Baka to Tesuto to Syokanju:Volume1 Soal Pertama: Difference between revisions

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search
Simbadda (talk | contribs)
m Created page with ""Um..." "Ada apa?" "Yuuji, kapan Reformasi Taika lagi?" "Kau sudah kelas tiga sekarang, dan kau masih belum tahu? Kau benar-benar bodoh, Shouko." "Kita belum diajari sampai s..."
 
Suparman (talk | contribs)
No edit summary
 
(6 intermediate revisions by 4 users not shown)
Line 1: Line 1:
"Um..."
==Prolog==
 
 
"Eh..."


"Ada apa?"
"Ada apa?"


"Yuuji, kapan Reformasi Taika lagi?"
"Tadi Yuuji bilang, kapan reformasi Taika?"


"Kau sudah kelas tiga sekarang, dan kau masih belum tahu? Kau benar-benar bodoh, Shouko."
"Kau anak kelas tiga sekarang, dan kau masih belum tahu? Kau sungguh bodoh, Shouko."


"Kita belum diajari sampai situ sekarang. Kau nya saja yang terlalu pintar."
"Kita belum diajari sampai situ sekarang. Kau saja yang terlalu pintar."


“Untuk menghafalnya mudah, ingat saja ‘Reformasi Bebas-Kecelakaan'.”   
“Untuk menghafalnya mudah. Ingat saja 'Reformasi Tanpa-Kecelakaan'.”   


“Bebas-Kecelakaan?”
“Tanpa-Kecelakaan?”


“Soalnya tidak ada kecelakaan yang terjadi ketika Reformasi Taika berlangsung. Pastikan kau mengingatnya.”
“Karena tidak ada kecelakaan yang terjadi ketika itu. Ingat ya.”


“Baiklah.”
“Baik.”




“Reformasi itu terjadi tahun 625*.”
“Reformasi itu terjadi di tahun 625.”<ref>Tanpa-Kecelakaan dalam Bahasa Jepang kedengaran seperti 625, ini lelucon dalam bahasa Jepang.</ref> 




“Baiklah, sudah kuhafal.”
“Baiklah, sudah kuhafal.”


“Bagus. Pastikan ingat.”
“Bagus. Pastikan kau mengingatnya.”
 
“Jangan kuatir, aku tidak akan pernah lupa.”
 


“Jangan khawatir, aku tak akan lupa.”




===Soal Pertama===
===Soal Pertama===


'''Jawablah soal-soal berikut:'''
'''Jawablah soal-soal berikut ini:'''


Untuk mengurangi massa panci penggorengan, magnesium digunakan dalam proses manufaktur pembuatan. Akan tetapi ini dapat memicu sesuatu yang tidak diinginkan ketika digunakan dalam memasak. Deskripsikan apa yang akan terjadi, dan sebutkan nama campuran yang dapat digunakan untuk menggantikan magnesium tersebut.  
Untuk mengurangi massa panci penggorengan, unsur magnesium digunakan dalam proses manufakturnya. Akan tetapi hal ini dapat memicu hal yang tidak diinginkan ketika digunakan dalam memasak. Deskripsikan sesuatu yang tidak diinginkan tersebut, dan sebutkan nama logam campuran yang dapat digunakan untuk menggantikan magnesium tersebut.  
    
    


'''Jawaban Himeji Mizuki:'''
'''Jawaban Himeji Mizuki:'''
    
    
“Reaksi kimia keras akan terjadi ketika magnesium terkena api langsung dan menyebabkannya terbakar. Duralumin dapat digunakan untuk mengganti magnesium.”   
“Reaksi kimia keras akan terjadi ketika magnesium berhubungan langsung dengan api dan menyebabkannya terbakar. Duralumin dapat digunakan untuk mengganti magnesium.”   


'''Komentar Guru:'''
'''Komentar Guru:'''
    
    
“Benar. Pertanyaannya dengan jelas menanyakan ‘nama campuran’, jadi jika menjawab “besi” akan salah. Bagus kau tidak terjebak.”
“Benar. Pertanyaannya dengan jelas menanyakan ‘nama logam campuran’, jadi jika menjawab “besi” akan salah. Bagus, kau tidak terjebak.”
    
    


'''Jawaban Tsuchiya Kouta:'''
'''Jawaban Tsuchiya Kouta:'''


"Karena tagihan gas belum dibayar."
"Tagihan gasnya belum dibayar."


'''Komentar Guru:'''
'''Komentar Guru:'''


"Jawaban ini tidak relevan dengan pertanyaannya."
"Tidak relevan dengan pertanyaannya."
[[image:BTS vol 01 017.jpg|thumb]]
[[image:BTS vol 01 017.jpg|thumb|Meja kecil gaya Jepang.]]




'''Jawaban Yoshii Akihisa:'''
'''Jawaban Yoshii Akihisa:'''


"Futuranium dapat digunakan ( <- Nantinya akan jadi sangat keras)."
"Futuranium dapat digunakan ( -> Nantinya akan sangat keras)."


'''Komentar Guru:'''
'''Komentar Guru:'''


"Unsur itu belum ditemukan, kan?"
"Ini belum ditemukan, kan?"




----


   
   
Ini adalah musim semi keduaku di Akademi Fumizuki.
Sekarang adalah musim semi keduaku di Akademi Fumizuki.


Untuk menyambut siswa baru, kedua sisi lereng yang mengarah ke akademi dipenuhi pohon sakura berbunga yang mempesona. Aku biasanya bukan tipe elegan dan berkelas yang berhenti sebentar untuk menghargai keindahan, tapi nyatanya mereka terlalu indah hingga aku tak bisa menahan diriku untuk tidak terpesona.
Seolah menyambut murid baru, kedua sisi lereng yang mengarah ke akademi dipenuhi pohon sakura berbunga mempesona. Aku bukan tipe orang elegan dan berkelas yang biasanya berhenti sebentar untuk menikmati keindahan, tapi pemandangan ini terlalu indah hingga aku tidak bisa tidak terpesona.


Meski itu terjadi hanya untuk sesaat.
Meski itu terjadi hanya untuk sesaat.


“Pikiranku dipenuhi dengan pikiran-pikiran musim semi, walau bukan tentang bunga sakura tentunya. Aku penasaran ingin tahu kelas baruku dan kawan-kawan seperjuanganku, yang akan berbagi kelas denganku.
Pikiranku dipenuhi dengan hal-hal berbau musim semi, tapi bukan tentang bunga sakura. Aku ingin tahu kelas baruku dan teman-teman seperjuanganku, yang akan berbagi kelas denganku selama setahun ke depan.
 




<span style="font-size: 200%; border: "><center>☆</center></span>
<span style="font-size: 200%; border: "><center>☆</center></span>




"Yoshii, kau telat."
"Yoshii, kau telat."


Suara keras menyapaku saat sampai ke pintu gerbang, aku memutar kepala dan melihat ke arah suara tersebut terdengar. Seorang pria atlestis, kulitnya kecoklatan dan berambut pendek berdiri di sana.  
Suara yang tidak ramah menyapaku saat sampai ke gerbang sekolah. Aku menolehkan kepala dan melihat ke arah suara tersebut. Seorang pria bertubuh kekar, kulit kecoklatan dan rambut pendek, berdiri di sana.  


“Ah, Besi- Maksudku, Pak Nishimura, selamat pagi!”
“Ah, tetsu- Maksudku, Pak Nishimura, selamat pagi!”


Aku menunduk sedikit ketika menyalaminya. Alasannya, dia adalah konselor setan. Kau jelas berada dalam masalah jika dia memanggil namamu.
Aku menundukkan kepala sedikit ketika menyapanya. Bagaimanapun juga, dia adalah guru galak. Kau jelas berada dalam masalah jika dia memanggil namamu.


“Barusan kau memanggilku ‘Ironman’?”
“Barusan kau memanggilku ‘Tetsujin’?”


“Haha, Bapak salah dengar barangkali.”
“Haha, Bapak salah dengar, kali.”


“Oh, benarkah itu?”
“Oh, benarkah?”


Nyaris sekali, aku hampir memnggilnya Iron Man; seperti yang dulu biasa kulakukan.
Nyaris sekali, aku hampir memanggilnya seperti yang biasa kulakukan.


Omong-omong, dia dijuluki “Iron Man” karena hobinya ikut lomba triathlon. Tentu saja kebiasaannya memakai baju lengan pendek bahkan di musim dingin terdingin memberikan kontribusi untuk itu juga.
Omong-omong, dia dipanggil “Tetsujin” [EdNote: = manusia besi, ironman] karena hobinya ikut lomba triatlon<ref>Triatlon adalah sebuah kompetisi yang terdiri atas serangkaian cabang olahraga, yaitu renang, balap sepeda, dan lari yang dilakukan secara berkesinambungan dalam satu kesatuan waktu. Triatlon adalah kompetisi kecepatan waktu di mana peserta harus dapat membagi tenaga dalam setiap tahapnya. Dan event pertama triatlon modern jarak jauh adalah Triatlon Ironman Hawai. Penulis memakai nama Ironman mengacu pada hal ini.</ref>. Tentu saja kebiasaannya memakai baju lengan pendek bahkan di musim dingin memberikan kontribusi untuk itu juga.


“Kau tidak hanya akan menyapaku, kan?”
“Hmm, kau tidak hanya akan menyapaku, kan?”


“Oh, maaf. Bapak kelihatan sangat gelap hari ini.”
“Oh, maaf. Bapak kelihatan agak hitam hari ini.”


“Kau lebih kuatir dengan warna kulitku daripada minta maaf karena terlambat?”
“Kau lebih kuatir dengan warna kulitku daripada meminta maaf yang sopan karena terlambat?”
   
   
“Oh jadi itu maksud Bapak… Maafkan saya terlambat.”
“Oh jadi itu maksudnya… Maaf saya terlambat.”


“Astaga… Kau tidak pernah belajar ya.”
“Ya ampun… Kau tidak pernah belajar.”


Dia mendesah napas sambil menggumamkan itu. Dari apa yang dia katakan, itu membuatku terdengar seperti pelanggar peraturan yang sering terlambat.
Dia mengeluarkan desahan sambil menggumam. Dari apa yang dia bilang, kedengarannya aku pelanggar peraturan yang sering terlambat.


“Pak, biasanya aku tidak datang terlambat, kan?”
“Pak, biasanya saya tidak terlambat, kan?”


Beliau adalah wali kelasku tahun lalu, jadi seharusnya dia tahu sudah berapa kali aku telat datang ke sekolah.
Beliau adalah wali kelasku tahun lalu, jadi seharusnya tahu sudah berapa kali aku telat datang ke sekolah.


“Lupakan saja, ini ambillah.”
“Lupakan saja, ini ambillah.”


Dia mengambil sebuah amplop dari dalam kardus dan menyerahkannya padaku. Namaku, Yoshii Akihisa, tertera di sana.
Dia mengambil sebuah amplop dari dalam kotak kardus dan menyerahkannya padaku. Namaku, Yoshii Akihisa, jelas tertera di sana.


“Terimakasih.”
“Terima kasih.”


Aku menunduk dengan sopan kepadanya dan menerima amplopnya.   
Aku menunduk dengan sopan dan mengambil amplopnya.   


"Kenapa sekolah menyerahkan hasil pembagian kelas dengan cara yang merepotkan begini? Bukankah akan lebih mudah jika menempelnya di papan buletin?"
"Kenapa pihak sekolah menyerahkan hasil pembagian kelas dengan cara yang merepotkan? Bukankah akan lebih mudah jika menempelnya di papan buletin?"


Bagiku tampaknya sangat tidak praktis, menyerahkan hasil untuk tiap siswa dalam amplop dan mengatarnya secara personal.
Kelihatannya bagiku tampak sangat tidak praktis, menyerahkan hasil untuk tiap siswa dalam amplop dan mengatarnya secara pribadi.


Kita sudah akan melaksanakan hal itu jika saja kita sekolah reguler biasa, tapi sekolah kita adalah yang pertama menggunakan sistem ujian canggih. Inilah alasannya kita membagikan hasil secara individual."
"Kita akan melakukan itu jika kita sekolah reguler biasa, tapi sekolah kita adalah yang pertama menggunakan sistem ujian tercanggih. Inilah alasannya kita membagikan hasil secara individual."
    
    
"Aku enggan dengan jawaban itu..."
"Entah kenapa aku segan dengan jawaban itu..."


Kujawab dia sambil membuka amplopnya. Kelas mana yang akan kumasuki? Aku tidak ingin segera mengetahuinya.
Kujawab dia sambil membuka amplopnya. Kelas mana yang akan kutempati? Aku tidak sabar ingin mengetahuinya.
[[Image:BTS_vol_01_004.jpg|thumb|Bagan/Peta lantai kelas dua]]
Murid kelas dua dan yang lebih tua di Akademi Fumizuki akan ditempatkan ke dalam ruangan kelas yang terpisah, mulai dari kelas A hingga kelas F, dan dibagi berdasarkan hasil ujian kelas. Mudahnya, di Kelas A ada anak jenius, dan anak yang paling idiot pasti ada di Kelas F, bersama dengan orang-orang di antaranya. Kemampuan intelejen akan ditandai oleh kelas mana kau berada. Untuk melindungi harga diriku sebagai lelaki, aku akan melakukan apapun agar ''tidak'' berakhir di Kelas F."


Murid kelas dua dan di atasnya Akademi Fumizuki dialokasi ke dalam kelas yang terpisah, mulai dari kelas A hingga kelas F, berdasarkan ujian kelas. Gampangnya, jenius akan ada di kelas A, dan idiot di kelas F, bersama dengan orang-orang di antaranya. Kemampuan intelejenmu akan diindikasikan oleh penempatan kelas. Untuk melindungi harga diriku, aku akan melakukan apapun agar ''tidak'' berakhir di kelas F."
"Yoshii, sesungguhnya..."


"Yoshii, sesungguhnya..."
"Hmm?"


"Hm?"
Amplopnya dilem rekat sekali, aku masih berusaha membukanya.


Amplopnya dilem keras sekali, aku masih berusaha membukanya.
"Setelah setahun mengamatimu, aku sudah lama berpikir: ''Apakah Yoshii seorang idiot?''"


"Setelah setahun mengamatimu, aku sudah lama berpikir: ''Apakah mungkin Yoshii seorang idiot?''"
"Bapak jelas salah tentang itu. Aku sudah akan menambahkan 'Bodoh' pada julukanmu bila kau serius tentang itu."


"Kau jelas salah tentang itu, Pak. Aku sudah akan menambahkan 'Bodoh' pada julukanmu bila kau serius tentang itu."
Aku tidak sedang berusaha untuk menjilat. Aku memang tidak belajar banyak saat ujian kemarin, tapi aku rasa aku bisa mengerjakan ujiannya. Pastinya, beliau sudah mengubah opini tentangku ketika dia melihat hasilku.


Aku tidak sedang berusaha menjilat. Aku memang tidak belajar banyak saat ujian kemarin, tapi aku merasa bisa mengerjakan ujiannya. Pastinya, dia pasti sudah mengubah opini tentangku ketika dia melihat hasilku.
"Benar. Saat aku melihat hasilmu, aku tersadar betapa kelirunya aku dulu."


"Benar. Saat aku melihat hasilmu, aku tersadar betapa salahnya aku dulu."
"Aku senang mendengarnya, Pak."
"Aku senang mendengarnya."


Aku tidak bisa membukanya. Sepertinya aku harus merobek bagian atasnya.
Aku tetap tidak bisa membukanya. Sepertinya aku harus merobek bagian atasnya.


Di kelas mana aku berada? Apakah kelas D? Atau kelas C?
Di kelas mana aku akan berada? Apakah kelas D? Atau kelas C?


"Senanglah, Yoshii. Kecurigaanku padamu sudah berakhir."
"Bahagialah, Yoshii. Kecurigaanku padamu sudah berakhir."


Aku membuka lembaran hasil di dalamnya, dan membaca tulisan di atasnya:
Aku membuka lembaran hasil di dalamnya, dan membaca tulisan di atasnya:
==="Yoshii Akihisa - Kelas F"===




"Kau ''memang'' idiot."


"Yoshii Akihisa - Kelas F"
Demikian, hidupku di kelas terparah dimulai.




"Kau ''memang'' idiot."


Demikian, hidupku di kelas terburuk dimulai.
 
'''Catatan Translator'''
 
<references/>




Line 173: Line 178:
{|  border="1" cellpadding="5" cellspacing="0" style="margin: 1em 1em 1em  0; background: #f9f9f9; border: 1px #aaaaaa solid; padding: 0.2em;  border-collapse: collapse;"   
{|  border="1" cellpadding="5" cellspacing="0" style="margin: 1em 1em 1em  0; background: #f9f9f9; border: 1px #aaaaaa solid; padding: 0.2em;  border-collapse: collapse;"   
|-   
|-   
| Mundur ke [[Baka to Tesuto to Syokanju:Volume1 Illustrations|The Novel Illustrations]]   
| Previous Page [[Baka to Tesuto to Syokanju:Volume1 Illustrations|Ilustrasi Novel]]   
| Kembali ke [[Baka to Tesuto to Syokanju|Main Page]]   
| Back to [[Baka to Test to Shoukanjuu (Indonesia)|Halaman Utama]]   
| Lanjut ke [[Baka to Tesuto to Syokanju:Volume1_Soal_Kedua|Soal Kedua]]   
| Next Page [[Baka to Tesuto to Syokanju:Volume1_Soal_Kedua|Soal Kedua]]   
|-   
|-   
|}   
|}   
</noinclude>
</noinclude>

Latest revision as of 14:59, 3 April 2015

Prolog[edit]

"Eh..."

"Ada apa?"

"Tadi Yuuji bilang, kapan reformasi Taika?"

"Kau anak kelas tiga sekarang, dan kau masih belum tahu? Kau sungguh bodoh, Shouko."

"Kita belum diajari sampai situ sekarang. Kau saja yang terlalu pintar."

“Untuk menghafalnya mudah. Ingat saja 'Reformasi Tanpa-Kecelakaan'.”

“Tanpa-Kecelakaan?”

“Karena tidak ada kecelakaan yang terjadi ketika itu. Ingat ya.”

“Baik.”


“Reformasi itu terjadi di tahun 625.”[1]


“Baiklah, sudah kuhafal.”

“Bagus. Pastikan kau mengingatnya.”

“Jangan khawatir, aku tak akan lupa.”


Soal Pertama[edit]

Jawablah soal-soal berikut ini:

Untuk mengurangi massa panci penggorengan, unsur magnesium digunakan dalam proses manufakturnya. Akan tetapi hal ini dapat memicu hal yang tidak diinginkan ketika digunakan dalam memasak. Deskripsikan sesuatu yang tidak diinginkan tersebut, dan sebutkan nama logam campuran yang dapat digunakan untuk menggantikan magnesium tersebut.


Jawaban Himeji Mizuki:

“Reaksi kimia keras akan terjadi ketika magnesium berhubungan langsung dengan api dan menyebabkannya terbakar. Duralumin dapat digunakan untuk mengganti magnesium.”

Komentar Guru:

“Benar. Pertanyaannya dengan jelas menanyakan ‘nama logam campuran’, jadi jika menjawab “besi” akan salah. Bagus, kau tidak terjebak.”


Jawaban Tsuchiya Kouta:

"Tagihan gasnya belum dibayar."

Komentar Guru:

"Tidak relevan dengan pertanyaannya."

Meja kecil gaya Jepang.


Jawaban Yoshii Akihisa:

"Futuranium dapat digunakan ( -> Nantinya akan sangat keras)."

Komentar Guru:

"Ini belum ditemukan, kan?"




Sekarang adalah musim semi keduaku di Akademi Fumizuki.

Seolah menyambut murid baru, kedua sisi lereng yang mengarah ke akademi dipenuhi pohon sakura berbunga mempesona. Aku bukan tipe orang elegan dan berkelas yang biasanya berhenti sebentar untuk menikmati keindahan, tapi pemandangan ini terlalu indah hingga aku tidak bisa tidak terpesona.

Meski itu terjadi hanya untuk sesaat.

Pikiranku dipenuhi dengan hal-hal berbau musim semi, tapi bukan tentang bunga sakura. Aku ingin tahu kelas baruku dan teman-teman seperjuanganku, yang akan berbagi kelas denganku selama setahun ke depan.



"Yoshii, kau telat."

Suara yang tidak ramah menyapaku saat sampai ke gerbang sekolah. Aku menolehkan kepala dan melihat ke arah suara tersebut. Seorang pria bertubuh kekar, kulit kecoklatan dan rambut pendek, berdiri di sana.

“Ah, tetsu- Maksudku, Pak Nishimura, selamat pagi!”

Aku menundukkan kepala sedikit ketika menyapanya. Bagaimanapun juga, dia adalah guru galak. Kau jelas berada dalam masalah jika dia memanggil namamu.

“Barusan kau memanggilku ‘Tetsujin’?”

“Haha, Bapak salah dengar, kali.”

“Oh, benarkah?”

Nyaris sekali, aku hampir memanggilnya seperti yang biasa kulakukan.

Omong-omong, dia dipanggil “Tetsujin” [EdNote: = manusia besi, ironman] karena hobinya ikut lomba triatlon[2]. Tentu saja kebiasaannya memakai baju lengan pendek bahkan di musim dingin memberikan kontribusi untuk itu juga.

“Hmm, kau tidak hanya akan menyapaku, kan?”

“Oh, maaf. Bapak kelihatan agak hitam hari ini.”

“Kau lebih kuatir dengan warna kulitku daripada meminta maaf yang sopan karena terlambat?”

“Oh jadi itu maksudnya… Maaf saya terlambat.”

“Ya ampun… Kau tidak pernah belajar.”

Dia mengeluarkan desahan sambil menggumam. Dari apa yang dia bilang, kedengarannya aku pelanggar peraturan yang sering terlambat.

“Pak, biasanya saya tidak terlambat, kan?”

Beliau adalah wali kelasku tahun lalu, jadi seharusnya tahu sudah berapa kali aku telat datang ke sekolah.

“Lupakan saja, ini ambillah.”

Dia mengambil sebuah amplop dari dalam kotak kardus dan menyerahkannya padaku. Namaku, Yoshii Akihisa, jelas tertera di sana.

“Terima kasih.”

Aku menunduk dengan sopan dan mengambil amplopnya.

"Kenapa pihak sekolah menyerahkan hasil pembagian kelas dengan cara yang merepotkan? Bukankah akan lebih mudah jika menempelnya di papan buletin?"

Kelihatannya bagiku tampak sangat tidak praktis, menyerahkan hasil untuk tiap siswa dalam amplop dan mengatarnya secara pribadi.

"Kita akan melakukan itu jika kita sekolah reguler biasa, tapi sekolah kita adalah yang pertama menggunakan sistem ujian tercanggih. Inilah alasannya kita membagikan hasil secara individual."

"Entah kenapa aku segan dengan jawaban itu..."

Kujawab dia sambil membuka amplopnya. Kelas mana yang akan kutempati? Aku tidak sabar ingin mengetahuinya.

Bagan/Peta lantai kelas dua

Murid kelas dua dan yang lebih tua di Akademi Fumizuki akan ditempatkan ke dalam ruangan kelas yang terpisah, mulai dari kelas A hingga kelas F, dan dibagi berdasarkan hasil ujian kelas. Mudahnya, di Kelas A ada anak jenius, dan anak yang paling idiot pasti ada di Kelas F, bersama dengan orang-orang di antaranya. Kemampuan intelejen akan ditandai oleh kelas mana kau berada. Untuk melindungi harga diriku sebagai lelaki, aku akan melakukan apapun agar tidak berakhir di Kelas F."

"Yoshii, sesungguhnya..."

"Hmm?"

Amplopnya dilem rekat sekali, aku masih berusaha membukanya.

"Setelah setahun mengamatimu, aku sudah lama berpikir: Apakah Yoshii seorang idiot?"

"Bapak jelas salah tentang itu. Aku sudah akan menambahkan 'Bodoh' pada julukanmu bila kau serius tentang itu."

Aku tidak sedang berusaha untuk menjilat. Aku memang tidak belajar banyak saat ujian kemarin, tapi aku rasa aku bisa mengerjakan ujiannya. Pastinya, beliau sudah mengubah opini tentangku ketika dia melihat hasilku.

"Benar. Saat aku melihat hasilmu, aku tersadar betapa kelirunya aku dulu."

"Aku senang mendengarnya, Pak."

Aku tetap tidak bisa membukanya. Sepertinya aku harus merobek bagian atasnya.

Di kelas mana aku akan berada? Apakah kelas D? Atau kelas C?

"Bahagialah, Yoshii. Kecurigaanku padamu sudah berakhir."

Aku membuka lembaran hasil di dalamnya, dan membaca tulisan di atasnya:

"Yoshii Akihisa - Kelas F"[edit]

"Kau memang idiot."

Demikian, hidupku di kelas terparah dimulai.



Catatan Translator

  1. Tanpa-Kecelakaan dalam Bahasa Jepang kedengaran seperti 625, ini lelucon dalam bahasa Jepang.
  2. Triatlon adalah sebuah kompetisi yang terdiri atas serangkaian cabang olahraga, yaitu renang, balap sepeda, dan lari yang dilakukan secara berkesinambungan dalam satu kesatuan waktu. Triatlon adalah kompetisi kecepatan waktu di mana peserta harus dapat membagi tenaga dalam setiap tahapnya. Dan event pertama triatlon modern jarak jauh adalah Triatlon Ironman Hawai. Penulis memakai nama Ironman mengacu pada hal ini.



Previous Page Ilustrasi Novel Back to Halaman Utama Next Page Soal Kedua