Tate no Yuusha Jilid 2 Bab 7 (Indonesia)
Bab 32 : Imbalan
Bagian 1
Filo masih mengenakan jubahku, saat kami pergi menuju toko senjata.
“Hei nak..!”
Paman penjaga toko melabaikan tangan saat kami menghampirinya.
“Apa ada sesuatu yang terjadi?”
“Yah. Tunggu sebentar.”
Pemilik toko itu menutup toko senjatanya, lalu mengantarkan kami ke suatu tempat.
Kami pun tiba di toko sihir, tempat aku mendapatkan buku sihir sebelumnya.
“Wah wah.”
Wanita tua dari toko sihir itu tersenyum, saat dia melihat kedatangan paman dari toko senjata.
“Silahkan masuk dulu...”
“Benar juga. Filo, jangan berubah ke wujud aslimu sebelum kusuruh nanti.”
“Baik.”
Di bagian belakang toko sihir itu terdapat sebuah ruangan kerja dengan aroma alam bebas.
Kami pun dipandu menuju tempat kerjanya.
Langit-langitnya cukup tinggi, tingginya sekitar 3 meter. Di tengah ruangan, terdapat sebuah pedestal[1] dengan sebuah kristal di atasnya.
“Maaf tempatnya sedikit berantakan karena saya sedang bekerja.”
“Tidak apa-apa. Ngomong-ngomong, apa kau punya suatu pakaian untuk anak ini?”
“Wanita tua dari toko sihir ini adalah kenalanku yang bisa membantumu.”
“Itu benar~”
Wanita itu pun memindahkan kristal tersebut, dan menaruh sebuah alat pemintal tua[2] di atas pedestal tersebut.
“Apa gadis kecil ini benar-benar seekor monster?”
“Yaah, biar jubahnya dilepas dulu sebelum dia berubah... Filo, kembalilah ke wujud aslimu.”
Harusnya ruangan ini cukup untuk perubahan wujud Filo.
“Baik.”
Saat kuperintahkan, Filo melepaskan jubah yang dipakainya, dan berubah ke wujud aslinya.
“Wah wah... Oh, astaga...”
Wanita pemilik toko itu terkejut setelah melihat Filo dalam wujud Ratu Filolial-nya.
“Apa ini tidak apa-apa?”
Pemandangannya terasa cukup aneh, melihat tidak sesuainya wujud Filo dengan suara imutnya.
Meski ini adalah dunia paralel, tetap saja terasa aneh...
Aku pun memandang ke arah Raphtalia, hingga dia bertanya.
“Ada apa?”
“Bukan apa-apa.”
Itu mengingatkanku, kalau Raphtalia juga seekor Demi-human.
Dan saat kupikir lagi, di masa lalu saat aku masih bisa merasakan cinta, aku mungkin akan sangat bersemangat, dan Motoyasu pun kelihatannya akan bersikap sama. Meski itu hanyalah masa lalu.
“Jadi, pakaian seperti apa yang anda butuhkan?”
“Apa kau bisa membuatkan sesuatu yang tidak robek, saat dipakai berubah wujud?”
“Sebenarnya, saya tidak yakin bisa membuat pakaian.”
“Apa!?”
“Tuan Pahlawan, menurut anda, apa yang anda lihat sekarang?”
“Sebuah toko sihir... Dan seorang Witch.”
“Itu benar. Saya hanya tahu tentang ilmu perubahan wujud.”
Meski aku tidak terlalu mengerti pola pikir penghuni dunia ini... tapi aku tahu, kalau para Witch bisa merubah wujudnya menjadi binatang.
“Wah wah, butuh energi sihir yang besar, dan metode yang sangat merepotkan untuk berubah menjadi wujud binatang. Bukankah akan merepotkan juga, kalau harus terus memakai pakaian tiap kali berubah wujud?”
Hm? Kelihatannya para Witch memang bisa berubah wujud.
Wanita tua itu menjawab, sambil terus memintal benang.
Bentuk alat pemintalnya terlihat mirip dengan mesin jahit di duniaku.
“Tidak apa-apa kalau anak ini memakai wujud aslinya, tapi kalau dia berubah di tempat yang ramai, itu baru akan jadi masalah.”
“Yah, itu benar.”
Pakaian Filo memang menjadi kekhawatiran utamaku. Tidak mungkin aku biarkan Filo bepergian sambil telanjang.
“Karena itu, akan lebih baik kalau pakaiannya bisa ‘tersimpan’ saat berubah ke wujud asli, lalu dikenakan lagi saat menggunakan wujud manusianya.”
“Aku mengerti.”
Itu benar, jika pakaiannya bisa menghilang sebelum perubahan wujud terjadi, masalah ini sudah bisa terpecahkan.
“Pakaian sihir adalah sebuah teknik yang diwariskan turun-temurun oleh monster dalam kategori Demi-human. Contoh terkenalnya adalah jubah vampir.”
Yah, seperti saat mereka berubah menjadi kelelawar atau serigala. Ternyata kisah vampir di dunia ini juga sama?
“Baiklah, alat pemintal ini akan membuatkan bahan untuk pakaian tersebut.”
“Menarik... Lalu pakaian itu akan berubah menjadi apa?”
“Biar lebih jelas, pakaian itu benda apa? Sesuatu yang terlihat oleh orang lain, benar?”
Aku memiringkan kepalaku, dan melihat wanita penjaga toko sihir itu dengan bingung.
Apa yang dia maksud?
“Yang saya maksud, alat ini bisa merubah benang menjadi energi sihir, juga sebaliknya.”
“Oh, aku mengerti.”
Sekarang aku mengerti, kenapa paman dari toko senjata membawaku ke sini.
Memang aneh kalau menyebut benda ini pakaian. Saat penggunanya tidak mengambil wujud monster, energi sihirnya akan mengalir di dalam tubuhnya, lalu berubah menjadi pakaian lagi saat penggunanya kembali ke wujud manusia.
“Namamu Filo, benar? Putarlah roda pemintal ini pelan-pelan.”
“Baik.”
Bagian 2
Filo mulai memutar roda pemintalnya pelan-pelan. Sehelai benang pun segera muncul, dan wanita itu menggulungnya pada sebuah gulungan benang. Kemudian, benang itu mulai memenuhi gulungan benang tersebut.
“Hmm? Benangnya kelihatan lebih rapuh.”
“Alat ini merubah energi sihir menjadi benang. Memang melelahkan, tapi saya butuh sedikit benang lagi untuk dijadikan bahan pakaiannya.”
“Hmm... Menarik.”
Karena Filo ini masih anak-anak yang umurnya hampir satu minggu, dia kelihatan kelelahan sambil terus memutar mesinnya.
“Bertahanlah, nanti akan kuberi sesuatu.”
“Apa itu makanan? Makanan yang enak?”
“Yah.”
Aku adalah seorang pria yang selalu memegang janjinya. Akan kusiapkan makanan enak untukmu nanti, Filo.
“Yeeey, aku akan berusaha keras!”
Sekarang wanita itu terkejut, melihat Filo yang memutar roda mesinnya dengan cepat.
“Paman, aku sudah janji akan mentraktirmu. Apa setelah ini kau ada waktu senggang?”
“Aku sudah menempelkan catatan kalau tokoku akan tutup sampai sore. Kau akan mentraktirku apa, nak?”
“Bagaimana kalau begini, bisakah kau menyiapkan sebuah lembaran besi yang besar?”
“Kau mau memakainya untuk apa?”
“Aku akan memasak.”
“Anak ini akan memasak? Ternyata tidak sesuai dugaanku.”
“Apa maksud perkataanmu itu?”
Aku sedikit tersinggung dengan ekspresi kecewa Paman ini.
“Oh baiklah, ternyata seperti yang kuduga.”
“Raphtalia, pergilah ke pasar untuk membeli daging, sayuran, dan arang. Perhitungkan juga Filo yang bisa makan makanan untuk 5 orang.”
“Aku mengerti.”
Aku berikan beberapa koin perak pada Raphtalia untuk uang belanjanya.
“Makanan~ Makanan~”
Filo terus memutar alat pemintalnya dengan sangat bersemangat.
“Sudah cukup. Kau boleh berhenti memutarnya.”
Tidak lama, wanita itu menyuruh Filo untuk berhenti.
“Apa aku akan mendapat lebih banyak makanan kalau terus memutar ini?”
“Tidak. Kau tidak perlu memutarnya lagi.”
“Yey~"
...
"Tuan~ aku ingin makan~”
“Tahanlah sebentar.”
“Eh-...?”
Kelihatannya Filo sangat kecewa. Karena Raphtalia belum kembali, jadi makanannya juga belum tiba.
“Sebelum kita keluar toko, berubahlah ke wujud manusiamu.”
“Baik.”
Apa kau benar-benar sudah mengerti?
“Kau bisa memakai ini untuk membuat pakaiannya.”
Wanita penjaga toko menunjukkan benang yang selesai dibuat pada kami.
“Aku akan meminta seseorang untuk menjahit benang ini.”
“Kalau begitu, aku juga akan mengandalkan orang itu. Filo, ayo kita pergi.”
“Setelah nona tadi kembali ke sini, saya harus mengatakan apa padanya?”
“Bilang padanya, kami akan menunggunya di gerbang kota.”
“Saya mengerti.”
Mengikuti paman dari toko senjata, kami berdua meninggalkan toko sihir.
“Untuk tagihannya, akan saya kirim ke toko senjata.”
“Berapa biayanya...?”
Aku bertanya dengan agak cemas.
“Untuk membuat benang sihir tadi? Karena kristal-nya mahal, biaya untuk Tuan Pahlawan bayar sebesar 50 koin perak.”
Sial! Keperluan untuk Filo tetap mahal.
Setelah ini, kami harus berhati-hati dengan urusan pakaian, karena itu bisa menguras uang juga.
Sambil membawa benang tadi, kami pun pergi ke tempat penjahit.
“Karena ini bahan yang tidak biasa, aku bisa membuat beberapa pakaian dengan benang ini. Pergilah ke ruang ganti untuk mengukur badanmu. Akan kuselesaikan pakaiannya malam ini. Kalian bisa mengambilnya nanti.”
Setelah berbicara pada penjahit itu, kami langsung pergi ke kamar ganti. Meski kami hanya memesan sebuah pakaian, tapi butuh waktu yang agak lama juga untuk pengukurannya.
“Wow...... anak ini sangat manis.”
Penjahit itu adalah seorang gadis yang mengenakan kacamata dan syal.
Dia terlihat sedikit ‘datar’. Maksudku, dia mirip dengan jenis perempuan dari duniaku yang suka menulis doujinshi[3].
“Sayapnya mirip seperti sayap malaikat. Dan dia terlihat serupa dengan seekor Demi-human... Akan aku kerjakan pesananmu sekarang.”
“Begitu kah?”
Bagian 3
Paman penjaga toko meletakkan tangannya di bahuku.
“Beberapa Demi-human memiliki bentuk tangan dan kaki yang mirip dengan burung. Tapi yang berbeda dari gadis kecil ini hanya sayapnya, baguslah.”
“Hm~?”
Filo memiringkan kepalanya, sambil memandangi si penjahit.
“Yah... Monster ini bisa berubah menjadi wujud humanoid. Saat dia berubah ke wujud aslinya, pakaiannya akan rusak.”
“Menarik...... Jadi inilah kenapa kau membutuhkan pakaian yang terbuat dari energi sihir.”
Penjahit itu menunjukkan tatapan bersemangatnya.
Seperti yang kukira, perempuan ini mengingatkanku pada seorang otaku.
Aku teringat hal itu, karena aku punya seorang kenalan yang menjual dōjinshi dalam sebuah circle[4].
Perempuan ramah itu sering memberiku tiket masuk ke acara circle.
Ugh... Tidak ada hal serupa di dunia paralel ini.
“Bahan ini cukup untuk membuat sebuah gaun one-piece[5]. Dan gaun ini pun tidak akan rusak karena nanti akan berubah menjadi energi sihir.”
“Eh? Uh, benar juga.”
Badan Filo kembali diukur setelah dia mengenakan jubahnya lagi, lalu penjahit itu mulai merancang sesuatu.
“Aku ingin melihat wujud aslinya!”
Filo melihat ke arahku dengan ekspresi wajah yang ragu. Aku pun menelan ludah, dan melihat ke sekeliling.
“Sepertinya tidak akan muat kalau berubah di ruangan ini.”
Wujud Filo setelah berubah, tidak akan muat dalam ruangan yang tinggi langit-langitnya kurang dari 2 meter ini.
“Bisakah kau duduk dulu? ...Yah, bagus.”
Filo pun berubah ke wujud monster-nya, sambil memperhatikan langit-langitnya, lalu menatap penjahit perempuan tadi.
“Oh-... Kelebaran ini cukup bagus!”
Dia bahkan tidak merasa gugup setelah melihat wujud asli Filo... Penjahit ini pasti bisa melakukannya!
Sesuai yang diharapkan dari seorang karakter yang menjual doujinshi. Untung saja ini adalah dunia yang berbeda.
“Sebuah pita pasti cocok untuk gaunnya.”
Lebar leher Filo pun diukur oleh si penjahit, dan wanita itu mulai merancang pakaiannya lagi.
“Baik, aku tinggal menunggu bahan-bahan lainnya tiba!”
Wanita itu terlihat bersemangat.
“Kenalanku ini juga seorang penjahit yang hebat.”
“Sepertinya begitu...”
Wanita itu adalah tipe seseorang yang akan menyelesaikan pekerjaannya, dengan cara apapun.
“Baiklah, sepertinya pakaian itu akan selesai besok.”
“Cepat sekali. Berapa semua biayanya?”
“Karena aku yang menyarankanmu ke tempat ini, biayanya jadi sekitar 100 koin perak.”
Ugh... Lagi-lagi aku dibuat terkejut oleh biayanya.
“Filo, apa kau mengerti? Aku sudah mengeluarkan 400 koin perak untukmu. Aku harap kau bisa bekerja dengan giat nanti.”
“Baik!”
Apa kau ini benar-benar sudah mengerti?
Kami pun meninggalkan toko dengan Filo yang sudah kembali ke wujud manusianya.
Di gerbang kota, kami bertemu dengan Raphtalia yang sedang menunggu kami.
“Tuan Naofumi, aku sudah membeli bahan-bahan yang kau inginkan.”
“Semua biaya untuk Filo sebesar 400 koin perak. Padahal untuk Raphtalia saja tidak sebesar itu.”
“Tolong jangan itu, dan membuatku terkesan seperti wanita murahan!”
Ugh... Apa tidak masalah kalau hal ini kubiarkan?
“Baiklah. Paman, tolong bawakan lembaran besinya. Filo, ambil gerobak dan bawalah ke toko senjata.”
“Baiklah...”
"Baik!"
Filo pun pergi bersama Paman ke toko senjata, dan kembali sambil menarik besinya dengan sebuah gerobak.
Kenapa dia menarik gerobak dalam wujud manusianya?
Sebuah lembaran besi yang menurutku ukurannya cocok, sedang diangkut di atas gerobak itu.
“Baiklah, ayo kita pergi ke sungai di dekat padang rumput.”
Kami pun tiba di dekat sungai. Aku siapkan lembaran besi tadi, lalu menaruhnya di atas tungku, dan segera memasukkan arang di bawahnya.
“Raphtalia, Paman, kalian nyalakan apinya.”
“Baik.”
"Ya ya."
Tidak salah lagi, paman pemilik toko senjata memang ahli dalam mengurus nyala api tungku.
“Apa yang harus Filo lakukan?”
“Kau terus awasi para monster Balloon agar tidak mendekati kita.”
“Baik~!”
Aku menyuruh Filo melakukan hal lain, karena dia bisa saja malah mengacaukan pekerjaan kami.
Aku potong daging dan sayuran yang dibawa Raphtalia menjadi ukuran yang sesuai untuk dimakan, dan menaruhnya di dekat tungku.
Bagian 4
“Nak, arangnya sudah menyala.”
“Yah.”
Raphtalia dan Paman memanaskan lembaran besi itu sesuai arahanku, jadi aku taruh daging yang berlemak di atas tungku, untuk mendapatkan minyaknya.
“Ternyata kau terampil juga.”
Aku menggunakan sebilah pisau yang diikat pada tongkat, untuk membalik daging dan sayurannya agar tidak gosong.
“Yah, segini sudah cukup.”
Ya. Makan siang hari ini adalah “barbecue” di pinggir sungai. Makan siang ini juga sebagai imbalan untuk Filo.
“Filo, makanannya sudah siap.”
“Baik~!”
Liur Filo sudah menetes saat mengambil setusuk barbecue yang kuberikan padanya.
“Yeey~! Ini sangat enak!”
Filo terus melahap daging dan sayuran panggang itu satu per satu.
“Hei, jangan makan semuanya, makanan ini untuk kita semua.”
“Bfaik~”
Filo mengangguk sambil terus makan.
Apa kau ini benar-benar paham dengan ucapanku?
“Kalau begitu, mari makan...”
“Baik.”
“Ya...”
Aku menaruh daging dan sayur panggangnya di atas beberapa daun, dan memberikannya pada Raphtalia dan Paman.
“Oh, ini enak. Ternyata daging panggang bisa seenak ini.”
“Entah kenapa, masakan yang Tuan Naofumi buat terasa enak.”
“Akan kuanggap itu sebagai pujian.”
“Aku tidak sedang memujimu. Kenapa masakanmu bisa seenak ini?”
Paman penjaga toko memandangi lembaran besinya dengan kebingungan.
“Mungkin ini berkat keterampilan memasak dari perisaiku.”
“Maksudmu kekuatan perisai itu?”
“Yah, kurasa begitu.”
Dari tampilan status dalam pandanganku, terlihat kalau resep Barbecue telah terbuka.
Barbeque Kualitas: Bagus -> Sangat bagus.
Ternyata ada juga ikon yang seperti itu.
“Itu benar-benar perisai yang misterius. Aku jadi iri.”
“Tetap saja perisai ini merepotkan karena tidak bisa dilepas.”
Belum lagi kekuatan serangannya yang sangat lemah.
Oh, benar juga, ada kemampuan khusus dari Perisai Jarum Tawon bernama [Perisai Duri], yang bisa kupakai untuk menyerang balik musuh. Walaupun nanti musuhnya akan kabur sebelum aku bisa mengalahkannya, kecuali kalau pergerakannya lambat seperti seekor Balloon.
Seperti yang kuduga, meski monster yang kulawan melarikan diri, tetap saja aku masih kalah unggul. Terkadang, seekor monster yang cerdas akan mengabaikanku, dan langsung mengincar Raphtalia.
Bagian 5
“Apa sekarang kau sudah lebih kuat?”
“Aku tidak tahu... Kalau dibandingkan dengan Pahlawan lain...”
“Begitu ya... apa semua senjata legendaris memang sekuat itu?”
“Itu benar, aku sudah merasakannya sendiri.”
“Aku mengerti.”
“Kalau begitu-”
Karena berbagai keterampilan didapatkan dengan berbagai cara juga, kekuatan sebuah senjata legendaris tentu di atas rata-rata senjata lainnya.
Terlebih lagi, peningkatan status suatu bentuk perisai yang sudah terbuka, menjadi hal yang patut diperhitungkan.
Ada banyak syarat untuk membuka bentuk perisai baru, seperti syarat level dan pemilihan Skill Tree tertentu, dan menyerap banyak monster dan bahan mentah lainnya. Di samping itu, kalau bentuk perisainya sudah mencapai taraf <Ahli>, maka pemakaian bonus-nya akan menjadi permanen. Bahkan sebuah bentuk perisai yang lemah pun bisa berguna kalau aku membukanya. Karena Bonus Pemakaian-nya bisa menjadi permanen, semakin banyak bentuk perisai yang kubuka, maka semakin kuat pula keterampilan yang bisa kugunakan.
Aku juga bisa melihat berapa banyak stat bonus yang kudapat sejauh ini. Garis besarnya, semua stat-ku lebih tinggi dari stat Raphtalia. Mungkin itu karena aku ini seorang Pahlawan. Khususnya di stat pertahanan. Pertahananku lebih tinggi 3x lipat, dan itu belum termasuk bonus permanen dari membuka bentuk perisai lain.
Karena aku tidak bisa menyerang, semua perlengkapan senjata kufokuskan untuk Raphtalia. Lagipula, kelebihan dari seorang Pahlawan Perisai adalah dari pertahanannya. Dan “pengorbanan” yang kudapat untuk itu, adalah minimnya Kekuatan Serangan-ku yang hanya 1/10.
Perbedaan antara penghuni dunia ini dan seorang Pahlawan, adalah dari efek yang diberikan perisai ini. Dan tentunya, aku tidak bisa mengalahkan satupun monster kalau hanya mengandalkan pertahananku.
Lagipula, alasan kenapa orang biasa dan seorang Pahlawan itu berbeda, dikarenakan kepemilikan senjata legendaris. Bisa dibilang, kau akan dianggap seorang Pahlawan kalau kau punya senjata legendaris. Aku tidak suka dengan kenyataan itu, tapi aku pun menjadi Pahlawan hanya karena mendapatkan perisai ini.
Sepertinya, ada pengaruh tertentu bagi mereka yang menjadi rekan seorang Pahlawan. Tingkatan Raphtalia lebih tinggi daripada Demi-human biasa dikarenakan bentuk Perisai Penguasa Budak. Dan kemampuan Filo sendiri sejajar dengan Raphtalia, meskipun level keduanya berbeda.
Aku tidak tahu, jaerapa banyak pengaruh yang dihasilkan Pertumbuhan Monster, tapi pengaruhnya terlihat cukup besar. Pengaruh dari Perisai Penguasa Budak, dan Perisai Penjinak Monster ini cukup berguna. Aku ingin tahu, bonus pemakaian apa yang diberikan bentuk Perisai Kawan, kalau itu memang ada.
Sepertinya keberadaan rekan petualang begitu penting untuk seorang pahlawan. Teman, huh...... suatu sosok yang tidak kupunya sebelumnya.
“Aku mengerti... Sepertinya para Pahlawan sangat berbeda dibanding kita, para rakyat jelata.”
“Sepertinya begitulah kenyataannya.”
Menjelajahi dunia, lalu menyerap berbagai monster dan bahan mentah agar tumbuh lebih kuat.
Jujur saja, ada banyak hal yang perlu dipastikan.
Aku tidak mengerti, sampai seberapa jauh aku bisa memperkuat perisai ini.
Tapi kalau aku tidak berbuat apa-apa, gelombang bencana akan segera datang.
Sejauh ini, gelombang bencana sudah dua kali menyerang dunia ini. Mungkin gelombang itu akan terus menyerang sampai 5 kali, 10 kali, atau bahkan 100 kali. Aku tidak tahu. Terserah lah, aku tidak bisa duduk saja dan tidak melakukan apapun.
Aku jadi teringat suatu hal... Sepertinya, ada bentuk perisai yang membuatku khawatir, yaitu Seri Kutukan. Pada saat itu, saat di mana aku hampir kehilangan Raphtalia, syarat Seri Kutukan telah terpenuhi dan mulai mengikis perisaiku. Aku sudah mencari bentuk perisai itu berkali-kali di menu Skill Tree. Tapi, tetap saja aku tidak menemukannya, sekeras apapun aku mencarinya.
Akan kucoba memilih menu Bantuan.
Seri Kutukan
Aku masih ragu untuk mencari tahu lebih jauh. Aku hanya mengetikkan kalimat itu, karena sebelumnya sudah kucari beberapa kali. Tiba-tiba aku merasa seperti tersengat listrik, dan huruf-huruf yang ditampilkan di sana juga berubah.
Seri Kutukan Adalah pelindung yang bisa memberikan kekuatan, namun bisa menelan si pengguna itu sendiri. Pahlawan! Jangan pernah menggunakannya.
Karena itu, aku memutuskan untuk tidak mengungkit hal ini. Kekuatan itu akan muncul di saat aku membutuhkannya. Kelihatannya, perisai ini masih punya banyak keterbatasan.
“Tuan~ dagingnya sudah habis.”
“Apa!”
Saat kulihat lagi, dagingnya memang sudah habis. Semuanya sudah selesai memakan masakan yang kusiapkan,
dan yang tersisa hanya sayurannya saja.
“Apa makan-makannya sudah selesai? Filo masih mau makan lagi.”
“Uhmm, yah... Pergilah ke hutan dan tangkap 5 Usapiru. Nanti akan kumasak dagingnya.”
“Baik~!”
Filo pun segera berlari ke hutan dengan kecepatan tinggi.
“Oh, makanan ini benar-benar enak. Tidak sia-sia aku ikut denganmu, nak.”
“Kalau kau berpikir begitu, beri aku diskon untuk pakaian sihirnya.”
“Nak, semua itu sudah termasuk diskon besar, kerugianku akan semakin besar kalau harus memberimu diskon lebih.”
Oh, baiklah... Kami pun melanjutkan acara “barbecue” kami di pinggir sungai, sampai matahari terbenam.
Ngomong-ngomong, Filo telah menangkap 10 Usapiru. Aku sendiri hampir tidak sempat makan. Aku terlalu sibuk mengurus barbecue dan memisahkan bagian-bagian tubuh Usapiru untuk dipanggang.
Referensi :
- ↑ Pedestal adalah alas yang biasanya berbentuk seperti tiang untuk menyangga patung, kerajinan ukiran, dan lain-lain di atasnya. (sumber dari Wikipedia)
- ↑ Kemungkinan bentuk alat pemintalnya serupa dengan yang ada di kisah Sleeping Beauty. (Keterangan didapat dari sumber terjemahan)
- ↑ Dōjinshi adalah istilah bahasa Jepang untuk karya yang diterbitkan secara pribadi, biasanya berupa majalah, manga, atau novel. (dikutip dari Wikipedia)
- ↑ Circle di sini adalah suatu kelompok dari para seniman dōjinshi yang menyebut diri mereka sebagai saakuru (circle). (dikutip dari Wikipedia)
- ↑ One-piece adalah jenis gaun terusan yang menyatu antara baju dan potongan rok-nya.