Editing
Hakomari (Indonesia):Jilid 3 Putaran Pertama
(section)
Jump to navigation
Jump to search
Warning:
You are not logged in. Your IP address will be publicly visible if you make any edits. If you
log in
or
create an account
, your edits will be attributed to your username, along with other benefits.
Anti-spam check. Do
not
fill this in!
===▶Hari Kedua <B> Ruangan utama=== Sebuah kantong kecil berada di atas meja di ruang utama. Isinya hampir sama dengan yang kumiliki di kamarku. Hanya saja jamnya bukan biru, tapi krem. Perangkat portablenya pun sudah tidak bisa digunakan. Juga ada enam porsi makanan. Dengan kata lain, jika seseorang mati, kamu bisa mencuri makanan mereka dan menambah batas waktumu. Mungkin ini akan jadi alasan lain untuk melakukan pembunuhan. Ini menjijikan. Kami hanya duduk terdiam di atas tempat duduk kami dan menatapi kantong kecil itu. Di sampingku, Daiya menyeka darah yang ada di mulutnya. Ia dipukul Kamiuchi-kun tak lama setelah blok <B> dimulai. Kamiuchi-kun percaya bahwa si [Revolusioner]―yang membunuh Yuuri-san―adalah Daiya. "...setidaknya ia tidak menggunakan pisaunya." Kaichou, yang menghentikan kemarahan Kamiuchi-kun bersama dengan Maria, berbisik pada Daiya. ―tidak aneh kalau orang-orang mulai saling membunuh sekarang. "Hei, kita coba tenang dan fikirkan lagi. Pertama: si [Revolusioner] membunuh Yuuri. Ia membunuh gadis baik itu. Juga, pelakunya ada di antara kita. Sudah pasti." Awalnya, dia kelihatan tenang seperti kemarin, tapi ekspresinya terlihat seperti dipaksakan dan kehilangan ketenangannya. Dan tatapannya terasa sangat tajam. "Tujuan kita adalah untuk keluar dari [Perebutan Kerajaan]. Tapi sekarang kita punya tujuan kedua. Ini adalah, <u>untuk mencari dan membunuh si [Revolusioner]</u>. Itu oke, 'kan?" "Tunggu, Shindou. Kenapa kamu yang menyetujuinya sendiri?" "Otonashi-san. Maaf, tapi keberatan tidak kuterima. Perlu kujelaskan? Pertama, kita akan dibunuh olehnya kalau kita tetap diam. Kedua, aman kalau kita menganggap ialah si pembawa masalah atau antek-anteknya, karena ia melakukan pembunuhan saat ini. Ketiga, aku tidak akan puas sampai ia dapat hukumannya." "Kamu bilang hidupmu akan hancur dengan membunuh orang lain. Jadi, dengan kata lain, kamu sekarang mau menghancurkan hidupmu?" Tanya Maria. Kaichou kehilangan kata-katanaya untuk sesaat. Tapi kemudian dia menjawab dengan lancar. "Entahlah. Tapi aku tidak bisa memaafkannya yang membunuh Yuuri dengan cara yang begitu keji." "......begitu." Karena mungkin mengira bahwa mustahil dan tidak wajar untuk membujuknya seperti itu. Maria berhenti bicara. "Tujuan kita sudah ditentukan. Atau ada yang ingin menambahkan?" Kaichou melihat pada kami, yang hanya duduk dengan diam. "Tidak ada? Oke, kalau begitu aku sampaikan pendapatku soal―" Dia menghentikan kata-katanya dan membelalakkan matanya, kelihatan terkejut. Daiya, yang tidak ikut memperhatikan pembicaraan kami tadi, mengangkat tangannya. "Kamu ingin bilang sesuatu?" "Ya. ...aku akan diam kalau kalian tak tertarik omongan si tersangka, sih." "Aku tidak akan bilang begitu. ...tapi ada apa? Dari tadi, 'kan, kamu terus diam?" "Dalam situasi begini, tidak mungkin aku akan tetap diam kalau aku pasti jadi orang yang akan dibunuh selanjutnya." "Yah, itu tidak mengejutkan, 'kan?" Kamiuchi-kun tersenyum pada perbincangan mereka. "Silahkan saja. Tapi apapun yang kau katakan, aku tidak akan mengganti keputusanku, jadi setiap perkataanmu hanya akan jadi suara yang mengganggu saja, tau?" "Aku tidak peduli." Daiya mengeluarkan kata-kata itu dan mengalihkan pandangannya pada Kaichou. "Satu pertanyaan: kenapa si [Revolusioner] memilih Yanagi Yuuri?" "Sebenarnya aku sendiri tidak tau." Kamiuchi-kun menggemertakkan giginya pada Kaichou, yang mengatakannya dengan tidak serius. "Apa maksud kalian, Senpai? Bukankah itu sama saja? Apa kita perlu tau lebih dari orang itu, yang merupakan si [Revolusioner], si bangsat yang pantas dibunuh?" "...Kamiuchi, maukah kau membunuh Yanagi dulu kalau kau itu si [Revolusioner] dan harus membunuh seseorang?" "Bisakah sampah sepertimu berhenti bicara denganku? Satu-satunya alasan aku duduk di sini dengan patuh hanya karena kau pasti akan dibunuh oleh [Sihir]!" "Hah... Kau bahkan tidak bisa mengerti bahasa manusia, 'kah?" Daiya mengangkat bahunya. "Bagaimana menurutmu, Kaichou? Maukah kau membunuh Yanagi terlebih dulu?" "...tidak jika aku hanya ingin bertahan hidup. Sebenarnya, yang pertama ingin kuhabisi adalah kamu, Oomine-kun. Karena mungkin saja aku atau Otonashi-san dijadikan target, aku rasa tidak akan ada yang mau langsung membunuh Yuuri." "'Kan? Atau mungkin si [Revolusioner] tau kalau Yanagi adalah si [Penyihir] dan... Yah, itu mustahil karena kemarin aku menyadari kalau dia ini bukan." Kaichou bertanya dengan sedikit jengkel. "Oke, aku mengerti. Terus apa?" "Singkatnya, tujuan si [Revolusioner] adalah untuk menciptakan situasi ini." Aku tidak mengerti maksudnya. Tapi yang lain langsung paham. Untuk sesaat, terjadi sebuah keheningan total di ruangan ini. "...Haha" Tawaan Kamiuchi-kun menghentikan keheningan ini. "Maaf, tapi aku tidak mengerti maksudmu. Kenapa ia harus mengambil jalan memutar? Kalau ia ingin membunuhmu, ia akan langsung [membantai]-mu, 'kan? Tapi si [Revolusioner] tidak melakukannya, jadi bukankah itu jadi bukti kalau kau ini si [Revolusioner] itu sendiri?" "Tidakkah kamu mengerti kalau Oomine-kun akan jadi tersangka sebagai [Revolusioner] kalau aku mati?" Kamiuchi-kun membelalakkaan matanya dan kehilangan kata-kata. Jadi Kaichou yang membuka mulutnya. "<u>Karena terlihat seperti si [Revolusioner], kamu bermain sebagai kambing hitamnya</u>―itu yang ingin kamu bilang, 'kan, Oomine-kun? Tapi bisakah kamu buktikan kalau itu bukan kebohongan agar nyawamu selamat?" "Kalau aku si [Revolusioner], aku tidak punya alasan untuk membunuh Yanagi lebih dulu." "Begitu juga untuk kita semua, 'kan?" "Tidak juga." Daiya mengeluarkan perangkat portablenya dari sakunya dan memainkan sebuah suara. «―Jadi, mau tidak menghitung sampai tiga dan mengungkapkan [kelas] kita?» "Yanagi ingin mengungkap [kelas]-nya. Mungkin dia sangat ingin menghilangkan kecurigaan. Kalau begitu, <u>sangat mungkin kalau Yanagi Yuuri mengungkapkan [kelas]-nya kepada seseorang yang sangat dia percaya.</u>" Baik Kaichou dan Kamiuchi-kun tetap diam. "Jadi? Kira-kira apa yang <u>kedua orang yang melakukan [Pertemuan Rahasia] dengan Yanagi Yuuri kemarin</u> ingin katakan?" Tiba-tiba, aku mengingat kalau Yuuri-san berencana untuk melakukan [Pertemuan Rahasia] denganku. Kalau kami melakukan [Pertemuan Rahasia] ini hari ini, dia mungkin akan memberitauku [kelas] miliknya. Tapi―itu benar. Tentu dia lebih percaya Kaichou daripada aku, yang hanya baru bertemu dengannya. Jadi kenapa dia perlu memberitau padaku [kelas]-nya sebelum mengatakannya pada Kaichou? "...tapi meski aku tau [kelas] Yuuri, kenapa aku ingin langsung membunuhnya?" "Oh, apakah Ketua OSIS yang cerdas masih belum bisa mengetahui apapun? ...huhuhu, kuberitau! Alasannya...untuk mencuri [kelas] Yanagi." ...Tidak ada peraturan semacam itu dalam [Perebutan Kerajaan]. Tanpa bisa mengerti, aku mendengarkan Daiya dengan serius. "Ia ingin membuat kita percaya kalau akulah [Revolusioner]. Tentu ia ingin berpura-pura menjadi [kelas] lain karena ialah si [Revolusioner]. Tapi kalau ia menyatakan kalau [kelas]-nya adalah [kelas] Yanagi, pemain lainnya sulit untuk melihatnya. Yang sudah mati tidak bisa melakukan apapun. Meski kalau kita mengungkapkan kelas kita, ia bisa saja menggunakan [kelas] Yanagi." Semuanya tetap diam dan menunggu Daiya melanjutkan. Tapi aku masih belum mengerti. Apakah alasan itu saja cukup untuk membunuhnya pertama kali? "Perlu kuperinci lagi? Pertama, ia menggunakan keuntungan dari kenyataan kalau ia bisa menggunakan [kelas] Yanagi dan menyarankan untuk mengungkapkan kelas kita. Kondisi kemenangan [Revolusioner] adalah untuk membunuh sang [Raja], [Pangeran] dan [Si Kembar]. ...hm, Yanagi mungkin sang [Pangeran] atau [Si Kembar]." "...kenapa kau bisa menyimpulkannya sampai seperti ini?" Tanya Kamiuchi-kun dengan tatapan yang masam. "Kalau sang [Raja] terbunuh, [Si Kembar] akan tau karena [Pembunuhan] jadi bisa digunakannya. Jadi, ia tidak akan berpura-pura menjadi [Raja] di hadapan [Si Kembar]." "Tapi masih ada [Ksatria]!" "Kalau Yanagi adalah [Ksatria], akan lebih menguntungkan untuk menggunakan Yanagi daripada membunuhnya. Dan bahkan tidak perlu kukatakan kenapa dia tidak mungkin si [Revolusioner] atau [Penyihir], 'kan?" "......" "Si [Revolusioner] hanya perlu membunuh dua pemain lagi untuk menang karena ia telah membunuh Yanagi. Selama kalian semua percaya akulah si [Revolusioner], si [Revolusioner] yang sebenarnya tidak akan ditargetkan pemain lain. Kalau ia berhasil menemukan [kelas] milik pemain lain, ia akan tau siapa yang perlu ia bunuh. Aku bisa menjelaskannya lebih rinci, tapi...akan melelahkan, jadi tidak." Daiya melanjutkannya dengan senyuman kecil, "Tapi kalian sadar kalau itu keuntungan yang besar untuknya kalau ia bisa membuatku kelihatan sebagai si [Revolusioner], 'kan? Dengan begini ia akan dapat dengan mudah untuk menang." Setelah mengatakannya, Daiya― ―<u>menatap tajam Shindou Iroha</u>. "Aku yakin ia sedang tertawa di belakang. Baginya, yang lain hanyalah sampah tak berotak yang bertindak sebagai penghalangnya. Ia dengan senang hati akan membunuh sampah itu kalau ia bisa bertahan hidup dengan melakukannya. ...ya ampun, kurang ajar." Ia menyeringai dan menyatakan, "<u>Dan orang bodoh itu menjadikanku musuhnya</u>." "......" Sebuah pemikiran muncul di fikiranku. Hanya karena aku tidak ikut ambil bagian di perbincangan ini, karena masih terkejut karena kematian Yuuri, aku tersadar. ―apa yang terjadi di sini? Melawan satu sama lain, membenci, mencurigai - apa-apaan situasi ini? Tidakkah ini situasi yang kita anggap akan menjadi awal dari [Perebutan Kerajaan]? Ini buruk. Ini sangat buruk! Maksudku, ini artinya semuanya akan berlangsung seperti yang direncanakan. ― seperti yang si 'pemilik' dari 'Permainan Kebosanan' rencanakan! Kalau terus berlangsung seperti ini, kami akan saling membunuh dan hidup kami akan berakhir. Hal buruk ini harus dihilangkan. Untuk itu, kami yakin harus menemukan si 'pemilik'. Kami harus bersatu. ...akan tetapi― "Hentikan itu, Oomine-kun." Suara Kaichou terlihat sangat berbeda sekarang. Kemarahan yang tak tertahankan dan kebencian mengisi wajah Kaichou. "Aku terkejut karena kau bisa dengan pedenya mengatakan omong kosong tak beralasan itu. Anggaplah orang itu bodoh seperti yang kau mau, tapi aku tidak mengerti kepercayaan dirimu untuk menunjukkan sikap itu. Kalau masalah nilai di sekolah, Otonashi-san jauh lebih baik. Masalah kekuatan fisik, Kamiuchi-kun lebih baik. Kalau tentang kepercayaan, Hoshino-kun jauh lebih baik. Daya tarik, Yuuri lebih baik. Katakan, apa ada bagian yang mana kau tidak kalah dari siapapun di antara kami? Selain kemampuan untuk memotong rambut, tentu." Dia menunjukkan seringaian, hampir seperti Daiya. "Kau tidak lebih baik dari makhluk rendahan yang melampiaskan amarahnya pada orang lain, tidak bisa menerima kenyataan. Tidak...kau sebenarnya telah melakukan pembunuhan, jadi kau jauh lebih rendah dari mereka." Reaksi Daiya sama dengan senyuman seperti Kaichou. Dia bahkan tidak ingin menutupi kebenciannya lagi. "Kita hidup di dunia di mana orang-orang menghindarimu kalau kau terlihat pintar... Karena kesalahpahaman yang menyedihkan, kau membuat kesalahan di mana kau tidak mau melepas sifat 'sok dewasa' mu. Kau membunuh Yuuri. ...masih belum sadar? Ini akhir untukmu! Orang yang tidak berguna dan lemah sepertimu dapat dengan mudah dihancurkan seperti semut." Dia melanjutkannya dengan suara yang lembut, "Aku sudah menganggapmu sebagai musuhku, tau? Aku akan mengerahkan semua kemampuanku untuk menghancurkanmu! Hei, aku bilang―<u>aku akan membunuhmu, paham</u>?" "Lalu kenapa?" "......oke, kita buat kamu mengerti. Pertama, akan kutunjukkan kalau khayalanmu hanyalah khayalan saja! Kamu bilang kalau Yuuri mungkin [Si Kembar] atau sang [Pangeran]. Tapi itu salah. Kau mencari sesuatu yang jelas. Sang [Raja] akan tau kematian [Si Kembar] karena ia tidak lagi bisa menggunakan [Pertukaran]. Uwaa, kesalahan yang kecil! Yang artinya [kelas] Yuuri harus [Pangeran] kalau si [Revolusioner] ingin memalsukan [kelas]-nya." Aku melihat Maria setelah mendengarnya, Maria, yang merupakan sang [Pangeran], hanya dengan diam melihat mereka berdua berargumen. "Aku akui! Aku tau [kelas] Yuuri. Hebat 'kan, Oomine-kun? Setidaknya hipotesismu benar. Tapi 'gini, itu bukan [Pangeran]. Yang artinya [Pangeran] itu salah satu dari kita sekarang. Hei, [Pangeran]-sama, kamu sudah tau kalau itu semua hanya khayalan Oomine-kun, 'kan?" Daiya hanya terdiam, mungkin tidak bisa melawan. "Terlebih, kalau kamulah si [Raja] atau [Si Kembar], kamu seharusnya tau ini, jadi kamu pasti bukan salah satu dari kedua [kelas] itu. Yah, jadi apa saja [kelas] sisanya?" Sisanya adalah [Ksatria] dan [Revolusioner]. Kemungkinan [kelas] milik Daiya diperkecil sampai sejauh ini oleh Kaichou. Tetapi, Daiya, yang tetap diam sampai sekarang, mulai menertawakannya. "Kau melakukan sampai sejauh ini hanya untuk membuatku orang jahatnya? Kau memang menyedihkan." "Apa?" "Aku terkejut karena kau bisa berkata sampai sejauh ini karena menemukan lubang kecil dari hipotesisku. Aku bukanlah [Revolusioner], jadi masuk akal kalau aku hanya bisa berasumsi. Dengan omonganmu kau hanya menunjukkan keburukan sifat manusia. Aku bisa membentuk banyak hipotesis lain seperti yang kau mau! Lalu kau bisa menyela sesuka hatimu, dengan sia-sia." "Hentikan kepura-puraan menyedihkan ini! Atau aku akan marah karena kepayahanmu terlalu berlebihan." Melihat perbincangan yang seperti pertarungan dengan pedang di hadapanku membuatku berfikir: ―ini sudah sangat terlambat. [Perebutan Kerajaan] menjadi tidak bisa dihentikan setelah mayat pertama muncul, dari saat Yuuri-san dibunuh. Tapi... Aku tidak bisa menerimanya. Yuuri-san berkata kalau kami akan baik-baik saja kalau kami saling percaya atu sama lain. Dan sekarang mayatnya adalah alasan kenapa kami tidak bisa saling percaya lagi. Aku tidak bisa menerima hasil yang buruk ini. Pemikiran itu terlalu memalukan sampai air mata mengalir dari mataku. Kaichou melihatnya dan membelalakkan matanya. Tangan yang lembut mengalungi leherku saat aku berusaha menahan tangisanku. Rambut panjang menyentuh pipiku dan menghentikan tangisanku. "......tak apa, Kazuki." Tapi aku tau. Kata-kata yang Maria keluarkan tidak berasal dari hatinya. "Hoshino-kun." Kaichou menyebut namaku. "Aku suka sifatmu ini." Kaichou melanjutkannya dengan suara lembut seperti sedang menghibur anak kecil, "Tapi tidak akan kubiarkan kebaikkanmu menghalangiku, paham?" Kata-kata itu telah lebih dari cukup untuk membuatku sadar kalau tidak akan ada kedamaian lagi.
Summary:
Please note that all contributions to Baka-Tsuki are considered to be released under the TLG Translation Common Agreement v.0.4.1 (see
Baka-Tsuki:Copyrights
for details). If you do not want your writing to be edited mercilessly and redistributed at will, then do not submit it here.
You are also promising us that you wrote this yourself, or copied it from a public domain or similar free resource.
Do not submit copyrighted work without permission!
To protect the wiki against automated edit spam, please solve the following captcha:
Cancel
Editing help
(opens in new window)
Navigation menu
Personal tools
English
Not logged in
Talk
Contributions
Create account
Log in
Namespaces
Page
Discussion
English
Views
Read
Edit
View history
More
Search
Navigation
Charter of Guidance
Project Presentation
Recent Changes
Categories
Quick Links
About Baka-Tsuki
Getting Started
Rules & Guidelines
IRC: #Baka-Tsuki
Discord server
Annex
MAIN PROJECTS
Alternative Languages
Teaser Projects
Web Novel Projects
Audio Novel Project
Network
Forum
Facebook
Twitter
IRC: #Baka-Tsuki
Discord
Youtube
Completed Series
Baka to test to shoukanjuu
Chrome Shelled Regios
Clash of Hexennacht
Cube × Cursed × Curious
Fate/Zero
Hello, Hello and Hello
Hikaru ga Chikyuu ni Itakoro......
Kamisama no Memochou
Kamisu Reina Series
Leviathan of the Covenant
Magika no Kenshi to Basileus
Masou Gakuen HxH
Maou na Ore to Fushihime no Yubiwa
Owari no Chronicle
Seirei Tsukai no Blade Dance
Silver Cross and Draculea
A Simple Survey
Ultimate Antihero
The Zashiki Warashi of Intellectual Village
One-shots
Amaryllis in the Ice Country
(The) Circumstances Leading to Waltraute's Marriage
Gekkou
Iris on Rainy Days
Mimizuku to Yoru no Ou
Tabi ni Deyou, Horobiyuku Sekai no Hate Made
Tada, Sore Dake de Yokattan Desu
The World God Only Knows
Tosho Meikyuu
Up-to-Date (Within 1 Volume)
Heavy Object
Hyouka
I'm a High School Boy and a Bestselling Light Novel author, strangled by my female classmate who is my junior and a voice actress
The Unexplored Summon://Blood-Sign
Toaru Majutsu no Index: Genesis Testament
Regularly Updated
City Series
Kyoukai Senjou no Horizon
Visual Novels
Anniversary no Kuni no Alice
Fate/Stay Night
Tomoyo After
White Album 2
Original Light Novels
Ancient Magic Arc
Dantega
Daybreak on Hyperion
The Longing Of Shiina Ryo
Mother of Learning
The Devil's Spice
Tools
What links here
Related changes
Special pages
Page information