Editing
Bagian 1: Hari di Masa Lalu
Jump to navigation
Jump to search
Warning:
You are not logged in. Your IP address will be publicly visible if you make any edits. If you
log in
or
create an account
, your edits will be attributed to your username, along with other benefits.
Anti-spam check. Do
not
fill this in!
<noinclude> <div style="width: 100%; overflow:auto;"> [[Image:SukaSuka Chapter 3.png|1000px]] </div> </noinclude> Pertarungan yang sangat-sangat panjang kini menemui akhirnya. Matahari sudah tenggelam dan terbit tiga kali. Di medan pertempuran, di tempat pernah berdirinya sebuah gunung dengan kokoh, air laut mengalir padanya karena kini telah berubah jadi teluk raksasa. Api neraka melahap pepohonan, yang tak jelas kapan akan padam, menyisakan jejak kematian dan abu hitam. Lempengan logam yang tak terkira jumlahnya berserakkan. Jika dilihat seksama, orang dengan pengetahuan lebih akan tahu bahwa itu adalah bekas ''Talisman''. Lempengan yang jumlahnya paling banyak adalah Talisman 'refleksi panah', yang khusus dibuat di atelir pusat di Kerajaan Suci. Serpihan tembaga yang mengapung pada ombak berasal dari Talisman 'resistanci penyakit' yang berasal dari Garmond Barat. Tetesan besi cair menyala merah yang dari atas pohon berasal dari Talisman 'pelindung takdir', yang mana telah dijaga ketat rahasianya oleh fraksi penyihir Selenslode hingga beberapa hari lalu. Sekumpulan sihir-sihir terkuat yang ada untuk manusia, yang dibawa dari seluruh dunia, hanya tergeletak di atas tanah, karena sudah digunakan sampai melewati batasnya. "Ya ampun, ini jauh lebih lama dari yang aku kira." Tidak ada sedikitpun kekuatan tersisa di tubuh si pemuda untuk mengangkat satu jari. Menjatuhkan pedang rusaknya, ia duduk di dekat batu raksasa. "Tidak ada yang bilang aku harus sampai sejauh ini untuk menang." "Aku yang harusnya berkata begitu, bocah." Suara tidak senang yang keluar dari mulut tetua ini sedikit menggetarkan udara di sekitarnya, seakan menggema dari dasar ngarai yang dalam. "Tapi... mengerahkan segala kekuatan dari kehidupan kecilmu demi sampai sejauh ini... aku akan tetap mengingatmu hanya karena itu saja." "Itu tidak membuatku senang. Tidak senang diingat olehmu bisa memperpanjang waktu hidupku... tapi, bagaimana bisa kau masih bicara? Kau sudah mati sekarang, ''kan''?" "Memang. Setelah tubuhku hancur seluruhnya, aku seharusnya sekarang sudah terbenam dalam heningnya kematian. Saling bertukar pikiran denganmu hanyalah gema dariku." "Ah, begitu. Sekarang aku merasa senang." Tujuh sihir terlarang, sebelas pedang Percival yang ditempa hingga sampai ke tingkat penghancuran diri, dan bahkan, teknik pedang rahasia yang ia sendiri tidak pantas untuk lakukan. Jika ia masih belum bisa mengalahkannya setelah mengerahkan semua itu, sudah ia kehabisan pilihan. "... Sedikit terlambat untukku katakan, tapi tadi itu luar biasa. Menahan kekuatan sebesar itu hanya seorang diri, meskipun kau hanya seorang manusia lemah... itu menakutkan. Jika kau menggunakan kekuatan itu untuk melawan manusia, kau seharusnya bisa menyerang dua atau tiga negara dalam satu malam. Tapi... pada akhirnya, kekuatan itu sendiri jadi taruhannya, ya?" Sebuah substansi mengintai bagaikan kabut menyelimuti si pemuda. Gumplan ini perlahan memekat dan melengket pada tubuhnya, seakan ingin mengikatnya "Menggunakan sihir terlarang dengan jumlah besar begitu... reaksinya pun pasti akan mengutuk dan menyiksa si pengguna. Merapalkan satu saja sudah bisa menghancurkan tubuh dan jiwanya pun menghilang. Dikalikan dengan tujuh... aku tidak bisa bayangkan rasa sakit mengerikannya." "Jika pada akhirnya pun aku akan mati, tidak masalah jika aku menggunakan satu ataupun tujuh... lagipula, tidak mungkin aku bisa bertarung lagi, jadi rasa sakit dan penderitaan tidak akan masalah." "... aku rasa itu tidak layak disebut pembelaan." "Sudah lama aku diberitahu hal itu, tapi jika monster yang mengatakannya terasa berbeda." Keluar tawa yang memekik "Sepertinya jika kau belum siap untuk itu, kau tidak akan menantang dewa, ya? Baik, ini saatnya kita untuk berpisah. Aku akan tidur untuk ratusan tahun." "Sudah, cepat pergi. Setidaknya tutuplah mulutmu waktu kau mati." "Baik, baik. Aku hargai permintaanmu sebagai hadiah dari kemenanganmu..." Suara itu pun lenyap, meleleh ke dalam angin bersamaan dengan perasaan teror yang sebelumnya mengisi suasana yang meliputinya. "... hei, kau sudah mati?" tanya si pemuda, namun tak ada jawaban yang keluar. Bunyi kertak kering keluar dari kakinya. Ia kerahkan sisa kekuatannya hanya untuk menggerakkan lehernya dan melihat ke bawah, si pemuda melihat sendi-sendinya berubah menjadi batu. Suaranya semakin menjadi-jadi saat warna abu itu memanjat tubuhnya. Lutut. Paha. Punggung. Terus dan terus naik. Tujuh kutukan pembawa maut saling bertumpuk, bercampur dan saling mengikut dengan rumitnya untuk menghasilkan fenomena yang terjadi di depan matanya. Sekujur tubuhnya hingga ke dada sudah berubah jadi batu, si pemuda tertawa. "Yah, rencananya aku ingin kembali ke rumah... tapi sepertinya tidak berjalan sesuai rencana." Ia menatap langit dan mengungkapkan kata-kata terakhirnya, dalam harapan yang hanya sedikit, akan sampai pada orang-orang penting ini, yang pastinya ada di tempat nun jauh, sedang melihat pada langit biru yang sama. "Maaf, Leila. Hanya ada guru saat kau sampai di rumah. Maaf, Suwon. Kau yang jadi harus menangani keegoisan Leila. Emi... Aku rasa aku tidak punya janji apapun padamu. Aku yakin kau bisa mandiri, tapi tolong hidup bahagia demi diriku." ''Dan juga... juga....'' Saat ia bicara, tubuhnya terus menjadi batu dengan cepat sekali. Terlalu banyak nama yang ingin ia sebut dalam sisa waktu yang singkat ini. Si pemuda membayangkan banyak wajah dalam pikirannya dan mengeliminasinya hingga tersisa satu. "Almaria... Aku minta maaf." Nama terakhir yang ia pilih adalah si 'Anak Perempuan', yang menunggu di panti asuhan dalam negeri yang jauh. "Sepertinya aku tidak bisa memakan kue mentega itu." Suara denting kecil menandakan akhirnya. Yang tersisa hanyalah batu besar dalam bentuk seorang pemuda. <noinclude> {| border="1" cellpadding="5" cellspacing="0" style="margin: 1em 1em 1em 0; background: #CCCCFF; border: 1px #0000FF solid; padding: 0.2em; border-collapse: collapse;" |- | [[Bab 3: Hutan di Langit|Hutan di Langit]] | [[Shuumatsu Nani Shitemasu ka? Isogashii desu ka? Sukutte Moratte Ii desu ka? (Indonesia)|Halaman Utama]] | [[Bagian 2: Si Orang yang Tak Seharusnya Hidup|Bagian 2: Si Orang yang Tak Seharusnya Hidup]] |- |} </noinclude>
Summary:
Please note that all contributions to Baka-Tsuki are considered to be released under the TLG Translation Common Agreement v.0.4.1 (see
Baka-Tsuki:Copyrights
for details). If you do not want your writing to be edited mercilessly and redistributed at will, then do not submit it here.
You are also promising us that you wrote this yourself, or copied it from a public domain or similar free resource.
Do not submit copyrighted work without permission!
To protect the wiki against automated edit spam, please solve the following captcha:
Cancel
Editing help
(opens in new window)
Navigation menu
Personal tools
English
Not logged in
Talk
Contributions
Create account
Log in
Namespaces
Page
Discussion
English
Views
Read
Edit
View history
More
Search
Navigation
Charter of Guidance
Project Presentation
Recent Changes
Categories
Quick Links
About Baka-Tsuki
Getting Started
Rules & Guidelines
IRC: #Baka-Tsuki
Discord server
Annex
MAIN PROJECTS
Alternative Languages
Teaser Projects
Web Novel Projects
Audio Novel Project
Network
Forum
Facebook
Twitter
IRC: #Baka-Tsuki
Discord
Youtube
Completed Series
Baka to test to shoukanjuu
Chrome Shelled Regios
Clash of Hexennacht
Cube Γ Cursed Γ Curious
Fate/Zero
Hello, Hello and Hello
Hikaru ga Chikyuu ni Itakoro......
Kamisama no Memochou
Kamisu Reina Series
Leviathan of the Covenant
Magika no Kenshi to Basileus
Masou Gakuen HxH
Maou na Ore to Fushihime no Yubiwa
Owari no Chronicle
Seirei Tsukai no Blade Dance
Silver Cross and Draculea
A Simple Survey
Ultimate Antihero
The Zashiki Warashi of Intellectual Village
One-shots
Amaryllis in the Ice Country
(The) Circumstances Leading to Waltraute's Marriage
Gekkou
Iris on Rainy Days
Mimizuku to Yoru no Ou
Tabi ni Deyou, Horobiyuku Sekai no Hate Made
Tada, Sore Dake de Yokattan Desu
The World God Only Knows
Tosho Meikyuu
Up-to-Date (Within 1 Volume)
Heavy Object
Hyouka
I'm a High School Boy and a Bestselling Light Novel author, strangled by my female classmate who is my junior and a voice actress
The Unexplored Summon://Blood-Sign
Toaru Majutsu no Index: Genesis Testament
Regularly Updated
City Series
Kyoukai Senjou no Horizon
Visual Novels
Anniversary no Kuni no Alice
Fate/Stay Night
Tomoyo After
White Album 2
Original Light Novels
Ancient Magic Arc
Dantega
Daybreak on Hyperion
The Longing Of Shiina Ryo
Mother of Learning
The Devil's Spice
Tools
What links here
Related changes
Special pages
Page information