Zero no Tsukaima ~ Indonesian Version:Volume7 Bab4

From Baka-Tsuki
Revision as of 18:11, 9 August 2012 by Altux (talk | contribs) (Created page with "Bab 3 - Pendeta Shinto Priest Romalia Tentara gabungan Tristain dan Germania mendarat di Kota Pelabuhan Rosais, yang terletak sekitar 300 liga dari selatan ibukota Albion London...")
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)
Jump to navigation Jump to search

Bab 3 - Pendeta Shinto Priest Romalia

Tentara gabungan Tristain dan Germania mendarat di Kota Pelabuhan Rosais, yang terletak sekitar 300 liga dari selatan ibukota Albion Londonium.

Saat mendarat, tentara gabungan ini mengira akan ada serangan balik musuh. Ini karena unit darat membentuk lingkaran mengelilingi Rosais.

Namun...Albion tak menyerang.

Komandan tertinggi tentara gabungan, De Poitiers, kehilangan momentum untuk menyerbu. Strategi mereka mengasumsikan musuh akan menyerang setelah pendaratan. “Perang yang menentukan” diramalkan terjadi dekat Rosais, dimana disana mereka akan menghancurkan tentara besar musuh dalam satu pukulan dan bergerak menuju Londonium tanpa perlawanan.

Mereka merencanakan perang ini selesai dalam 3 minggu, saat baru masuk bulan Yara...tepatnya, sebelum Festival Advent Brimir Snag Pendiri, atau “hari Tahun Baru”. Dengan kata lain, mereka telah bersiap untuk pertempuran yang cepat dan menentukan.

Kegagalan strategi ini tak bisa diapa-apakan. Sejumlah besar makanan diperlukan untuk tentara raksasa yang terdiri dari 60.000 orang. Untuk melantunkan mantra nan kuat, obat khusus (terutama obat penyembuh dari elemen air) diperlukan, bersama barang-barnag perang seperti peluru, bubuk mesiu dan meriam. Dan semuanya harus dibawa dari negara mereka sendiri ke tentara di garda depan. Berperang dalam jangka panjang dalam daerah musuh tak lain akan menjadi mimpi buruk. Lagipula, ekonomi Tristain membuat perang dalam jangka panjang mustahil.

Tentara utama Albion sukses mundur dari Dartenes dan membarikade diri senderi di Ibukota Londinium. Tentara musuh menghindari pertempuran langsung. Setelah kekuatan udara Albion menerima kerusakan di luar batas, dan kehilangan kontrol udara, tentara Albion mungkin meninggalkan taktik serangan balasan. Tentara gabungan bersiap untuk serangan Albion. Tapi karena harapan luruh dan kerusakan fisik tak terjadi, pemyiapan posisi dan bersiap untuk perang yang menentukan menjadi tiada artinya. Tentara gabungan membuang makanan selama satu setengah minggu.

Tentara gabungan tak bisa merencanakan apapun selain pertempuran cepat nan menentukan, jadi mereka hanya membawa suplai perbekalan untuk 6 minggu. Tapi kini mereka perlu mendatangkan makanan dan bubuk mesiu dari negeri mereka sendiri dengan kapal. Untuk kedua negara yang mengorganisasikan tentara penakluk dengan keuangan yang terbatas, situasi mini mengkhawatirkan. 8 hari setelah mendarat, suasana tegang menghantui rencana penyerbuan selanjutnya.

Bandar udara di Rosais berdiri sebagai Markas besar Kerajaan Albion sebelum dirubah menjadi Mabes Angkatan Udara Republik Suci Albion, dan akhirnya menjadi Markas Komando Tentara bela diri Gabungan Tristain-Germania. Tembok dari bata merah ini telah berganti tuan tiga kali dalam setahun ini. Sebuah ruangan besar di lantai kedua adalah tempat sejarah dibuat. Komandan tertinggi dari pasukan koalisi, Jenderal de Poitiers, duduk di meja bundar di kursi tengah, Dia mendengarkan dua opini yang saling berlawanan.

Yang pertama datang dari Jenderal Germania Marquis Handenburg, yang bersikeras, sambil menggerakkan kepalan dan kumis putihnya, menginginkan perang cepat nan menentukan. “Mari bergerak! Maju! Maju! Kita hanya punya makanan untuk empat setengah minggu. Berbelok di Benteng saat perjalanan dan Maju langsung ke Istana! Pokoknya, mari kita tuju Londonium. Beruntungnya, kita mengendalikan udara. Kita harus mengakhiri perang sebelum Festival Advent Brimir Snag Pendiri, karena moral akan jatuh setelahnya!

Sepertinya Jenderal Germania bersikeras maju bagaikan api. “Mengakhiri ini sebelum Festival Advent boleh-boleh saha, tapi kok ga ada cerita perang yang singkat dalam sejarah Halkeginia?” Wimpffen, Pemimpin Staf, menolak dengan dingin sambil menatap melalui kacamatanya. “Maka, kita akan menjadi yang pertama,” ucap Marquis Handenburg sambil menatap tajam Wimpffen “Dengan mengepung Londinium, kita akan memperlihatkan punggung kita pada benteng-benteng mereka...Kita tak bisa bertindak tanpa strategi. Terlebi lagi, bila mulai bergerak, garis suplai akan tertinggal. Tanpa suplai kita akan mengalami keadaan buntu. Meski menyulitkan, kita harus maju selangkah demi selangkah. Kita harus maju dengan menaklukkan benteng-benteng dan istana-istana di perjalanan.”

“Menaklukkan benteng-benteng dan istana-istana akan menyebabkan kerugian yang terlalu besar! Perbekalan? Kita hanya perlu menaklukkan Londonium sebelum festival Advent!” “Sebagaimana yang dikatakan Marquis, kita mengendalikan langit, kan? Jadi kerugian saat penaklukkan akan dijaga seminimal mungkin. Londonium ditaklukkan sebelum Festival Advent? Itu mustahil!” Marquis Handenburg berucap dengan wajah penuh geholak,

“:..Inilah pemikiran elemen-Angin, angin yang menghindari rintangan dalam kepengecutannya.” “Memangnya pemikiran elemen-Api, yang terus saja membakar dirinya hingga jadi abu, lebih baik?” Keduanya saling bertatapan. “Keberanian adalah apa yang perlu diajarkan pada orang Tristain yang pengecut.” “tiada yang perlu dipelajari dari para barbar.”

Keduanya menghunus tongkat secara bersamaan. Jenderal tertinggi de Poitiers melangkah diantara mereka. “kalain terlalu banyak berdebat! Marquis! Tunjukkan keberanian Germania di medan perang! Wimpffen! Berhentilah mempermalukan dirimu!” Akhirnya, mereka menenangkan diri. “Untuk sekarang, kita harus mengakui rencana perta, menghajar kekuatan utama Albion dan bergerak menuju Londinium, mendapatkan kepala Cromwell, dan mengibarkan bendera Lili putih di Ruang Putih, telah gagal, namun menyelesaikan perang menurut rencana masih mungkin.”

Setelah menjatuhkan pemerintahan revolusi Albion, mereka akan memerintah atas nama Henrietta. Tentu saja, sebagian wilayah akan dibagikan pada Germania. Setelahnya, keluarga kerajaan Albion yang selamat akan dicari dan ditempatkan di tahta di wilayah dibawah kuasa Tristain, sehingga monarki pun dibangkitkan lagi. Untuk Menghindari kemungkinan revolusi lanjutan, mereka menutuskan untuk mencari anggota keluarga kerajaan Albion yang selamat. Begitu ningrat dengan darah kerajaan yang cocok ditemukan, tahta akan diserahkan padanya.

De Poitiers menggelengkan klepalanya, mencoba menyingkirkan pikiran-pikiran ini. Kini bukan waktunya memikirkan itu, Kini mereka perlu berpikir bagaimana cara menghancurkan musuh.