About Baka-Tsuki
Getting Started
Rules & Guidelines
IRC: #Baka-Tsuki
Discord server
Annex
MAIN PROJECTS
Alternative Languages
Teaser Projects
Web Novel Projects
Audio Novel Project
Network
Forum
Facebook
Twitter
IRC: #Baka-Tsuki
Discord
Youtube
Completed Series
Baka to test to shoukanjuu
Chrome Shelled Regios
Clash of Hexennacht
Cube × Cursed × Curious
Fate/Zero
Hello, Hello and Hello
Hikaru ga Chikyuu ni Itakoro......
Kamisama no Memochou
Kamisu Reina Series
Leviathan of the Covenant
Magika no Kenshi to Basileus
Masou Gakuen HxH
Maou na Ore to Fushihime no Yubiwa
Owari no Chronicle
Seirei Tsukai no Blade Dance
Silver Cross and Draculea
A Simple Survey
Ultimate Antihero
The Zashiki Warashi of Intellectual Village
One-shots
Amaryllis in the Ice Country
(The) Circumstances Leading to Waltraute's Marriage
Gekkou
Iris on Rainy Days
Mimizuku to Yoru no Ou
Tabi ni Deyou, Horobiyuku Sekai no Hate Made
Tada, Sore Dake de Yokattan Desu
The World God Only Knows
Tosho Meikyuu
Up-to-Date (Within 1 Volume)
Heavy Object
Hyouka
I'm a High School Boy and a Bestselling Light Novel author, strangled by my female classmate who is my junior and a voice actress
The Unexplored Summon://Blood-Sign
Toaru Majutsu no Index: Genesis Testament
Regularly Updated
City Series
Kyoukai Senjou no Horizon
Visual Novels
Anniversary no Kuni no Alice
Fate/Stay Night
Tomoyo After
White Album 2
Original Light Novels
Ancient Magic Arc
Dantega
Daybreak on Hyperion
The Longing Of Shiina Ryo
Mother of Learning
The Devil's Spice
Tools
What links here
Related changes
Special pages
Page information