Sword Art Online Bahasa Indonesia:Jilid 9 Prolog I

From Baka-Tsuki
Revision as of 23:59, 3 August 2012 by Kirigaya Kazuto (talk | contribs)
Jump to navigation Jump to search

Prolog 1

Bulan Ketujuh dari Kalender Dunia Manusia Tahun 372


Bagian 1

Mengambil kapak.

Mengayun keatas.

Memukul kebawah.

Mungkin hanya itu yang dilakukan, tapi jika kita tidak fokus meskipun sebentar, kulit kayu keras itu akan memantul menuju kedua lengan tanpa henti. Cara mengambil nafas, pengambilan waktu yang tepat, kecepatan, pemindahan berat tubuh , semua itu harus terkontrol secara sempurna sejak awal, mengalirkan kekuatan tersembunyi dari mata kapak ke pohon, membuat suara yang enak didengar, jernih, dan terpantul dengan keras.

Sementara dia mungkin paham teori tersebut dengan baik, sebenarnya mengerjakannya tidaklah semudah itu. Eugeo diberi tugas ini ketika dia beranjak 10 tahun pada musim semi, dan ini sudah musim panas kedua sejak saat itu, dia hanya bisa berhasil melakukannya kurang lebih sepuluh kali setiap hari. Dia sudah diberi tahu oleh seorang pengguna kapak yang juga pendahulunya, Kakek Garitta selalu mengenai sasaran, dan bahkan dia sama sekali tidak terlihat lelah setelah merampat kapak tersebut, hanya saja setelah lima puluh kali tangan Eugeo mati rasa, pundaknya terasa sakit, dan dia tidak kuat lagi mengangat kedua tangannya.

“Empat puluh….. tiga! Empat puluh…. Empat!”

Dia menghitung dengan suranya yang paling keras untuk mendorong dirinya sementara memukulkan kapak tersebut ke kulit kayu dari pohon besar itu, keringat yang keluar membuat matanya kabur, tangannya menjadi licin, dan ketepatannya berkurang terus-menerus. Karena keputusasaannya, dia memegang kapak pemotong kayu erat-erat dan merampatkannyake seluruh tubuhnya.

“Empat puluh…… Sembilan! Li….. ma….. puluh!”

Ayunan terakhirnya sangat berbeda dari biasanya, mengenai kulit kayu dari jauh dan menimbulkan bunyi yang memekakkan telinga. Karena reaksi dari apa yang terjadi membuat secercah bunga api yang hamper mengenai matanya, Eugeo meletakkan kapak itu, mundur beberapa langkah, lalu duduk di atas lapisan lumut tebal.

Sementara dia terus bernafas dengan berat, dia mendengar suara bercampur dengan tertawaan dari samping kanannya.

“Suaranya keluar tiga kali dari lima puluh kali percobaan. Jadi seluruhnya, erm, empat puluh satu. Kelihatannya Air Siral kali ini kau yang harus membelinya, Eugeo.” Pemilik suara yang sedang berbaring di bawah tidak jauh adalah seorang pemuda yang berumur hampir sama. Eugeo tidak segara menjawab, tapi malah meraba kantung air kulit dan mengambilnya. Dia meminum air yang sudah panas dengan rakus, dan setelah mulai tenang, dia menutupnya dengan gabus, lalu bicara,

“Hmm, kamu baru bisa empat puluh tiga, bukan? Aku akan menyusulmu nanti. Ini, sekarang giliranmu…… Kirito.”

“Ya, ya.”

Kirito adalah teman kecil Eugeo dan salah satu sahabatnya, dia adalah rekan dari «Tugas Suci» yang suram ini, Kirito menyeka keringat dari rambutnya, meregangkan kakinya kedepan dan mengangkat tubuhnya. Tapi dia tidak mengambil kapak itu segera, tangannya diletakkan di pinggangnya sementara dia melihat ke atas kepalanya. Tertarik dengan tindakannya, Eugeo juga melihat ke langit. Langit musim panas di bulan Juli masih sangat biru, yang berada di tengah adalah Dewa Matahari Solus, yang memancarkan cahaya yang menyilaukan dari langit. Bagaimanapun, cahaya tadi dihalangi dahan dari pohon besar menjulur ke segala arah, membuat sebagian besar dari cahayanya tidak menembus ke akar dimana Eugeo dan Kirito berada.

Diwaktu yang sama dedaunan dari pohon besar mengambil sebagian besar ahaya matahari yang Tuhan berikan, akarnya juga terus-menerus menyerap berkah dari Dewa Bumi Terraria, membuatnya bisa menyembuhkan bekas dari kerja keras Eugeo dan Kirito yang dengan mantap memotongnya terus-menerus. Tidak peduli seberapa banyak mereka memotongnya seiap hari, Setelah istirahat dimalam hari, saat mereka datang esok pagi, pohon ini sudah menyembuhkan setengah bagian dari bekas potongan kemarin. Eugeo mendesah pelan saat dia melihat kembali bagian atas pohon itu.

Pohon besar itu —— «Gigas Cedar», Nama sakral yang diberikan dari penduduk desa, adalah monster dengan diameter empat mel, dan tinggi tujuh puluh mel. Menara lonceng di Gereja, yang merupakan bangunan tertinggi di desa, tingginya hanya seperempat ukuran pohon tersebut; untuk Eugeo dan Kirito yang tingginya baru satu setengah mel tahun ini, Raksasa kuno adalah lawan yang sangat cocok.

Bukannya tidak masuk akal untuk menjatuhkan raksasa ini dengan kekuatan manusia? ——Eugeo hanya bisa berpikir seperti ini setelah melihat bekas potongan di batang kayu. Bekas potongannya sudah mencapai 1 mel, tapi bekas dari pokok kayu dengan ketebalan tiga kali lipat masih baik-baik saja. Di musim semi tahun lalu, saat dia dan Kirito dibawa ke tempat tinggal kepala desa, saat mereka sudah cukup umur untuk menjalankan tugas «Memotong Pohon Raksasa», dia mendengar sebuah cerita yang membingungkan.

Gigas Cedar sudah membentangkan akarnya lama sebelum Desa Rulid dimana mereka tinggal ditemukan, sebuah tugas untuk memotong pohon tersebut diturunkan dari generasi ke generasi sejak masa penduduk pertama. Dihitung dari generasi pertama ke generasi dimana pendahulunya, kakek Garitta yang merupakan generasi keenam, Eugeo dan Kirito adalah generasi ketujuh, lebih dari tiga ratus tahun sudah terlewati sebelum mereka diberikan tugas itu.

—————‘’Tiga ratus tahun!’’