Zero no Tsukaima ~ Indonesian Version:Volume7 Bab9: Difference between revisions

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search
Altux (talk | contribs)
Altux (talk | contribs)
Line 141: Line 141:
"Oooh, Tujuh! Nomor yang rawan! Hmm...untuk ini..."
"Oooh, Tujuh! Nomor yang rawan! Hmm...untuk ini..."


After meditating for a while, Joseph called the minister.


“Minister. The imperial rescript.”


From the shadows a small man showed up and bowed.
Setelah termenung sebentar, Joseph memanggil menterinya.


Joseph lightheartedly informed the minister who moved the horse in the miniature garden.
“Menteri. Pengumuman resmi.”


“Summon the fleet. Blow off Albion’s enemies. You have three days to prepare.”
Dari bayang-bayang, seorang lelaki pendek menunjukkan diri dan membungkuk.


“As you wish.” Not showing any emotions, the minister bowed and left.  
Joseph dengan ringannya memberitahu sang menteri yang menggerakkan kuda dalam taman miniatur.


Mrs. Molliere started trembling while watching the display in utter shock.
“Gerakkan skuadron. Ledakkan musuh-musuh Albion. Kau punya 3 hari untuk bersiap.”


It wasn’t a miniature garden play anymore.
“Seperti keinginanmu.” Sang menteri membungkuk dan pergi tanpa menunjukka perasaan.


Just now, the instruction to a real war was given.
Ny. Molliere mulai gemetaran sambil menonton semuanya dalam keterkejutan.


“What’s wrong, Mrs. Molliere? Are you cold? Page, put more wood in the fireplace. The madam shivers.” Joseph ordered page in a steady voice.  
Ini bukan lagi permainan taman miniatur.


“Your Majesty… Ooh, Your Majesty…”
Baru saja perintah untuk perang asli diberikan.


“What is wrong madam? The leader of the Gallia's Parterre knight corps cannot embarrass herself with such cowardice."
“Ada yang salah, Ny. Molliere? Apa kau kedinginan? Pelayan, kayui perapian lebih banyak. Nyonya menggigil.” Joseph memerintahkan pelayan dengan suara tegas.


“Yang Mulia…Ooh, Yang Mulia…”


“Ada yang salah, nyonya? Pemimpin Korps Ksatria Parterre Gallia tak dapat mempermalukan dirinya dengan kepengecutan semacam ini.”




Di Hari Festival Advent dimulai…30 liga dari kota Saxe-Gotha yang bersalju, beberapa orang dalam pakaian gelap tengah berjalan.


On the day when the Advent Festival started… thirty leagues away from the snowy city of Saxe-Gotha, figures, wrapped up in dark clothes, walked.  
“Aku mulai terbiasa dengan…perjalanan gunung.


“I’m getting used to… mountain walks.
Ucap seorang lelaki besar.  Sebuah wajah gagah tersingkap dari celah tudung besar itu.


Muttered a tall man. A dauntless face peeped from the opening of a deep hood.  
Ia Wardes. Wajah Fouquet muncul di sebelahya.


It was Wardes. Fouquet's face popped up next to him.  
Mereka dikirim ke sini sebagai pengawal Sheffield.


They were sent here as Sheffield’s guards.  
Namun Fouquet punya alasan lain untuk hadir.


However, Fouquet had another reason to be here.
“Mathilda of Saxe-Gotha – Kupikir aku pernah mendengar nama ini entah darimana sebelumnya.


“Mathilda of Saxe-Gotha - I think I heard this place’s name from somewhere before.
Ucap Wardes kepada Fouquet, yang menjawab balik sambil melangkah cepat.


Wardes said to Fouquet, who answered back while stepping briskly.
“Penuh kenangan, Tak pernah terpikir olehku untuk berjalan melalui jalur gunung ini lagi.” Katanya sambil menghembuskan asap putih.


“So nostalgic. I never thought I would be walking through this mountain path again.She gave out a white exhalation.
“Apa ini masih termasuk Saxe-Gotha?


“Is it still a territory of Saxe-Gotha?
“Gunung ini juga termasuk kedalamnya.


“The ‘City’ also includes this mountain range.
“Tanah ini milikmu sebagai rumah?


“This land belonged to you as your home?
“Dewa kota yang mengurus. Seperti wakil raja.


“The city's council has been in charge. Sort of like viceregal.“
“Tetap saja ini masih luas.


“Still, it’s considerable.”
“Aku membimbing yanglain ke tanah dimana aku diusir dulu. Ironis.”


“I am guiding another to the land from where I was driven out long ago. How ironic.
“Ayahmu, aku tahu dia entah bagaimana dijauhi keluarga kerajaan Albion…Tapi mengapa tanah ini dan gelar dirampas darimu dan ayahmu?


“Your father, I know that he somehow shunned Albion’s royal family… But why was this land and the tittle taken from you and your father?"
“Itu kebohongan keluarga kerajaan.”


“That’s royal family lies.
“Kebohongan?


“Lies?"
“Yup. Ayahku setia melayani keluarga kerajaan Albion…Tapi begitu Keluarga kerajaan memerintahkan’Berikan’, dia tidak melakukannya.”


“Indeed. My father dutifully served Albion’s royal family… But once the royal family told ‘Give it’ and he didn’t."
“Haah, dan apa itu?”


“Haah, and what was that?”
Fouquet tertawa mengejek dan melihat kedalam mata pria itu”


Fouquet laughed teasingly and looked into the man's face.
“Aku akan bilang padamu saat kau menceritakan ibumu padaku.


“I’ll tell you only when you’ll tell me your mother’s story.
Wardes lalu membuang muka. Fouquet mendengus tak puas.


Then Wardes turned his face away. Fouquet snuffled in dissatisfaction.
“Hey Jean-Jacques Wardes, siapa yang lebih kau cintai -  aku atau ibumu?”


“Hey, Jean-Jacques Wardes, whom do you love more – me or your mother?”
“Tetapi Sheffield, yang berjalan di belakang mereka, lalu memanggil mereka.


But then Sheffield, who was walking behind, called them.
“Seberapa dekat sungai terdekat?”


“How close is the nearest river?”
Fouquet berhenti, berjongkok, menyingkirkan salju…dan menyentuh tanah. Fouquet yang merupakan penyihir segitiga unsur tanah, memahami tanah dengan baik. Lagipula karena dia besar disini, dia memahami tanah disini lebih baik.


Fouquet stopped, squat down, elbowing away the snow… and touched the soil. Fouquet, who was a triangular Earth element mage, understood the soil well. Besides, because she grew up in here, she understood the earth here even better.
“Masih jauh. Tapi tidak hanya sumber air…sepertiga sumur-sumur juga mengambila air gunung.


“Far. But it is not the only water source… one third of the city wells take the water from the mountains.”
“Itu sudah cukup.”


“That should be enough.
Fouquet menyikut menembus semak-semak…dan mencapai sebuah atu yang retak. Meski salju meliputinya, air dapat terlihat mengalir dari retakan. Untungnya bagian tengah tidak membeku.


Fouquet elbowed her way through bush… and reached a cracked rock. Though the snow covered it, the water was visible from the crack. Luckily the center was not frozen.  
Sheffield mengeluarkan sebuah cincin dari kantongnya. Wardes dan Fouquet langsung mengenali cincin itu.


Sheffield took out a ring from her pocket. Wardes and Fouquet recognized the ring at first sight.
“Itu…bukankah itu cincin Cromwell?”


“That… isn’t it Cromwell’s ring?"
Ucap Fouquet. Sheffield menggeleng.


Fouquet muttered. Sheffield shook her head.
“Bukan, ini berbeda dari cincin Cromwell.


“No, it is different from Cromwell’s ring.
Seorang sekretaris memanggil kaisar dnegan namanya> Wardes dan Foquet saling menatap.


A secretary calling the emperor by name? Wardes and Fouquet exchanged the looks.
“Apa yang akan kau lakukan dengan cincin itu?


“What are you going to do with the ring?”
Sheffield tersenyum. Karena ini kali pertama mereka menyaksikan senyumnya, Wardes dan Fouquet heran.


Sheffield smiled. Because it was the first time they saw her smile, Wardes and Fouquet were perplexed.
“Air dianggap sebagai makhluk hidup dan Cincin Andvari memiliki kuasa untuk mengendalikannya…karena ia unsur yang mirip dengan ruh air. Atau bisa kubilang mereka hampir sama.”
 
“Water is considered a living thing and the Ring of Andvari has the power to control it… as it’s an element that looks like the water spirit. Or should I say it’s almost identical.”


“Hmm.”
“Hmm.”


“The water spirit’s tears are expensive material used in making various potions. The power of water rules the composition of the body… with a potion, one can manipulate both body and mind.”
“Airmata ruh air merupakan bahan mahal yang digunakan untuk berbagai macam ramuan. Kekuaran air menguasai komposisi tubuh…dengan suatu ramuan, seseorang bisa memanipulasi keduanya tubuh dan pikiran.”


“That’s a nice lecture. Now then, tell what on earth you are going to do with it?”
“Ceramah yang bagus. Kini, ceritakan apa sih yang akan kau lakukan dengan itu?”


“The power of water to condensate… In other words, I can manipulate the town with this…”
Kekuatan air untuk mengembun…dengan kata lain, aku bisa memanipulasi kota dengan ini…”


Sheffield’s body began to glow.
Tuuh Sheffield mulai bersinar.


Wardes remembered this light. The left hand of Louise's boy-familiar glowed in such light as well. Immediately after that… his left arm was chopped off.  
Wardes ingat cahaya ini. Tangan kiri familiar lelaki Louise juga memancarkan cahaya ini. Langsung setelahnya…tangan kirinya terpotong habis.


On Sheffield’s forehead, half covered with hair, an ancient rune glowed.  
Di kening Sheffield yang setengah tertutup rambut, sebuah tanda kuno bersinar.


Wardes screwed up his eyes.
Wardes membelabakkan mata.


“What are you doing?”
“Apa yang kau lakukan?”


Sheffield did not answer anymore. She seemed to have been concentrating. She thrust out the hand with the ring towards the water. Gradually, the ring began to shine… and melt.
Sheffield tak lagi menjawab. Sepertinya dia tengah memfokuskan diri. Dia menjulurkan cincinnya menuju air dengan tangannya. Perlahan-lahan, cincin itu mulai bersinar…dan meleleh.


It looked as if… it was melted by the heat of Sheffield’s body.  
Seakan-akan…ia dilelehkan panas tubuh Sheffield.


Melted drops of the Ring of Andvari began to trickle down… and then a strong stream of water broke through the crack and flowed towards the city of Saxe-Gotha.
Tetesan lelehan cincin Andvari mulai bercucuran…dan aliran deras dari air memancar melalui retakan dan mengalir menuju kota Saxe Gotha.


<noinclude>
<noinclude>

Revision as of 22:39, 1 September 2015

Bab Delapan: Raja Gallia

Kerajaan Gallia merupakan negara besar dengan penduduk terbanyak di Halkeginia. Jumlahnya sekitar 15 juta. Gallia adalah negara maju dalam hal sihir...juga ada banyak bangsawan. Lutèce, sang ibukota, merupakan Kota terbesar dibandingkan dengan yang lain di seluruh Halkeginia

Kota ini berada di tepi Sungai Shire yang mengalir hingga samudra. Si "Kota Tua" ini telah berkembang luar biasa. Namun pusat kekuasaan Lutèce kini tak ada di sana.

Ia kini berada di tepi kiri sungai, agak jauh dari kota, dalam istana Versailles yang raksasa. Tak hanya Istananya yang elegan nan rumit, Taman Versailles pun begitu, menciptakan berbagai garis yang saling membentuk di depan gedung tersebut.

Taman dan gedung ini diperluas oleh tangan arsitek-arsitek dan para tukang kebun yang diundang dari seluruh dunia. Seluruh budaya yang berkembang telah digunakan untuk mengubah pemandangan Versailles.

Ada gedung dengan dimensi yang cukup menarik di dalam Istana Versailles. Keluarga kerajaan Gallia berambut biru yang cukup asing. Maka untuk meniru warna rambut ini, dibuatlah gedung bernama Troyes Agung dari bata-bata biru.

Di dalam Troyes Agung inilah hidup seorang lelaki yang memegang penuh kekuasaan 15 juta nyawa dalam kerajaan Gallia.

Dialah Joseph - Sang Raja Gallia

Rambut dan Jenggot biru membentuk mukanya, membuatmu menghela napas saking indahnya. Dengan tubuh tinggi dan penuh otot, dia terlihat seperti patung hidup. Meski berumur 45 tahun, dia terlihat muda dalam segala sesuatunya, seakan-akan dia baru saja menginjak 30.

Ada yang aneh di wajah indah dari lelaki tampan ini.

Dikelilingi dua orang, dia terlihat agak tak biasa.

Sebuah suara wanita terdengar dari sisi lain damsk.

" Yang Mulia..Yang Mulia! Yang engkau cari-cari telah ditemukan dan datang!"

Joseph tergopoh-gopoh menuju jalan masuk ruangan tersebut. Seorang wanita cantik tengah berdiri di sana dnegan dikelilingi mawar-mawar yang mekar. Wajah Joseph mulai bersinar.

"Ny. Molliere!Ny. Molliere! Engkaulah yang terbaik!"

Wanita yang disebut Ny. Molliere itu mempersembahkan sebuah kotak kepada Joseph.

"Disamping Tentara Yang Mulia"

Dengan mata yang berbinar-binar seperti anak kecil, Joseph membuka kotak tersebut. Setelah melihat isinya, wajahnya bersinar lebih terang.

"Ini...! Ini adalah Ksatria Sihir Berat Zaman Kaap! Pusaka yang luar biasa! Ny. Molliere, kau orang yang luar biasa!"

Sambil mengeluarkan boneka ksatria seukuran kira-kira 20 cm dari kotak itu, Joseph bersuara dengan sangat gembira.

Setelah itu, dia memegang tangan Ny. Molliere's dan membawanya ke tengah-tengah ruangan.

“Saahsaah, Aku ingin kau melihat ini! Inilah 'Duniaku'!"

Seisi ruangan telah berubah menjadi satu miniatur taman raksasa. Mata Ny. Molliere terbelabak.

Ia terlihat seperti sebuah peta yang meniru Halkeginia. Sebuah tiruan besar.

"Oh! Betapa Indhanya Taman miniatur ini! Sangat luar biasa!"

"Para ahli taman dari seluruh negara telah dipanggil untuk membuatnya! Butuh sebulan penuh untuk selesai!"

"Apakah ini model mainan terbaru? Apa kau sudah bosan dengan catur?"

"tititidadadak. Aku tak bosan!"

"Oh! Bolehkah ku bertanya apa ini? Aku selalu berfikir adalah aneh bahwa ini menyenangkan."

"Mengapa?"

"Karena, tiada lawan disini. Kuda musuh dan kudamu bergerak menuruti kemauanmu, di mana letak kesenangannya?"

"Memang menyedihkan, seperti yang kau lihat, tiada lawan disini."

Ny. Molliere tertawa pahit. Meski sang raja kaya raya dan memiliki wajah indah, dia biasa dipandang sebelah mata karena tidak ahli dalam sihir. Dia dihina sebagai seorang yang tolol bin dungu. Karenanya...sang raja yang memiliki masa kecil nan kelam menjadi gila dalam kesendirian. Dia mencurahkan jiwanya pada catur.

"Catur tak berubah dari asalnya, ia mengikuti pola tertentu yang harus diperhatikan. Tapi permainan ini berbeda!"

ucap Joseph, sambil menunjuk taman miniatur.

"ciri khas geografis dibuat mengikuti kenyataan - kuda-kuda, penombak, pemanah, musketeer, ksatria, ksatria naga, artileri, kapal perang... semua dibuat meniru tentara yang asli, begitu pula dnegan perangnya! Untuk menentukan menang dan kalahnya suatu kavaleri, sebuah dadu digunakan! Hasilnya...keluarannya selalu berbeda dan memberikanmu rasa perang sesungguhnya!"

Ny. Molliere tertarik untuk bermain bersama dalam perang yang raja selalu bicarakan dengan terhanyut, meski dia tak dapat benar-benar mengerti tentang itu. Dia senang melihat wajah gembiranya.

"Kalau begitu, bolehkah saya juga menjadi tentara garda Yang Mulia?"

"Dengan senang hati. Ksatria Parterre. Kau akan menjadi Ksatria yang hebat."

Joseph menempatkan boneka ksatria yang dibawa Ny. Molliere pada Taman miniatur. Ny. Molliere membungkuk dengan bercanda.

"Oh! Ksatria Parterre Gallian terhormat? Semua akan dengki padaku!"

"Satu tos untuk pemimpin ksatria tercantik sedunia!"

Joseph mengangkat cangkir di sisinya. Seorang pelayan berlari dan mengisinya dengan anggur. Si pelayan juga mengisi cangkir Ny. Molliere dan menyerahkannya.

"Dan dalam permainan ini, Yang Mulia akan menjadi keduanya - baik Teman maupun Lawan?"

Tanya wanita tersebut sambil meminum dari cangkir dengan anggunnya.

"Tentu. Bukankah aku sudah bilang padamu? Dalam permainan Halkeginia ini aku bukan sebuah bidak. Aku yang mengatur strategi...Stragei cerdas nan tepat! Begitulah. Seorang yang jaya dihancurkan oleh dirinya sendiri...Seperti yang kubilang, aku mengatur sebuah permainan untuk panggung istana pasir ini, seperti Shakespeare(terjemahan bebas dari dramawan, lebih pas menurutku)."

"Oh, Taman miniatur ini benar-benar sama persis dengan aslinya."

Ny Molliere yang tengah mengamatinya merasa kagum. Perbukitan, gunung, sungai-sungai..Naikan dan turunan dipahatkan untuk menyamai ciri-ciri geografi sebenarnya, bahkan bangunan-bangunan kecil di kota dan desa dibuat rinci. Di sebuah jalan kecil ada sebuah boneka tentara.

"Drama apa yang akan terurai disni? Mohon jelaskan lebih rinci."

"Sekarang, ada suatu tentara biru yang menduduki kota ini."

Joseph menunjuk sebuah kota yang dikelilingi benteng.

"Itu dan Tentara merah, yang mengurung diri di kota ini, saling mengamati gerakan masing-masing."

Ucapnya sambil menunjuk kota yang berdiri di sebalag kiri. Kota ini tediri dari bangunan-bangunan dnegan model dan bentuk yang hebat. Banyak boneka tentara ditaruh disana. Ada juga beberapa boneka monster dan naga, juga model kapal.

"Inilah dimana ia menjadi menarik. Si tentara biru tengah menuju kemenangan! Tapi tentara merak menggunakan 'kartu As' yang tak terduga dan membalikkan keadaan!"

Kekanak-kanakan sekali, gumam Ny. Molliere dalam hati. Urusan dalam dan luar negeri terabaikan karena gilanya sang raja. begitulah isu-isu yang berhembus. Dan mereka tak salah.

Joseph tersenyum dan mengambil boneka dari taman miniatur.

Ia sebuah model wanita semampai nan langsing berambut hitam.

Joseph menempatkannya dekat telinga.

Lalu, seakan boneka itu berbicara padanya, Joseph mengangguk-angguk.

Setelahnya. Joseph berbicara pada boneka itu.

"Itu benar! Pasti! Rencana tengah berjalan! Ini memang rencana yang penuh warna dan menyenangkan! Oh Muse! Muse melebihi lucu! Ambillah imbalanmu! Namun, karena kini ia penuh! Aku ingin mencengkram seluruh mainan, boneka, lebih dari yang sudah kumiliki! Kupikir kini saatnya menjalankan rencana!"

Tatapan Ny.Molliere pada Joseph yang tengah berbicara kepada boneka adalah pandangan penuh iba. Dia bukanlah seorang raja, dia nukanlah pemilik wajah tampan yang memukau, itu adalah kelakuan aneh seseorang yang hatinya tak pernah dicintai.

Dibandingkan adiknya yang bisa semuanya...Tahtanya terancam...oleh badai gonjang-ganjing politik...yang pada akhirnya mengganggu pikiran Joseph.

" Yang Mulia, Yang Mulia...Ah, Yang Mulia...kasihan"

Ny. Mollere dengan sikap teatrikal menepuk mandible Joseph. Joseph dengan lembut memeluk Ny. Mollere.

"Aah, Yang mulia...hentikanlah candaanmu..."

"Ya...kau menonton sebuah pemutarbalikan dramatis untuk mengakhiri permainan ini. Ia harus diputukan - menang atau kalah."

gumam Joseph sambil mengamati kedua kota...dan memanggil pelayan

"Lemparkan."

Si pelayan mengangguk dan melemparkan dua dadu. Joseph menonton mata dadu yang jatuh lalu mengangguk.

"Oooh, Tujuh! Nomor yang rawan! Hmm...untuk ini..."


Setelah termenung sebentar, Joseph memanggil menterinya.

“Menteri. Pengumuman resmi.”

Dari bayang-bayang, seorang lelaki pendek menunjukkan diri dan membungkuk.

Joseph dengan ringannya memberitahu sang menteri yang menggerakkan kuda dalam taman miniatur.

“Gerakkan skuadron. Ledakkan musuh-musuh Albion. Kau punya 3 hari untuk bersiap.”

“Seperti keinginanmu.” Sang menteri membungkuk dan pergi tanpa menunjukka perasaan.

Ny. Molliere mulai gemetaran sambil menonton semuanya dalam keterkejutan.

Ini bukan lagi permainan taman miniatur.

Baru saja perintah untuk perang asli diberikan.

“Ada yang salah, Ny. Molliere? Apa kau kedinginan? Pelayan, kayui perapian lebih banyak. Nyonya menggigil.” Joseph memerintahkan pelayan dengan suara tegas.

“Yang Mulia…Ooh, Yang Mulia…”

“Ada yang salah, nyonya? Pemimpin Korps Ksatria Parterre Gallia tak dapat mempermalukan dirinya dengan kepengecutan semacam ini.”


Di Hari Festival Advent dimulai…30 liga dari kota Saxe-Gotha yang bersalju, beberapa orang dalam pakaian gelap tengah berjalan.

“Aku mulai terbiasa dengan…perjalanan gunung.”

Ucap seorang lelaki besar. Sebuah wajah gagah tersingkap dari celah tudung besar itu.

Ia Wardes. Wajah Fouquet muncul di sebelahya.

Mereka dikirim ke sini sebagai pengawal Sheffield.

Namun Fouquet punya alasan lain untuk hadir.

“Mathilda of Saxe-Gotha – Kupikir aku pernah mendengar nama ini entah darimana sebelumnya.”

Ucap Wardes kepada Fouquet, yang menjawab balik sambil melangkah cepat.

“Penuh kenangan, Tak pernah terpikir olehku untuk berjalan melalui jalur gunung ini lagi.” Katanya sambil menghembuskan asap putih.

“Apa ini masih termasuk Saxe-Gotha?”

“Gunung ini juga termasuk kedalamnya.”

“Tanah ini milikmu sebagai rumah?”

“Dewa kota yang mengurus. Seperti wakil raja.”

“Tetap saja ini masih luas.”

“Aku membimbing yanglain ke tanah dimana aku diusir dulu. Ironis.”

“Ayahmu, aku tahu dia entah bagaimana dijauhi keluarga kerajaan Albion…Tapi mengapa tanah ini dan gelar dirampas darimu dan ayahmu?”

“Itu kebohongan keluarga kerajaan.”

“Kebohongan?”

“Yup. Ayahku setia melayani keluarga kerajaan Albion…Tapi begitu Keluarga kerajaan memerintahkan’Berikan’, dia tidak melakukannya.”

“Haah, dan apa itu?”

Fouquet tertawa mengejek dan melihat kedalam mata pria itu”

“Aku akan bilang padamu saat kau menceritakan ibumu padaku.”

Wardes lalu membuang muka. Fouquet mendengus tak puas.

“Hey Jean-Jacques Wardes, siapa yang lebih kau cintai - aku atau ibumu?”

“Tetapi Sheffield, yang berjalan di belakang mereka, lalu memanggil mereka.

“Seberapa dekat sungai terdekat?”

Fouquet berhenti, berjongkok, menyingkirkan salju…dan menyentuh tanah. Fouquet yang merupakan penyihir segitiga unsur tanah, memahami tanah dengan baik. Lagipula karena dia besar disini, dia memahami tanah disini lebih baik.

“Masih jauh. Tapi tidak hanya sumber air…sepertiga sumur-sumur juga mengambila air gunung.”

“Itu sudah cukup.”

Fouquet menyikut menembus semak-semak…dan mencapai sebuah atu yang retak. Meski salju meliputinya, air dapat terlihat mengalir dari retakan. Untungnya bagian tengah tidak membeku.

Sheffield mengeluarkan sebuah cincin dari kantongnya. Wardes dan Fouquet langsung mengenali cincin itu.

“Itu…bukankah itu cincin Cromwell?”

Ucap Fouquet. Sheffield menggeleng.

“Bukan, ini berbeda dari cincin Cromwell.”

Seorang sekretaris memanggil kaisar dnegan namanya> Wardes dan Foquet saling menatap.

“Apa yang akan kau lakukan dengan cincin itu?”

Sheffield tersenyum. Karena ini kali pertama mereka menyaksikan senyumnya, Wardes dan Fouquet heran.

“Air dianggap sebagai makhluk hidup dan Cincin Andvari memiliki kuasa untuk mengendalikannya…karena ia unsur yang mirip dengan ruh air. Atau bisa kubilang mereka hampir sama.”

“Hmm.”

“Airmata ruh air merupakan bahan mahal yang digunakan untuk berbagai macam ramuan. Kekuaran air menguasai komposisi tubuh…dengan suatu ramuan, seseorang bisa memanipulasi keduanya – tubuh dan pikiran.”

“Ceramah yang bagus. Kini, ceritakan apa sih yang akan kau lakukan dengan itu?”

Kekuatan air untuk mengembun…dengan kata lain, aku bisa memanipulasi kota dengan ini…”

Tuuh Sheffield mulai bersinar.

Wardes ingat cahaya ini. Tangan kiri familiar lelaki Louise juga memancarkan cahaya ini. Langsung setelahnya…tangan kirinya terpotong habis.

Di kening Sheffield yang setengah tertutup rambut, sebuah tanda kuno bersinar.

Wardes membelabakkan mata.

“Apa yang kau lakukan?”

Sheffield tak lagi menjawab. Sepertinya dia tengah memfokuskan diri. Dia menjulurkan cincinnya menuju air dengan tangannya. Perlahan-lahan, cincin itu mulai bersinar…dan meleleh.

Seakan-akan…ia dilelehkan panas tubuh Sheffield.

Tetesan lelehan cincin Andvari mulai bercucuran…dan aliran deras dari air memancar melalui retakan dan mengalir menuju kota Saxe Gotha.


Back to Chapter 7 - MTL Return to Main Page Forward to Chapter 9 - MTL