Editing
Seirei Tsukai no Blade Dance:Jilid1 Bab6
(section)
Jump to navigation
Jump to search
Warning:
You are not logged in. Your IP address will be publicly visible if you make any edits. If you
log in
or
create an account
, your edits will be attributed to your username, along with other benefits.
Anti-spam check. Do
not
fill this in!
===Bagian 2=== Disaat ultimatum untuk duel sudah diumumkan. Roh Elang mengepakkan sayapnya, maju menyerbu ke arah targetnya di tanah, dimana mereka berempat berada. Auman keras yang seolah merusak telinga. Batu pijakan pecah berkeping keping, sejumlah besar tanah dan pasir berputar dengan cepat. Angin yang kuat, masih diperkuat dengan kekuatan ledakan, menyerang Kamito dan tubuhnya terlempar. “.......Gahaa!!” Tubuhnya terlempar ke dinding. Dengan hantaman yang bisa meremukkan tulangnya, ia berhenti bernafas untuk sesaat. Bahkan kalau seseorang menerima serangan Roh dalam wujud aslinya, tubuh fisik tak akan terluka. Namun, kerusakan fisik dari dampak serangan dan pecahan puing berbeda. Batu-batu kecil yang berputar bagai pusaran menyerbu seluruh tubuh Kamito. Sambil menutupi dahinya dengan kecua tangannya, Kamito menggigit lidahnya. ''.....Kekuatan yang kelewat dahsyat! Kalau kena secara langsung, habislah aku'' Roh Angin itu........Simorgh. Menganalisa kekuatan penghancurnya, mungkin sudah melebihi Scarlet milik Claire. ''Oh ya, mana Claire?'' Ia berdiri dan mengamati sekelilingnya, dua rekannya tengah di posisi mereka masing-masing. Claire menyediakan pertahanan dari serangan jarak menengah. Rinslet menyediakan dukungan belakang dengan serangan jarak jauh. Carol sedang......mengibarkan bendera diluar teater tempatnya kabur tadi. Angin penghancur yang berputar dengan dahsyat mendadak berhenti. Pada jeda itulah, Kamito mulai berlari. “Masih belum, Kamito!” “....!?” Di saat yang sama Claire berteriak, auman Roh Angin kembali membahana--- Dari lubang besar kosong di permukaan tanah, Burung Roh raksasa mengepakkan sayapnya--- “Apa yang kamu lakukan! Lekas gunakan Senjata Elementalmu!” “Hn, biarpun kamu bilang begitu----“ Pada saat itulah, hembusan angin yang membawa massa berat bergerak cepat di tanah sambil terus menyerbu maju. Batu pijakan terpotong dalam garis lurus. Kamito dengan cepat melompat minggir. Sambil bergumul di tanah, ia dengan cepat melafalkan mantra pemanggilan Roh di bibirnya. Simbol Roh sedikit bersinar tapi seperti sebelumnya jalur dengan Roh Terkontrak tak bisa tersambung. ''......Masih belum bisa, ya?'' Ia menyerah, pada saat itulah---Pedang kecil cemerlang terstruktur di telapak tangannya. Sama seperti Senjata Elemental menggelikan sebelumnya, tapi lebih baik daripada tidak ada apa-apa. “Kamu mencoba kabur, Kazehaya Kamito!? Sepertinya aku sudah salah menilaimu!” Ellis, dengan kuncir kudanya berayun, menyerbu ke arah tanah. “Ahh! Aku hanya perlu bertarung, kan!?” Kamito mempersiapkan pedang kecilnya dan menyerbu ke arah Ellis. Yang pertama menyerang menang. Kalau ia mengalahkan Kontraktor Rohnya dulu, maka Roh Terkontraknya secara otomatis akan menghilang. “Kamito, dibelakangmu!” Suara Claire muncul dari belakangnya – Kamito lekas melompat ke samping. Sayap dari Roh Angin Sihir menerjang tempat Kamito berdiri barusan. “.......Cepat amat!” Diantara kelima Roh Elemental Utama, satu-satunya yang mengklaim memiliki kecepatan terbaik adalah Roh beratribut angin. Dan saat ini Ellis sedang mengendalikannya. Roh Angin Sihir, menari di langit malam, membalik seperti busur – dan meluncur turun. Kamito melompat lagi. Roh Angin Sihir yang menerjang tanah menghembuskan banyak tanah dan pasir – dan mendadak bertransformasi menjadi pedang pedang tak terhitung jumlahnya yang menebas lengan Kamito. “....Ugh...!” Rasa sakit menyerbu lengan kanannya. Sebetulnya, lengannya sama sekali tidak terluka – Namun rasa sakitnya seperti merasuk kedalam kesadarannya. ''---Yah, nggak kuduga akan berubah jadi pedang angin dalam waktu secepat itu'' Kamito terpana dalam pikirannya. Kompetensi Ellis sebagai Kontraktor Roh memang tak lagi bisa diragukan. “Kamito, aku melindungimu!” Di waktu yang sama dengan suara itu, kobaran api menyala nyala di langit malam merah. Claire menggunakan Senjata Elemental Claire – ‘Kobaran Api’. Tebasan api menghancurkan semua pedang angin membentuk busur dalam sekejap. “Takkan kubiarkan kamu ikut campur pertarungan Ketua kami!” Ksatria berambut kepang, Reishia, menyerbu Claire. Senjata Elemental di tangannya adalah pedang es transparan – Tampaknya dia juga Kontraktor Roh es seperti Rinslet. Namun, peringkat Rohnya benar benar bukan tandingan Fenrir milik Rinslet. Sepertinya dia punya kompetensi untuk melepaskan Roh Terkontraknya sebagai Senjata Elemental namun masih belum selevel Rinslet. Dia bukan tandingan Claire – Kamito menyimpulkan itu dan melempar pandangannya pada Ellis, yang tiba-tiba sudah berada di depannya. Pada saat itulah, disertai suara hantaman keras terus menerus, tanah di hadapannya benar-benar hancur berkeping keping. “....” “Hmph, cobalah kalau bisa melawan Senjata Elementalku – ‘Penghancur Batu’!” Gadis berambut pendek Rakka, berteriak dengan nada bersemangat. Senjata Elementalnya berbentuk martil besar dengan gagang panjang. Namun tampak mudah diayunkan oleh lengan kecil gadis itu. Kamito melompat dan bergerak mundur, mencari jarak diantara mereka. Rakka sepertinya lebih bersemangat ketimbang Reishia. Sambil menjaga jarak, ia mengejar Ellis,yang berada di wilayah pandangannya--- Ellis memanfaatkan serangan Rakka dan sudah bergerak lebih dulu. Memang Ketua Ksatria, keahlian memimpin Ellis sangat tinggi. Pertama menggunakan serangan Roh Angin untuk meluncurkan serangan kejutan guna memicu kekacauan di medan tempur. Selanjutnya menyerang Claire di pertahanan tengah dengan Reishia dan Kamito yang berada di garis terdepan dengan Rakka. Ketika dua pemain sudah tertahan, Ellis dengan kekuatan tempur tertinggi akan menyerang Rinslet di garis belakang. Strategi yang sangat brilian. ''.....Sebelum menyerbu Ellis, aku harus bereskan gadis ini dulu'' Kamito melangkah maju dan melancarkan tebasan. Kilatan pedang perak sedikit melukai tangan Rakka. Karena serangan dari Senjata Elemental, darah tak akan mengucur – tapi rasa sakitnya masih bisa dirasakan. “Pria ini.......!” Wajah Rakka memerah marah. Ia mengincar bagian atas kepala Kamito dan mengayunkan martil Pemecah Batunya. Terjadi gemuruh besar. Tanah disekitarnya hancur dan puing puingnya berserakan. Pasti itu adalah Roh dengan atribut Tanah. Sudah diduga, daya penghancurnya besar namun karena ayunannya lambat, sangat mudah untuk mengelak. “Cih, kamu ceroboh!” Gadis ini juga sepertinya belum menguasai Senjata Elementalnya. Atau mungkin, peringkat Roh Terkontraknya lebih rendah dibanding kompetensinya yang besar – Roh yang seharusnya dia gunakan justru memanipulasinya. “Jangan kabur! Bertarunglah dengan jantan, Kontraktor Roh laki-laki!” “Ini bukan berarti aku sekedar kabur. Dalam pertarungan kelompok, kamu harus lebih memperhatikan wilayah sekitarmu.” “Apa!?” “Pemburu yang lapar sedang mengincar targetnya.” Di saat itulah, panah es tiba-tiba meluncur dan menusuk dada gadis itu. Rakka terlempar dan jatuh memantul mantul di tanah. Senjata Elementalnya, ’Pemecah Batu’, berubah menjadi partikel cahaya dan lenyap. “Fuu, tembakan bagus!” Kamito menoleh ke arah suara itu berasal. Di dinding terluar teater, terdapat penampilan Rinslet yang menyibakkan rambut platinanya. “.....Kenapa kamu, yang hanya sebagai pendukung belakang, berdiri di tempat keren begitu?” “Ah, sudah alami bagiku untuk berada di tempat yang lebih hebat daripada Claire!” “An....anjing bodoh itu....! Kamu hanya bisa menembak dari kejauhan saja kan?” Claire berteriak seperti anak kecil kelaparan. “Fuu, sebagai Nyonya besar dari keluarga terhormat Laurensfrost, aku nggak akan puas kalau nggak berada di tempat terhebat dalam Tarian Pedang.” “Itulah Nyonya!” Carol dengan bangga terus mengibar ibarkan benderanya. “Hmm, kalian cukup hebat juga, kelas Raven.” --Pada saat itulah, di belakang tercipta pusaran angin yang besar. Mengembangkan sayapnya, Roh Angin Sihir mengaum dan terbang mengincar Rinslet. “Sasaran bagus! Taring Es Pembeku, serang ’Panah Pembeku’!” Rinslet dengan cepat menembakkan panah esnya. Roh Angin Sihir dengan cepat bertransformasi menjadi pedang angin tak terhitung jumlahnya dan menyerbu ke arah Rinslet. “Kyaaaa!!!” “Rinslet!!!” Di depan Claire, yang berniat menuju ke arahnya, si gadis berkepang memblokir jalannya. Ia dengan cepat memasuki jarak cambuk yang Claire kehilangan fokusnya dan tertebas dengan pedang esnya. Usai masuk ke jarak serangnya, pedang es lebih unggul. Claire perlahan lahan terus tertekan mundur. “Kenapa kamu! Beraninya kamu melakukan itu pada Rakka!” “Kuu---Kamito, lekas kejar Ellis!” “Ahhh!” Claire memberi perintah karena menyadari kalau Ellis semakin tak terhentikan. Ellis berlari sepanjang tangga teater. Ia berniat untuk menghabisi Rinslet. Kamito mengincar kaki Ellis dan melempar pedang pendeknya. Ia menyadari kalau gadis ini berbahaya – Ellis melompat ke samping dan sampai di tempat duduk penonton. Pada sasarannya, suara berfrekuensi tinggi mendadak muncul. Senjata Elemental Pedang pendek itu menabrak dinding dan hancur berkeping keping. “Hmm, Senjata Elemental yang sangat rapuh.” Sambil Ellis mengatakan itu, ia memanggil Roh Angin ke tangannya. Dan kemudian---- <center>''Angin jahat, tembuslah jantung musuhku, jadilah tombak angin sihir dan terwujudlah di tanganku!''</center> Tak lama setelah melafalkan mantra berbahasa Roh itu – angin bertiup sangat kencang dan di tangannya muncul sebuah tombak yang sangat panjang. Itu adalah Tombak Panjang Upacara dan pola pola kecil tertempa sepanjang gagangnya. Ujungnya, disinari oleh cahaya merah bulan, terbungkus hembusan angin tajam dan sedikit mengeluarkan suara angin. Rambut kuncir kudanya, yang sedikit mencapai pinggangnya, berayun dengan cepat tersapu oleh tiupan angin kencang. Ellis memutar mutar tombaknya di satu tangan dan menatap Kamito dengan ekspresi dingin. “Inilah Senjata Elementalku, ’Tombak Elang’.” Kamito---- “Cantik sekali......” Tanpa ragu, mengeluarkan ucapan itu. “Hah, ternyata kamu paham – keindahan dari ‘Tombak Elang’ ini.” Memamerkan Tombaknya yang hebat itu, Ellis melebarkan pipinya, terlihat senang. “Bego, maksudku kamu! Jangan buat aku mengulanginya lagi, malu!” “Ap......aku...?” Wajah Ellis merona kemerahan dan nampak salah tingkah. “Hei, ka....kamu hanya mau mengejekku kan? Kazehaya Kamito?” “Nggak, aku hanya merasa terpesona.” “Te.....Terpesona.......Ah......” Wajah Ellis semakin memerah........seolah ingin mengusir pikiran jahat dalam kepalanya, ia menggeleng dengan cepat. “Uhh.....lelucon nggak bermutu itu......sudah kuduga, kamu hanya mau mengejekku kan?” “Nggak, kamu memang can-----Owaaaaa!!!” Mengamuk, Ellis melemparkan tombaknya dengan wajah masih merah. Namun karena konsentrasinya masih lemah, serangannya mudah dihindari. Namun, ketika ujung tombak nyaris mengenai punggungnya, di saat itulah. Pisau-pisau angin meluncur dan menebas seluruh tubuhnya. ''Ugh.....!'' Karena rasa sakit tak terduga, Kamito kebingungan dalam kepalanya. ''--Senjata Elemental itu bisa melepaskan pisau-pisau angin ya?'' Sambil menahan rasa sakit di seluruh tubuhnya, Kamito melompat ke belakang dalam satu tolakan. Tombak sihir itu bisa menciptakan pisau angin, jadi tak ada artinya mengelak dengan jarak setipis kertas. Namun, Ellis melompat lagi dan melepaskan hujan serangan seperti kesetanan. “Apa kamu mencoba kabur.......dasar pria nggak tahu diri! Akan kuubah kamu jadi tiramisu!” “Apa? Apa membuat kue juga keahlianmu? Kamu ini gadis cemberut yang manis.” “A....aku baru-baru ini saja latihan bikin kue. Demi pangeran tampan yang akan aku nikahi kelak----Eh, kenapa kamu membuatku mengatakan itu!? Dan siapa yang gadis cemberut yang manis?” Ellis menebas dinding teater sekuat tenaganya dalam satu serangan dan puing-puing berserakan kemana-mana. ''........Cewek ini, dia betul-betul kuat'' Memang begitulah seseorang, yang bertindak sebagai Ketua Ksatria Sylphid di tanah para Kontraktor Roh ini. Tarian pedangnya sangat indah seperti Kagura, dimana Rohnya sangat menikmatinya. Luka di tangannya terasa sakit. Ia paham kalau inderanya perlahan semakin tajam. Tarian Pedang yang serius membuat darahnya serasa mendidih. Tubuhnya mengingat kembali sensasi dari tiga tahun silam. ''Namun, bukan yang seperti ini'' Menyebalkan karena kakinya tak bergerak sesuai perintahnya. Kemampuan nalurinya dalam membaca serangan musuh juga sudah mundur. ''Aku---'' “Kamu, jangan kabur!” Melepaskan rasa haus darah dan kemarahan bertubi-tubi, Ellis datang menyerbu. Itu bukan tikaman yang fatal, namun dihujamkan sekuat tenaganya untuk memutuskan hasil dari pertandingan ini. Namun, kesempatan yang fatal tercipta. “Taring Es Pembeku, serang ’Panah Pembeku’!” Rinslet, yang telah pulih dan menunggu kesempatan untuk menembak, meluncurkan panah esnya tanpa menunda nunda. Secara terus menerus---- “Menarilah, Api merah membara yang mengundang kehancuran – ‘Kobaran Neraka’!” Usai Claire membereskan Reishia, ia melepaskan Senjata Elemental atribut apinya. “......” Ellis membuka kedua matanya dengan terkejut. Waktunya sungguh sempurna. Pelepasan Taring Es dan Kobaran Api menyerbu lurus pada target mereka – Ellis. <nowiki>*</nowiki>Pariiinnn!!!* Namun, kedua serangan ini bertabrakan di udara. “.....Hah!?” Wajah Kamito menjadi masam. Ellis, di hadapannya, juga masih berdiri dengan wajah bengong. “Hey, Rinslet! Kenapa kamu menghalangiku!?” “Ap....apa? harusnya kamu yang minggir dari jalanku!” Pada saat itulah, mereka berdua mulai bertengkar lagi. “M.....mereka berdua......” Kamito lupa kalau mereka masih di tengah-tengah duel dan hanya bisa mendesah. ''......Mereka punya kekuatan, tapi kerjasama tim mereka berantakan tak karuan'' “---Bodoh sekali. Perpecahan dalam kelompok!” Ellis Fahrengart mengangkat Senjata Elementalnya sekali lagi. Angin kuat disertai halilintar yang belum pernah terlihat sebelumnya, berkumpul dengan cepat. “Su....sudah mengejekku dengan menyebutku cantik, akan kubuat kamu menyesal-----“ Sudah tak bisa lari lagi. Kamito berdoa untuk takdirnya dalam hati, pada saat itulah---- “Tunggu, Ellis! Ada yang tidak beres-----“ “Apa? Sekarang kamu mau minta ampun?” Berhenti di tengah jalan – Ellis menutup mulutnya. Sepertinya dia sendiri juga sudah sadar. “Apa, kehadiran ini kan..........” Suasana di wilayah tersebut terasa begitu berat. Sensasi ini, seperti rasa dingin di punggung ,adalah— Apa? Apa ini? Claire dan Rinslet sepertinya sudah menyadarinya juga. Mereka melihat ke langit malam yang suram dan memiringkan kepala mereka dalam keraguan. Tiba-tiba, suara bagai halilintar terdengar. Dan kemudian – dari robekan di langit, muncullah---
Summary:
Please note that all contributions to Baka-Tsuki are considered to be released under the TLG Translation Common Agreement v.0.4.1 (see
Baka-Tsuki:Copyrights
for details). If you do not want your writing to be edited mercilessly and redistributed at will, then do not submit it here.
You are also promising us that you wrote this yourself, or copied it from a public domain or similar free resource.
Do not submit copyrighted work without permission!
To protect the wiki against automated edit spam, please solve the following captcha:
Cancel
Editing help
(opens in new window)
Navigation menu
Personal tools
English
Not logged in
Talk
Contributions
Create account
Log in
Namespaces
Page
Discussion
English
Views
Read
Edit
View history
More
Search
Navigation
Charter of Guidance
Project Presentation
Recent Changes
Categories
Quick Links
About Baka-Tsuki
Getting Started
Rules & Guidelines
IRC: #Baka-Tsuki
Discord server
Annex
MAIN PROJECTS
Alternative Languages
Teaser Projects
Web Novel Projects
Audio Novel Project
Network
Forum
Facebook
Twitter
IRC: #Baka-Tsuki
Discord
Youtube
Completed Series
Baka to test to shoukanjuu
Chrome Shelled Regios
Clash of Hexennacht
Cube × Cursed × Curious
Fate/Zero
Hello, Hello and Hello
Hikaru ga Chikyuu ni Itakoro......
Kamisama no Memochou
Kamisu Reina Series
Leviathan of the Covenant
Magika no Kenshi to Basileus
Masou Gakuen HxH
Maou na Ore to Fushihime no Yubiwa
Owari no Chronicle
Seirei Tsukai no Blade Dance
Silver Cross and Draculea
A Simple Survey
Ultimate Antihero
The Zashiki Warashi of Intellectual Village
One-shots
Amaryllis in the Ice Country
(The) Circumstances Leading to Waltraute's Marriage
Gekkou
Iris on Rainy Days
Mimizuku to Yoru no Ou
Tabi ni Deyou, Horobiyuku Sekai no Hate Made
Tada, Sore Dake de Yokattan Desu
The World God Only Knows
Tosho Meikyuu
Up-to-Date (Within 1 Volume)
Heavy Object
Hyouka
I'm a High School Boy and a Bestselling Light Novel author, strangled by my female classmate who is my junior and a voice actress
The Unexplored Summon://Blood-Sign
Toaru Majutsu no Index: Genesis Testament
Regularly Updated
City Series
Kyoukai Senjou no Horizon
Visual Novels
Anniversary no Kuni no Alice
Fate/Stay Night
Tomoyo After
White Album 2
Original Light Novels
Ancient Magic Arc
Dantega
Daybreak on Hyperion
The Longing Of Shiina Ryo
Mother of Learning
The Devil's Spice
Tools
What links here
Related changes
Special pages
Page information