Hyouka Bahasa Indonesia:Jilid 1 Bab 3

From Baka-Tsuki
Revision as of 08:05, 30 December 2013 by Spectrum (talk | contribs) (Created page with "'''3 - Aktivitas Klub Sastra Klasik''' Begitu kupikir-pikir, apa yang dilakukan oleh Klub Sastra Klasik? Murid yang tahu apa yang dilakukan klub ini tidak ada lagi di sekola...")
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)
Jump to navigation Jump to search

3 - Aktivitas Klub Sastra Klasik


Begitu kupikir-pikir, apa yang dilakukan oleh Klub Sastra Klasik? Murid yang tahu apa yang dilakukan klub ini tidak ada lagi di sekolah dan aku tidak ingin berusaha bertanya pada guru soal itu. Aku bisa bertanya pada kakakku, tapi sayangnya dia sekarang ada di Beirut. Tetap saja, meskipun jarang ada klub yang tidak tahu apa yang dilakukan klub itu sendiri, ada banyak klub lain yang keberadaannya adalah sebuah misteri. Jadi, ini bukan suatu hal yang perlu dikhawatirkan.

Sudah sebulan sejak Klub Sastra Klasik kembali berdiri. Ruang klub ini--ruang geologi--bukan lagi area privat, tapi masih merupakan tempat yang menenangkan. Ruang klub ini adalah sebuah tempat di mana aku bisa membunuh waktu setelah pulang sekolah kapan pun aku merasa bosan. Satoshi mungkin ada di dalam. Atau Chitanda mungkin ada di dalam. Atau keduanya mungkin ada di dalam. Atau tidak. Hal itu tidak terlalu berpengaruh. Kami bisa memilih untuk berbincang atau kami juga bisa memilih untuk saling diam. Satoshi dari awal memang orang yang bisa tahan dengan kesunyian, sementara 'nona kami' Chitanda, sesuai dengan kesan yang ia timbulkan, adalah seorang wanita yang anggun selama keingintahuannya tidak membuncah. Dengan demikian, secara tidak sengaja, klub ini tampak seperti klub lowong daripada klub sekolah.

Jadi, aku tidak merasa kelelahan menemani mereka, sejak aku memang bukan orang yang gampang cemas, meskipun Satoshi sering salah menganggapku begitu.

Hari ini gerimis dan aku berada di dalam ruang klub bersama dengan Chitanda. Aku menyandarkan punggungku pada kursi dekat jendela, membaca sebuah buku yang murah sedangkan Chitanda duduk di depan ruangan membaca sebuah buku tebal untuk alasan tertentu. Orang akan bilang ini adalah sore hari yang tidak produktif sepulang sekolah.

Melihat ke arah jam, aku sadar baru 30 menit berlalu. Waktu yang kuhabiskan secara tidak sadar masih singkat. Meskipun kau bisa bilang aku merasa cukup rileks, itu tidak sepenuhnya benar. Justru, itu karena aku merasa sedikit gugup dan tertekan aku makanya aku perlu masuk ke tahap relaksasi. Aku hanya ingin, secara sadar, berusaha memperpanjang mode hemat energiku selama mungkin, itu saja.

Kesunyian hanya dipecahkan oleh suara lembaran buku yang dibalik dan suara tetesan air hujan dari luar.

"..."

Aku merasa mengantuk sekarang. Aku pikir aku akan pulang segera setelah hujan berhenti.

Thus. Terdengar suara buku ditutup, bersamaan dengan Chitanda, yang duduk di depan dengan membelakangiku, mendesah dan berkata, "Betapa tidak produktif!"

Sementara ia tidak melihat ke arahku, jelas kalau ia bicara padaku, bukan pada dirinya sendiri. Meskipun aku tidak tahu bagaimana merespons komentar mendadaknya. Baiklah, aku akan coba bertanya.

"Apanya? Tanaman di lahan pertanian keluargamu?"

"Mereka menanam dengan polikultur."

Chitanda menjawab seperti membaca kalimat, kemudian ia berbalik,

"Dan dipanen setengah tahun sekali. Jadi jarang menghasilkan panen yang tidak produktif."

"Sungguh. Seorang nona tuan tanah pertanian."

"Tidak, tidak perlu memujiku..."

Suara hujan diikuti oleh kesunyian.

"Bukan! Bukan itu yang aku bicarakan tadi."

"Kau mengatakan sesuatu soal 'tidak produktif'."

"Ya, itu! Tidak produktif!"

"Apa?"

Chitanda menatapku dalam-dalam, kemudian mengangkat tangan kanannya seperti menunjukkan seisi ruangan. "Waktu yang kita habiskan setelah pelajaran. Kita seperti tidak punya tujuan atau melakukan sesuatu yang produktif sama sekali."

Tentu saja. Ini cuma salah satu cara untuk membuang waktu, bukan untuk menghasilkan sesuatu. Aku menutup bukuku dan melihat ke arahnya. "Oke, aku akan dengarkan. Ada sesuatu yang kauingin klub ini lakukan?"

"Aku?"

Itu adalah salah satu pertanyaan yang kejam, mengingat tidak banyak orang yang sadar apa yang mereka ingin lakukan ketika ditanya langsung. Omong-omong, setidaknya aku sadar kalau aku tidak ingin apa-apa.

Tapi, Chitanda membalas tanpa ragu, "Ya, ada."

"Hmm."

Itu mengejutkan, mengiyakan secara langsung. Aku hampir menanyakan apa yang ingin ia lakukan, tapi ia menjelaskannya lebih dulu, "Meskipun itu untuk alasan personal."

Kalau begitu, tidak ada gunanya bertanya lebih jauh.