Oregairu (Indonesia):Jilid 9 Bab 10
Bab 10: Apa yang Diterangi Cahaya di Telapak Mereka Masing-Masing adalah
10-1
Natal juga sudah hampir datang lagi tahun ini. Meski kubilang begitu, sebenarnya masih hari sebelum Natal, tapi hari ini adalah hari acara kolaborasi Natal, yang dikoordinir oleh masing-masing OSIS sekolah SMA Sobu dan SMA Kaihin Sogo, yang akhirnya diselenggarakan.
Kemarin lusa itu sekolah setengah hari karena upacara penutupan dan kami diberkati dengan satu hari libur nasional beserta dengan lebih banyak waktu untuk bekerja. Keadaan kemajuan kami tidaklah buruk sama sekali.
Dan karena acaranya akan diselenggarakan mulai dari sore, kami bisa menghabiskan pagi hari ini untuk bekerja juga. Di pagi hari, sesuai dengan arahan Isshiki, kami memusatkan tenaga kami untuk memanggang kue dan biskuit. Karena menghabiskan sebagian besar waktu semalam untuk mempersiapkannya, bahkan aku merasa ada semacam aroma manis yang datang dari sekujur tubuhku.
Namun, bahkan dengan aroma yang manis itu, kamu sama sekali tidak bisa mengatakan hal yang sama mengenai suasananya, terbukti dari kesibukan yang menyelubungi ruang memasak pusat komunitas itu.
Dan yang duduk sebagai orang yang berkuasa pada ruang memasak ini sedang bekerja di meja dapur, Yukinoshita.
“Hikigaya-kun.”
Walaupun Yukinoshita memanggil namaku, dia tidak mengatakan apa-apa lebih jauh lagi. Yah, maksudnya mungkin untuk menyerahkan padanya krim segar di tanganku. Tunggu, setidaknya beritahu aku langsung… Selagi aku berpikir begitu, aku menyerahkan mangkuknya pada dia.
“Mari.”
“Terima kasih.”
Seetelah mengambilnya, Yukinoshita mulai melapisi kue sponge itu dengan krim segar dan mulai memanggil Yuigahama yang sedang bekerja di samping.
“Yuigahama-san. Apa kamu sudah selesai menyegel semua kantong kue matangnya semua?”
“Uh huh, aku baru selesai. Apa aku sebaiknya memanggang kuenya juga?”
Yuigahama berdiri selagi dia memutar lengannya ke sekeliling terlihat seakan bahunya kaku dan menanyakan Yukinsohita. Ketika dia melakukannya, Yukinoshita segera menjawab tanpa menghentikan tangannya yang sedang bekerja.
“Tidak apa-apa. Jadi pastikan untuk sama sekali tidak menyentuh apapun oke? Dan maksudku sama sekali.”
“Bukankah kamu terdengar agak kejam!?”
“Jangan kuatirkan itu, apa itu tidak masalah jika kamu pergi dan mengambil adonan istirahat dalam kulkas di sekolah?”
Tanpa ragu, Yukinoshita menepis Yuigahama yang menangis dan berbicara tanpa menghentikan tangannya yang bekerja.
“Oke…! A-apa itu benar-benar tidur?”
“Itu hanya majas. Adonannya seharusnya ada di dalam kulkas, jadi bisakah kamu pergi mengambilnya?”
Tidak ada waktu bagi Yukinoshita untuk menemani Yuigahama hari ini terbukti dari betapa tersibukkannya dia. Gahama-san begitu, kasihan. Tapi sejujurnya, di sini benar-benar sibuk dan dengan ovennya berbunyi barusan tadi, ruang memasak ini beroperasi penuh.
Yuigahama sudah akan meninggalkan ruang memasak itu selagi dia menggugamkan hal-hal seperti “apa itu sedang tiiiiidur?”
Dan kemudian, pintu ruang memasak itu dibuka malu-malu dengan suara kreak.
Wajah yang muncul dari balik pintu adalah wajah Totsuka.
“Huh? Ada apa, Sai-chan?”
“Oh, ketika aku menanyakan OSIS, mereka bilang untuk pergi ke mari. Aku ingin tahu apa aku bisa membantu dan semacamnya. Benarkan?”
Mengatakan itu, Totsuka berpaling ke belakangnya dan selanjutnya, wajah Komachi muncul dan dia melambaikan tangannya padaku. Aku memang mengatakan padanya untuk mampir buat bersantai dan kelihatannya dia melakukannya. Terlebih lagi, aku bisa mendengar semacam batukan aneh seperti “gefun, gefun, okopooon” dari belakang mereka berdua, tapi mari kita berpura-pura seakan aku tidak mendengar apapun.
“Onii-chan, apa Komachi sebaiknya membantu juga”
Komachi memasuki ruang memasak beserta dengan Totsuka selagi dia mengatakan itu.
“Oh, Totsuka-kun, Komachi-san. Halo.”
Ketika Yukinoshita menyapa mereka, mereka berdua mengucapkan halo dengan senyuman.
“Mereka berdua bilang mereka mau membantu.”
Ketika aku mengatakan itu, Yuigahama menepuk tangannya dan berpaling pada Totsuka.
“Oke, Sai-chan, bisakah kamu ikut denganku ke sekolah? Kelihatannya itu sedang istirahat jadi aku mungkin tidak akan bisa mengangkatnya sendirian.”
“Oke, tentu… Apa yang sedang istirahat?”
Totsuka meninggalkan ruang memasak bersama-sama dengan Yuigahama selagi kebingungan dengan penjelasannya yang membuat orang takut. Bisakah mereka benar-benar berhasil sampai kembali ke mari dengan adonannya…? Aku agak kuatir seakan ini adalah tugas paling pertama yang ditugaskan pada mereka.
“Yah, kalau begitu bisakah aku minta Komachi-san untuk membantuku di sebelah sini? Biskuit atau kue, yang mana keahlianmu?”
“Komachi bisa membuat keduanya!”
Yukinoshita sedang meminta Komachi untuk membantunya membuat penganan dengan caranya sendiri.
“Begitu ya. Itu akan banyak membantu. Kalau begitu, tolong urus biskuit jahenya. Resepnya juga ada di sebelah sana.”
“Okeee! Untuk membuat penganan dengan Yukino-san, Komachi begitu senang dengan betapa banyaknya kemajuan yang ada!”
Kemajuan apa yang sedang kamu bicarakan, huh? Setelah Komachi mencuci tangannya, dia segera memulai membuat berbagai pejanan dengan Yukinoshita.
Selagi aku sedang mengangguk dan mengamati dua gadis ini membuat percakapan yang bersahabat dengan satu sama lain selagi membuat pejanan, kali ini, aku dapat mendengar batuk “gefun, gefun, morusa”nya dengan begitu dekat. Apa itu benar-benar batuk?
Aku benar-benar tidak bisa mengabaikannya melihat betapa dekatnya dia sekarang, bukan…? Aku menyerah dan berpaling ke arah tempat aku bisa mendengar batukannya. Tepat di belakangku adalah Zaimokuza.
“Gefun, gefun.”
“Zaimokuza, angkat kotak-kotak biskuit ini denganku.”
“Ba-baik… Mungkin kamu bisa menjelaskan alasan kenapa aku hadir?”
“Tidak, tidak tertarik. Ah, juga, bantu aku angkat set peralatan itu pula.”
“Me-memang.”
Tak terduganya, Zaimokuza dengan patuh mengangkat kotaknya dan kami melakukan sedikit pekerjaan kelompok untuk beberapa saat.
Catatan Tranlasi
<references>