Sword Art Online Bahasa Indonesia:ME 6: Difference between revisions

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search
Ryzx (talk | contribs)
No edit summary
Ryzx (talk | contribs)
No edit summary
Line 3: Line 3:
'''(Lantai 22 Aincrad, Oktober 2024)'''
'''(Lantai 22 Aincrad, Oktober 2024)'''


Di suatu sore, beberapa hari setelah hidup baruku yang telah menikah dengan Asuna dimulai, di dalam rumah kayu yang berada jauh di pelosok hutan lantai 22 Aincrad.
Di suatu sore, beberapa hari setelah hidup baruku yang  


Selagi berbincang mengenai tempat yang sudah kita kunjungi siang tadi atau masakan yang kita makan, di atas sofa yang bertempat di depan perapian, Asuna tiba-tiba mengungkapkan pikirannya.
telah menikah dengan Asuna dimulai, di dalam rumah kayu


"Hei, Kirito-kun. Menurutku, mungkin orang itu bukan NPC melainkan pemain......"
yang berada jauh di pelosok hutan lantai 22 Aincrad.
 
Selagi berbincang mengenai tempat yang sudah kita kunjungi
 
siang tadi atau masakan yang kita makan, di atas sofa yang
 
bertempat di depan perapian, Asuna tiba-tiba mengungkapkan
 
pikirannya.
 
"Hei, Kirito-kun. Menurutku, mungkin orang itu bukan NPC  
 
melainkan pemain......"


".........Haa?"
".........Haa?"


Tidak mengerti topik yang mendadak, mulutku tetap sedikit terbuka. Sambil duduk berdampingan di atas sofa, bibirnya terus mengisap cangkir tehnya.
Tidak mengerti topik yang mendadak, mulutku tetap sedikit  
 
terbuka. Sambil duduk berdampingan di atas sofa, bibirnya  
 
terus mengisap cangkir tehnya.
 
"Yaaa, pemilik toko itu, aku tadinya percaya dari sana
 
kalau dia adalah NPC tanpa ragu...... Tapi hari ini, entah


"Yaaa, pemilik toko itu, aku tadinya percaya dari sana kalau dia adalah NPC tanpa ragu...... Tapi hari ini, entah kenapa, waktu aku mengamati wajahnya, aku tiba-tiba merasa kalau orang itu sebenarnya adalah pemain."
kenapa, waktu aku mengamati wajahnya, aku tiba-tiba merasa  


Subyek pembicaraan kita adalah sebuah restoran. Letaknya jauh di belakang dari belakang dan bahkan lebih jauh lagi ke belakang dari bagian bawah blok kota utama «Algade» di lantai 50. Jika kita pergi ke sana tanpa peta, bukan saja sampai di sana, kembalinya pun akan sulit. Sebenarnya, «Restoran» bukan kata yang tepat untuk mendeskripsikannya, «Toko Makanan» akan lebih cocok. Namanya adalah «Rumah Algade».
kalau orang itu sebenarnya adalah pemain."


Bangunannya terlihat seperti akan runtuh jika diterpa angin yang kuat. Ada tirai penanda yang tergantung pada pintu masuknya yang merupakan pintu geser. Bagian dalamnya berlantai batu—atau lebih tepatnya lantai beton yang polos, terdapat dua meja dan empat kursi lagi di konternya. Semua perabotannya memiliki aura murahan yang kuat, dan juga itu memang bukannya sengaja disusun agar terlihat murah.
Subyek pembicaraan kita adalah sebuah restoran. Letaknya


Di menunya, hanya ada 3 pilihan. «Algade Soba<ref>Soba = Mie jepang disiapkan dengan tepung soba.</ref>», «Algade Panggang» dan «Algade Rebus», tidak satu pun diantara ketiganya memiliki motivasi dibalik penamaannya. Mereka adalah, dari urutan menu, ramen yang tidak terlihat seperti ramen, okonomiyaki<ref>Okonomiyaki = Adonan bulat datar yang digoreng kedua sisinya.</ref> yang tidak terlihat seperti okonomiyaki, dan yang terakhir, aku masih belum punya ide makanan apa itu seharusnya.
jauh di belakang dari belakang dan bahkan lebih jauh lagi


Pesanannya lalu dimasak oleh penjaga toko yang sama. Sewaktu Asuna bilang «pemilik toko itu», Pikiranku membayangkan si pemilik yang berpostur pendek memakai baju kerja putih dan toque<ref>[http://2.bp.blogspot.com/-7oss9ZGgyJM/Tc6sBAFetyI/AAAAAAAABXc/3Kc_b_2mQ5k/s1600/toque.png Toque]</ref> putih, yang wajah bulat  tak diketahui umurnya tersembunyi di balik gombak<ref>Gombak = Jambul (pada ayam, burung, bunga, dsb); Jambak (rambut di dahi kuda); Rambut di atas dahi (yang ditinggalkan sehabis berpangkas)</ref> panjangnya, lalu akhirnya aku menjawab.
ke belakang dari bagian bawah blok kota utama «Algade» di  


"......Pe..Pemain? ......tapi orang itu tidak mengatakan apa-apa......"
lantai 50. Jika kita pergi ke sana tanpa peta, bukan saja


"Setidaknya dia bilang ‘Selamat Datang’ dan ‘Terima Kasih’."
sampai di sana, kembalinya pun akan sulit. Sebenarnya,


"Tapi itu hal biasa untuk NPC. ......sebenarnya kalau kamu mengarahkan kursornya ke dia......"
«Restoran» bukan kata yang tepat untuk mendeskripsikannya,
 
«Toko Makanan» akan lebih cocok. Namanya adalah «Rumah
 
Algade».
 
Bangunannya terlihat seperti akan runtuh jika diterpa angin
 
yang kuat. Ada tirai penanda yang tergantung pada pintu
 
masuknya yang merupakan pintu geser. Bagian dalamnya
 
berlantai batu—atau lebih tepatnya lantai beton yang polos,
 
terdapat dua meja dan empat kursi lagi di konternya. Semua
 
perabotannya memiliki aura murahan yang kuat, dan juga itu
 
memang bukannya sengaja disusun agar terlihat murah.
 
Di menunya, hanya ada 3 pilihan. «Algade Soba<ref>Soba =
 
Mie jepang disiapkan dengan tepung soba.</ref>», «Algade
 
Panggang» dan «Algade Rebus», tidak satu pun diantara
 
ketiganya memiliki motivasi dibalik penamaannya. Mereka
 
adalah, dari urutan menu, ramen yang tidak terlihat seperti
 
ramen, okonomiyaki<ref>Okonomiyaki = Adonan bulat datar
 
yang digoreng kedua sisinya.</ref> yang tidak terlihat
 
seperti okonomiyaki, dan yang terakhir, aku masih belum
 
punya ide makanan apa itu seharusnya.
 
Pesanannya lalu dimasak oleh penjaga toko yang sama.
 
Sewaktu Asuna bilang «pemilik toko itu», Pikiranku
 
membayangkan si pemilik yang berpostur pendek memakai baju
 
kerja putih dan toque<ref>[http://2.bp.blogspot.com/-
 
7oss9ZGgyJM/Tc6sBAFetyI/AAAAAAAABXc/3Kc_b_2mQ5k/s1600/toque
 
.png Toque]</ref> putih, yang wajah bulat  tak diketahui
 
umurnya tersembunyi di balik gombak<ref>Gombak = Jambul
 
(pada ayam, burung, bunga, dsb); Jambak (rambut di dahi
 
kuda); Rambut di atas dahi (yang ditinggalkan sehabis
 
berpangkas)</ref> panjangnya, lalu akhirnya aku menjawab.
 
"......Pe..Pemain? ......tapi orang itu tidak mengatakan
 
apa-apa......"
 
"Setidaknya dia bilang ‘Selamat Datang’ dan ‘Terima
 
Kasih’."
 
"Tapi itu hal biasa untuk NPC. ......sebenarnya kalau kamu  
 
mengarahkan kursornya ke dia......"


Sampai di sini, aku menyadari sesuatu.
Sampai di sini, aku menyadari sesuatu.


Ada perbedaan jelas antara pemain dengan NPC, memfokuskan pandangan pada suatu sasaran akan memunculkan «Kursor Berwarna». Meski keduanya sama-sama berwarna hijau, untuk seorang NPC, di bawah bar HP nya akan terpampang jelas "NPC". Tapi metode pembedaan ini tidak bisa bekerja di dalam toko, karena di dalam toko diklasifikasikan dalam bangunan, alasannya adalah pertimbangan sistem. Mungkin mustahil untuk makan dengan tenang jika kursornya terus muncul kapanpun melihat seseorang, jadi kalau aku memfokuskan tatapanku ke pemilik toko itu pun, kursornya tidak akan muncul.
Ada perbedaan jelas antara pemain dengan NPC, memfokuskan  
 
pandangan pada suatu sasaran akan memunculkan «Kursor  
 
Berwarna». Meski keduanya sama-sama berwarna hijau, untuk  
 
seorang NPC, di bawah bar HP nya akan terpampang jelas  
 
"NPC". Tapi metode pembedaan ini tidak bisa bekerja di  
 
dalam toko, karena di dalam toko diklasifikasikan dalam  
 
bangunan, alasannya adalah pertimbangan sistem. Mungkin  
 
mustahil untuk makan dengan tenang jika kursornya terus  
 
muncul kapanpun melihat seseorang, jadi kalau aku  
 
memfokuskan tatapanku ke pemilik toko itu pun, kursornya  


Tapi, biasanya tidak ada orang yang peduli dengan menentukan seorang  NPC, karena mereka sudah sangat jelas dengan sekali pandang. Berbeda dengan darah dan daging manusia yang beroperasi melalui NerveGear, NPC yang dikontrol sistem punya karakteristik unik. Setelah terpenjara di dalam SAO selama dua tahun, siapapun bisa tahu apakah orang lain adalah pemain atau NPC tanpa berpikir sekalipun—selagi aku memikirkannya, otakku memeriksa lagi pose berdiri yang suram si pemilik Rumah Algade itu.
tidak akan muncul.
 
Tapi, biasanya tidak ada orang yang peduli dengan  
 
menentukan seorang  NPC, karena mereka sudah sangat jelas  
 
dengan sekali pandang. Berbeda dengan darah dan daging  
 
manusia yang beroperasi melalui NerveGear, NPC yang  
 
dikontrol sistem punya karakteristik unik. Setelah  
 
terpenjara di dalam SAO selama dua tahun, siapapun bisa  
 
tahu apakah orang lain adalah pemain atau NPC tanpa  
 
berpikir sekalipun—selagi aku memikirkannya, otakku  
 
memeriksa lagi pose berdiri yang suram si pemilik Rumah  
 
Algade itu.


Lalu, mataku terbuka lebar keheranan.
Lalu, mataku terbuka lebar keheranan.
Line 43: Line 169:
Asuna tersenyum senang untuk beberapa alasan.
Asuna tersenyum senang untuk beberapa alasan.


Senyumannya, yang belum berubah sejak pertama kali kita bertemu, tembus menembak hatiku, kapan pun hal ini terjadi, aku selalu merentangkan tanganku untuk menggapainya sambil kepusingan. Tapi kali ini, wajah si pemilik Rumah Algade yang mengambang-ambang di kepalaku mencegahnya.
Senyumannya, yang belum berubah sejak pertama kali kita  
 
bertemu, tembus menembak hatiku, kapan pun hal ini terjadi,  
 
aku selalu merentangkan tanganku untuk menggapainya sambil  
 
kepusingan. Tapi kali ini, wajah si pemilik Rumah Algade  
 
yang mengambang-ambang di kepalaku mencegahnya.
 
Aku menggaruk kepalaku untuk mendorong bayang-bayang tak
 
menyenangkan itu keluar.
 
"Tidak, tetapi apa mungkin seseorang bisa tidak dikenali


Aku menggaruk kepalaku untuk mendorong bayang-bayang tak menyenangkan itu keluar.
apakah dia pemain atau NPC? Aku yakin pasti ada cara


"Tidak, tetapi apa mungkin seseorang bisa tidak dikenali apakah dia pemain atau NPC? Aku yakin pasti ada cara sederhana untuk memeriksanya......"
sederhana untuk memeriksanya......"


"Bagaimana kalau memeriksa reaksinya setelah diserang? Tapi begitu kita memakai berbagai macam metode nekad dan ternyata dia adalah pemain, kita tidak akan bisa kembali ke toko itu lagi. ......Yah, sekarang, aku tidak ingin kembali ke sana juga sih."
"Bagaimana kalau memeriksa reaksinya setelah diserang? Tapi  
 
begitu kita memakai berbagai macam metode nekad dan  
 
ternyata dia adalah pemain, kita tidak akan bisa kembali ke  
 
toko itu lagi. ......Yah, sekarang, aku tidak ingin kembali  
 
ke sana juga sih."


"Tidak, aku terganggu, benar-benar terganggu."
"Tidak, aku terganggu, benar-benar terganggu."
Line 55: Line 203:
Asuna lekas menggelengkan kepalanya dan menghela nafas.
Asuna lekas menggelengkan kepalanya dan menghela nafas.


"......Kirito-kun, apa sih yang kamu suka dari toko itu? Sudah setengah tahun sejak pertama kali kamu membawaku ke sana, aku benar-benar tidak mengerti......"
"......Kirito-kun, apa sih yang kamu suka dari toko itu?  
 
Sudah setengah tahun sejak pertama kali kamu membawaku ke  
 
sana, aku benar-benar tidak mengerti......"
 
"Tentang itu, aku sendiri tidak tahu alasannya. Atmosfer
 
yang tidak ramah, makanannya buruk...... tapi sekali-sekali
 
aku tidak bisa menahan dorongan untuk mencoba ramen


"Tentang itu, aku sendiri tidak tahu alasannya. Atmosfer yang tidak ramah, makanannya buruk...... tapi sekali-sekali aku tidak bisa menahan dorongan untuk mencoba ramen misterius itu lagi."
misterius itu lagi."


"Itu bukan ramen sih, ......Yah, kenapa tidak tanya saja? Anda NPC atau pemain, seperti itu."
"Itu bukan ramen sih, ......Yah, kenapa tidak tanya saja?  


Karena sudah mempertimbangkan ide Asuna beberapa detik lalu, aku menggelengkan kepala.
Anda NPC atau pemain, seperti itu."


"Tidak, pasti gagal. Ketidakramahan pemilik toko itu seperti sepuluh Heathcliff digabung. Aku yakin sepenuhnya pertanyaan kita akan diabaikan. Yah, tempat itu juga tempat yang bagus sih.”
Karena sudah mempertimbangkan ide Asuna beberapa detik


"B..Benar, ......kita biarkan saja sebagai misteri. Maaf karena aku sudah memulai topik aneh, kamu mau kue lagi?"
lalu, aku menggelengkan kepala.


Setelah mengatakannya, Asuna berdiri, tapi aku lekas menggenggam tangan kirinya dan menariknya kembali.
"Tidak, pasti gagal. Ketidakramahan pemilik toko itu
 
seperti sepuluh Heathcliff digabung. Aku yakin sepenuhnya
 
pertanyaan kita akan diabaikan. Yah, tempat itu juga tempat
 
yang bagus sih.”
 
"B..Benar, ......kita biarkan saja sebagai misteri. Maaf
 
karena aku sudah memulai topik aneh, kamu mau kue lagi?"
 
Setelah mengatakannya, Asuna berdiri, tapi aku lekas  
 
menggenggam tangan kirinya dan menariknya kembali.


"......Tidak, tidak bisa kubiarkan."
"......Tidak, tidak bisa kubiarkan."
Line 73: Line 245:
"Eh?"
"Eh?"


"Merasa gelisah lagi dan lagi seperti ini akan jadi tak tertahankan, aku tidak bisa kembali ke garis depan sampai aku tahu pemilik toko itu manusia atau NPC."
"Merasa gelisah lagi dan lagi seperti ini akan jadi tak  


Begitu mendengarnya, 'Jangan berbicara seperti itu!' terlihat jelas pada ekspresi Asuna, tapi dia duduk lagi tanpa mengatakannya.
tertahankan, aku tidak bisa kembali ke garis depan sampai


"......Tapi, kalau begitu, kita harus berbuat apa? Aku tidak tahu cara apapun untuk memastikannya, dan bertanya juga tidak mungkin kan?"
aku tahu pemilik toko itu manusia atau NPC."


"Tidak, ada satu cara. Singkatnya, cuma melihat kursor saat si pemilik itu di luar toko sudah cukup. Sebagai seorang pemain, dia pastinya perlu keluar untuk membeli bahan makanan, sedangkan NPC juga punya perilaku spesifik seperti bersih-bersih di luar toko."
Begitu mendengarnya, 'Jangan berbicara seperti itu!'
 
terlihat jelas pada ekspresi Asuna, tapi dia duduk lagi
 
tanpa mengatakannya.
 
"......Tapi, kalau begitu, kita harus berbuat apa? Aku
 
tidak tahu cara apapun untuk memastikannya, dan bertanya
 
juga tidak mungkin kan?"
 
"Tidak, ada satu cara. Singkatnya, cuma melihat kursor saat  
 
si pemilik itu di luar toko sudah cukup. Sebagai seorang  
 
pemain, dia pastinya perlu keluar untuk membeli bahan  
 
makanan, sedangkan NPC juga punya perilaku spesifik seperti  
 
bersih-bersih di luar toko."


"..................Ja..Jangan bilang..."
"..................Ja..Jangan bilang..."


Wajah Asuna menjadi kaku dan dia mencoba melarikan diri dari sofa lagi, tapi kurebut kedua bahunya dan berkata,
Wajah Asuna menjadi kaku dan dia mencoba melarikan diri  


"Oke, besok ayo berkemah disana jam enam pagi. Ada gang kosong di seberang jalan, kita tidak akan dicurigai kalau mengintai dari situ."
dari sofa lagi, tapi kurebut kedua bahunya dan berkata,
 
"Oke, besok ayo berkemah disana jam enam pagi. Ada gang  
 
kosong di seberang jalan, kita tidak akan dicurigai kalau  
 
mengintai dari situ."


"..................Dingin, pastinya, sangat dingin."
"..................Dingin, pastinya, sangat dingin."


"Iya, kita butuh perlengkapan tahan dingin! Aku yakin kita punya cukup untuk kita berdua di gudang, lalu kotak makanan juga diisi dengan bahan-bahan yang menambah ketahanan dingin. Persiapannya sekarang sempurna, kuserahkan padamu  Asuna!"
"Iya, kita butuh perlengkapan tahan dingin! Aku yakin kita  
 
punya cukup untuk kita berdua di gudang, lalu kotak makanan  
 
juga diisi dengan bahan-bahan yang menambah ketahanan  
 
dingin. Persiapannya sekarang sempurna, kuserahkan padamu   
 
Asuna!"


Terhadap kata-kataku yang menyembur keluar, wajah Asuna menjadi sangat kompleks lalu merespon dengan 'Oh~'. Tapi antusiasme tampak hilang dari ucapannya karena beberapa alasan.
Terhadap kata-kataku yang menyembur keluar, wajah Asuna  
 
menjadi sangat kompleks lalu merespon dengan 'Oh~'. Tapi  
 
antusiasme tampak hilang dari ucapannya karena beberapa  
 
alasan.




Line 97: Line 309:
Hari berikutnya.
Hari berikutnya.


Selagi hari masih gelap, mengenakan mantel bulu yang tebal, kita memasuki posisi observasi di jembatan pejalan kaki di seberang atap Rumah Algade.
Selagi hari masih gelap, mengenakan mantel bulu yang tebal,  
 
kita memasuki posisi observasi di jembatan pejalan kaki di  
 
seberang atap Rumah Algade.


Enam jam kemudian.
Enam jam kemudian.


Kita dipaksa mundur setelah menyadari bahwa harapan kita tidak membuahkan hasil.
Kita dipaksa mundur setelah menyadari bahwa harapan kita  
 
tidak membuahkan hasil.




Line 107: Line 325:
"......Dia tidak keluar sama sekali, ya kan!"
"......Dia tidak keluar sama sekali, ya kan!"


Di kafe terbuka sekitar jalan utama, Asuna protes setelah dengan cepat meminum susu panas dan meletakkan cangkir kosongnya kembali ke meja.
Di kafe terbuka sekitar jalan utama, Asuna protes setelah  


"Bahkan sebelum itu, tirai tandanya ditinggal saat malam, dan juga tidak ada indikasi pembersihan bagian luar. Aku sangat terganggu!"
dengan cepat meminum susu panas dan meletakkan cangkir


"............Hee-hee maaf<ref>Disini Kirito bicara maaf dengan nada kekanakan yang mengesalkan, tapi karena tidak tahu padanan bahasa Indonesianya...</ref> tentang itu."
kosongnya kembali ke meja.
 
"Bahkan sebelum itu, tirai tandanya ditinggal saat malam,
 
dan juga tidak ada indikasi pembersihan bagian luar. Aku
 
sangat terganggu!"
 
"............Hee-hee maaf<ref>Disini Kirito bicara maaf  
 
dengan nada kekanakan yang mengesalkan, tapi karena tidak  
 
tahu padanan bahasa Indonesianya...</ref> tentang itu."


Pertama aku harus minta maaf atas nama si pemilik toko.
Pertama aku harus minta maaf atas nama si pemilik toko.


Tingkat kelesuan Rumah Algade jauh lebih tinggi dari yang diperkirakan. Sang pemilik toko tidak pernah keluar untuk membeli persediaan maupun membersihkan bagian luar. Satu-satunya perubahan yang kita amati adalah pelat tanda di pintu gesernya, yang berubah dari "Tutup" ke "Buka" pukul sepuluh. Tentu saja, tindakan itu saja belum cukup untuk menentukan apakah dia pemain atau NPC.
Tingkat kelesuan Rumah Algade jauh lebih tinggi dari yang  
 
diperkirakan. Sang pemilik toko tidak pernah keluar untuk  
 
membeli persediaan maupun membersihkan bagian luar. Satu-
 
satunya perubahan yang kita amati adalah pelat tanda di  
 
pintu gesernya, yang berubah dari "Tutup" ke "Buka" pukul  
 
sepuluh. Tentu saja, tindakan itu saja belum cukup untuk  
 
menentukan apakah dia pemain atau NPC.
 
".............Hmm, tapi bahan makanannya harusnya akan


".............Hmm, tapi bahan makanannya harusnya akan habis...... Lalu dia pastinya harus keluar untuk menyetok ulang......"
habis...... Lalu dia pastinya harus keluar untuk menyetok  


Usai menyelesaikan celotehanku, Asuna membalas dengan tatapan tajam ke arahku,
ulang......"


"......Terus, kamu sungguhan mau menunggu sampai itu terjadi? Kalau kamu pikirkan lagi, toko itu bahkan tidak punya pelanggan, berapa hari lagi sampai bahan makanannya habis? Aku tidak akan kaget kalau ternyata butuh waktu berminggu-minggu! Aku tidak akan melakukan itu!"
Usai menyelesaikan celotehanku, Asuna membalas dengan
 
tatapan tajam ke arahku,
 
"......Terus, kamu sungguhan mau menunggu sampai itu  
 
terjadi? Kalau kamu pikirkan lagi, toko itu bahkan tidak  
 
punya pelanggan, berapa hari lagi sampai bahan makanannya  
 
habis? Aku tidak akan kaget kalau ternyata butuh waktu  
 
berminggu-minggu! Aku tidak akan melakukan itu!"


"Ma..Maaf......"
"Ma..Maaf......"
Line 127: Line 383:
Aku minta maaf lagi, lalu berpikir mati-matian.
Aku minta maaf lagi, lalu berpikir mati-matian.


Sesuatu—, pasti ada suatu cara. Cara untuk memastikan apakah dia pemain atau bukan, tanpa dia perlu mengambil selangkah pun keluar dari tokonya.
Sesuatu—, pasti ada suatu cara. Cara untuk memastikan  
 
apakah dia pemain atau bukan, tanpa dia perlu mengambil  


Kalau kita tidak bisa memeriksa orangnya, bagaimana dengan tokonya? Apa ada cara untuk menentukan apakah tokonya itu toko pemain atau toko NPC? Jelas toko itu buatan pemain jika ia berdiri tegak diantara bangunan-bangunan elegan di jalanan Salemburg. Tapi ini Algade, kota paling kacau di Aincrad, ada banyak toko yang sama mencurigakannya begitu kita memasuki jalan belakang.
selangkah pun keluar dari tokonya.


—Ini tidak baik. Sudah termasuk di dalam kelompok clearing<ref>Clearing = Kelompok pemain yang menyelesaikan game di garis depan</ref> selama dua tahun di Aincrad ini, menerima julukan «Black Swordsman», tapi tidak mampu menentukan apakah orang itu pemain atau NPC. Benar-benar memalukan.
Kalau kita tidak bisa memeriksa orangnya, bagaimana dengan


Senyum mengejek diri sendiri mengambang ke wajahku, lalu— Sebuah ide terbesit di otakku.
tokonya? Apa ada cara untuk menentukan apakah tokonya itu
 
toko pemain atau toko NPC? Jelas toko itu buatan pemain
 
jika ia berdiri tegak diantara bangunan-bangunan elegan di
 
jalanan Salemburg. Tapi ini Algade, kota paling kacau di
 
Aincrad, ada banyak toko yang sama mencurigakannya begitu
 
kita memasuki jalan belakang.
 
—Ini tidak baik. Sudah termasuk di dalam kelompok
 
clearing<ref>Clearing = Kelompok pemain yang menyelesaikan
 
game di garis depan</ref> selama dua tahun di Aincrad ini,
 
menerima julukan «Black Swordsman», tapi tidak mampu
 
menentukan apakah orang itu pemain atau NPC. Benar-benar
 
memalukan.
 
Senyum mengejek diri sendiri mengambang ke wajahku, lalu—  
 
Sebuah ide terbesit di otakku.


"I...... Itu dia!"
"I...... Itu dia!"
Line 141: Line 425:
Meski Asuna melirikku dengan skeptis, aku terus mengoceh,
Meski Asuna melirikku dengan skeptis, aku terus mengoceh,


"Kalau bahannya tidak akan habis, kita tinggal menghabiskannya sendiri! Dengar, untuk restoran NPC, istilah kehabisan stok tidak ada dari awalnya, makanannya cuma muncul begitu saja dari dapur. Tapi toko pemain berbeda, penjaga tokonya harus membeli stok atau makanannya tidak bisa dibuat. Artinya......"
"Kalau bahannya tidak akan habis, kita tinggal  
 
menghabiskannya sendiri! Dengar, untuk restoran NPC,  
 
istilah kehabisan stok tidak ada dari awalnya, makanannya  
 
cuma muncul begitu saja dari dapur. Tapi toko pemain  
 
berbeda, penjaga tokonya harus membeli stok atau makanannya  
 
tidak bisa dibuat. Artinya......"
 
Di titik ini Asuna mendadak bangkit dari meja dan mencoba


Di titik ini Asuna mendadak bangkit dari meja dan mencoba melesat kabur.
melesat kabur.
Tapi fokusku dalam meningkatkan stat Ketangkasan menunjukkan hasilnya, tangannya tertangkap sebelum dia mengambil jarak sedikitpun.
Tapi fokusku dalam meningkatkan stat Ketangkasan  
 
menunjukkan hasilnya, tangannya tertangkap sebelum dia  
 
mengambil jarak sedikitpun.


"—Kita cuma harus memakannya! Apapun dari menu toko itu!"
"—Kita cuma harus memakannya! Apapun dari menu toko itu!"


"Tidak mau! Bagaimana kalau itu restoran NPC? Makanan yang tak terhingga banyaknya akan terus keluar, kan?"
"Tidak mau! Bagaimana kalau itu restoran NPC? Makanan yang  


"Kalau begitu, kita akan tahu kalau dia NPC kan? Ayo pergi sekarang! Masalahnya—Yang mana yang kita pilih dari menu. «Algade Soba», «Algade Panggang», atau «Algade Rebus»...... ?? Asuna, kamu suka yang mana?"
tak terhingga banyaknya akan terus keluar, kan?"


Wakil ketua guild Knights of Blood, pengguna rapier yang dijuluki «The Flash» menembakkan tatapannya ke arahku yang mampu membuat lubang kecil di tengah dahiku usai mendengar pertanyaanku.
"Kalau begitu, kita akan tahu kalau dia NPC kan? Ayo pergi


Beberapa lama kemudian, dia kembali duduk di kursi dan berujar,
sekarang! Masalahnya—Yang mana yang kita pilih dari menu.


"«Rebus» jelas bukan, ......«Panggang» yang kadang-kadang mengandung benda aneh juga bukan."
«Algade Soba», «Algade Panggang», atau «Algade Rebus»......  


"Kalau begitu «Soba». Ya, cocok untuk tantangan ini juga, karena kita makan itu saat pertama kali ke sini."
?? Asuna, kamu suka yang mana?"


"............Benar, tapi bukannya kita mengajak ketua guild juga waktu itu?"<ref>Mengacu pada kejadian di jilid 8 'Sebuah Kasus Pembunuhan di dalam Area'</ref>
Wakil ketua guild Knights of Blood, pengguna rapier yang


Saat aku mencoba mengingatnya dengan serius, Asuna langsung menggelengkan kepalanya.
dijuluki «The Flash» menembakkan tatapannya ke arahku yang


"Cuma bercanda. —Kalau begitu, kapan kita akan melakukannya?"
mampu membuat lubang kecil di tengah dahiku usai mendengar
 
pertanyaanku.
 
Beberapa lama kemudian, dia kembali duduk di kursi dan
 
berujar,
 
"«Rebus» jelas bukan, ......«Panggang» yang kadang-kadang
 
mengandung benda aneh juga bukan."
 
"Kalau begitu «Soba». Ya, cocok untuk tantangan ini juga,
 
karena kita makan itu saat pertama kali ke sini."
 
"............Benar, tapi bukannya kita mengajak ketua guild
 
juga waktu itu?"<ref>Mengacu pada kejadian di jilid 8
 
'Sebuah Kasus Pembunuhan di dalam Area'</ref>
 
Saat aku mencoba mengingatnya dengan serius, Asuna langsung
 
menggelengkan kepalanya.
 
"Cuma bercanda. —Kalau begitu, kapan kita akan  
 
melakukannya?"


Aku menyeringai sambil berdiri, dan berkata,
Aku menyeringai sambil berdiri, dan berkata,
Line 174: Line 502:
Beberapa menit kemudian.
Beberapa menit kemudian.


Asuna dan aku berdiri di depan toko makanan itu, yang sebentar lagi akan menjadi medan pertempuran duel satu arah kami.
Asuna dan aku berdiri di depan toko makanan itu, yang  
 
sebentar lagi akan menjadi medan pertempuran duel satu arah  
 
kami.


"............Ini saatnya."
"............Ini saatnya."


Setelah memastikan dengan anggukan dari pasanganku— Tangan kiriku meminggirkan tirai tanda yang kotor, sedang tangan kananku membuka paksa pintu gesernya.
Setelah memastikan dengan anggukan dari pasanganku— Tangan  
 
kiriku meminggirkan tirai tanda yang kotor, sedang tangan  
 
kananku membuka paksa pintu gesernya.


"Selamat datang."
"Selamat datang."


Suara salam yang biasa di dalam konter terucap bukan lain oleh sang pemilik toko. Aku duduk di konter alih-alih mejaku yang biasa. Segera setelah Asuna duduk di sampingku, aku mulai memesan.
Suara salam yang biasa di dalam konter terucap bukan lain  
 
oleh sang pemilik toko. Aku duduk di konter alih-alih  
 
mejaku yang biasa. Segera setelah Asuna duduk di sampingku,  
 
aku mulai memesan.


"Dua Algade Soba."
"Dua Algade Soba."


Si pemilik toko menyiapkan mangkoknya tanpa menjawab, dua bola mie yang misterius dilemparkan ke panci yang besar. Dari tindakan-tindakan ini, masih belum memungkinkan untuk memastikan apakah dia pemain atau bukan. Beberapa lama kemudian, si pemilik toko menggunakan sumpit panjang untuk memindahkan mie yang sudah mereda ke mangkok, penukaran air panas, yang diperlukan di dunia nyata, tampak tak diperlukan disini. Dia menempatkan daging yang diiris tipis, segumpal sayuran yang telah direbus, dan telur setengah matang, lalu menuangkan sop berwarna terang ke dalam mangkok.  
Si pemilik toko menyiapkan mangkoknya tanpa menjawab, dua  
 
bola mie yang misterius dilemparkan ke panci yang besar.  


Dua mangkok telah berbaris di konter, sebuah efek suara berdering ketika aku menarik soba itu dari tempat penyimpananku.
Dari tindakan-tindakan ini, masih belum memungkinkan untuk


Kita berdua mengambil sumpit dan berucap 'Itadakimasu'<ref>Itadakimasu = Ucapan yang dikatakan orang Jepang sebelum makan</ref> bersamaan. Inilah awal ronde pertama pertempuran.
memastikan apakah dia pemain atau bukan. Beberapa lama


Mengenai kuliner di Aincrad, cita rasanya dibuat ulang dari set data cita rasa awal, namun, dengan bumbu tambahan, orang bisa memodifikasi rasanya lebih jauh lagi. Misalnya, Steak Coklat, yang merupakan harga diri Asuna, dibuat dengan mencampur sedikit set bumbu ke dalam cita rasa saus siap-buat. Dengan kata lain, dengan bantuan tangan pemain, cita rasa masakan bisa diperkuat, dan dalam kebanyakan kasus, memperkaya cita rasanya.
kemudian, si pemilik toko menggunakan sumpit panjang untuk


—Tapi cukup ajaib untuk mengatakan perasaan «Bahkan tidak ada satu rasa pun» dari Algade Soba adalah hasil dari bantuan tangan pemain. Meski sop itu telah ditambahkan bumbu, kekuatan cita rasanya seakan telah dicairkan ke dimensi lain, bagai lukisan yang latarnya tertulis tegas tetapi subyeknya tidak ada.
memindahkan mie yang sudah mereda ke mangkok, penukaran air


Mungkin yang menarikku kembali ke toko ini adalah rasa yang hilang itu, hari dimana hidangan ini akan «Lengkap», harapan singkat seperti itu— Tapi tentu, entah kenapa aku tahu momen itu tidak akan pernah datang.
panas, yang diperlukan di dunia nyata, tampak tak


Selagi aku asyik melamun, Asuna, yang ekspresi wajahnya bisa terbaca sebagai 'Kenapa ini terjadi padaku' ada di sampingku. Kita selesai makan di saat yang bersamaan.
diperlukan disini. Dia menempatkan daging yang diiris
 
tipis, segumpal sayuran yang telah direbus, dan telur
 
setengah matang, lalu menuangkan sop berwarna terang ke
 
dalam mangkok.
 
Dua mangkok telah berbaris di konter, sebuah efek suara
 
berdering ketika aku menarik soba itu dari tempat
 
penyimpananku.
 
Kita berdua mengambil sumpit dan berucap
 
'Itadakimasu'<ref>Itadakimasu = Ucapan yang dikatakan orang
 
Jepang sebelum makan</ref> bersamaan. Inilah awal ronde
 
pertama pertempuran.
 
Mengenai kuliner di Aincrad, cita rasanya dibuat ulang dari
 
set data cita rasa awal, namun, dengan bumbu tambahan,
 
orang bisa memodifikasi rasanya lebih jauh lagi. Misalnya,
 
Steak Coklat, yang merupakan harga diri Asuna, dibuat
 
dengan mencampur sedikit set bumbu ke dalam cita rasa saus
 
siap-buat. Dengan kata lain, dengan bantuan tangan pemain,
 
cita rasa masakan bisa diperkuat, dan dalam kebanyakan
 
kasus, memperkaya cita rasanya.
 
—Tapi cukup ajaib untuk mengatakan perasaan «Bahkan tidak
 
ada satu rasa pun» dari Algade Soba adalah hasil dari
 
bantuan tangan pemain. Meski sop itu telah ditambahkan
 
bumbu, kekuatan cita rasanya seakan telah dicairkan ke
 
dimensi lain, bagai lukisan yang latarnya tertulis tegas
 
tetapi subyeknya tidak ada.
 
Mungkin yang menarikku kembali ke toko ini adalah rasa yang
 
hilang itu, hari dimana hidangan ini akan «Lengkap»,
 
harapan singkat seperti itu— Tapi tentu, entah kenapa aku
 
tahu momen itu tidak akan pernah datang.
 
Selagi aku asyik melamun, Asuna, yang ekspresi wajahnya  
 
bisa terbaca sebagai 'Kenapa ini terjadi padaku' ada di  
 
sampingku. Kita selesai makan di saat yang bersamaan.


Kukembalikan mangkok kosongnya ke konter— lalu berkata,
Kukembalikan mangkok kosongnya ke konter— lalu berkata,
Line 204: Line 610:
"......Dua Algade Soba, tambah!"
"......Dua Algade Soba, tambah!"


Ada sedikit jeda di tindakan si pemilik toko, tapi mungkin itu cuma khayalanku saja. Wajah bulat pria berusia tiga puluh sampai empat puluhan di bawah gombak panjangnya tidak berekspresi sama sekali, sang pemilik toko melempar dua bola mie ke panci besarnya.
Ada sedikit jeda di tindakan si pemilik toko, tapi mungkin  
 
itu cuma khayalanku saja. Wajah bulat pria berusia tiga  
 
puluh sampai empat puluhan di bawah gombak panjangnya tidak  
 
berekspresi sama sekali, sang pemilik toko melempar dua  


Mulai dari saat itu, pertempuran tiada akhir antara aku dan Asuna melawan si pemilik dimulai.
bola mie ke panci besarnya.


Tentu, apapun yang dimakan di Aincrad, tidak akan ada yang memasuki perut di tubuh dunia nyata. Tapi mesin reproduksi rasa menipu otak, yang berakibat perasaan ‘kenyang’ yang tak terhindarkan."
Mulai dari saat itu, pertempuran tiada akhir antara aku dan


Sejujurnya, perasaan itu sudah datang usai mangkok kedua habis, tetapi tidak ada jalan buatku untuk mundur.
Asuna melawan si pemilik dimulai.
 
Tentu, apapun yang dimakan di Aincrad, tidak akan ada yang
 
memasuki perut di tubuh dunia nyata. Tapi mesin reproduksi
 
rasa menipu otak, yang berakibat perasaan ‘kenyang’ yang
 
tak terhindarkan."
 
Sejujurnya, perasaan itu sudah datang usai mangkok kedua  
 
habis, tetapi tidak ada jalan buatku untuk mundur.


"......Dua Algade Soba, tambah"
"......Dua Algade Soba, tambah"


Perasaan kenyang ini hanyalah halusinasi, soba ini cuma data digital. Yang artinya tidak ada yang menghalangiku untuk memakannya selamanya.
Perasaan kenyang ini hanyalah halusinasi, soba ini cuma  
Usai menipu diri seperti itu, aku menghabiskan mangkok ketiga dan melanjutkan ke mangkok keempat. Ada juga Asuna, yang selalu bisa kuandalkan dalam pertempuran besar, dia berada pada tempo yang persis sama denganku.


—Namun segera setelah dia menyelesaikan sup dari mangkok kelima,
data digital. Yang artinya tidak ada yang menghalangiku
 
untuk memakannya selamanya.
Usai menipu diri seperti itu, aku menghabiskan mangkok
 
ketiga dan melanjutkan ke mangkok keempat. Ada juga Asuna,
 
yang selalu bisa kuandalkan dalam pertempuran besar, dia
 
berada pada tempo yang persis sama denganku.
 
—Namun segera setelah dia menyelesaikan sup dari mangkok  
 
kelima,


"............Kirito-kun, maafkan aku."
"............Kirito-kun, maafkan aku."
Line 223: Line 659:
Bisikan samar bergaung dari mangkok yang dihabiskannya.
Bisikan samar bergaung dari mangkok yang dihabiskannya.


"Aku..tidak kuat lagi, aku harus menyerahkan sisanya padamu...... Kebenarannya..kamu harus..temukan......"
"Aku..tidak kuat lagi, aku harus menyerahkan sisanya  
 
padamu...... Kebenarannya..kamu harus..temukan......"
 
Rambutnya yang berwarna kastanye berkibar, lalu «The Flash»


Rambutnya yang berwarna kastanye berkibar, lalu «The Flash» tumbang di konter.
tumbang di konter.


—ASUNAaaaaaaaa??!!
—ASUNAaaaaaaaa??!!


Aku ingin meneriakkannya, tapi melakukannya bisa menyebabkan perut virtualku membalikkan sesuatu keluar, jadi aku membatasi diriku untuk hanya mengatakan 'Otsu'.<ref>Otsu = Singkatan dari Otsukaresama yang artinya ‘Terima kasih atas kerja kerasnya.’</ref>
Aku ingin meneriakkannya, tapi melakukannya bisa  
 
menyebabkan perut virtualku membalikkan sesuatu keluar,  
 
jadi aku membatasi diriku untuk hanya mengatakan  
 
'Otsu'.<ref>Otsu = Singkatan dari Otsukaresama yang artinya  
 
‘Terima kasih atas kerja kerasnya.’</ref>


Kuangkat wajahku dan membelalaki si pemilik toko,
Kuangkat wajahku dan membelalaki si pemilik toko,
Line 237: Line 685:
Aku juga mendekati batas.
Aku juga mendekati batas.


Demi Asuna, aku tidak bisa kalah disini. Namun saat menghisap mangkok keenam yang berisi sesuatu yang bukan ramen, aku tak mampu menghentikan rasa takut yang bertumbuh di dalamku.
Demi Asuna, aku tidak bisa kalah disini. Namun saat  
 
menghisap mangkok keenam yang berisi sesuatu yang bukan  


—Mungkin dia memang benar NPC? Setelah semua yang kita lakukan, mie dan supnya masih muncul keluar tanpa jeda. Apa aku menantangnya dalam pertarungan dimana kita tidak punya peluang untuk menang?
ramen, aku tak mampu menghentikan rasa takut yang bertumbuh


—Tidak, meski mungkin memang begitu, belum waktunya untuk tumbang. Demi Asuna.
di dalamku.
 
—Mungkin dia memang benar NPC? Setelah semua yang kita
 
lakukan, mie dan supnya masih muncul keluar tanpa jeda. Apa
 
aku menantangnya dalam pertarungan dimana kita tidak punya
 
peluang untuk menang?
 
—Tidak, meski mungkin memang begitu, belum waktunya untuk  
 
tumbang. Demi Asuna.


Mangkok ketujuh.
Mangkok ketujuh.
Line 247: Line 709:
Mangkok kedelapan.
Mangkok kedelapan.


Bar HP perutku sekarang sudah merah tua, tapi ekspresi si pemilik toko masih tetap tak berubah. Kuhirup mie itu satu persatu, sambil memikirkan cara untuk membalikkan arus situasi pertempuran saat ini.
Bar HP perutku sekarang sudah merah tua, tapi ekspresi si  
 
pemilik toko masih tetap tak berubah. Kuhirup mie itu satu  
 
persatu, sambil memikirkan cara untuk membalikkan arus  
 
situasi pertempuran saat ini.
 
Jika ini adalah toko ramen sungguhan, akan ada lada, tepung
 
ikan, atau bawang di konternya. Sehingga menyantap nikmat
 
bagian yang belakangan dengan mengubah rasanya itu mungkin.
 
Tapi toko ini tidak memiliki hal sebagus itu. Hanya ada
 
satu cara, dengan «Algade Rebus» sebagai pengecualian,
 
mencampur dua masakan yang lain itu mungkin, tapi
 
melakukannya sama saja dengan menghentikan diri sendiri
 
dengan tikaman. Kenapa «Rebus»? Aku pernah menemani Cline


Jika ini adalah toko ramen sungguhan, akan ada lada, tepung ikan, atau bawang di konternya. Sehingga menyantap nikmat bagian yang belakangan dengan mengubah rasanya itu mungkin. Tapi toko ini tidak memiliki hal sebagus itu. Hanya ada satu cara, dengan «Algade Rebus» sebagai pengecualian, mencampur dua masakan yang lain itu mungkin, tapi melakukannya sama saja dengan menghentikan diri sendiri dengan tikaman. Kenapa «Rebus»? Aku pernah menemani Cline dan kami memesan «Algade Rebus», kami berdua bilang 'Menyerah' cuma setelah dua suap, memang menu legenda.
dan kami memesan «Algade Rebus», kami berdua bilang  
 
'Menyerah' cuma setelah dua suap, memang menu legenda.


—Jadi apa ini akhirnya?
—Jadi apa ini akhirnya?


Dalam kesadaranku yang makin memudar, aku mendengar suara menghidupkan dari ingatan jauh.
Dalam kesadaranku yang makin memudar, aku mendengar suara  


Wajah Asuna, yang sedang memakan Algade Soba denganku saat pertama-tama, berucap,
menghidupkan dari ingatan jauh.


"Suatu hari aku ingin membuat saus kecap, kalau tidak perasaan tidak enak ini tak akan pernah hilang."
Wajah Asuna, yang sedang memakan Algade Soba denganku saat
 
pertama-tama, berucap,
 
"Suatu hari aku ingin membuat saus kecap, kalau tidak  
 
perasaan tidak enak ini tak akan pernah hilang."


"............!"
"............!"


Mataku terbuka penuh, dan tanganku yang gemetaran bergerak untuk membuka tempat penyimpanan bersama aku dan Asuna. Mencari diantara daftar item yang sangat banyak, kutemukan item sasaranku.
Mataku terbuka penuh, dan tanganku yang gemetaran bergerak  


Begitu kugenggam apa yang kucari-cari, aku memiringkannya di atas mangkok, cairan yang sedikit gelap mengalir turun dan segera menyebabkan warna kuning tipis sop itu berubah menjadi coklat. Wangi sedap yang tidak bisa dibandingkan dengan apapun, bau yang terbenam di dalam dasar ingatanku adalah— saus kecap. Hasil dari penelitian panjang Asuna, bumbu terhebat Aincrad yang tidak seorang pun bisa membuatnya kecuali dia.
untuk membuka tempat penyimpanan bersama aku dan Asuna.  


Setelah kutaruh botol kecil itu, kugenggam mangkoknya dan kuhirup sejumlah besar mie dan sop.
Mencari diantara daftar item yang sangat banyak, kutemukan
 
item sasaranku.
 
Begitu kugenggam apa yang kucari-cari, aku memiringkannya
 
di atas mangkok, cairan yang sedikit gelap mengalir turun
 
dan segera menyebabkan warna kuning tipis sop itu berubah
 
menjadi coklat. Wangi sedap yang tidak bisa dibandingkan
 
dengan apapun, bau yang terbenam di dalam dasar ingatanku
 
adalah— saus kecap. Hasil dari penelitian panjang Asuna,
 
bumbu terhebat Aincrad yang tidak seorang pun bisa
 
membuatnya kecuali dia.
 
Setelah kutaruh botol kecil itu, kugenggam mangkoknya dan  
 
kuhirup sejumlah besar mie dan sop.


"............Ini dia."
"............Ini dia."


Aku berbisik dengan suara serak. Rasa ini. Yang telah kucari-cari, bentuk lengkap dari Soba Algade. Sudah ada disini sekarang.
Aku berbisik dengan suara serak. Rasa ini. Yang telah  
 
kucari-cari, bentuk lengkap dari Soba Algade. Sudah ada  
 
disini sekarang.


Kalau memakan ini, sebanyak apapun mangkok— Tidak, mungkin aku bisa makan lima mangkok lagi,aku masih bisa bertempur!
Kalau memakan ini, sebanyak apapun mangkok— Tidak, mungkin  
 
aku bisa makan lima mangkok lagi,aku masih bisa bertempur!


—Saat itu.
—Saat itu.


Ucapan yang belum pernah kudengar di dalam toko ini menggema dari atas kepalaku.
Ucapan yang belum pernah kudengar di dalam toko ini  
 
menggema dari atas kepalaku.


"............Tuan, itu, boleh saya......coba?"
"............Tuan, itu, boleh saya......coba?"


Kuangkat wajahku yang kebingungan, mengangguk dan mendorong mangkokku kepadanya.
Kuangkat wajahku yang kebingungan, mengangguk dan mendorong  


Si pemilik yang misterius itu mengangkatnya dan memakan sesuap mie dan sop digabung. Dia menengadah beberapa saat sebelum menempatkan mangkoknya kembali di konter—
mangkokku kepadanya.


Segera setelahnya, dua garis air mata mengalir dari balik gombak panjangnya.
Si pemilik yang misterius itu mengangkatnya dan memakan


"............Ini dia. Rasa ini... dunia nyata... rasa toko saya!"
sesuap mie dan sop digabung. Dia menengadah beberapa saat
 
sebelum menempatkan mangkoknya kembali di konter—
 
Segera setelahnya, dua garis air mata mengalir dari balik
 
gombak panjangnya.
 
"............Ini dia. Rasa ini... dunia nyata... rasa toko  
 
saya!"


—Jadi anda memang pemain!
—Jadi anda memang pemain!
Line 295: Line 827:
"............Toko anda, dimana lokasinya?"
"............Toko anda, dimana lokasinya?"


"Hmm, di Ogikubo<ref>Distrik di Tokyo, dikenal sebagai tempat lahir ramen Tokyo</ref>, saya terhisap ke dalam NetGame jadi toko itu sudah berhenti beroperasi. Tapi begitu game ini selesai dan saya kembali ke sisi lain, saya akan membuka toko ramen lagi. Dengan ramen ini, juga «Panggang» dan «Rebus» juga akan tampil, jangan sungkan untuk datang."
"Hmm, di Ogikubo<ref>Distrik di Tokyo, dikenal sebagai  


Air mata mengalir menuruni wajahnya, kemana karakter pendiam yang tadi? Selagi menonton pemilik toko yang telah memperoleh momentum bicara, aku tumbang ke konter.
tempat lahir ramen Tokyo</ref>, saya terhisap ke dalam
 
NetGame jadi toko itu sudah berhenti beroperasi. Tapi
 
begitu game ini selesai dan saya kembali ke sisi lain, saya
 
akan membuka toko ramen lagi. Dengan ramen ini, juga
 
«Panggang» dan «Rebus» juga akan tampil, jangan sungkan
 
untuk datang."
 
Air mata mengalir menuruni wajahnya, kemana karakter  
 
pendiam yang tadi? Selagi menonton pemilik toko yang telah  
 
memperoleh momentum bicara, aku tumbang ke konter.


Selagi kesadaranku memudar, Pikiran terakhirku adalah,
Selagi kesadaranku memudar, Pikiran terakhirku adalah,


—Aku tidak akan kesana, pasti—
—Aku tidak akan kesana, pasti—
==Catatan Penerjemah==
<references />

Revision as of 13:20, 19 August 2014

Pertempuran Algade

(Lantai 22 Aincrad, Oktober 2024)

Di suatu sore, beberapa hari setelah hidup baruku yang

telah menikah dengan Asuna dimulai, di dalam rumah kayu

yang berada jauh di pelosok hutan lantai 22 Aincrad.

Selagi berbincang mengenai tempat yang sudah kita kunjungi

siang tadi atau masakan yang kita makan, di atas sofa yang

bertempat di depan perapian, Asuna tiba-tiba mengungkapkan

pikirannya.

"Hei, Kirito-kun. Menurutku, mungkin orang itu bukan NPC

melainkan pemain......"

".........Haa?"

Tidak mengerti topik yang mendadak, mulutku tetap sedikit

terbuka. Sambil duduk berdampingan di atas sofa, bibirnya

terus mengisap cangkir tehnya.

"Yaaa, pemilik toko itu, aku tadinya percaya dari sana

kalau dia adalah NPC tanpa ragu...... Tapi hari ini, entah

kenapa, waktu aku mengamati wajahnya, aku tiba-tiba merasa

kalau orang itu sebenarnya adalah pemain."

Subyek pembicaraan kita adalah sebuah restoran. Letaknya

jauh di belakang dari belakang dan bahkan lebih jauh lagi

ke belakang dari bagian bawah blok kota utama «Algade» di

lantai 50. Jika kita pergi ke sana tanpa peta, bukan saja

sampai di sana, kembalinya pun akan sulit. Sebenarnya,

«Restoran» bukan kata yang tepat untuk mendeskripsikannya,

«Toko Makanan» akan lebih cocok. Namanya adalah «Rumah

Algade».

Bangunannya terlihat seperti akan runtuh jika diterpa angin

yang kuat. Ada tirai penanda yang tergantung pada pintu

masuknya yang merupakan pintu geser. Bagian dalamnya

berlantai batu—atau lebih tepatnya lantai beton yang polos,

terdapat dua meja dan empat kursi lagi di konternya. Semua

perabotannya memiliki aura murahan yang kuat, dan juga itu

memang bukannya sengaja disusun agar terlihat murah.

Di menunya, hanya ada 3 pilihan. «Algade Soba[1]», «Algade

Panggang» dan «Algade Rebus», tidak satu pun diantara

ketiganya memiliki motivasi dibalik penamaannya. Mereka

adalah, dari urutan menu, ramen yang tidak terlihat seperti

ramen, okonomiyaki[2] yang tidak terlihat

seperti okonomiyaki, dan yang terakhir, aku masih belum

punya ide makanan apa itu seharusnya.

Pesanannya lalu dimasak oleh penjaga toko yang sama.

Sewaktu Asuna bilang «pemilik toko itu», Pikiranku

membayangkan si pemilik yang berpostur pendek memakai baju

kerja putih dan toque[3] putih, yang wajah bulat tak diketahui

umurnya tersembunyi di balik gombak[4] panjangnya, lalu akhirnya aku menjawab.

"......Pe..Pemain? ......tapi orang itu tidak mengatakan

apa-apa......"

"Setidaknya dia bilang ‘Selamat Datang’ dan ‘Terima

Kasih’."

"Tapi itu hal biasa untuk NPC. ......sebenarnya kalau kamu

mengarahkan kursornya ke dia......"

Sampai di sini, aku menyadari sesuatu.

Ada perbedaan jelas antara pemain dengan NPC, memfokuskan

pandangan pada suatu sasaran akan memunculkan «Kursor

Berwarna». Meski keduanya sama-sama berwarna hijau, untuk

seorang NPC, di bawah bar HP nya akan terpampang jelas

"NPC". Tapi metode pembedaan ini tidak bisa bekerja di

dalam toko, karena di dalam toko diklasifikasikan dalam

bangunan, alasannya adalah pertimbangan sistem. Mungkin

mustahil untuk makan dengan tenang jika kursornya terus

muncul kapanpun melihat seseorang, jadi kalau aku

memfokuskan tatapanku ke pemilik toko itu pun, kursornya

tidak akan muncul.

Tapi, biasanya tidak ada orang yang peduli dengan

menentukan seorang NPC, karena mereka sudah sangat jelas

dengan sekali pandang. Berbeda dengan darah dan daging

manusia yang beroperasi melalui NerveGear, NPC yang

dikontrol sistem punya karakteristik unik. Setelah

terpenjara di dalam SAO selama dua tahun, siapapun bisa

tahu apakah orang lain adalah pemain atau NPC tanpa

berpikir sekalipun—selagi aku memikirkannya, otakku

memeriksa lagi pose berdiri yang suram si pemilik Rumah

Algade itu.

Lalu, mataku terbuka lebar keheranan.

"......Ini buruk, entah kenapa aku tidak bisa yakin."

"............Iya kan?"

Asuna tersenyum senang untuk beberapa alasan.

Senyumannya, yang belum berubah sejak pertama kali kita

bertemu, tembus menembak hatiku, kapan pun hal ini terjadi,

aku selalu merentangkan tanganku untuk menggapainya sambil

kepusingan. Tapi kali ini, wajah si pemilik Rumah Algade

yang mengambang-ambang di kepalaku mencegahnya.

Aku menggaruk kepalaku untuk mendorong bayang-bayang tak

menyenangkan itu keluar.

"Tidak, tetapi apa mungkin seseorang bisa tidak dikenali

apakah dia pemain atau NPC? Aku yakin pasti ada cara

sederhana untuk memeriksanya......"

"Bagaimana kalau memeriksa reaksinya setelah diserang? Tapi

begitu kita memakai berbagai macam metode nekad dan

ternyata dia adalah pemain, kita tidak akan bisa kembali ke

toko itu lagi. ......Yah, sekarang, aku tidak ingin kembali

ke sana juga sih."

"Tidak, aku terganggu, benar-benar terganggu."

Asuna lekas menggelengkan kepalanya dan menghela nafas.

"......Kirito-kun, apa sih yang kamu suka dari toko itu?

Sudah setengah tahun sejak pertama kali kamu membawaku ke

sana, aku benar-benar tidak mengerti......"

"Tentang itu, aku sendiri tidak tahu alasannya. Atmosfer

yang tidak ramah, makanannya buruk...... tapi sekali-sekali

aku tidak bisa menahan dorongan untuk mencoba ramen

misterius itu lagi."

"Itu bukan ramen sih, ......Yah, kenapa tidak tanya saja?

Anda NPC atau pemain, seperti itu."

Karena sudah mempertimbangkan ide Asuna beberapa detik

lalu, aku menggelengkan kepala.

"Tidak, pasti gagal. Ketidakramahan pemilik toko itu

seperti sepuluh Heathcliff digabung. Aku yakin sepenuhnya

pertanyaan kita akan diabaikan. Yah, tempat itu juga tempat

yang bagus sih.”

"B..Benar, ......kita biarkan saja sebagai misteri. Maaf

karena aku sudah memulai topik aneh, kamu mau kue lagi?"

Setelah mengatakannya, Asuna berdiri, tapi aku lekas

menggenggam tangan kirinya dan menariknya kembali.

"......Tidak, tidak bisa kubiarkan."

"Eh?"

"Merasa gelisah lagi dan lagi seperti ini akan jadi tak

tertahankan, aku tidak bisa kembali ke garis depan sampai

aku tahu pemilik toko itu manusia atau NPC."

Begitu mendengarnya, 'Jangan berbicara seperti itu!'

terlihat jelas pada ekspresi Asuna, tapi dia duduk lagi

tanpa mengatakannya.

"......Tapi, kalau begitu, kita harus berbuat apa? Aku

tidak tahu cara apapun untuk memastikannya, dan bertanya

juga tidak mungkin kan?"

"Tidak, ada satu cara. Singkatnya, cuma melihat kursor saat

si pemilik itu di luar toko sudah cukup. Sebagai seorang

pemain, dia pastinya perlu keluar untuk membeli bahan

makanan, sedangkan NPC juga punya perilaku spesifik seperti

bersih-bersih di luar toko."

"..................Ja..Jangan bilang..."

Wajah Asuna menjadi kaku dan dia mencoba melarikan diri

dari sofa lagi, tapi kurebut kedua bahunya dan berkata,

"Oke, besok ayo berkemah disana jam enam pagi. Ada gang

kosong di seberang jalan, kita tidak akan dicurigai kalau

mengintai dari situ."

"..................Dingin, pastinya, sangat dingin."

"Iya, kita butuh perlengkapan tahan dingin! Aku yakin kita

punya cukup untuk kita berdua di gudang, lalu kotak makanan

juga diisi dengan bahan-bahan yang menambah ketahanan

dingin. Persiapannya sekarang sempurna, kuserahkan padamu

Asuna!"

Terhadap kata-kataku yang menyembur keluar, wajah Asuna

menjadi sangat kompleks lalu merespon dengan 'Oh~'. Tapi

antusiasme tampak hilang dari ucapannya karena beberapa

alasan.


Hari berikutnya.

Selagi hari masih gelap, mengenakan mantel bulu yang tebal,

kita memasuki posisi observasi di jembatan pejalan kaki di

seberang atap Rumah Algade.

Enam jam kemudian.

Kita dipaksa mundur setelah menyadari bahwa harapan kita

tidak membuahkan hasil.


"......Dia tidak keluar sama sekali, ya kan!"

Di kafe terbuka sekitar jalan utama, Asuna protes setelah

dengan cepat meminum susu panas dan meletakkan cangkir

kosongnya kembali ke meja.

"Bahkan sebelum itu, tirai tandanya ditinggal saat malam,

dan juga tidak ada indikasi pembersihan bagian luar. Aku

sangat terganggu!"

"............Hee-hee maaf[5] tentang itu."

Pertama aku harus minta maaf atas nama si pemilik toko.

Tingkat kelesuan Rumah Algade jauh lebih tinggi dari yang

diperkirakan. Sang pemilik toko tidak pernah keluar untuk

membeli persediaan maupun membersihkan bagian luar. Satu-

satunya perubahan yang kita amati adalah pelat tanda di

pintu gesernya, yang berubah dari "Tutup" ke "Buka" pukul

sepuluh. Tentu saja, tindakan itu saja belum cukup untuk

menentukan apakah dia pemain atau NPC.

".............Hmm, tapi bahan makanannya harusnya akan

habis...... Lalu dia pastinya harus keluar untuk menyetok

ulang......"

Usai menyelesaikan celotehanku, Asuna membalas dengan

tatapan tajam ke arahku,

"......Terus, kamu sungguhan mau menunggu sampai itu

terjadi? Kalau kamu pikirkan lagi, toko itu bahkan tidak

punya pelanggan, berapa hari lagi sampai bahan makanannya

habis? Aku tidak akan kaget kalau ternyata butuh waktu

berminggu-minggu! Aku tidak akan melakukan itu!"

"Ma..Maaf......"

Aku minta maaf lagi, lalu berpikir mati-matian.

Sesuatu—, pasti ada suatu cara. Cara untuk memastikan

apakah dia pemain atau bukan, tanpa dia perlu mengambil

selangkah pun keluar dari tokonya.

Kalau kita tidak bisa memeriksa orangnya, bagaimana dengan

tokonya? Apa ada cara untuk menentukan apakah tokonya itu

toko pemain atau toko NPC? Jelas toko itu buatan pemain

jika ia berdiri tegak diantara bangunan-bangunan elegan di

jalanan Salemburg. Tapi ini Algade, kota paling kacau di

Aincrad, ada banyak toko yang sama mencurigakannya begitu

kita memasuki jalan belakang.

—Ini tidak baik. Sudah termasuk di dalam kelompok

clearing[6] selama dua tahun di Aincrad ini,

menerima julukan «Black Swordsman», tapi tidak mampu

menentukan apakah orang itu pemain atau NPC. Benar-benar

memalukan.

Senyum mengejek diri sendiri mengambang ke wajahku, lalu—

Sebuah ide terbesit di otakku.

"I...... Itu dia!"

"............Apa?"

Meski Asuna melirikku dengan skeptis, aku terus mengoceh,

"Kalau bahannya tidak akan habis, kita tinggal

menghabiskannya sendiri! Dengar, untuk restoran NPC,

istilah kehabisan stok tidak ada dari awalnya, makanannya

cuma muncul begitu saja dari dapur. Tapi toko pemain

berbeda, penjaga tokonya harus membeli stok atau makanannya

tidak bisa dibuat. Artinya......"

Di titik ini Asuna mendadak bangkit dari meja dan mencoba

melesat kabur. Tapi fokusku dalam meningkatkan stat Ketangkasan

menunjukkan hasilnya, tangannya tertangkap sebelum dia

mengambil jarak sedikitpun.

"—Kita cuma harus memakannya! Apapun dari menu toko itu!"

"Tidak mau! Bagaimana kalau itu restoran NPC? Makanan yang

tak terhingga banyaknya akan terus keluar, kan?"

"Kalau begitu, kita akan tahu kalau dia NPC kan? Ayo pergi

sekarang! Masalahnya—Yang mana yang kita pilih dari menu.

«Algade Soba», «Algade Panggang», atau «Algade Rebus»......

?? Asuna, kamu suka yang mana?"

Wakil ketua guild Knights of Blood, pengguna rapier yang

dijuluki «The Flash» menembakkan tatapannya ke arahku yang

mampu membuat lubang kecil di tengah dahiku usai mendengar

pertanyaanku.

Beberapa lama kemudian, dia kembali duduk di kursi dan

berujar,

"«Rebus» jelas bukan, ......«Panggang» yang kadang-kadang

mengandung benda aneh juga bukan."

"Kalau begitu «Soba». Ya, cocok untuk tantangan ini juga,

karena kita makan itu saat pertama kali ke sini."

"............Benar, tapi bukannya kita mengajak ketua guild

juga waktu itu?"[7]

Saat aku mencoba mengingatnya dengan serius, Asuna langsung

menggelengkan kepalanya.

"Cuma bercanda. —Kalau begitu, kapan kita akan

melakukannya?"

Aku menyeringai sambil berdiri, dan berkata,

"Hebat kan, kita belum makan siang di sini."


Beberapa menit kemudian.

Asuna dan aku berdiri di depan toko makanan itu, yang

sebentar lagi akan menjadi medan pertempuran duel satu arah

kami.

"............Ini saatnya."

Setelah memastikan dengan anggukan dari pasanganku— Tangan

kiriku meminggirkan tirai tanda yang kotor, sedang tangan

kananku membuka paksa pintu gesernya.

"Selamat datang."

Suara salam yang biasa di dalam konter terucap bukan lain

oleh sang pemilik toko. Aku duduk di konter alih-alih

mejaku yang biasa. Segera setelah Asuna duduk di sampingku,

aku mulai memesan.

"Dua Algade Soba."

Si pemilik toko menyiapkan mangkoknya tanpa menjawab, dua

bola mie yang misterius dilemparkan ke panci yang besar.

Dari tindakan-tindakan ini, masih belum memungkinkan untuk

memastikan apakah dia pemain atau bukan. Beberapa lama

kemudian, si pemilik toko menggunakan sumpit panjang untuk

memindahkan mie yang sudah mereda ke mangkok, penukaran air

panas, yang diperlukan di dunia nyata, tampak tak

diperlukan disini. Dia menempatkan daging yang diiris

tipis, segumpal sayuran yang telah direbus, dan telur

setengah matang, lalu menuangkan sop berwarna terang ke

dalam mangkok.

Dua mangkok telah berbaris di konter, sebuah efek suara

berdering ketika aku menarik soba itu dari tempat

penyimpananku.

Kita berdua mengambil sumpit dan berucap

'Itadakimasu'[8] bersamaan. Inilah awal ronde

pertama pertempuran.

Mengenai kuliner di Aincrad, cita rasanya dibuat ulang dari

set data cita rasa awal, namun, dengan bumbu tambahan,

orang bisa memodifikasi rasanya lebih jauh lagi. Misalnya,

Steak Coklat, yang merupakan harga diri Asuna, dibuat

dengan mencampur sedikit set bumbu ke dalam cita rasa saus

siap-buat. Dengan kata lain, dengan bantuan tangan pemain,

cita rasa masakan bisa diperkuat, dan dalam kebanyakan

kasus, memperkaya cita rasanya.

—Tapi cukup ajaib untuk mengatakan perasaan «Bahkan tidak

ada satu rasa pun» dari Algade Soba adalah hasil dari

bantuan tangan pemain. Meski sop itu telah ditambahkan

bumbu, kekuatan cita rasanya seakan telah dicairkan ke

dimensi lain, bagai lukisan yang latarnya tertulis tegas

tetapi subyeknya tidak ada.

Mungkin yang menarikku kembali ke toko ini adalah rasa yang

hilang itu, hari dimana hidangan ini akan «Lengkap»,

harapan singkat seperti itu— Tapi tentu, entah kenapa aku

tahu momen itu tidak akan pernah datang.

Selagi aku asyik melamun, Asuna, yang ekspresi wajahnya

bisa terbaca sebagai 'Kenapa ini terjadi padaku' ada di

sampingku. Kita selesai makan di saat yang bersamaan.

Kukembalikan mangkok kosongnya ke konter— lalu berkata,

"......Dua Algade Soba, tambah!"

Ada sedikit jeda di tindakan si pemilik toko, tapi mungkin

itu cuma khayalanku saja. Wajah bulat pria berusia tiga

puluh sampai empat puluhan di bawah gombak panjangnya tidak

berekspresi sama sekali, sang pemilik toko melempar dua

bola mie ke panci besarnya.

Mulai dari saat itu, pertempuran tiada akhir antara aku dan

Asuna melawan si pemilik dimulai.

Tentu, apapun yang dimakan di Aincrad, tidak akan ada yang

memasuki perut di tubuh dunia nyata. Tapi mesin reproduksi

rasa menipu otak, yang berakibat perasaan ‘kenyang’ yang

tak terhindarkan."

Sejujurnya, perasaan itu sudah datang usai mangkok kedua

habis, tetapi tidak ada jalan buatku untuk mundur.

"......Dua Algade Soba, tambah"

Perasaan kenyang ini hanyalah halusinasi, soba ini cuma

data digital. Yang artinya tidak ada yang menghalangiku

untuk memakannya selamanya. Usai menipu diri seperti itu, aku menghabiskan mangkok

ketiga dan melanjutkan ke mangkok keempat. Ada juga Asuna,

yang selalu bisa kuandalkan dalam pertempuran besar, dia

berada pada tempo yang persis sama denganku.

—Namun segera setelah dia menyelesaikan sup dari mangkok

kelima,

"............Kirito-kun, maafkan aku."

Bisikan samar bergaung dari mangkok yang dihabiskannya.

"Aku..tidak kuat lagi, aku harus menyerahkan sisanya

padamu...... Kebenarannya..kamu harus..temukan......"

Rambutnya yang berwarna kastanye berkibar, lalu «The Flash»

tumbang di konter.

—ASUNAaaaaaaaa??!!

Aku ingin meneriakkannya, tapi melakukannya bisa

menyebabkan perut virtualku membalikkan sesuatu keluar,

jadi aku membatasi diriku untuk hanya mengatakan

'Otsu'.[9]

Kuangkat wajahku dan membelalaki si pemilik toko,

"......Satu Algade Soba......tambah"

Aku juga mendekati batas.

Demi Asuna, aku tidak bisa kalah disini. Namun saat

menghisap mangkok keenam yang berisi sesuatu yang bukan

ramen, aku tak mampu menghentikan rasa takut yang bertumbuh

di dalamku.

—Mungkin dia memang benar NPC? Setelah semua yang kita

lakukan, mie dan supnya masih muncul keluar tanpa jeda. Apa

aku menantangnya dalam pertarungan dimana kita tidak punya

peluang untuk menang?

—Tidak, meski mungkin memang begitu, belum waktunya untuk

tumbang. Demi Asuna.

Mangkok ketujuh.

Mangkok kedelapan.

Bar HP perutku sekarang sudah merah tua, tapi ekspresi si

pemilik toko masih tetap tak berubah. Kuhirup mie itu satu

persatu, sambil memikirkan cara untuk membalikkan arus

situasi pertempuran saat ini.

Jika ini adalah toko ramen sungguhan, akan ada lada, tepung

ikan, atau bawang di konternya. Sehingga menyantap nikmat

bagian yang belakangan dengan mengubah rasanya itu mungkin.

Tapi toko ini tidak memiliki hal sebagus itu. Hanya ada

satu cara, dengan «Algade Rebus» sebagai pengecualian,

mencampur dua masakan yang lain itu mungkin, tapi

melakukannya sama saja dengan menghentikan diri sendiri

dengan tikaman. Kenapa «Rebus»? Aku pernah menemani Cline

dan kami memesan «Algade Rebus», kami berdua bilang

'Menyerah' cuma setelah dua suap, memang menu legenda.

—Jadi apa ini akhirnya?

Dalam kesadaranku yang makin memudar, aku mendengar suara

menghidupkan dari ingatan jauh.

Wajah Asuna, yang sedang memakan Algade Soba denganku saat

pertama-tama, berucap,

"Suatu hari aku ingin membuat saus kecap, kalau tidak

perasaan tidak enak ini tak akan pernah hilang."

"............!"

Mataku terbuka penuh, dan tanganku yang gemetaran bergerak

untuk membuka tempat penyimpanan bersama aku dan Asuna.

Mencari diantara daftar item yang sangat banyak, kutemukan

item sasaranku.

Begitu kugenggam apa yang kucari-cari, aku memiringkannya

di atas mangkok, cairan yang sedikit gelap mengalir turun

dan segera menyebabkan warna kuning tipis sop itu berubah

menjadi coklat. Wangi sedap yang tidak bisa dibandingkan

dengan apapun, bau yang terbenam di dalam dasar ingatanku

adalah— saus kecap. Hasil dari penelitian panjang Asuna,

bumbu terhebat Aincrad yang tidak seorang pun bisa

membuatnya kecuali dia.

Setelah kutaruh botol kecil itu, kugenggam mangkoknya dan

kuhirup sejumlah besar mie dan sop.

"............Ini dia."

Aku berbisik dengan suara serak. Rasa ini. Yang telah

kucari-cari, bentuk lengkap dari Soba Algade. Sudah ada

disini sekarang.

Kalau memakan ini, sebanyak apapun mangkok— Tidak, mungkin

aku bisa makan lima mangkok lagi,aku masih bisa bertempur!

—Saat itu.

Ucapan yang belum pernah kudengar di dalam toko ini

menggema dari atas kepalaku.

"............Tuan, itu, boleh saya......coba?"

Kuangkat wajahku yang kebingungan, mengangguk dan mendorong

mangkokku kepadanya.

Si pemilik yang misterius itu mengangkatnya dan memakan

sesuap mie dan sop digabung. Dia menengadah beberapa saat

sebelum menempatkan mangkoknya kembali di konter—

Segera setelahnya, dua garis air mata mengalir dari balik

gombak panjangnya.

"............Ini dia. Rasa ini... dunia nyata... rasa toko

saya!"

—Jadi anda memang pemain!

—Kalau begitu lebih ramah lagi dong!

Menelan kata-kata yang ingin kuteriakkan, aku bertanya,

"............Toko anda, dimana lokasinya?"

"Hmm, di Ogikubo[10], saya terhisap ke dalam

NetGame jadi toko itu sudah berhenti beroperasi. Tapi

begitu game ini selesai dan saya kembali ke sisi lain, saya

akan membuka toko ramen lagi. Dengan ramen ini, juga

«Panggang» dan «Rebus» juga akan tampil, jangan sungkan

untuk datang."

Air mata mengalir menuruni wajahnya, kemana karakter

pendiam yang tadi? Selagi menonton pemilik toko yang telah

memperoleh momentum bicara, aku tumbang ke konter.

Selagi kesadaranku memudar, Pikiran terakhirku adalah,

—Aku tidak akan kesana, pasti—

Catatan Penerjemah

  1. Soba = Mie jepang disiapkan dengan tepung soba.
  2. Okonomiyaki = Adonan bulat datar yang digoreng kedua sisinya.
  3. [http://2.bp.blogspot.com/- 7oss9ZGgyJM/Tc6sBAFetyI/AAAAAAAABXc/3Kc_b_2mQ5k/s1600/toque .png Toque]
  4. Gombak = Jambul (pada ayam, burung, bunga, dsb); Jambak (rambut di dahi kuda); Rambut di atas dahi (yang ditinggalkan sehabis berpangkas)
  5. Disini Kirito bicara maaf dengan nada kekanakan yang mengesalkan, tapi karena tidak tahu padanan bahasa Indonesianya...
  6. Clearing = Kelompok pemain yang menyelesaikan game di garis depan
  7. Mengacu pada kejadian di jilid 8 'Sebuah Kasus Pembunuhan di dalam Area'
  8. Itadakimasu = Ucapan yang dikatakan orang Jepang sebelum makan
  9. Otsu = Singkatan dari Otsukaresama yang artinya ‘Terima kasih atas kerja kerasnya.’
  10. Distrik di Tokyo, dikenal sebagai tempat lahir ramen Tokyo